LAPORAN RESMI PRAKTKIUM 6
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM DAN GEL
Disusun oleh :
1) Luh Sukratini (212005)
2) Kadek Adi Nugraha (212006)
3) Ni Kadek Putri Nanda Kristina (212007) 4) Ni Made Rika Surya Meisya (212008)
Kelompok/ Kelas : Kelompok 2/ D3 Reguler Dosen Pembimbing: apt. Repining Tiyas Sawiji, M,.Si
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Kompetensi dan Indikator Capaian Pembelajaran a. Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami konsep pembuatan , pengemasan dan cara evaluasi kualitas sediaan krim dan gel.
b. Indikator Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan krim dan gel sesuai dengan formula
2. Mahasiswa mampu mengemas sediaan krim dan gel yang dibuat kedalam wadah yang sesuai.
3. Mahasiswa mampu melakukan prosdur evaluasi yang sesuai untuk mengetahui kualitas sediaan krim dan gel.
B. DASAR TEORI
Krim didefisinikan sebagai sediaan semipadat, yang terbuat dari campuran dua fase ( minyak dan air) yang tidak dapat bercampur, yang untuk pencampurannya membutuhkan emulgator yang sesuai dan ditujukan untuk aplikasi pada kulit ( Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008). Krim memiliki aliran pseudoplastic Ketika digunakan ( Siegel dan Ecanow , 1984) , umumnya krim dibuat dengan melelehkan komponen – komponen secara bersamaan. Apabila zat padat tidak larut dalam akan disuspenskan , maka cara yang akan dilakukan adalah melalui proses penggerusan , sehingga zat padat tersebut dapat benar – benar terdispersi. Sifat umum krim adalah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan tersebut dicuci atau dihilangkan (Lachman dkk. 1994).
Krim tipe minyak dalam air ( o/w) merupakan krim dengan fase terdispersi minyak dan fase terdispersi air. Adanya zat – zat polar yang bersifat lemak seperti setil alcohol dan gliserin monostearate cenderung menstabilkan emulsi o/w dalam sediaan semipadat ( Lachman dkk. 1994).
Fase minyak dalam air di bidang kosmetik lebih nyaman dan mudah dicuci dengan air. Keuntungan lain dalam krim dengan fase minyak dalam air adalah
sebagai pelembab kulit sehingga mencegah timbulnya dehidrasi di stratum komeum , sebagai pelican , atau pembersih ( cleansing ). Sebaliknya , penggunaan krim fase air dalam minyak sangat terbatas, kecuali untuk obat yang larut dalam lemak ( Ansel , 1989).
Gel merupakan sediaan semipadat yang mempunyai karakteristik dengan rentang yang lebar , mulai dari sifat gelnya yang cukup kaku sapai system koloid suspense dan minyak. Gel dapat terdiri dari dua fase yang saling berpenetrasi satu sama lain. Beberapa system gel memiliki penampakan jernih karena tampilan dari air, lainnya keruh karena bahan – bahannya tidak terdispersi molekuler ataupun karena terbentuk agregat , yang bersinar. Secara umum , gel harus memiliki tampilan yang jernih/ beningdan berkilau untuk dapat menarik perhatian konsumen ( Allen dan Loyd ,2002).
Terdapat dua system klasifikasi sediaan gel yang umum terdapat di dunia kefarmasian. System klasifikasi pertama membagi gel menjadi gel inorganic dan gel organic. Sedangkan system klasifikasi kedua membagi gel menjadi hydrogel dan organogel. Gel inorganic bersistem 2 fase, sedangkan gel organic bersistem 1 fase. Hydrogel mengandung bahan terdispersi seperti koloid ( terlarut dalam air) meliputi hydrogel organic , natural dan gun sintetik, serta hydroel inorganic. Di sisi lain , organel adalah system gel yang didalamnya mengandung fase cair organux, yang terbentuk melalui mekanisme cross -linking ( Allen dan Loyd ,2002). Ketidakstabilan gel pada kondisi normal menunjukaan perubahan rheology secara irreversible sehingga menyebabkan hasil akhir yang tidak dapat diterima bila digunakan. Banyak gel, khususnya yang terbuat dari polisakarida alam, mudah mengalami degradasi microbial. Oleh karena itu , perlu adanya penambahan preservative untuk mencegah serangan microbials. Peningkatan suhu penyimpanan dapat menyebabkan efek yang berlawanan pada stabilitas polimer sehingga menghasilkan viskositas yang berubah dari waktu ke waktu ( Zatz dan Kusla , 1996).
C. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Mortir Asam salisilat
Stamper CMC-Na
Waterbatch Asam stearat
Alat uji lekat NaOH
Alat uji daya sebar KOH
Objek glass Akuades
Gelas alorji Propilen glikol
Stopwatch Gilserin
pH strip Metil paraben
Kertas saring Alkohol
Beban 50 g dan 100 g Cawan porcelin
Spatula logam Penjepit kayu
B. Cara Kerja
1. Pembuatan Sediaan Krim
Buatlah sediaan krim asam salisilat sejumlah 50 gram sesuai dengan formula dan prosedur pembuatan berikut ini.
Formula :
Asam salisilat 3 g
Asam stearat 7,75 g
KOH 0,25 g
NaOH 0,09 g
Gliserin 2,5 g
Tween 80 0,67 g
Span 80 1,33 g
Propilen glikol 1,5 g
Akuades 31,33 g
Gom arab 1,5 g
Metil paraben 0,075 g Prosedur pembuatan :
Bahan-bahan pada bagian A dibuat dengan cara melelehkan asam stearat terlebih dahulu oada suhu yang sesuai sambal memasukkan
bahan lainnya dan diaduk dengan keceptan konstan.
Bahan-bahan penyusun bagian B dicampur Bersama-sama dan hangatkan hingga diperoleh suhu yang sama dengan suhu bagian A.
Bagian B kemudian ditambahkan tetes demi tetes pada bagian A pada kondisi pengadukan konstan.
Tambahkan asam salisilat dengan metode levigasi saat sediaan mulai memadat.
2. Pembuatan Sediaan Gel
Buatlah gel asam salisilat sejumlah 50 gram sesuai dengan formula dan prosedur pembuatan berikut ini.
Formula :
Asam salisilat 3 %
CMC-Na 3,5 %
Propilen gilkol 20 %
Alkohol 10 %
Akuades 63,5 %
Prosedur Pembuatan :
Metil paraben ditambahkan saat sediaan sudah didinginkan mencapai suhu 40 dearajat celcius
Sediaan Krim yang sudah jadi siap untuk dikemas dan di evaluasi kulalitas sediaan.
Kembangkan CMC-Na dalam air dengan cara diaduk selama 1-2 jam.
C. Hasil Pengamatan
1. Penimbangan Bahan
Sediaan Gel
Bahan Proporsi (%) Jumlah (g)
Asam salisilat 3 % 1,5 g
CMC Na 3,5 % 1,75 g
Propilen glikol 20 % 10 g
Alkohol 10 % 5 g
Akuades 63,5 % 31,75 g
Sediaan Krim
Bahan Jumlah (g)
Asam salisilat dilarutkan ke dalam campuran propilen glikol dan alkohol.
Larutkan asam saisilat kemudian ditambahkan ke dalam disperse CMC-Na sambal tetap diaduk secara perlahan.
Gel asam salisilat yang sudah jadi siap dikemas dan dilakukan evaluasi.
Asam salisilat 3 g
Asam stearat 7,75 g
KOH 0,25 g
NaOH 0,09 g
Gliserin 2,5 g
Tween 80 0,67 g
Span 80 1,33 g
Propilen glikol 1,5 g
Akuades 31,33 g
Gom arab 1,5 g
Metil paraben 0,075 g
2. Komposisi Bahan
Cara menghitung : Jumlah bahan per takaran = jml bahan dalam formula
x Bobot takaran Total bobot sediaan dalam formula
Sediaan krim Tiap gram sediaan krim mengandung :
Sediaan Gel Tiap gram sediaan gel mengandung :
6
x 50 = 3gram 100
3. Indikasi
Sediaan krim
Asam salisilat : untuk mengatasi penyakit kulit digunakan untuk pemakaian luar
Sediaan gel
Asam salisilat : sebagai agen keratolik pada penyakit kulit seperti berjerawat
Kontraindikasi :
Sediaan krim Riwayat hipersensitivas terhadap salisilat
Sediaan gel Riwayat hipersensitivas terhadap salisilat
4. Karakteristik Sediaan a. Organoleptis
Pengamatan Sediaan krim Sediaan gel
Bentuk Agak Cair Semi solid
Warna Putih Putih keruh
Tekstur Halus Halus dan sedikit
lengket
Bau Menyengat Menyengat
b. Homogenitas
Sediaan krim : Homogen/Tidak Homogen Sediaan gel : Homogen/Tidak Homogen c. pH
d. Daya sebar Cara menghitung
S = m x t t
150 x 0,9
4 = 33,75
S : daya sebar sediaan semipadat m: berat pada kaca atas (g)
l : Panjang/diameter rata-rata sebar sediaan semipadat (cm) t : waktu
Sediaan krim
Replikasi Diameter sebar (cm)
Mula- mula
(a)
50 g (b)
100 g (c)
150 g (d)
1 = (d-a) Daya sebar (g.cm.min-1)
1 3,5 3,6 4,1 4 0,5
2 3,7 4 4,5 4,6 0,9
3 3,6 4,1 3,6 4 0,4
Replikasi Krim Gel
1 4 4
2 4 4
3 4 4
Rata - rata 4 4
Rata - rata 3,6 3,9 4,06 12,6 0,6 21,14
Sediaan gel
Replikasi Diameter sebar (cm)
Mula- mula
(a)
50 g (b)
100 g (c)
150 g (d)
1 = (d-a) Daya sebar (g.cm.min-1)
1 3,5 3,96 4,2 4,4 0,9
Rata - rata 3,5 3,96 4,2 4,4 0,9 33,75
e. Daya Lekat
f. Daya Proteksi Replikasi
Waktu lekat
Krim Gel
1 1 dtk 02,07 dtk
2 1 dtk 01,98 dtk
3 1 dtk 02,01 dtk
Rata - rata 1 dtk 02,02 dtk
Replikasi Waktu proteksi
Krim Gel
1 13,24 01,01
2 13,24 01,00
3 13,24 01,00
Rata - rata 13,24 01,03
D. PEMBAHASAN
Pada praktikum ke 6 pembuatan sediaan krim dan gel terutama untuk sediaan gel menghasilkan hasil yang bagus baik dari uji pH daya lekat maupun daya sebar dikarenakan sudah sesuai serta sediaan yang dibuat susah sesuai serta teksturnya sudah cukup baik, tetapi pada pengujian sediaan krim mengalami masalah sedikit dikarenakan sediaan yang dibuat tidaklah sesuai dengan tekstrut krim yang diinginkan melainkan cenderung agak cair sedikit namun untuk hasil pengujian melalui daya lekat yang sangat berpengaruh dikarenakan pada pengujian melalui daya lekat sediaan krim tidak mau bertahan lama dikarenakan sediaanya bersifat cair serta mengakibatkan terjadinya pengaruh yang terbilang sebentar pada pengujian daya lekat.
Pembahasan mengapa sediaan krim yang kelompok kami buat memiliki tekstruk yang agak cair dan tidak sesuai dengan tekstur krim yang sebenarnya , itu terjadi karena pada saat cara kerja yang pertama dengan melalukan pelelehanasam stearate diatas waterbath kami melelehkannya dengan suhu yang sangat panas sehingga berefek pada bahan yang dilelehkan diatas cawan porselen yang sama yang sudah berisi asam stearate sehingga dengan keaadaan mortir yang sangat panas mengakibatkan kandungan minyak dalam air yang terkandung mengalami penyusutan sehingga yang lebih banyak dihasilkan yaitu air dalam minyak dan mengakibatkan krim yang kelompok kai buat mengalami tekstur yang cair.
E. KESIMPULAN
Pada praktikum sediaan krim dan gel ini terdapat beberapa kendala yang kelompok kami alami sehingga menghasilkan sediaan yang menurut kami masih jauh dari kata sempurna , serta dari dua sediaan yang kelompok kami buat salah satunya tidak sesuai dengan teksstur yang kami inginkan yang sebagaimana kita tahu untuk tekstrum krim cenderung agak padat dan setengah cair tetapi yang kelompok kami buat menghasilkan sediaan cair yang bersifat cenderung lebih cair.
Dan dapat kami menyimpulkan bahwasanya dari kesalahan sediaan yang kelompok kami buat semata – mata terjadi karena bahan yang terbilang kurang atau sedikit melainkan pada proses cara kerja mortir yang kai lelehkan diatas waterbath yang sudah berisi asam stearate cenderung bersifat terlalu panas sehingga berpengaruh terhadap bahan – bahan yang dicampurkan menjadi satu diatas waterbath sehingga yang seharusnya dihasilkan ialah tekstrum krim tetapi hasil yang kelompok kami buat yaitu krim yang bertekstur cair serta memiiliki tipe air dalam minyak bukan minyak dalam air.
F. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. Anief M., 1997, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ansel H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Universitas Indonesia Press, Jakarta.