METODE ESTIMASI POPULASI
Aureal Leodita Zalesya1), Fatma Anzani Safitri2), Delia Selvi Yanti3)*, Salsabila Putri Hanifah4), Tiara Permata Sari5), Miftahul Jannah6), Nishwa Bilqisti7)
1)BP 2210421005, Kelompok IIA, Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, UNAND
2)BP 2210421021, Kelompok IIA, Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, UNAND
3)BP 2210422005, Kelompok IIA, Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, UNAND
4)BP 2210422013, Kelompok IIA, Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, UNAND
5)BP 2210423007, Kelompok IIA, Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, UNAND
6)BP 2210423047, Kelompok IIA, Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, UNAND
7)BP 2210423051, Kelompok IIA, Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, UNAND
*Koresponden:[email protected]
Abstrak
Praktikum Metode Estimasi Populasi dilaksanakan pada hari Senin, 2 April 2024 di di Laboratorium Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Tujuan praktikum ini dilakukan adalah untuk menaksir kepadatan populasi kumbang beras (Sitophylus oryzae) pada substrat tepung. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cat penanda (tipe- x), botol selai, alat pencacah (counter) dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Tepung terigu 500 gram dan kumbang beras (S. Oryzae). Hasil yang didapatkan pada praktikum ini yaitu pada cuplikan I didapatkan jumlah Sitophylus oryzae tidak bertanda sebanyak 23, sedangkan pada cuplikan II didapatkan jumlah Sitophylus oryzae dengan bertanda sebanyak 5 ekor, tanpa bertanda sebanyak 15 ekor dengan totol keseluruhan 25 ekor. Pada setiap cuplikan membutuhkan 5 plot yang berukuraan 5 cm x 5 cm
Kata Kunci:estimasi, capture-recapture, populasi, Sitophylus oryzae.
PENDAHULUAN
Populasi adalah sekelompok organisme yang mempunyai spesies sama (takson tertentu) serta hidup atau menempati suatu kawasan pada waktu tertentu. Sifat-sifat dari populasi antara lain kepadatan (densitas), laju atau tingkat kelahiran (natalitas), laju atau tingkat kematian (mortalitas), sebaran umur dan sex (rasio bayi, anak, individu muda, dewasa dengan jenis kelamin betina atau jantan). Sifat-sifat ini dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengetahui atau memahami kondisi suatu populasi secara alami maupun perubahan kondisi populasi karena adanya pengaruh perubahan lingkungan. Densitas merupakan cerminan ukuran populasi (jumlah total individu) yang hidup dalam kawasan tertentu sebagai salah satu sifat populasi (Tobing, 2008).
Perubahan jumlah pada suatu populasi dipengaruhi oleh keadaan internal dari populasi, yaitu kelahiran, kematian, dan ketahanan hidup.
Terjadinya perubahan jumlah populasi ini disebut dengan pertumbuhan populasi. Dimana pertumbuhan populasi dapat memberikan informasi apakah perubahan jumlah populasi untuk tahun berikutnya meningkat, menurun, atau tetap (Pratama dkk., 2013). Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar
populasi atau kerapatan (Junaidi dkk., 2010).
Sedangkan estimasi populasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperkirakan ukuran populasi (Lubis dkk., 2017).
Ukuran populasi suatu spesies sangat penting diketahui selain untuk mengetahui kekayaan/kelimpahannya di suatu kawasan (alam), ukuran populasi merupakan data dasar untuk menilai kemungkinan kelangsungan atau keterancaman keberadaannya di alam, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan manajemen satwa liar. Ukuran populasi dapat juga digunakan sebagai dasar dalam pendugaan kualitas lingkungan (habitat), walaupun secara umum tidak akan lebih baik bila didasarkan pada keanekaragaman. Perubahan ukuran populasi dalam suatu kawasan tertentu dapat merupakan indikasi terjadinya perubahan kualitas lingkungan.
Peningkatan ukuran populasi dapat terjadi ketika kondisi lingkungannya membaik. Begitu pula sebaliknya, penurunan ukuran populasi akan terjadi bila kondisi lingkungan memburuk (Tobing, 2008).
Salah satu model pertumbuhan adalah model pertumbuhan kontinu khususnya model logistik.
Dimana model pertumbuhan logistik tersebut tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kemudian dengan diketahuinya banyaknya
kelahiran, kematian dan migrasi maka laju perubahan populasi dapat dihitung (Kusbudiono &
Widodo, 2011). Kepadatan populasi suatu kelompok hewan dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit atau persatuan luas, volume, atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas dan membandingkan kepadatan suatu kelompok atau jenis dengan kepadatan semua jenis pada kawasan tertentu (Rakhmanda, 2011).
Berdasarkan karakteristik ukuran, populasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu populasi tertutup dan tidak tertutup. Populasi tertutup dapat diartikan dengan tidak adanya faktor yang mempengaruhi perubahan ukuran populasi.
Populasi tertutup merupakan populasi dimana ukuran populasinya konstan selama periode dan tidak adanya penambahan (kelahiran atau imigrasi) atau pun pengurangan (kematian atau emigrasi).
Sedangkan populasi tidak tertutup adalah suatu populasi yang ukuran populasinya berubah-ubah selama periode penelitian. Dapat diartikan bahwa jumlah anggota populasinya tidak mengalami penurunan atau peningkatan (Lubis dkk., 2017).
Untuk menetapkan kerapatan mutlak suatu populasi dapat dianggap cukup apabila diketahui kerapatan suatu populasi. Kerapatan populasi tesebut dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara absolut dan relatif. Pada kerapatan relatif, jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti, tapi harus dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam bentuk presentase. Sedangkan cara mengukur kerapatan absolut antara lain dengan menghitung seluruh individu di suatu kawasan seperti sensus, dan dengan metode sampling seperti metode Peterson dan metode Eschmeyer atau capture and recapture methode (Widyaleksono & Trisnadi, 2012).
Kutu beras (Sitophylus oryzae L.) adalah salah satu jenis hama Gudang yang merusak persediaan beras di tempat penyimpanan.
Serangga tersebut menyebabkan butiran beras padi menjadi berlobang kecil-kecil dan mudah pecah serta remuk seperti tepung. Sehingga kualitas beras tersebut menurun (Isnaini dkk., 2015).
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menaksir kepadatan populasi kumbang beras (Sitophylus oryzae) pada substrat tepung
PELAKSANAAN PRAKTIKUM Waktu dan tempat
Praktikum Metode Estimasi Populasi dilaksanakan pada hari Selasa, 02 April 2024 di Laboratorium Ekologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kotak donat, penggaris, pinset, botol kaca, alat pencacah, dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan adalah kumbang beras (S. oryzae) 100 ekor, tepung terigu 500 gram, dan tip-x.
Cara Kerja
Masukkan tepung beras ke dalam baki sebanyak setengahnya, kemudian lepaskan kumbang beras ke dalam wadah tersebut (jumlahnya tidak dihitung) serta diaduk sampai penyebarannya merata dalam wadah. Ratakan kumbang beras di dalam wadah dan bagilah dalam petak-petak bujur sangkar ukuran 5x5 cm. Biarkan kurang lebih 1 jam dan lanjutkan dengan pencuplikan sebanyak 5 cuplikan.
Berilah tanda pada bagian dorsal kumbang beras yang diperoleh dari pencuplikan I (F1), kemudian lepaskan kembali. Setelah 1 jam ambil kembali cuplikan sampel tadi (F2). Jumlah kumbang keseluruhan hasil I dan II, maka hitunglah total populasi kumbang beras dalam baki dengan menggunakan persamaan berikut:
N = �1× �2�3
Keterangan : N = Total populasi
F1 = Jumlah hewan hasil cuplikan I F2 = Jumlah hewan hasil cuplikan II
F3 = Jumlah hewan hasil cuplikan II yang bertanda
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pencuplikanSitophilus oryzaepada substrat tepung terigu
Cuplikan JumlahSitopilus oryzae
Bertanda Tidak bertanda Total
I - 10
II 5 15 40
Metode Captute Mark Release Recapture (CMRR) Lincoln-Peterson N = 10× 20
5
= 40 ekor
Dari percobaan yang dilakukan dengan metode CMMR diperoleh hasil bahwa jumlah pencuplikan pertama pada kumbang beras (Sitophilus oryzae) diperoleh sebanyak 10 ekor yang ditulis sebagai F1.
Pada pencuplikan kedua didapat sebanyak 20 ekor yang ditulis sebagai F2. Sedangkan F3 yaitu jumlah hewan hasil cuplikan kedua yang telah bertanda dijumpai sebanyak 5 ekor. Sehingga, jumlah populasi dari kumbang beras adalah 40 ekor.
Terjadi perbedaan antara jumlah kumbang beras yang diperoleh pada pencuplikan pertama dan kedua karenaSitophylus oryzaemenyebar di dalam substrat tepung, sehingga pada saat pencuplikan pertama dan kedua dilakukan kumbang beras yang diperoleh jumlah berbeda-beda. Menurut Susanto (2000), pengukuran populasi dengan metode cuplikan (CMRR) semakin tepat jika jumlah individu bertanda pada penangkapan pertama dan kedua tidak jauh berbeda. Metode ini lebih cocok digunakan pada populasi yang hidup pada daerah tertutup dan populasinya bersifat stabil.
Estimasi populasi dengan metode CMMR (Capture, Mark, Release, dan Recapture) sangat penting dalam ekologi hewan karena tidak hanya menghasilkan perkiraan kerapatan yang diperoleh, tetapi juga memungkinkan untuk mengidentifikasi individu hewan yang telah dijangkau sebelumnya dan mengubahnya menjadi individu yang dapat dikeluarkan kembali ke lingkungan. Pada saat percobaan, didapatkan hasil bahwa estimasi populasi yang didapatkan kurang dari 50%. Hal ini dikarenakan, metode CMRR memerlukan pengulangan sampel yang cukup untuk menentukan estimasi jumlah populasi. Selain itu, metode CMRR memerlukan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan selama waktu penelitian. Jika populasi
berubah dan pengulangan tidak cukup, maka estimasi sering kali menjadi tidak akurat (Sucipta, 2012).
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu. Cara mengukur kerapatan absolut ada dua, yaitu mengitung seluruh individu dan metode sampling (Widyaleksono dan Trisnadi, 2012).
Kerapatan populasi dapat dihitung secara absolut dan relatif. kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan waktu. Cara mengukur kerapatan absolut ada dua, dengan mengitung seluruh individu dan metode sampling (Widyaleksono dan Trisnadi, 2012)
Dalam suatu ekosistem terdapat fluktuasi kepadatan populasi, untuk mempermudah dalam menghitung kepadatan suatu populasi, maka dibuat suatu simulasi cara penghitungan kepadatan populasi tersebut. Metode yang dapat digunakan adalah metode CMRR. Menurut Karyanto (2017), untuk mengetahui jumlah individu populasi hewan di wilayah tertentu dapat menggunakan berbagai estimasi. Salah satunya adalah metode CMRR (Capture, Mark, Release, and Recapture). Metode CMRR umumnya diterapkan pada hewan-hewan yang berpindah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada pencuplikan pertama untuk mendapatkan Fl didapatkan sebanyak 10 ekor Sitophilus oryzze dan dilakukan penandaan (mark) pada semua F1 yang didapatkan.
2. Pada pencuplikan kedua untuk mendapatkan F2 didapatkan sebanyak 20 ekor Sitophilus oryzae.
Sedangkan untuk F3 yaitu, jumlah hewan hasil cuplikan II yang telah diberi tanda tadi yang dijumpai sebanyak 5 ekor Sitophilus oryzae.
Kepadatan populasi Sitophilus oryzae dihitung dengan menggunakan rumus metode Capture Mark Release Recapture (CMRR).
3. Hasil estimasi populasi Sitophilus oryzae yang kelompok kami dapatkan yaitu 40 ekor. Dimana kemungkinan jumlah keseluruhan populasi Sitophilus oryzae sebanyak 100 ekor. Hasil ini sangat menjauhi jumlah populasi sebenarnya, hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti, penyebaran populasi yang kurang merata, adanya barner yang begitu menghambat.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaini, M., Pane, E. R., dan Wiridianti, S. 2015.
Pengujian Beberapa Jenis Inteksida Nabati Terhadap Kutu Beras (Sitophylus oryzae L.).Jurnal Biota,1 (1), 1-8.
Junaidi, E., Sagala, E. P., dan Joko. 2010.
Kelimpahan Populasi dan Pola Distribusi Remis (Corbicula sp.) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penelitian Sains, 13 (3), 50-54.
Karyanto, Puguh dan Saputra, A. 2017. Modul Praktikum Ekologi Hewan.Surakarta: UNS Press
Kusbudiono, dan Widodo, B. 2011. Pengaruh Faktor Pertumbuhan Populasi Terhadap Pandemi Demam Berdarah Dengue.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian,Pendidikan dan Penerapan MIPA, 209-218.
Lubis, A. R., Dasari, D., dan Agustina, F. 2017.
Penerapan Model Mo dan Mt Untuk Mengestimasi Ukuran Populasi Tertutup Pada Data Capture-Recapture.
Eurekamatika,5 (1), 46-52.
Pratama, Y., Prihandono, B., dan Kusumastuti, N.
2013. Aplikasi Matriks Leslie untuk Memprediksi Jumlah dan Laju Pertumbuhan Suatu Populasi. Buletin Ilmiah Matematika, Statistika dan Terapannya, 2 (3), 163-172.
Rakhmanda, A. 2011. Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta.Jurnal Ekologi Perairan,1 (1), Sucipta. 2012.1-7. Dasar-Dasar-Ekologi Hewan.
Yogyakarta: Gajah mada Press.
Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tobing, I. S. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata.Vis Vitalis, 1 (1), 43-52.
Widyaleksono, C. P., dan Trisnadi . 2012.Petunjuk Praktikum Ekologi Umum. Surabaya:
Airlangga University Press.
LAMPIRAN
Gambar 1. Sebelum perlakuan Gambar 2. Setelah perlakuan
Gambar 3. ObjekSitophilus Oryzae