• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERUGIAN NEGARA VS KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

N/A
N/A
pidsus kejari mesuji

Academic year: 2023

Membagikan "KERUGIAN NEGARA VS KERUGIAN KEUANGAN NEGARA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KERUGIAN NEGARA VS

KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

IAPI PROCUREMENT FORUM DAN EXPO

JAKARTA, 5 MEI 2015

(2)

PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA

(Undang-undang No. 31/99 jo 20/2001 Pemberantasan TPK Dalam Penjelasan Umum

Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:

(a) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan

pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah;

(b) berada dalam penguasaan, pengurusan, dan

pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha

Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang

menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan

modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.

(3)

PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA

(Undang-undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Pasal 1 Ayat 1)

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan

hak dan kewajiban tersebut

(4)

Pengertian Kerugian Negara/Daerah

UU No 1/2004 ttg Perbendaharaan Negara Psl 1 ayat (22)

Adalah kekurangan uang, surat berharga, barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum

baik sengaja maupun lalai

(5)

Kewenangan BPK Menetapkan Ganti Kerugian Negara/Daerah Terhadap Bendahara

Kewenangan BPK Menetapkan Ganti Kerugian Negara/Daerah Terhadap Bendahara

UU No. 1/2004 Perbendaharaan Negara

UU No. 1/2004 Perbendaharaan Negara

UU No. 15/2004 Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara

UU No. 15/2004 Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara Pasal 62

Ganti Kerugian Negara/ Daerah terhadap Bendahara ditetapkan

BPK

Pasal 13 investigatif guna mengungkap adanya

indikasi kerugian negara/daerah dan/atau

unsur pidana.

Pasal 22

BPK menetapkan surat keputusan pembebanan

penggantian kerugian negara/daerah kepada

bendahara Pasal 63

Ganti Kerugian Negara/Daerah terhadap pegawai negeri bukan

Bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/

gubernur/bupati/walikota

Peraturan BPK No. 3/2007 Tata Cara Penyelesaian Ganti

Kerugian Negara Terhadap Bendahara

Psl 3

Informasi dari pengawasan aparat pengawasan

fungsional Psl 6

TPKN menghitung jumlah kerugian negara

BPK menerbitkan : SK Penetapan Batas Waktu

SK Pencatatan SK Pembebanan

SK Pembebasan

BENDAHARA

(6)

Pengertian Bendahara

UU No. 1/2004 Tentang Perbendaharaan

adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama

negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan uang atau

surat berharga atau barang-barang

negara/daerah.

(7)

Ganti Rugi

Pasal 62 UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan negara:

(1) Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(2)Apabila dalam pemeriksaan kerugian negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan unsur pidana, Badan Pemeriksa Keuangan

menindaklanjutinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3)Ketentuan lebih lanjut tentang pengenaan ganti kerugian negara terhadap bendahara diatur dalam undang-undang mengenai pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

Pasal 63 UU No. 1 Tahun 2004

(1)Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/

gubernur/bupati/walikota.

(2)Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur dengan peraturan

pemerintah.

(8)

PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

Pasal 13 UU No. 15 Tahun 20004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif guna mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.

Pasal 22 UU No. 15 Tahun 20004;

(1)BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada

kekurangan kas/barang dalam persediaan yang

merugikan keuangan negara/daerah.

(9)

Sumber Informasi Kerugian Negara

Pasal 3 Peraturan BPK RI No. 3 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap

Bendahara:

Informasi tentang kerugian negara dapat diketahui dari:

a. pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan.

b. pengawasan aparat pengawasan fungsional.

c. pengawasan dan/atau pemberitahuan atasan

langsung bendahara atau kepala kantor/satuan kerja.

d. perhitungan ex officio.

(10)

Tim Penyelesaian Kerugian Negara, (TPKN)

Pasal 6 Peraturan BPK RI No. 3 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara:

(1)TPKN bertugas membantu pimpinan instansi dalam memproses penyelesaian kerugian negara terhadap

bendahara yang pembebanannya akan ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

(2)Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), TPKN menyelenggarakan fungsi untuk :

a. menginventarisasi kasus kerugian negara yang diterima;

b. menghitung jumlah kerugian negara;

(11)

Unsur Delik UU 31/99 Jo 20/2001

Pasal 2 Ayat (1): Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Pasal 3: Setiap orang yang dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara

(12)

Pengertian Kerugian Keuangan Negara

UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001

Tidak terdapat definisi khusus mengenai Kerugian Keuangan Negara dalam UU ini, yang ada hanya cara penanganan dan rujukan penghitungnya:

• Pasal 32 UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi: Ayat (1): Dalam hal penyidik

menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur tindak pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan.

• Penjelasan Pasal 32 Ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 Jo UU No. 20

Tahun 2001 : Yang dimaksud dengan “secara nyata telah ada kerugian keuangan negara” adalah kerugian yang sudah dapat dihitung

jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau

akuntan publik yang ditunjuk.

(13)

PENYIDIK:

-Psl 14 ayat (1) huruf g UU No. 2 Th 2002 Tentang Kepolisian RI -Psl 30 ayat 1 huruf d UU No. 16 Th 2004 Tentang Kejaksaan RI -Psl 6 huruf c UU No.

30 Th 2002 Tentang KPK

--Psl 6 ayat 1 huruf b PPNS UU No. 8 Th 1981 Tentang HAP

PENYIDIK:

-Psl 14 ayat (1) huruf g UU No. 2 Th 2002 Tentang Kepolisian RI -Psl 30 ayat 1 huruf d UU No. 16 Th 2004 Tentang Kejaksaan RI -Psl 6 huruf c UU No.

30 Th 2002 Tentang KPK

--Psl 6 ayat 1 huruf b PPNS UU No. 8 Th 1981 Tentang HAP

HAP Psl 184 5 Alat Bukti

Sah HAP Psl 184

5 Alat Bukti Sah

Keterangan Ahli Keterangan Ahli

TPK Psl 2 dan Psl 3

“...mengakibatkan kerugian keuangan negara...”

TPK Psl 2 dan Psl 3

“...mengakibatkan kerugian keuangan negara...”

TPK Psl 32

Dihitung oleh instansi yang berwenang atau

KAP TPK Psl 32

Dihitung oleh instansi yang berwenang atau

KAP

- HAP Psl 7 (1) Wewenang Penyidik (h) mendatangkan orang ahli

- HAP Psl 120 (1) Penyidik dapat minta pendapat orang ahli

- HAP Psl 7 (1) Wewenang Penyidik (h) mendatangkan orang ahli

- HAP Psl 120 (1) Penyidik dapat minta pendapat orang ahli

HAP Psl 183: Minimal 2 Alat Bukti Sah dan Keyakinan Hakim HAP Psl 183: Minimal 2 Alat Bukti Sah dan Keyakinan Hakim

HAP Psl 179 Setiap orang ...wajib memberi kan keterangan ahli HAP Psl 179 Setiap

orang ...wajib memberi kan keterangan ahli

KPK Psl 6 instansi yang berwenang

KPK Psl 6 instansi yang berwenang

MoU BPKP masing-masing dengan Kepolisian RI, Kejaksaan RI dan KPK MoU BPKP masing-masing

dengan Kepolisian RI, Kejaksaan RI dan KPK

Peraturan Presiden No.

192/2014 Tentang BPKP Psl 27

Peraturan Presiden No.

192/2014 Tentang BPKP Psl 27

TPK Psl 2 dan Psl 3 - “...setiap orang...”

- -” ... melawan hukum...”

- - “... menyalahgunakan wewenang...”

- -’...menguntungkan diri sendiri, orang lain atau

korporasi...”

TPK Psl 2 dan Psl 3 - “...setiap orang...”

- -” ... melawan hukum...”

- - “... menyalahgunakan wewenang...”

- -’...menguntungkan diri sendiri, orang lain atau

korporasi...”

Lembaga/Institusi Lain Lembaga/Institusi Lain

Sangkaan

Pe m bu kti an

Pengumpulan Alat Bukti oleh Penyidik

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara

Putusan MK No. 31/PUU- X/2012

Putusan MK No. 31/PUU-

X/2012

(14)

Tugas Penyidik

Kepolisian RI UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia:

Pasal 14 ayat (1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas: huruf (g) melakukan

penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya

Kejaksaan RI: UU No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan RI, Pasal 30; ayat (1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang: huruf d. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang

KPK: UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 6; Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas: huruf (c) melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

PPNS: UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 6 ayat (1);

Penyidik adalah: huruf (b): pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi

wewenang khusus oleh undang-undang

(15)

Alat Bukti

• Pasal 184 Ayat (1) UU N0. 8 Tahun 1981:

Alat bukti yang sah ialah:

(a). keterangan saksi;

(b). keterangan ahli;

(c). surat;

(d). petunjuk;

(e). keterangan terdakwa.

(16)

Kewenangan Penyidik

• UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal 7 ayat (1) : Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang: huruf h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

• UU No. 8 Tahun 1981 Psl 120 Ayat (1): Dalam hal Penyidik menganggap perlu, Ia dapat meminta

pendapat atau orang yang memiliki keahlian khusus.

(17)

Kewajiban Warga Negara RI

• UU No. 8 Tahun 1981 Psl 179 Ayat 1: Bahwa setiap orang yang diminta pendapatnya

sebagai ahli Kedokteran Kehakiman atau

dokter atau Ahli lainnya wajib memberikan

keterangan ahli demi keadilan.

(18)

MoU BPKP Dengan APH

MoU BPKP – Kepolisian RI:

Nota Kesepahaman Antara Kepolisian Negara RI Dengan BPKP Nomor: B/29/K/2011 Nomor:

MoU-1520/K/D6/2011 Tentang Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik Di Lingkungan Kepolisian Negara RI

MoU BPKP – Kejaksaan RI:

Petunjuk Pelaksanaan Bersama Jaksa Agung RI dan Kepala BPKP Nomor: JUKLAK –

001/J.A/2/1989 Nomor: KEP-145/K/1989 Tentang Upaya Memantapkan Kerjasama Kejaksaan dan BPKP Dalam Penanganan Kasus yang Berindikasi Korupsi

MoU BPKP – KPK:

Nota Kesepahaman Antara KPK Dengan BPKP Nomor : SPJ-15/01/04/2011 Nomor : MoU- 378/K/D6/2011 Tentang Kerjasama Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

MoU Kejaksaan RI-Kepolisian RI-BPKP:

Nota Kesepahaman antara Kejaksaan Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-

109/A/JA/O9/2OO7 NO . POL: B-2718/IX/2OO7 dan Nomor: KEP-1093/K/D6/2OO tanggal 28 September 2007 tentang Kerjasama dalam Penanganan Kasus Penyimpangan Pengelolaan Keuangan Negara yang Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Termasuk Dana Non budgeter Keputusan Bersama Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus - Kepala Badan Reserse

Kriminal Polri - Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi Nomor : KEP -006/F/Fjp/09/2009; NO.

POL : B/2l71/IX/2OO9; NOMOR: KEP-1165/D6/2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Dalam Penanganan Kasus Penyimpangan Pengelolaan Keuangan Negara Yang Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Termasuk Dana Non Budgeter

(19)

Instansi yang Berwenang

• Pasal 6 UU No. 30 Th 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi:

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas: huruf (a).

koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi

• Penjelasan Pasal 6 UU No. 30 Th 2002: Yang dimaksud dengan “instansi yang berwenang” termasuk Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan, Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara, inspektorat pada Departemen atau Lembaga

Pemerintah Non-Departemen

(20)

Putusan MK

Nomor 31/PUU-X/2012

Tugas dan kewenangan instansi yang disebutkan dalam Penjelasan Pasal 6 UU a quo, dalam hal ini BPKP dan BPK telah disebutkan secara jelas dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang masing-masing.

KPK sebagai salah satu pelaku dari sistem peradilan korupsi memiliki kewenangan diskresioner untuk meminta dan menggunakan informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi atau pihak-pihak lain yang terkait untuk kepentingan penyidikan .

Mengenai terbukti atau tidak terbuktinya kerugian negara yang disebutkan

dalam LPHKKN atau sah-tidak sahnya LPHKKN tersebut tetap merupakan

wewenang mutlak dari hakim yang mengadilinya. Dengan perkataan lain,

walaupun KPK memiliki kewenangan diskresioner untuk menggunakan

informasi tentang kerugian negara dalam bentuk LPHKKN dari BPKP atau

BPK dalam penyidikan, digunakan atau tidaknya informasi tersebut dalam

pengambilan putusan merupakan kemerdekaan hakim yang mengadili

perkara. (Halaman 53 – 54)

(21)

Peraturan Presiden No. 192/2014 Tentang

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pasal 27

Deputi Bidang Investigasi melaksanakan tugas

membantu Kepala di bidang pelaksanaan pengawasan

kelancaran pembangunan termasuk program lintas

sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian

harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-

kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan

keuangan negara, audit penghitungan kerugian

keuangan negara dan pemberian keterangan ahli.

(22)

Arti Penting Perhitungan Kerugian Keuangan Negara

Sebagai salah satu

patokan/acuan bagi Jaksa untuk melakukan dakwaan/ penuntutan

Sebagai bahan pertimbangan

bagi Hakim dalam menetapkan putusannya

Untuk menentukan jumlah uang pengganti /tuntutan ganti rugi

Sebagai bahan

gugatan/penuntutan sesuai ketentuan yang berlaku

(Perdata/TP/TGR) dalam hal

kasus Perdata/TP/TGR

(23)

TPK Psl 2 dan Psl 3 - “...setiap orang...”

- -” ... melawan hukum...”

- - “... menyalahgunakan wewenang...”

TPK Psl 2 dan Psl 3 - “...setiap orang...”

- -” ... melawan hukum...”

- - “... menyalahgunakan wewenang...”

TPK Psl 2 dan Psl 3

“...mengakibatkan kerugian keuangan negara...”

TPK Psl 2 dan Psl 3

“...mengakibatkan kerugian keuangan negara...”

Proses

Pengadaan Barang/Jasa Perencanaan

- Penganggaran - Pembuatan HPS Pelelangan

- Kualifikasi - Penilaian Kontrak

Pelaksanaan Pekerjaan

Penerimaan Hasil Pekerjaan Pembayaran

- -’...menguntungkan diri sendiri, orang lain atau

korporasi...”

ALUR PIKIR

(24)

TERIMA KASIH

(25)

Referensi:

1. UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

2. UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

3. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

4. UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 5. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

6. UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

7. UU No. 15 Tahun 20004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

8. Peraturan BPK RI No. 3 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara

9. Putusan MK Nomor 31/PUU-X/2012

Referensi

Dokumen terkait

Tugas dan wewenang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) diatur dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK yang diatur pada Bab III bagian kesatu, pada Pasal

1) Penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Dalam Negeri dan Ombudsman RI pada tanggal 11 Mei 2011 tentang Penyusunan Sistem Penyelesaian Laporan atau Pengaduan

(2) Tujuan Nota Kesepahaman adalah sebagai pedoman bagi PARA PIH A K dalam rangka meningkatkan kerja sama dalam penyelenggaraan pengamanan, koordinasi serta

Dapat atau tidaknya LHA BPKP menjadi obyek sengketa di PTUN menjadi hal yang menarik untuk diperdebatkan kembali karena Mahkamah Agung melalui Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)

Nota Kesepahaman antara Kepolisian Resor Lingga dengan Pemerintah Kabupaten Lingga Nomor : B/21/I/HUK.8.1.1./2020 dan Nomor : 02/M.o.U/I/2020 tanggal 23 Januari 2020

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2 0 1 3 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN GANTI KERUGIAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA

Menurut Pasal 2 ayat 1 Undang- Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi meliputi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

Faktor yang menjadi dasar penetapan metode penghitungan kerugian keuangan negara oleh BPKP antara lain faktor hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dan keuangan negara,