KRONOLOGI TUNJANGAN KINERJA DOSEN KEMENDIKBUDRISTEK BELUM DIBAYARKAN
Pemberian tunjangan kinerja bagi PNS sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor Tahun 2014 tentang ASN, Pasal 80 Ayat 1 dan 2” Pasal 80 (1) Selain gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas. (2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan. Sampai bulan Oktober 2024, berarti 4 tahun 10 bulan tunjangan kinerja dosen Kemendikbudristek belum dibayarkan.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Untuk mengetahui hal ini terlebih dahulu mengetahui sejarah keberadaan dosen Kemendikbudristek.
Sebelum diundangkannya UU Nomor 5 Tahun 2014, dosen berada pada organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Mendikbud Mohammad Nuh sampai berakhirnya Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2014. Pada masa itu, kebijakan Pemerintah bahwa Dosen PNS di lingkungan Kemendikbud tidak berhak mendapatkan tunjangan kinerja yang tertuang pada Perpres 88 Tahun 2013. Mengutip dari berita harian Merdeka.com, pada tahun 2013 terjadi protes di kalangan dosen yang dipelopori oleh Abdul Hamid, dosen Fisip Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dengan dibuatkannya petisi meminta agar dosen PNS Kemendikbud berhak mendapatkan tunjangan kinerja. Waktu itu, kebijakan dosen PNS tidak mendapatkan tunjangan kinerja hanya ditujukan kepada dosen PNS Kemendikbud dan Kementerian Agama (Kemenag). Sedangkan dosen PNS kementerian dan lembaga lainnya berhak mendapatkan tunjangan kinerja seperti dosen PNS Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Menanggapi hal tersebut, pada tahun 2014 UU 5 Tahun 2014 tentang ASN disahkan, yang menyatakan bahwa PNS berhak mendapatkan tunjangan kinerja.
Ketika diberlakukannya UU 5 Tahun 2014, dosen di Kemendikbud berhak mendapatkan tunjangan kinerja (Perpres 151 Tahun 2015). Akan tetapi pada Kabinet Presiden Joko Widodo, dosen sudah berada pada organisasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2015-2019) dengan Menristekdikti Muhamad Nasir, dimana peraturan yang berlaku adalah Perpres 138 Tahun 2015, Perpres 32 Tahun 2016, dan Perpres 131 Tahun 2018 menyatakan dosen tidak berhak mendapatkan tunjangan kinerja. Disahkannya UU 5 Tahun 2014 tidak merubah kebijakan Pemerintah untuk memberikan tunjangan kinerja kepada dosen PNS, hanya dosen PNS Kemenristekdikti yang dikecualikan untuk
mendapatkan tunjangan kinerja. Sedangkan dosen PNS kementerian lainnya yang memiliki jumlah besar seperti Kementerian Agama mulai tahun 2015 berhak mendapatkan tunjangan kinerja (Perpres 154 Tahun 2015).
Pada masa kabinet Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang kedua tepatnya Desember 2019, dosen berada pada Organisasi Kemendikbud sampai April 2021, selanjutnya sampai sekarang berubah numenklatur kementerian menjadi Kemendikbudristek dengan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Kebijakan yang digunakan untuk mengatur tunjangan kinerja dosen PNS di Kemendikbudristek adalah Perpres 136 Tahun 2018 yang diturunkan dalam Permendikbud 49 Tahun 2020. Mendikbudristek dengan tegas pada Pasal 44A Permendikbud 49 Tahun 2020 menyatakan bahwa “Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Tunjangan Kinerja bagi pegawai di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang beralih tugas menjadi Pegawai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus berpedoman pada ketentuan Peraturan Menteri ini”. Pasal 44B, “Ketentuan mengenai Tunjangan Kinerja bagi pegawai di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang beralih tugas menjadi Pegawai di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 145), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku”. Kedua pasal ini sama pentingnya sebagai pasal kemerdekaan untuk saat ini, dimana berdasarkan kebijakan tersebut, dosen ASN sebagai Pegawai di Kemendikbudristek sebenarnya berhak mendapatkan tunjangan kinerja. Setelah disahkannya Permendikbud 49 Tahun 2020, seharusnya diiringi dengan penentuan kelas jabatan dosen berdasarkan jabatan fungsioanal. Penentuan kelas jabatan dosen sudah diatur dalam Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 5 Tahun 2021, untuk dosen pada instansi Kemendikbud dengan jabatan fungsioanl Asisten ahli kelas jabatan 9, Lektor kelas jabatan 11, Lektor Kepala kelas jabatan 13, dan Guru Besar kelas jabatan 15.
Lamanya tunjangan kinerja tidak dibayarkan terhitung sejak dosen pada Organisasi Kemendikbud pada Pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi yaitu mulai Januari 2020 s.d sekarang.
Gaji Dosen PNS PTN di Kemendikbudristek
Gaji dosen PNS berkisar 3-4 juta/bulan yang dirasakan sekitar 6 tahun pertama sebagai dosen, karena hanya mendapatkan gaji pokok, tidak ada tambahan penghasilan seperti tunjangan kinerja. Setelah 6 tahun bekerja, gaji dosen PNS mulai naik menjadi 6-7 juta karena mendapatkan tunjangan profesi kalau dinyatakan lulus. Selisih penghasilan dosen PNS Kemendikbudristek dengan Kementerian lainnya berkisar 4 – 8 juta setiap bulannya karena tanpa tunjangan kinerja sejak CPNS sampai pensiun. Hal ini sudah berlangsung selama puluhan tahun, selisih penghasilan dosen Kemendikbudristek dibandingkan dosen PNS Kementerian lainnya mencapai lebih dari 500 juta.
Kenaikan Gaji dan Tunjangan
Perbandingan kenaikan gaji pokok PNS dengan masa kerja 8 tahun jabatan fungsional Lektor dan tunjangan-tunjangan yang merupakan komponen gaji dosen PNS
Tahun Gaji pokok (Rp)
Tunjangan kinerja (Rp)
Tunjangan fungsional (Rp)
2013 2.688.900,- 3.855.000,- 700.000,- 2015 3.021.300,- 5.183.000,- 700.000,- 2018 3.021.300,- 8.757.600,- 700.000,- 2019 3.172.300,- 8.757.600,- 700.000,- 2024 3.426.000,- 8.757.600,- 700.000,-
Kenaikan gaji PNS dari tahun 2013 sampai tahun 2024 sebesar Rp 737.100,-, sedangkan kenaikan tunjangan kinerja dari tahun 2013 kemudian tahun 2018 dan sampai sekarang adalah sebesar Rp 4.902.600,-. Kenaikan tunjangan kinerja sangat cepat dan jauh lebih besar dibandingkan gaji pokok PNS. Sedangkan besaran untuk tunjangan fungsioanal mengacu pada Perpres Nomor 65 Tahun 2007, yaitu untuk Jabatan fungsional Asisten Ahli sebesar Rp 375.000, Lektor sebesar Rp 700.000,-, Lektor Kepala Rp 900.000,- dan Guru Besar Rp 1.350.000,- Tunjangan fungsioanal yang tidak mengalami kenaikan selama 17 tahun sangat berpengaruh terhadap penghasilan dosen. Besaran tunjangan fungsional dosen perlu dinaikkan seiring dengan tingginya kebutuhan ekonomi.
Besaran Tunjangan Kinerja yang Harus dibayar oleh Negara
Peraturan yang mengatur tunjangan kinerja dosen Kemendikbudristek sekarang yang berlaku adalah Perpres 136 Tahun 2018 dan Permendikbud 49 Tahun 2020, besaran tunjangan kinerja dosen disamakan untuk ASN lainnya, yaitu 100 persen dari besaran kelas jabatan. Hal ini karena Perpres 136 Tahun 2018 menghapus pasal pembayaran tunjangan kinerja berdasarkan selisih antara besaran tunjangan kelas jabatan dengan tunjangan profesi sebagaimana sebelumnya termuat pada Perpres 151 Tahun 2015. Berikut rincian masing-masing berdasarkan jabatan fungsional dihitung dari Januari 2020 sampai Oktober 2024 atau 58 bulan.
Jabatan fungsioanal
Kelas jabatan
Besaran (Rp)/bulan
Jumlah (Rp)
Guru Besar 15 19.280.000,- 1.118.240.000,-
Lektor Kepala 13 10.936.000,- 634.288.000,-
Lektor 11 8.757.600,- 507.940.800,-
Asisten Ahli 9 5.079.200,- 294.593.600,-