• Tidak ada hasil yang ditemukan

The population is all students of class VIII SMP KARTIKA 1-7 Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "The population is all students of class VIII SMP KARTIKA 1-7 Padang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA KELAS VIII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

Sari Octavianti1, Annika Maizeli2, Rizki2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Sari25octavianti@gmail.com

ABSTRACT

The learning process at SMP Kartika 1-7 Padang still concentrates to the teacher so that students les active. The aim of this research is to know biology learning result in the affective (attitude assessment), cognitive (research test), and psychomotor (product assessment) by applying cooperative learning model of group investigation type to the students VIII SMP KARTIKA 1-7 Padang in 2016-2017. The type of this research is experimental research that using Randomized Control-Group Pottest Only Design. The population is all students of class VIII SMP KARTIKA 1-7 Padang. It uses purposive sampling technique with class VIII2 as experiment class and VIII4 as control class. The instrument in the result sheet from the observer during the learning process. Psychomotor seen from the result of students reports.

The data analysis of the final test result of both samples was t-tested. Based on the hypotesis test using t-test obtained T-hitung> T-tabel is 2.73> 1.67 then the hypothesis will be accepted. The attitude for experimental class is 3.73 with SB predicted, while the control class is 3.24 with predict B. The experimental class knowledge is 2.94 with the predicted B-, while the control class is 1.98 with the predicate C. The grade of the experimental class skill is 3.72 with predicate A, while the control class with predicate A- 3.42. based on the result of research can be concluded that the application of Group Investigation learning model (G) can increase the learning result of VIII class at SMP KARTIKA 1-7 Padang.

Keywords: Application of Group Investigation (GI) PENDAHULUAN

Proses pembelajaran dalam pendidikan formal disekolah terdiri atas tiga fase yakni fase informasi, fase transformasi dan fase evaluasi terhadap hasil belajar. Terkait dengan ketiga fase tersebut guru adalah faktor utama sehingga keberhasilan guru dalam mengajar sangat menentukan ketercapaian tujuan yang telah

dituliskan dalam rencana

pengajaran/kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran dapat berjalan dengan baik sangat diperlukan kreativitas guru dalam

membuat pembelajaran semenarik mungkin bagi siswa sehingga dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar termasuk pembelajaran semenarik mungkin adalah dengan menerapkan model pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis dilakukan di SMP KARTIKA 1-7 Padang pada bulan Agustus 2016 dengan salah seorang guru biologi, diperoleh informasi bahwa pembelajaran masih terpusat kepada guru sehingga siswa

(2)

2 kurang aktif pada saat proses pembelajaran. Siswa masih sering belajar secara individu dari pada belajar secara kelompok, sehingga kurangnya interaksi antara siswa. siswa terlihat bosan dengan suasana belajar dikelasnya, akibatnya siswa tidak memiliki kemauan untuk belajar. Siswa kurang aktif demikian juga motivasi mereka, padahal keaktifan dan motivasi belajar siswa sangat penting terjaga sampai akhir kegiatan pembelajaran. Adanya motivasi, diharapkan siswa akan lebih terdorong untuk serius dan fokus dalam belajar. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa malas mencatat penjelasan dari gurunya, dan pada saat mengerjakan tugas mereka sering melihat pekerjaan temannya.

Rendahnya hasil belajar siswa salah satunya pada materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Kesulitan siswa pada materi ini siswa dituntut untuk mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan suatu inovasi pembelajaran agar siswa bersifat aktif dan termotivasi dalam pembelajaran. Salah satu cara yang dapat diterapkan guru untuk mengatasi masalah tersebut adalah berupa suatu model pembelajaran yang interaktif sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian

biologi siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2016/2017 pada materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 71.

Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan pembagian kelompok yang selanjutnya guru beserta anak didik memilih topik- topik tertentu sesuai permasalahan- permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Hal ini terlihat dari kelebihan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) menurut Istarani (2014:87) dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan, melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, untuk mengeluarkan ide-ide baru dan melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa pada ranah afektif (berupa penilaian sikap), kognitif (berupa tes akhir penelitian), dan psikomotor (berupa penilaian produk) kelas VIII SMP KARTIKA 1-7 Padang.

(3)

3 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen ini digunakan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rancangan penelitian ini “Randomized Control Group Postest Only Design’’. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari tahun pelajaran 2016/2017 di SMP KARTIKA 1- 7 Padang.

Jenis data adalah data primer, yaitu data yang langsung diambil dari tes hasil belajar siswa kelas sampel. Data sekunder yaitu data yang didapat dari guru mata pelajaran berupa nilai semester 1 dan jumlah siswa kelas VIII SMP KARTIKA 1-7 Padang.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP KARTIKA 1-7 Padang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 4 kelas yang pengambilannya dengan teknik Purposive Sampling dimana kelas eksperimen adalah VIII2 dan kelas kontrol kelas VII4.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada ranah afektif berupa penilaian sikap, instrumen pada ranah kognitif berupa tes akhir penelitian, dan instrumen pada ranah psikomotor berupa penilaian produk. Pada uji coba tes dilakukan validitas tes, indeks kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. Dari hasil data tersebut didapatkan 49 soal yang dipakai dari 91 soal.

Teknik analisis data pada ranah afektif, kognitif, psikomor dilakukan uji nornalitas bertujuan untuk melihat apakah data berdistribusi normal, setelah itu dilakukan uji homogenitas bertujuan untuk menentukan apakah kedua kelompok mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas didapatkan data berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian telah dilakukan pada dua kelas yaitu kelas VIII2 sebagai kelas eksperimen dan VIII4 sebagai kelas kontrol. Dari kedua kelas tersebut diperoleh data hasil belajar siswa meliputi tiga ranah yaitu ranah afektif, kognitif, dan psikomotor.

1. Ranah Afektif

Penilaian sikap merupakan penilaian yang berkaitan dengan sikap dan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian terhadap aktifitas dan sikap siswa disaat pembelajaran dilaksanakan setiap kali pertemuan, maka diperoleh rata-rata nilai modus keseluruhan siswa. data hasil penilaian afektif yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar1.

(4)

4 Gambar 1. Rata-rata Nilai Afektif

Kedua Kelas Sampel Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa penilaian sikap kelas eksperimen pada indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran adalah 3,55 (SB), indikator bertanggung jawab adalah 3.64 (SB) dan indikator santun berkomunikasi adalah 3,68 (SB). Kelas kontrol pada indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran adalah 3,24 (B), indikator bertanggung jawab adalah 3,32 (B) dan indikator santun berkomunikasi adalah 3,32 (B).

Nilai modus pada penilaian sikap kelas eksperimen adalah 3,73 dengan predikat sangat baik (SB) dan kelas kontrol adalah 3,24 dengan predikat baik (B).

Hasil penilaian sikap kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

a. Menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan data yang diperoleh untuk aspek menghargai pendapat teman

pada kelas eksperimen adalah 3,55 sedangkan kelas kontrol 3,24. Dari kedua data terlihat bahwa siswa eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini disebabkan saat pembelajaran berlangsung dan diskusi kelompok siswa saling berinteraksi untuk mencari dan memecahkan masalah disitulah timbul rasa saling menghargai saat menyampaikan pendapat. Selain itu jika dilihat dari keaktifan mereka banyak yang aktif dalam memecahkan masalah sehingga dapat menumbuhkan sikap saling menghargai diantara mereka. Sejalan dengan pendapat Daryanto (2009: 63) menciptakan hubungan yang baik antara siswa dengan siswa sangat diperlukan agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Pada kelas kontrol untuk aspek menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran terlihat lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Hal ini disebabkan pada kelas kontrol hanya beberapa orang siswa yang aktif, sehingga tidak dapat menumbuhkan sikap saling menghargai. Pada kelas kontrol hanya beberapa siswa yang terlihat aktif dalam bertanya dan menanggapi jawaban dalam proses pembelajaran hal ini disebabkan karena sebagian siswa hanya mengandalkan siswa yang pintar dan aktif saja sehingga menyebabkan rata-rata nilai modus pada kelas kontrol rendah.

0 1 2 3

4 3,55 3,64 3,68 3,24 3,32 3,32

Kelas Kontrol kelas eksperi

Rata-rata Nilai ModusKeseluruhan men

Menghargai Pendapat

Teman

Bertan ggung Jawab

Santun Berkomuni

kasi

(5)

5 b. Bertanggung jawab

Penilaian pada aspek bertanggung jawab didapatkan hasil pengamatan pada kelas eksperimen adalah 3,64, sedangkan pengamatan pada kelas kontrol adalah 3,32. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran menggunakan model Group Investigation siswa dituntut mengerjakan secara bersama-sama dengan anggota kelompok dan tidak mengandalkan teman yang pintar saja, seperti siswa melaksanakan investigasi, menuliskan laporan, dan mempresentasikan laporan.

Sehingga menyebabkan dalam diri siswa timbul rasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tersebut karena hasil yang mereka dapatkan akan dibuat dalam sebuah laporan dan akan dipresentasikan ke depan kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat (Istarani, 2014:86-87) model pembelajaran Group Investigation yaitu melatih siswa untuk bertanggung jawab sebab ia diberi tugas untuk diselesaikan dalam kelompok.

c. Santun Berkomunikasi

Pada aspek santun berkomunikasi pada saat proses pembelajaran rata-rata kelas eksperimen adalah 3,68 dan kelas kontrol 3,32. Tingginya indikator santun berkomunikasi pada saat proses pembelajaran kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol karena selama proses pembelajaran kelas eksperimen pada saat kelompok melaksanakan

investigasi, bertukar fikiran dan mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas dan kelompok lain menanggapi hasil diskusinya dengan suasana tenang.

Sehingga dengan kondisi yang tenang di kelas eksperimen siswa saling bertukar pendapat satu sama lain, berinteraksi untuk mencari dan memecahkan masalah disitulah terlihat mereka dapat menyampaikan dan menerima pendapat orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Mariana dan Nurmillah (2012:142) komunikasi dilakukan di tempat yang tenang tentu para pelaku komunikasi akan merasa nyaman dan menyampaikannya dengan bahasa yang baik dan jelas, terlebih jika pembicaraan dinilai sangat penting. Pesan yang disampaikan akan diterima dengan baik.

Pada kelas kontrol hanya beberapa siswa yang mengeluarkan ide, pertanyaan atau menanggapi pertanyaan teman. Hal ini disebabkan karena siswa masih mengandalkan siswa yang pintar dan rajin saja untuk bertanya dan menanggapi jawaban.

2. Ranah Kognitif

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP KARTIKA 1-7 Padang, diperoleh data kedua kelas sampel yang dilihat dari aspek pengetahuan berupa tes akhir belajar siswa pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Data analisis adalah rata-rata nilai tes akhir pada

(6)

6 kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rata-rata Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan gambar diatas data penelitian yang dianalisis adalah nilai rata- rata tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen adalah 73,12 dan kelas kontrol adalah 49,79. Uji normalitas pada masing-masing kelas didapat L0 < Lt maka data berdistribusi normal. Uji homogenitas Fh < Ft dimana Fh = 0,34 dan Ft = 1,94 yang berarti data kedua sampel homogen dan uji hipotesis didapat thitung >

ttabel = 2,73 dan ttabel = 1,67 maka dengan hipotesis diterima.

Data yang didapat pada penilaian pengetahuan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 73,64, jika dikonversikan menjadi 2,94 dengan predikat (B) sedangkan kelas kontrol 49,79, jika dikonversikan menjadi 1,98

dengan predikat (C). Jumlah siswa yang mencapai KKM pada kelas eksperimen sebanyak 15 orang dengan persentase 68%

sedangkan kelas kontrol sebanyak 5 orang dengan persentase 20%.

Model pembelajaran Group Investigation (GI) memudahkan siswa dalam memecahkan masalah dalam kelompok, karena mereka hanya membahas sub topik yang mereka pilih sehingga proses pembelajaran lebih terarah. Menurut Annurrahman (2009:

150-151) keaktifan siswa melalui investigasi kelompok dari kegiatan merencanakan sampai pada pelaksanaan pemilihan topik-topik investigasi akan memberikan dorongan yang besar bagi para siswa untuk belajar menghargai pemikiran-pemikiran dan kemampuan orang lain, serta saling melengkapi pengetahuan dan pengalaman masing- masing. Karena itu diyakini pentingnya komunikasi yang bebas dan saling bertukar pengalaman ini akan memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan jika mereka melakukan tugas secara mandiri.

Rendahnya hasil belajar pada kelas kontrol, disebabkan pada saat membuat resume ada sebagian siswa yang tidak menghiraukan tugas yang harus diselesaikan. Hal ini menyebabkan beberapa siswa tidak serius dalam mengikuti pelajaran. Tes yang mereka peroleh juga tidak maksimal, karena tidak

0 10 20 30 40 50 60 70

80 73,64 49,79

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Rata-rata Nilai

(7)

7 banyak materi yang dipahami oleh siswa.

Hasilnya juga terbukti ketika dilakukan tes akhir tidak lebih 20% siswa yang tuntas, hal ini disebabkan siswa tampak main- main dalam proses pembelajaran dan tidak semua siswa mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru. Sesuai dengan pendapat Latisma (2011:192) bahwa orang yang tidak memiliki minat pada mata pelajaran tertentu, sulit diharapkan akan mencapai keberhasilan belajar secara maksimal. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari pembelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang memuaskan.

Tingginya ketuntasan kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol disebabkan pada kelas eksperimen proses pembelajaran mereka lakukan secara mandiri, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk berfikir aktif dan kreatif.

Pada kelas eksperimen guru juga memberikan hadiah/penghargaan kepada laporan diskusinya memenuhi kriteria, dengan begitu antar kelompok merekalah yang mendapat penghargaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2010: 107) dimana di dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memberikan hadiah berupa apa saja kepada anak didik yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas, benar menjawab

tugas ulangan formatif yang diberikan, dapat meningkatkan disiplin dalam mengajar, taat pada tata tertib sekolah dan sebagainya.

Hal ini juga ditunjukkan pencapaian ketuntasan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 68% sedangkan kelas kontrol pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga siswa merasa bosan dan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru menjadi berkurang.

Oleh sebab itu ketuntasan pada kelas kontrol tidak lebih dari 50%. Meurut Djamarah dan Zain (2007: 107) apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka tingkat keberhasilannya tergolong kurang baik.

3. Ranah Psikomotor

Data hasil penilaian psikomotor dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

3,07

3,38 3,64

2,34

3,30 3,45

Kelas Kontrol kelas eksperimen

Rata-rata Nilai ModusKeseluruhan

Kelengkapan Laporan Diskusi/Resume

Menyimpul kan Hasil Diskusi/Res

ume

K3Penulis an

(8)

8 Berdasarkan gambar diatas penilaian keterampilan pada kelas eksperimen dilihat pada indikator kelengkapan laporan diskusi adalah 3,07 (B), indikator menyimpulkan hasil diskusi 3,38 (B+) dan indikator kerapian, kebersihan dan kejelasan adalah 3,64 (A-). Penilaian keterampilan pada kelas kontrol kelengkapan resume adalah 2,34 (C+), indikator menyimpulkan hasil resume adalah 3,30 (B+) dan indikator kerapian, keberhasilan dan kejelasan penulisan adalah 3,45 (B+).

Penilaian keterampilan dilihat dari laporan diskusi untuk kelas eksperimen dan resume untuk kelas kontrol, dimana dalam laporan atau resume membahas pemecahan masalah dari materi setiap kali pertemuan. Hasil ketiga aspek tersebut didapatkan capaian optimum untuk kelas eksperimen adalah 3,72 dengan predikat (A-), sedangkan kelas kontrol adalah 3,42 dengan predikat (B+). Aspek yang dinilai pada penilaian keterampilan yaitu sebagai berikut.

a. Kelengkapan laporan diskusi atau resume

Penilaian pada aspek laporan diskusi atau resume pada kelas eksperimen adalah 3,07 sedangkan pada kelas kontrol 2,34.

Hal ini terlihat nilai kelas eksperimenlebih tinggi dari pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen nilai laporan diskusi lebih tinggi karena setiap anggota kelompok

melakukan investigasi dengan sub topik yang dipelajari dengan berbagai literatur.

Selain itu saat investigasi semua anggota kelompok saling mengeluarkan ide.

Rendahnya nilai kelengkapan resume pada kelas kontrol disebabkan hanya beberapa siswa yang memiliki sumber buku. Meskipun telah diberikan kemudahan untuk menggunakan sumber buku yang telah diberikan guru, ada juga siswa tidak menggunakannya bahkan ada yang melihat resume teman dan bahkan ada juga buku yang hilang. Hal ini menyebabkan laporan resume mereka pada umumnya sama dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan di capai yang mana akan mempengaruhi hasil resume.

b. Menyimpulkan hasil diskusi atau resume

Pada aspek menyimpulkan hasil diskusi atau resume pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, nilai pada kelas eksperimen adalah 3,38 sedangkan pada kelas kontrol adalah 3,30.

Pada kelas eksperimen mereka menyatukan pendapat yang berbeda dalam satu laporan, selain itu mereka membuat simpulan laporan diskusi dari beberapa sumber buku. Rendahnya nilai siswa pada kelas kontrol disebabkan materi yang mereka bahas untuk semua sama. Selain itu siswa yang malas membuat resume atau merangkum dari sumber buku, mereka

(9)

9 hanya melihat resume temannya sehingga penilian pada aspek ini kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Sejalan dengan pendapat Susanto (2010: 8) untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep guru mengevaluasi produk.

c. Kerapian, kebersihan dan kejelasan dalam penulisan

Pada aspek ini kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 3,64 sedangkan kelas kontrol 3,45. Pada aspek indikator ini semua siswa memiliki kriteria yang baik karena laporan atau resume yang mereka kumpulkan dapat dipahami dengan jelas oleh guru, rata-rata nilai pada aspek ini untuk kedua kelas sampel juga tidak jauh. Pada aspek kerapian, kebersihan dan kejelasan kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Karena pada kelas kontrol ada beberapa siswa yang membuat resume tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tidak memperhatikan resume yang mereka buat.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sugono (2009:23) bahwa teknik penulisan dikatakan baik apabila itu mudah dipahami sesuai dengan topik yang dibicarakan dan di tata rapi.

Berdasarkan ketiga penilaian di atas dapat disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (G) lebih baik dari pada kelas

kontrol dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Berdasarkan uraian diatas penerapan model Group Investigation (G) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada penilaian afektif, penilaian kognitif dan penilaian psikomotor.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (G) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah afektif (berupa penilaian sikap), kognitif (berupa tes akhir penelitian) dan psikomotor (berupa penilaian produk) siswa kelas VIII SMP KARTIKA 1-7 Padang.

DAFTAR PUSTAKA

Annurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Djamarah, S.B dan A.Zain, 2006. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta: Rhineka Cipta

Istarani. 2012. Kumpulan 40 Metode Pembelajaran. Medan: Media Persada.

Marianna, A dan Nurmillah, M. 2012.

Berkah Dan Manfaat Silahturahmi.

Bandung: Ruang Kata Kawan Pustaka.

Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan.

Padang: UNP Press.

(10)

10 Sugono, D. 2009. Mahir Berbahasa

Indonesia Dengan Benar. Jakarta: PR Gramedia Pustaka Utama

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi persamaan lingkaran di