• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DISERTAI POWER POINT TERHADAP

HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I)

SUTIRTA NIM. 11010004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DISERTAI POWER POINT TERHADAP

HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

Sutirta, Mulyati, dan Diana Susanti Program Studi Pendidikan Biologi

STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of the application of cooperative learning model type group investigation accompanied by using power point toward result of learning IPA class VIII SMP Negeri 13 Padang. The research was experiment design with Randomized Control Group Posttest-Only Design. The population were of the students class VIII SMP Negeri 13 Padang in the academic years 2015/2016. Sample was taken by using purposive sampling, experimental class was VIII.4 and control class was VIII.7. The cognitive instrument of this research using final test with 26 grains of objective questions. The result of average experimental class was 72.60 (B) and control class was 64.10 (C+). Hypothesis using t-test, the score thitung was (3.29)> ttable was (1.67). For affective result with the average value of experimental class 3.79 (B) and control class 3.51 (B). The average psychomotor value of experimental class 3.80 (A-) and control class 3.44 (B+). It can be concluded the implementation of cooperative learning model type group investigation accompanied by using power point have effect toward learning outcomes IPA class VIII SMP Negeri 13 Padang on the material system of human motion.

Key Word: Group investigation, Cooperative Learning, Power Point, Learning out comes Pendahuluan

Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaktif yang bernilai edukatif. Interaksi edukatif ini terjadi antara guru dengan anak didik, antara anak didik sesamanya dan antara anak didik dengan lingkungannya. Interaksi ini perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan (Lufri, 2007:1).

Guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor utama tercapainya proses pembelajaran yang lebih baik, sehingga dalam proses belajar mengajar. Guru bukan hanya dituntut memahami materi saja. Guru juga harus mampu menggunakan berbagai macam model dan media pembelajaran serta mampu menyesuaikan dengan materi dan kondisi siswa. Pernyataan tersebut didukung Sardiman (2009:163) bahwa dalam sepuluh kompetensi guru, seorang guru harus mampu mengunakan media atau model dalam pembelajaran dengan suasana kelas tetap dalam keadaan kondusif.

Berdasarkan hasil observasi penulis selama melaksanakan praktek lapangan di SMP Negeri 13 Padang tahun ajaran 2014/2015, dan wawancara dengan salah satu guru IPA yaitu Ibu Nelfrawati S.Pd bulan februari 2015. Dalam proses pembelajaran guru sudah mengunakan model dan media pembelajaran. Namun model dan media yang digunakan belum bervariasi, serta belum disesuaikan dengan materi maupun kondisi siswa.

Hal ini berdampak terhadap hasil belajar IPA siswa, seperti dalam materi sistem gerak pada manusia yang merupakan materi yang membedakan bagian-bagian tulang, macam-macam sendi dan otot.

Berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian (UH) yang didapat, belum semua siswa mencapai nilai rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kelas VIII.1 (82,03), VIII.2

(58,43), VIII.3 (73,07), VIII.4 (69,07), VIII.5

(81,23), VIII.6 (69,24), VIII.7 (68,02), VIII.8

(66,19). Nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan untuk pelajaran IPA pada kelas VIII tahun ajaran 2014/2015 adalah 75.

(4)

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu adanya usaha dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Salah satu usaha yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara penuh memecahkan permasalahan yang ada.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasinya adalah pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation. Pembelajaran kooperatif Tipe Group Investigation adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa menemukan sendiri penyelesaian permasalahan yang diberikan dan guru hanya sebagai fasilitator (Slavin, 2005: 218).

Group investigation memiliki keunggulan salah satunya melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok, karena kelompok dibentuk secara heterogen (Istarani, 2014: 86-88). Sebagai pendukung penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation, digunakan media power point. Power point dapat membantu dalam penerapan model group investigation untuk materi sistem gerak pada manusia, karena power point bisa digunakan dalam mengatasi permasalahan yang belum dapat diselesaikan saat melaksanakan investigasi, sehingga dengan power point materi tersebut masih dapat diselesaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Power point juga dapat menampilkan gambar dengan jelas dan menarik bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation disertai power point terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 13 padang.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Nanik Oktaviani (2012).

Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 4 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam belajar. Selanjutnya penelitian Suartika. 2013. dengan judul” pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap pemahaman konsep biologi dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA” disimpulkan bahwa dengan penerapan model group investigation dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation disertai Power Point Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Padang”.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Agustus sampai September, di kelas VIII semester 1 SMP Negeri 13 Padang Tahun Ajaran 2015/2016. Jenis penilitian ini adalah eksprimen dengan Rancangan randomized control group postest only design (Lufri 2007 : 68-69). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling karena sampel yang diambil meliputi keseluruhan unsur populasi. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu dengan cara undian. Kelas yang pertama terambil ditetapkan sebagai kelas eksperimen. Kelas VIII4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII7 sebagai kelas kontrol.

Untuk melihat hasil belajar kedua kelas sampel, pada ranah kognitif dilakukan tes akhir sedangkan ranah afektif di lakukan observasi oleh observer selama proses pembelajaran dan untuk ranah psikomotor dari hasil laporan yang dibuat setiap pertemuannya. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ranah kognitif adalah validitas soal, reliabilitas tes (Arikunto, 2012:82-117), sedangkan daya pembeda, dan indeks kesukaran soal (Sudijono, 2012:370-389). Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis (sudjana, 2005: 239-467). Sedangkan instrumen data ranah afektif berdasarkan nilai rata-rata modus dan ranah psikomotor berdasarkan nilai rata-rata pencapaian optimum (Permendikbud, 2014:4-5).

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 13 Padang, diperoleh data hasil belajar IPA dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa pada kedua kelas sampel. Dapat dilihat pada gambar 1, 2 dan 3.

(5)

Gambar 1. Rata-Rata Hasil Penilaian Ranah Kognitif Kelas Sampel Dalam Bentuk Histogram

Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat perbedaan rata-rata hasil belajar ranah kognitif dari kedua kelas sampel. Dimana rata-rata nilai kelas eksprimen 72,60 lebih tinggi dari kelas kontrol dengan rata-rata 64,10. Setelah dilakukan uji normalitas terhadap kedua kelas sampel maka didapatkan hasil bahwa Lo<Lt, maka data betdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas didapatkan Fh<Ft, maka data berdistribusi homogen. Uji normalitas dan homogenitas pada kedua kelas sampel, berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis dilakukan uji-t, dan didapatkan hasil Thitung = 3,29 dan harga Ttabel=1,67.

Karena Thitung>Ttabel maka hipotesis (HI) diterima.

Tingginya hasil belajar IPA siswa kelas eksprimen, karena dalam proses pembelajaran group investigasi diterapkan sistem diskusi yang melibatkan siswa mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap evaluasi. Tugas yang diberikan dalam bentuk subtopik, lalu siswa di minta untuk mengembangkan subtopik tersebut dengan menemukan permasalahannya terlebih dahulu. Sesuai dengan kelebihan group investigasi menurut Istarani (2014: 86-88) yaitu melatih siswa untuk mengeluarkan ide dan gagasan baru serta melatih siswa menemukan hal-hal baru dari hasil kelompok yang dilakukannya

.

Selain itu, siswa merasa senang dengan pembelajaran yang diterapkan. Bagi siswa ini merupakan

hal baru dan menarik, sehingga meningkatkan minat belajarnya. Menurut Hamalik (2011:33) minat belajar siswa timbul apa bila siswa tertarik akan sesuatu yang akan dipelajari dan dirasakan bermakna baginya. Meningkatkannya minat belajar siswa, membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Slameto (2010:12) agar setiap siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, minatnya perlu ditingkatkan terlebih dahulu.

Tingginya hasil belajar kelas eksprimen pada materi sistem gerak manusia, karena model group investigation dipadukan dengan media power point. Berdasakan penelitian Susmiati, Rita (2013) media power point merupakan pilihan yang tepat untuk materi sistem gerak pada manusia, karena pada materi ini siswa dituntut untuk memahami gambar-gambar tulang, sendi dan otot serta penggunaan power point mampu membangkitkan minat siswa untuk memperhatikan materi sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini belum membuat nilai rata-rata tes akhir siswa kelas eksprimen mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Disebabkan adanya tahapan dalam proses pembelajaran group investigation yang meminta siswa mencari permasalahan pada suatu subtopik lalu mencari penyelesaian dari masalah yang sudah ditimbulkan membuat kesulitan tersendiri bagi siswa. Hal tersebut sesuai dengan kekurangan dari model group investigation yaitu sulit bagi siswa menemukan hal baru, sebab ia belum terbiasa untuk melakukannya (Istarani, 2014: 88).

Selain itu, baik buruknya hasil belajar seseorang bukanya hanya dipengaruhi bagaimana proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Tapi dapat dipengaruhi oleh kemampuan siswa itu sendiri, kondisinya saat mengikuti tes serta keinginan untuk mendapat nilai yang baik. Pernyataan tersebut di dukung oleh Wasliman (2007) dalam Susanto (2011:12) yang menyatakan “ hasil belajar siswa itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal berasal dari dalam diri siswa seperti kecerdasaan, minat, motivasi, sikap serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat”.

72,6

64,1

58 60 62 64 66 68 70 72 74

kelas sampel

Eksprimen Kontrol Nilai rata-rata

(6)

Pada kelas kontrol rata-rata hasil belajar siswa di bawah kelas eksprimen, hal tersebut disebabkan pada proses pembelajaran dengan metode diskusi siswa dibentuk dalam kelompok berdasarkan tempat duduk, sehingga anggota kelompok tidak heterogen. Hal tersebut sangat jelas terlihat dimana siswa yang pandai yang bekerja dan yang lain diam atau meribut, sehingga suasana kelas kurang kondusif.

Gambar 2. Hasil Penilaian Ranah Afektif Siswa Kelas Sampel Dalam Bentuk Histogram Berdasarkan gambar 2, indikator disiplin pada kelas eksprimen 3,85 (B) lebih tinggi dari kelas kontrol 3,57 (B).

Tingginya nilai disiplin siswa kelas eksprimen, karena siswa diberi tugas untuk mengerjakan satu subtopik setiap kelompok dan adanya tahap presentasi untuk setiap subtopik yang berbeda, membuat setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang diberikan.

Pernyataan tersebut didukung Slavin (2005:

218) bahwa dalam proses pembelajaran dengan model group investigasi setiap kelompok wajib menyiapkan hasil diskusinya masing-masing untuk dipresentasikan nantinya di depan kelas.

Berbeda dengan kelas kontrol, di mana tugas yang diberikan sama setiap kelompok, sehingga ada kesempatan bagi kelompok lain untuk berleha-leha dalam mengerjakan tugas kelompoknya.

Untuk indikator tanggung jawab, kelas eksprimen 3,67 (B) dan kelas kontrol 3,31 (B). Tingginya rasa tanggung jawab siswa kelas eksprimen, karena siswa diberi kesempatan mencari sendiri permasalahan lalu menyelesaikan sendiri permasalahan yang sudah didapatkan dengan satu subtopik. Membuat siswa harus bertanggung jawab jika ingin tugasnya selesai. Sesuai dengan kelebihan dari model group investigasi, yaitu meningkatkan rasa tanggungjawab siswa sebab ia di beri tugas untuk diselesaikan dalam kelompoknya (Istarani, 2014: 86). Sedangkan kelas kontrol mengerjakan tugas kelompok seperti biasanya. Komunikatif pada kelas eksprimen 3,70 (B) dan kelas kontrol 3,26 (B).

Tingginya komunikatif kelas eksprimen, salah satunya karena adanya pengahargaan untuk kelompok terbaik yang di nilai dari segi keaktifan selama presentasi. Sesuai dengan kelebihan model pembelajaran group investigation yaitu dapat membuat siswa lebih aktif (Istarani, 2014:6-88). Sedangkan kelas kontrol hanya sistem presentasi biasa, tanpa adanya bentuk penghargaan pada keaktifan siswa.

Gambar 3. Hasil penilaian Psikomotor Siswa Kelas Sampel Dalam Bentuk Histogram

Berdasarkan gambar 3, dilihat dari aspek kesesuaian laporan dengan tujuan pembelajaran. Kelas eksprimen lebih tinggi yaitu 3,65 (A) dan kelas kontrol 3, 40 (B+).

Tingginya kelas eksprimen, disebabkan adanya keseriusan yang tinggi dalam belajar dari siswa kelas eksprimen.

Sehingga siswa mendengarkan dengan baik

3,85

3,67 3,7 3,57

3,31 3,26

2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4

disiplintanggung jawabkomunikatif

eksprimen kontrol

3,65

2,91 3,4 3,26

0 1 2 3 4

kesesuaian isi laporan

kerapian dan kebersihan

eksprimen kontrol Nilai Rata-Rata Modus

Nil nilai rata-rata optimum

In

o Indikator

I Indikator

(7)

ketika guru menjelaskan, sedangkan kelas kontrol kurang memperhatikan saat guru menjelaskan pembelajaran. Dari indikator kebersihan dan kerapian laporan kelas kontrol 3,26 (B+) lebih tinggi dari kelas eksprimen 2,91 (B). Tingginya kelas kontrol pada indikator kebersihan dan kerapian laporan, dapat disebabkan keahlian dari siswa itu sendiri dalam mencatat hasil diskusinya.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, siswa yang tuntas pada ranah kognitif, umumnya memiliki nilai yang baik juga pada ranah afektif dan psikomotor.

Sesuai dengan pernyataan Permendikbud (2014:23) tuntas tidaknya suatu hasil belajar siswa, tidak hanya dilihat dari segi kemampuannya saja. Tapi dari segi sikap dan keterampilannya juga. Yaitu untuk nilai ranah kogntif dan psikomotor pada predikat B- (2,66) dan nilai ranah afektif pada predikat B (3).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation disertai power point berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Padang pada materi sistem gerak pada manusia.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan beberapa saran. Yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation disertai power point dengan materi yang sesuai, dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation disertai power point dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran, yang dapat digunakan oleh guru dalam tanggungjawab siswa dalam diskusi kelompok dan model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi bisa juga dipadukan dengan media lain yang sesuai dengan materi. Kepada peneliti yang berminat disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan pada materi yang berbeda

Daftar Kepustakaan

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.

Lufri. 2007. Srategi Pembelajaran Biologi.

Padang: UNP Press.

2007. Kiat Memahami dan Melakukan Penelitian. Padang : UNP Press.

Nanik Oktaviani. 2012. Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Dalam Pembelajaran IPA Biologi Siswa Kelas VII SMP N 4 Tenggayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Permendikbud. 2014. Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 104.

Sardiman. 2009. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Wali Press.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin. 2005. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Suartika. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Terhadap Pemahaman Konsep Biologi Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 7(1), 34-42

(8)

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Pt Grafindo Persada

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung:

Tarsito.

Susanto, Ahmad. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Susmiati, Rita. 2013. Pengaruh Penggunaan Media Slide Power Point dengan Strategi Guided Note Taking Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP N 2 Lembah Melintang Pasaman Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang diberikan peneliti yaitu: (1) pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat digunakan sebagai inovasi pembelajaran bagi guru IPA di SMP Negeri 4

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman konsep

iptv polsky Salem Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation filetype pdf Ontario penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation filetype

Penelitian ini akan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) dengan disertai integrasi kecerdasan majemuk yang nantinya akan berfungsi

Dan berdasarkan hasil rata-rata yang diperoleh dari masing-masing kelompok, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

KESIMPULAN dan SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak berpengaruh terhadap hasil

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Index Card Match disertai tugas rumah