• Tidak ada hasil yang ditemukan

proceeding

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "proceeding"

Copied!
651
0
0

Teks penuh

Laboratorium Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Seminar nasional yang merupakan bagian dari Seminar Nasional dan Munas AP3KnI Jawa Tengah Tahun 2017 mengangkat tema “Aktualisasi Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Memperkokoh Fondasi Kehidupan Berbangsa”.

Persepsi Siswa SMKN 7 Surakarta tentang Kewarganegaraan Digital di Era Global dalam Perspektif Literasi Media Digital

Pembentukan Warga Negara Yang Berintegritas Untuk Membentuk Perilaku Anti Korupsi

Untuk materi 1) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan 2) Proses merumuskan Pancasila sebagai dasar negara ditujukan untuk PKn tingkat dasar. Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa muatan Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan SMP Tahun 2006 mengandung: pertama, muatan tersebut menekankan status Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.

Skema 1

Konsep Karakter Tanggung jawab

Berdasarkan hal tersebut, guru harus membentuk karakter tanggung jawab siswa di kelas agar setiap siswa memiliki karakter yang mampu bertanggung jawab dalam kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara. Berdasarkan hal tersebut, guru PPKn harus membentuk karakter siswa salah satunya karakter tanggung jawab dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mengintegrasikan nilai tanggung jawab.

Konsep Strategi Pembelajaran

Pembinaan nilai karakter di Indonesia diatur dengan Keputusan Presiden No. 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter. Pada prinsipnya semua mata pelajaran wajib untuk penguatan pendidikan karakter, namun pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang terkait dengan pendidikan karakter.

Strategi Pembelajaran PPKn untuk Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Peserta Didik

  • Perencanaan Pembelajaran
  • Pelaksanaan Pembelajaran
  • Penilaian Pembelajaran
  • Pembahasan
  • Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan internalisasi nilai-nilai pancasila melalui pengajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) di perguruan tinggi. Nilai-nilai Pancasila tidak diajarkan dalam perkuliahan, melainkan diajarkan oleh dosen melalui perkuliahan PKn. Nilai-nilai Pancasila harus menjadi cerminan dalam sikap, perilaku, dan tindakan bagi seluruh warga negara Indonesia.

Masalah pokok yang dirumuskan adalah bagaimana penginternalisasian nilai-nilai pancasila melalui pembelajaran PKn pada mahasiswa di perguruan tinggi? Pertama: bahwa mata kuliah PKn saat ini kurang mampu menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila kepada mahasiswa. Berdasarkan realitas di lapangan, perlu dilakukan upaya untuk mengajarkan pendidikan kewarganegaraan yang dapat menjadi salah satu cara untuk menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila.

Oleh karena itu, penting untuk menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila yang dapat dilakukan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Untuk mendukung upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui pembelajaran PKn perlu diupayakan pembelajaran PKn yang memiliki kekuatan yaitu berbasis nilai, harus bermakna, mengajak siswa aktif dalam pembelajaran, pembelajaran terpadu, harus dapat mengundang kemampuan berpikir siswa yang lebih tinggi, harus demokratis, harus menyenangkan (joyful), dan harus kreatif. Berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui pembelajaran PKn masih belum optimal.

Menurut Widjaja, Pancasila mengandung nilai-nilai universal (bersifat umum) yang tumbuh dan berkembang dalam diri manusia sesuai kodratnya sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk sosial (Widjaja, 1984: 4). Untuk mendukung upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui pembelajaran PKn, perlu diupayakan pembelajaran PKn yang berdaya guna.

Pola Pewarisan Nilai Budaya Kampung Adat Naga

Dalam fenomena Kampung Adat Naga, penanaman nilai-nilai budaya luhur tidak hanya sekedar memberikan nasihat, perintah atau nasihat, tetapi praktik langsung dimana orang tua akan mengajak anak untuk langsung menerapkan nilai-nilai adat dan tradisi yang dapat membentuk karakter. Konsep warga negara dalam pemerintahan yang demokratis tentu saja berbeda dengan konsep warga negara dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk pemerintahan aristokrat dan oligarkis (Winarno, 2015: 3). Warga negara yang baik adalah mereka yang tahu bagaimana memerintah dan diperintah dalam kehidupan publik, di mana kedua posisi ini suatu hari nanti dapat dipertukarkan (berbagi kehidupan sipil antara penguasa dan yang diperintah pada gilirannya).

Oleh karena itu, warga negara harus belajar dan membiasakan diri untuk memerintah dan diperintah (Winarno, 2015:4). Dengan demikian, untuk membangun masyarakat yang demokratis, setiap warga negara harus memiliki karakter atau jiwa demokrasi. Karena dalam keluarga, anak diajak oleh orang tuanya untuk secara langsung mempraktikkan nilai-nilai adat dan tradisi yang dapat membentuk karakter.

Lembaga adat sebagai jembatan dalam warisan budaya dan penanaman nilai-nilai budaya pada masyarakat desa adat juga mengajarkan pentingnya melestarikan adat. Peranan fungsi lembaga adat dalam penanaman nilai budaya yang dapat membentuk karakter adalah sosialisasi norma dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat adat tersebut. Strategi pewarisan nilai-nilai budaya berupa enkulturasi dan sosialisasi menjadi kunci keberhasilan masyarakat adat Kampung Naga dalam melestarikan adat dan tradisinya sehingga dapat berkontribusi dalam upaya pembinaan karakter warganya.

Pembangunan karakter warga Negara Kampung Adat Naga

Persoalan yang dibahas adalah bagaimana peran strategis pendidikan kewarganegaraan dalam menginternalisasikan nilai-nilai karakter berdasarkan pancasila melalui mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Upaya penanaman nilai-nilai karakter yang sejalan dengan nilai-nilai pancasila dapat dilakukan melalui pembelajaran kewarganegaraan. Mata pelajaran/mata kuliah PKn sangat strategis dalam upayanya menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.

Kedua, berupaya menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada warga negara guna membentuk warga negara yang baik (Good Citizens). Maka dari latar belakang diatas, permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana menjadikan pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran atau mata kuliah yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang selaras dengan nilai-nilai pancasila. Pendidikan karakter yang dikembangkan di Indonesia adalah karakter yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yaitu sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

Nilai karakter yang dapat dikembangkan antara lain nilai religius, jujur, peduli, toleran, demokratis, santun, cerdas dan tangguh. Contoh penerapan pembelajaran PKn menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan efektif digunakan untuk menghadirkan pendidikan karakter bagi peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. PKn sangat strategis dan efektif dalam membangun nilai-nilai karakter yang sejalan dengan nilai-nilai pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Peran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

118 hubungan warga negara dengan negara serta pendidikan awal bela negara sebagai bekal menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi memegang peranan yang sangat penting dalam membangun karakter mahasiswa menjadi warga negara yang baik berdasarkan Pancasila. Mampu memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur ​​dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya sebagai warga negara Republik Indonesia yang bertanggung jawab.

Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi pada dasarnya sangat efektif dalam membangun karakter toleransi, karena semua materi yang tercakup dalam mata kuliah tersebut bersumber dari Pancasila. Perbedaan yang dibangun oleh para founding fathers kini terancam karena banyak generasi muda melakukan aksi radikal menolak Pancasila. Fenomena ini sangat mengkhawatirkan masa depan Indonesia karena generasi penerus melakukan tindakan radikal yang bertentangan dengan Pancasila.

Mahfud (2009:5) menjelaskan bahwa “Pendidikan harus mampu menyadarkan masyarakat bahwa konflik bukanlah hal yang baik untuk ditanamkan. Pada dasarnya pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi membekali mahasiswa dengan tiga kompetensi, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh paham radikal. berideologi dan berpegang teguh pada ideologi Pancasila. Kompetensi tersebut yaitu 1) Civic Knowledge, kompetensi ini membekali warga negara dengan pengetahuan bagaimana menjadi warga negara yang baik berdasarkan Pancasila, 2) Civic Skills, kompetensi ini tentang bahwa siswa harus mampu lakukan untuk kelangsungan hidup bangsa dan kewarganegaraan.pada pancasila yaitu keterampilan intelektual dan partisipasi, dan 3) disposisi kewarganegaraan, kompetensi di bidang ini menuntut siswa untuk memiliki karakter berdasarkan nilai-nilai pancasila untuk menjadi warga negara yang baik, seperti karakter religius, karakter tanggung jawab, karakter toleransi dan sebagainya.

Pendidikan Kewarganegraan sebagai Wahana Pendidikan Multikultural

Pada dasarnya pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi membekali peserta didik dengan tiga kompetensi agar tidak mudah terpengaruh ideologi radikal dan tetap berpegang pada ideologi pancasila Kompetensi tersebut adalah 1) Pengetahuan Kewarganegaraan, kompetensi ini membekali warga negara dengan pengetahuan bagaimana menjadi warga negara yang baik untuk menjadi warga negara berdasarkan Pancasila, 2) Kewarganegaraan, kompetensi ini berkaitan dengan apa yang harus mampu dilakukan oleh peserta didik untuk kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila, yaitu kecakapan intelektual dan partisipasi, dan 3) Kewarganegaraan, kompetensi dalam ranah ini. menuntut siswa memiliki karakter yang dilandasi nilai-nilai pancasila untuk menjadi warga negara yang baik, seperti karakter religius, karakter tanggung jawab, karakter toleransi dan sebagainya. Untuk tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan (education) dengan persekolahan (schooling) atau pendidikan multikultural dengan program sekolah formal. Pada dasarnya pendidikan multikultural dapat dilaksanakan pada setiap jalur pendidikan, baik pendidikan formal, nonformal maupun informal, namun strategi pelaksanaannya berbeda-beda.

Secara filosofis dan muatan pedagogis pendidikan Kewarganegaraan Indonesia adalah pendidikan untuk memfasilitasi pengembangan pribadi peserta didik agar menjadi warga negara Indonesia yang religius, beradab, memiliki semangat persatuan Indonesia, demokratis dan bertanggung jawab serta adil dan mampu harmonis dalam konteksnya. living multiculturalism-Bhinneka Tunggal Ika (Candra dan Yuliadhani. Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi diharapkan dapat membuka pemahaman atau wawasan mahasiswa bahwa Indonesia adalah negara multikultural dan bukan negara monokultural. Melalui proses tersebut, mahasiswa secara sadar atau tidak sadar akan membentuk pola pikir bahwa setiap warga negara Indonesia harus menerima kenyataan, dan wajib menjaga dan memelihara kebhinekaan tersebut.

Radikalisme yang berkembang di perguruan tinggi pada hakekatnya mengancam kebhinekaan di Indonesia, baik saat ini maupun di masa mendatang, sehingga pendidikan multikultural menjadi ujung tombak untuk menghadapi radikalisme di Indonesia. Pendidikan multikultural untuk menghadapi radikalisme harus memiliki strategi yang baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pendidikan multikultural pada dasarnya merupakan proses untuk membangun karakter toleransi siswa, melalui proses tersebut pendidikan multikultural dapat berfungsi sebagai deradikalisasi.

Pendidikan Kewarganegraan sebagai Wahana untuk Membangun Karakter Toleransi

  • GLOBALISASI
  • NASIONALISME
  • Nasionalisme Kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil)
  • Nasionalisme Etnis
  • Nasionalisme Budaya
  • Penumbuhan Budaya Literasi sebagai Embrio Aktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Domain Akademik
  • Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah sebagai Aktualisasi Pengembangan Domain Kurikuler
  • Aktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Masyarakat sebagai Upaya Pengembangan Domain Sosiokultural

Tujuan pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah untuk membentuk warga negara yang baik berdasarkan pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mampu membangun karakter bangsa berdasarkan Pancasila, khususnya karakter toleransi. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizen).

Topik utama penelitian ini adalah bagaimana mewujudkan pendidikan kewarganegaraan di setiap ranah untuk membentuk warga negara yang baik. Selanjutnya pengembangan keilmuan ditransmisikan melalui dunia pendidikan formal, dalam hal ini sekolah sebagai perwujudan aktualisasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam ranah kurikuler. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap warga negara dapat berpartisipasi dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran ganda dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu sebagai pendidikan nilai dan juga sebagai pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan menjadikan setiap warga negara sebagai warga negara yang baik, yaitu warga negara yang memiliki kecerdasan (civic intelligence), intelektual, emosional, sosial dan spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civic responsibility); serta mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (partisipasi warga negara) untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pemutakhiran pendidikan kewarganegaraan di setiap ranah yang ada.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKK) merupakan instrumen untuk menciptakan warga negara yang baik dan cerdas (smart and good citizen). Akibatnya, tujuan pendidikan kewarganegaraan untuk menciptakan warga negara yang cerdas dan baik tidak tercapai secara optimal.

Tabel 2. Penguatan aspek Civic Skill (Keterampilan Kewarganegaraan) di SMP   MTA Gemolong
Tabel 2. Penguatan aspek Civic Skill (Keterampilan Kewarganegaraan) di SMP MTA Gemolong

Gambar

Tabel 2. Penguatan aspek Civic Skill (Keterampilan Kewarganegaraan) di SMP   MTA Gemolong

Referensi

Dokumen terkait

The results of this research exhibit that both perceived risk and perceived trust affect a consumer’s intention to transact as well as the ease of use and usefulness of an e-commerce