• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pragmatik: Teori dan Analisis Makna Konteks dalam Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pragmatik: Teori dan Analisis Makna Konteks dalam Bahasa"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

Buku ini terdiri dari VI bab yang masing-masing terdiri atas (1) sejarah pragmatik dalam linguistik (2) potret pragmatik dalam linguistik (3) model interpretasi pragmatik (4) komponen wacana pragmatik (teks, ko-teks dan konteks) (5) implementasi pragmatik dalam tindak tutur. Penerbitan buku ini dilatarbelakangi oleh minimnya referensi yang menggali makna bahasa dari perspektif konteks.

Tata Bahasa Tradisional

Para ahli tata bahasa Latin mengadopsi tata bahasa Yunani dalam mempelajari bahasa Latin dan hanya melakukan sedikit modifikasi, karena kedua bahasa tersebut serupa. Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad ke-5 diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia, kemudian ke bahasa Syria.

Linguistik Modern

Sedangkan dalam bahasa Arab morfologi disebut dengan ilmu Al-Sharfi, yaitu ilmu yang mempelajari seluk-beluk kata. Dalam proses ini terjadi perubahan vokal pada kata-kata tersebut, seperti pada kata bahasa Inggris foot---feet dan mouse---mice.

ينتناق لله اوموقو ىطسولا ةلاصلاو تاولصلا ىلع اوظفاح

Dari 102 kali kata doa yang diulang dalam Al-Qur'an, 49 kali di antaranya terkait dengan kata مقأ dalam turunan yang berbeda. Kedua pendekatan linguistik, formalisme dan fungsionalisme, masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda mengenai bahasa. a) Kaum formalis (seperti Chomsky) percaya bahwa bahasa adalah fenomena mental. Sementara itu, fungsionalisme mendalilkan bahwa anak memperoleh bahasa dengan belajar berinteraksi dengan anggota masyarakat lain dalam situasi yang memerlukan penggunaan bahasa. e) Perbedaan utama antara kedua pendekatan ini adalah kaum formalis mempelajari bahasa sebagai suatu sistem yang otonom, sedangkan kaum fungsionalis mempelajari bahasa sebagai suatu sistem yang berkaitan dengan fungsi sosialnya.

Selain itu, tata bahasa formal memerlukan adanya kaidah bentuk bahasa yang benar secara tata bahasa pada setiap tingkatannya. Penjelasan mengenai fokus gramatikal adalah bahwa kajian bahasa lebih menitikberatkan pada kaidah gramatikal yang konvensional.

Potret Pagmatik dalam Studi Linguistik

Hal ini disebabkan suatu pernyataan dapat mempunyai arti yang tidak sama dengan arti harafiah dari bahasa yang digunakan. Artinya, makna suatu bahasa dapat didekati berdasarkan makna harafiah dari ungkapan (kata) yang digunakan. Strategi apa yang digunakan dalam berbicara agar kerugian orang lain (lawan bicara) dapat diminimalkan dan keuntungan orang lain (lawan bicara) dapat dimaksimalkan?

Berdasarkan hal tersebut, dalam peristiwa komunikasi dimungkinkan munculnya berbagai bentuk ujaran yang digunakan untuk menyatakan maksud tertentu. Makna suatu ujaran berdasarkan pragmatik tidak dapat ditafsirkan berdasarkan bentuk kalimat atau ungkapan yang digunakan (bentuk semu bahasa), melainkan berdasarkan makna yang terkandung dalam kalimat atau ungkapan tersebut.

Model Interpretasi Pragmatik

Implikatur

Implikatur merupakan makna pragmatis suatu ujaran, bukan dilihat dari penggunaan kata atau struktur kalimat yang digunakan, melainkan dilihat dari maksud yang terkandung dalam ujaran tersebut. Mengingat pemahaman makna tuturan didasarkan pada konvensi-konvensi yang berlaku umum di masyarakat, maka implikatur tersebut disebut implikatur konvensional. Pemahaman umum dalam pidato yang dipaparkan dalam pidato Ahok terbukti berhasil mengurangi titik banjir hingga belasan titik.

Pernyataan ini dikatakan mempunyai implikasi konvensional karena makna pernyataannya jelas dan tidak memerlukan konteks tambahan. Pidato ini dikatakan mempunyai implikasi umum karena tujuan pidatonya jelas untuk mendukung Jokowi dan tidak memerlukan konteks lebih lanjut.

Berdasarkan contoh di atas, yang dimaksud dengan satuan kebahasaan adalah satuan kebahasaan lain yang mendahuluinya, yaitu Dian. Halliday dan Hasan (1980:39) membagi referensi menjadi tiga jenis, yaitu (1) referensi personal (kata ganti orang), (2) referensi demonstratif (kata-kata direktif) dan (3) referensi komparatif (satuan linguistik yang berfungsi membandingkan unsur-unsur suatu unsur). dengan elemen lain). a) Referensi pribadi. Semua kata yang dicetak miring pada kalimat di atas merupakan referensi diri berupa kata ganti orang. b) Referensi demonstratif.

Sekarang dalam pidato (1) mengacu pada present tense, kemarin dalam pidato (2) mengacu pada past tense, dalam beberapa bulan dalam pidato (3) mengacu pada masa depan, dan dini hari dalam pidato (4) mengacu pada ke masa lalu, netral. Di sini, dalam tuturan (5) menunjuk pada tempat yang dekat dengan penutur, di sana dalam tuturan (6) mengacu pada tempat yang agak jauh dari penutur, di sana dalam tuturan (7) mengacu pada tempat yang jauh dari penutur, dan Ancol mengacu pada pernyataan (8) pada tempat yang disebutkan secara eksplisit. c) Referensi komparatif.

Inferensi

Dari ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa janda tersebut belum mampu membayar uang sewa yang telah ditagih. Kesimpulan tersebut dapat dipahami oleh ibu berdasarkan pemikiran yang disampaikan janda melalui situasi wawancara dan kondisi yang dialami janda saat itu. Berdasarkan uraian dan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa inferensi berarti proses atau usaha yang harus dilakukan oleh penerima (percakapan) untuk menarik kesimpulan berdasarkan ungkapan, situasi, konteks, sikap pembicara, yang disampaikan secara tidak langsung oleh pembicara. pembicara. membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan ide.

Brown dan Yule menyatakan bahwa kesimpulan yang diambil dari suatu tuturan merupakan hasil proses pemahaman makna harafiah dari apa yang diungkapkan oleh penutur untuk sampai pada apa yang dimaksudkannya. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan hubungan antara materi yang disampaikan (masalah yang berkaitan dengan uang), informasi yang disampaikan (masalah ketidakberdayaan) dan harapan yang tersirat untuk menyelesaikan masalah (dibutuhkan sejumlah uang pada saat itu). .

Komponen Wacana Pragmatik (Teks, Ko-teks dan Konteks)

Keempat, dalam teks tertulis bahasanya cenderung menggunakan kata benda yang panjang, sedangkan dalam teks lisan tidak demikian. Pada contoh di atas, kata yang dicetak miring merupakan istilah teknis yang biasa muncul dalam teks tertulis. Namun, hal ini terjadi dalam teks lisan. Dalam urusan formal seperti seminar atau diskusi, istilah teknis juga sering digunakan.

Jika konteks merupakan unsur yang membantu memahami makna suatu teks yang berasal dari luar teks, maka koteks merupakan unsur yang ada di dalam teks. Biasanya koteks dalam sebuah teks sering diwujudkan dalam satuan kebahasaan berupa kata, frasa, kalimat, kalimat, bahkan wacana.

Implementasi Pragmatik dalam Tindak Tutur

Hakikat Tindak Tutur

Tindak tutur harus dibedakan dengan kalimat karena tindak tutur tidak dapat diidentifikasi dari kalimat atau bentuk gramatika apa pun. Artinya suatu tindak tutur tidak dapat dikenali dari bentuk kebahasaannya (kalimat atau kata) tanpa memperhatikan konteks yang melatarbelakangi munculnya suatu tuturan. Austin (dalam Searle, 1969) menjelaskan bahwa tindak tutur merupakan fenomena nyata yang kita lakukan sehari-hari.

Artinya bahasa yang kita gunakan dalam suatu peristiwa komunikasi merupakan realisasi dari konsep tindak tutur. Untuk mencapai tindak tutur dalam proses komunikasi, maka keduanya harus diperhatikan dan dilaksanakan agar komunikasi dapat berhasil dan efektif.

Klasifikasi Tindak Tutur dalam Pandangan Tokoh Linguistik Linguistik

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip tindak tutur dapat dibedakan menjadi dua, yaitu prinsip kesantunan dan prinsip kerja sama.

Lokusi

Tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur dalam memberitahukan kepada orang lain melalui bentuk tuturan yang digunakan. Wijana (2004:17) menyatakan bahwa lokusi adalah tindak tutur untuk mengungkapkan sesuatu (act of say Something). Dengan demikian, makna lokusi merupakan makna dasar dan makna referensial (makna rujukan) dari bahasa yang digunakan dalam suatu ujaran. Berdasarkan contoh tersebut, penutur berusaha menyampaikan kepada pendengar (lawan bicara) informasi bahwa pakaian yang dikenakan lawan bicaranya bagus atau mengikuti fashion yang sedang populer.

Berdasarkan hal tersebut, nampaknya makna suatu pernyataan dapat dipahami melalui ungkapan kebahasaan (bentuk bahasa) yang digunakan dalam suatu tuturan. Menafsirkan tindak lokusi tidak memerlukan faktor konteks, sehingga kajian lokusi dapat dibagi lagi menjadi kajian semantik gramatikal (memahami makna kalimat tanpa mempertimbangkan konteksnya).

Ilokusi

Akan segera lewat kereta api, yaitu tindak tutur ilokusi yang melarang orang bermain di atas rel kereta api. Pak celana saya robek merupakan tindak tutur ilokusi meminta uang untuk membeli celana baru. Berdasarkan contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa banyak kemungkinan munculnya tindak ilokusi dalam peristiwa kebahasaan di masyarakat.

Untuk menambah pemahaman anda mengenai konsep dan penggunaannya, silahkan mencari sebanyak-banyaknya contoh penggunaan tindak ilokusi, sehingga.

Perlokusi

Penggunaan ketiga jenis tindak tutur tersebut (lokusi, ilokusi, dan perlokusi) dapat terjadi dalam satu pernyataan. Dalam analisisnya, tiga jenis tindak tutur (lokusi, ilokusi, dan perlokusi) dapat muncul secara bersamaan dalam sebuah kalimat. Pepatah di atas bisa dibilang sebagai upaya memuji jika kondisi rumah yang dibicarakan memang benar-benar bersih.

Namun jika keadaan rumah yang disebutkan dalam pepatah tersebut kotor dan tidak rapi, maka pepatah tersebut. Berdasarkan contoh di atas, nampaknya ketiga tindak tutur yang dikemukakan Austin dapat muncul dalam satu pernyataan.

Asertif (Assertives)

Direktif (Directives)

Komisif (Commissives)

Ilokusi jenis ini berfungsi dengan baik dan kurang kompetitif, karena tidak mengacu pada kepentingan penutur, melainkan kepentingan penutur (lawan bicara).

Ekspresif (Expressives)

Deklarasi (Deklaration)

Tindak Kompetitif (Competitive)

Tindak Menyenangkan (Convivial)

Tujuan ilokusinya sejalan dengan tujuan sosial, misalnya menawarkan atau mengundang atau mengajak, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat. Sedangkan fungsi ilokusi jenis lain yaitu fungsi menyenangkan (b) pada hakekatnya merupakan tingkah laku dalam posisi kesantunan yang bentuknya lebih positif dan berupaya mencari peluang kebaikan. Jadi, secara positif berarti menjunjung tinggi prinsip berperilaku baik, misalnya jika ada kesempatan untuk mengucapkan selamat ulang tahun.

Tindak Bekerja Sama (Collaborative)

Tindak Bertentangan (Conflicitive)

Fungsi ilokusi yang keempat yaitu fungsi adversarial tidak mempunyai unsur kesantunan sama sekali karena fungsi ini dimaksudkan untuk menimbulkan kemarahan. Dari segi kesantunan, ilokusi-ilokusi ini cenderung bersifat netral, yaitu termasuk dalam kategori bekerja sama seperti yang terdapat pada jenis tindak tutur ketiga Leech (Kolaboratif), (2) Direktif, ilokusi ini mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu efek. . Ilokusi jenis ini sering dimasukkan dalam kategori kompetisi (a) karena juga termasuk kategori ilokusi yang memerlukan kesantunan negatif.

Sebagai tindakan institusional (bukan tindakan pribadi), tindakan tersebut hampir tidak melibatkan faktor kesopanan. Lebih jauh lagi, kesantunan juga tidak berhubungan dengan ilokusi deklamasi karena ilokusi jenis ini tidak digunakan dalam ilokusi tersebut.

Aspek-Aspek Situasi Tutur

Dalam pragmatik, konteks adalah seluruh latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan penutur untuk menafsirkan makna tuturan (Leech, 1983: 13; Wijana, 1996: 11). Wijana (2004:11) mengatakan bahwa bentuk tuturan yang diungkapkan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Sejalan dengan itu Wijana (1996: 11) menambahkan bahwa bentuk tuturan yang berbeda dapat digunakan untuk mengungkapkan makna yang sama atau sebaliknya, maksud yang berbeda dapat diungkapkan dengan tuturan yang sama.

Dalam kaitannya dengan tindak tutur, wacana persyaratan KLL yang berfungsi sebagai proses komunikasi tentu saja memuat tindak tutur. Bentuk tuturan yang diucapkan penutur disebut produk tindakan verbal, sehingga tuturan tersebut dapat dilihat dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Peristiwa Tutur

Latar mengacu pada waktu dan tempat terjadinya tuturan, sedangkan adegan mengacu pada tempat dan situasi waktu tuturan. Kunci mengacu pada nada, cara dan semangat penyampaian pesan, baik dengan riang, serius, singkat, arogan, mengejek, dan sebagainya. Instrumentalitas mengacu pada saluran linguistik yang digunakan, seperti ucapan, tulisan, telegraf atau telepon.

Wujud Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Tutur

Hasil yang dirumuskan oleh Brown dan Levinson menjadi konsep universal tentang strategi kesantunan berbahasa. Strategi itu menjadi sebahagian daripada tindakan menyelamatkan muka. Kaedah ini mengambil kira tahap ancaman terhadap muka penceramah dan pihak yang satu lagi, yang merangkumi 1) tindakan menyelamatkan muka kerana ia adalah 2) tindakan menyelamatkan muka yang positif, 3) tindakan menyelamatkan muka negatif, 4) menghadapi . - tindakan menabung. Contoh-contoh ucapan yang akan dijelaskan dalam setiap strategi ini, diadaptasi daripada beberapa pemikiran tokoh, seperti Brown dan Levinson (1987), Yule (2014), dan Chaer Actions to save face as it.

Tindakan penyelamatan muka yang negatif lebih sering digunakan untuk menunjukkan bahasa dan sikap yang sopan karena strategi kesopanan tersebut menunjukkan rasa hormat atau penghinaan terhadap lawan bicara. Tindakan penyelamatan muka semacam ini tidak ditujukan langsung kepada lawan bicaranya, sehingga lawan bicaranya dapat bersikap seolah-olah tidak mendengar pernyataan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

bertujuan untuk menggolongkan tindak tutur ilokusi menurut John R. Searle yang terdapat dalam dialog film sen to chihiro no kamikakushi karya Miyazaki Hayao, serta menemukan

Dari delapan jenis tindak tutur tersebut kemudian di implementasikan dalam pelajaran pragmatik dalam standar kompetensi Mahasiswa mampu memahami,

Dari hasil studi kepustakaan dan temuan-temuan yang terdapat dalam analisis data dapat diketahui bahwa tindak tutur terima kasih adalah tindak tutur penutur yang

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa peran konteks pada cuplikan tututan di atas adalah sebagai penambah informasi, sehingga tuturan memiliki makna pragmatik yang lebih

Hasil penelitian ini menemukan beberapa jenis tindak tutur yang digunakan dalam tuturan guru pada pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur

Dalam penelitian ini tidak semua komponen tutur yang telah diuraikan di atas selalu hadir dalam setiap tuturan, komponen-komponen tutur yang muncul, yaitu hubungan

Dalam penelitian ini, pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih dibatasi pada implikatur dan tindak tutur yang merupakan bagian dari suatu tuturan dan.. konteks yang

Berdasrkan 45 tuturan lokusi dan 60 tuturan ilokusi yang ditemukan , terjawab bahwa kajian pragmatik, khususnya tindak tutur dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan