• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL TINGKAH LAKU MENYIMPANG REMAJA dari KELUARGA BROKEN HOME SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROFIL TINGKAH LAKU MENYIMPANG REMAJA dari KELUARGA BROKEN HOME SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6 "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROFIL TINGKAH LAKU MENYIMPANG REMAJA dari KELUARGA BROKEN HOME SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6

PADANG Oleh:

Netti Sarlisna putri

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated from the pre-survey conducted on 11 to 22 September 2014 in an SMP Muhammadiyah 6 Champaign, found that there are teenagers who undergo aberrant behavior. As with any Rofil Behavior of Adolescents Notwithstanding Broken Family Home Grade Students of SMP Muhammadiyah 6 Padang ?, with a research focus is the problem of Conduct Teens who want to show the strength and behavior aimed at hurting others. This research was conducted with descriptive qualitative approach that describe symptoms, facts and reality on the ground. As for the informant research are: Young parents (father and mother) and teenage friend, homeroom teen, teen counseling teacher. The instrument that I use in this study were interviews and documentation, the techniques used in the processing of data through data reduction, data presentation and conclusion. The results have been analyzed interviews revealed that learners experienced problems in behavior deviates, which of the forms of behavior that wants to show strength, teenagers always opposed the teacher's words and do violence on their peers because students lack the attention of both his parents and coupled with how students get along with their peers.

Key Word: Profile Behavior of Adolescents Notwithstanding Broken Family Home Grade Students of SMP Muhammadiyah 6 Padang ?

PENDAHULUAN

Setiap individu mendambakan keluarga yang utuh dan harmonis adakalanya keluarga ideal bukanlah kehidupan keluarga tanpa riak, gelombang, ombak pasang surut. Melainkan keluarga yang mampu mengenali serta mengarungi riak, gelombang dan pasang surut tersebut.

Sebagaimana keluarga tersebut dapat mengenali masalah yang terjadi, mengelola masalah kemudian menyelesaikannya dengan tetap mengandalkan kekompakan anggota keluarga. Sehingga keluarga yang ideal terlihat dalam kekompakan masing- masing anggota keluarga.

Lingkungan keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak, bagaimana seorang anak memandang dirinya,

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, dan bagaimana seorang anak menyesuaikan diri dan lingkungannya.

Ahmadi (2007:221) “Mengemukakan keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat”.

Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.

Keluarga adalah sebuah group yang terbentuk antara laki-laki dan wanita yang berhubungan berlangsung lama untuk membesarkan anak-anaknya dan keluarga

(3)

juga sebagai unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak. Sehubungan dengan itu Ahmadi (2002:239) Mengemukakan

Keharmonisan dalam struktur keluarga yaitu di dalam keluarga itu ada ayah, ibu dan anak-anak. Apabila tidak ada ayah, ibu atau keduanya tidak ada, maka struktur keluarga itu akan lebih sulit lagi untuk harmonis, dan belum tentu juga keluarga yang tidak utuh itu, tidak mempunyai keharmonisan dalam keluarga.

Keluarga adalah masyarakat terkecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak.

Berdasarkan survey awal selama penulis melakukan Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling Kependidikan dan Sekolah (PLBK Kependidikan dan Sekolah) di SMP Mudammadiyah 6 Padang, penulis melihat peserta didik mempunyai berbagai macam permasalahan, di antaranya adalah tingkah laku menyimpang yang sering terjadi pada peserta didik di sekolah seperti: Suka membolos sebelum pelajaran berakhir, berperilaku nakal, mengalami depresi, berbohong kepada orangtua, berbohong kepada guru, suka merusak fasilitas sekolah, merusak lingkungan sekitar, dan suka melawan kepada guru (staf, pegawai sekolah SMP Muhammadiyah 6 Padang).

Kaitannya dengan keluarga Broken Home adalah anak akan menimbulkan pengaruh terhadap sikap bermain anak, anak berkembang menjadi tidak stabil terutama ketika bergaul dengan teman-teman sebayanya, yang mengakibatkan permasalahan seperti yang di paparkan di atas, maka dari itu anak akan mencari jati dirinya di luar, pengaruh ini terus berlanjut sampai anak mengginjak masa remaja dan interaksi sosial sedikit tergantung pada masa dewasa.

Shochib berpendapat (2000:20-21) broken home adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua”. Keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah) dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak. Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara kejam karena kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang tua.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa broken home itu adalah keluarga yang kurang teratur atau keluarga ini sering terjadinya suatu konflik (permasalahan) dalam rumah tangga dan disini anak sering diabaikan saja, maka dari itu anak akan berpengaruh terhadap sikap bermainya.

Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang ditemukan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penulisan di sekolah SMP Muhammadiyah 6 padang, dengan judul: Profil Tingkah Laku Menyimpang Remaja dari Keluarga Broken Home Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Peneliti menggambarkan profil tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang.

Menurut Musfiqon (2012:70) bahwa

“penelitian kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat non-angka. Bisa berupa kalimat, pernyataan, dokumen serta data lain yang bersifat kualitatif untuk dianalisis secara kualitatif. Makanya, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik dalam analisis data penelitian”.

Penelitian kualitatif lebih bersifat memberikan deskripsi dan kategorisasi berdasarkan kondisi kancah penelitian.

Penelitian ini menggunakan konsep naturalistik, yaitu apa yang terjadi di kancah penelitian menjadi ukuran data yang paling bisa diterima.

Penelitian kualitatif juga telah berkembang dalam penelitian bidang pendidikan. Jenis penelitian ini belum merupakan metode baru di dunia pendidikan, penelitian ilmu pendidikan, fIlsafat pendidikan serta praktik pendidikan.

Penelitian kualitatif dapat menggunakan beberapa pendekatan penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2012:205) dalam

“penelitian kualitatif “masalah” yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis”. Oleh karena itu, “masalah” dalam penelitian kualitatif

(4)

masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.

Menurut Lehmann (Yusuf, 2005:83)

“Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail” Metode deskriptif adalah penelitian yang bermaksut untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif bersifat deskriptif adalah penelitian yang dimaksutkan untuk mengumpulkan informasi mengenai fakta tertentu tentang keadaan yang sedang berlangsung baik berbentuk kata-kata atau bahasa berdasarkan masalah yang sedang diteliti sehingga pemahaman terhadap permasalahan menjadi lebih jelas. Maka disini peneliti mengumpulkan informasi tentang profil tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, temuan data yang penulis kemukakan adalah data kualitatif yaitu data yang disajikan sesuai dengan apa yang dikemukakan informan berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik tentang Profil tingkah laku menyimpang remaja dari Keluarga Broken Home siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang. Wawancara dilakukan kepada dua orang peserta didik dari masing-masing anak yang dari keluarga broken home dan dua orang tua, dua orang sahabat klien, satu guru BK dan satu wali kelas.

1. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan

a. Menentang perkataan guru

Hasil temuan melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa permasalahan yang dialami peserta didik terhadap tingkah laku menyimpang masih banyak ditemui pada peserta didik

itu sendiri,terutama pada SMP Muhammadiyah 6 Padang itu sendiri, dimana masih ada peserta didik yang melakukan tingkah laku yang tidak baik terutama pada guru-guru atau staf sekolah SMP Muhammadiyah 6 Padang, yang mana peserta didik sering menentang perkataan guru di sekolah, apabila guru memberikan sangahan atas tingkah lakunya yang tidak baik atau tidak sesuai dengan aturan norma-norma yang ada. Hal ini disebabkan bisa dari faktor lingkungan bisa juga dari faktor keluarga nya sendiri karena faktor keluarga sangat mendukung sekali bagi peserta didik tersebut, karena orang tua adalah cerminan bagi anak-anaknya, apabila orang tua selalu mentang perkataan orang lain, maka anak-anaknya juga akan melakukan hal yang sama dengan orang tuanya. .

b. Melakukan kekerasan pada teman Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa setiap peserta didik masih ada yang melakukan tingkah laku menyimpang terutama padapeserta didik yang dari keluarga yang broken home. Baik itu pada saat jam pelajaran berlansung maupun pada saat jam istirahat, seperti berkeahi dengan teman, menendang teman, mencubit teman, mengibuli temannya (mengampas uang teman). Orang tua dari peserta didik tersebut, sangat berperan penting bagi perkembangan bagi anak- anaknya sendiri baik itu dari segi internal maupun external.

2. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain

a. Berkata kasar kepada teman Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa masih banyak peserta didik yang melakukan tingkah laku yang tidak senonoh atau yang tidak sesuai dengan aturan norma dan nilai-nilai agama, seperti berkata kasar

(5)

terhadap teman sebayanya, yaitu bercarut marut, pangilan dengan sebutan kau, ang dan den. Disini dapat terlihat dengan jelas bahwa didikan dari kedua orang tua sangat diperlukan sekali oleh peserta didik karena kalau didikan orang tuanya baik maka anak tersebut akan bersikap baik juga karena cerminan bagi anak-anaknya adalah oeang tuanya sendiri, dan disini anak tidak hanya memerlukan uang dari kedua orang tuanya saja, tapi ia juga memerlukan rasa untuk dihargai, dicintai, disayangi, dan diperhatikan.

b. Mengambil perlengkapan teman Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa peserta didik

masih ada melakukan

penyimpangan seperti mengambil kepunyaan temannya, yaitu dilakukan pada saat jam istirahat sholat zuhur berlansung, pengambilan ini ada yang berupauang, Hp, emas, buku, dan pena. Disini dapat terlihat dengan jelas bahwa peserta didik tersebut kekurangan atas perhatian dari kedua orang tuanya, dan hal ini muncul tanpa ada sebab, dan sebab utama dari permasalahan ini adalah kedua orang tua karena peran orang tua sangat diperlukan bagi peserta didik

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang permasalahan profil tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Permasalahan profil tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang dari bentuk tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan yaitu: remaja kurangnya mendapat perhatian, kasih sayang dan sebagainya dari kedua orangtuanya sendiri, maka dari itu lah remaja selalu menampilkan egonya dan tidak mau

kalah karena kebutuhan yang ia inginkan tidak sesuai yang di harapkan oleh remaja tersebut. Tingkah laku yang selalu ditampilkan oleh remaja tersebut seperti: menentang perkataan guru dan melakukan kekerasan pada teman saat belajar seperti: memukul, mencubit, memukul dan lain sebagainya.

b. Permasalahan profil tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 6 Padang dari bentuk tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, seperti berkata kasar kepada temannya dan mengambil perlengkapan belajar temannya yaitu apabila remaja tersebut tidak mendapatkan apa yang ia inginkan maka remaja itu sendiri akan menayiki orang lain, karena ia merasa disakiti oleh orang lain, dan bisa juga terpengaruh dalam bergaul keseharian remaja sehinga berdampak buruk terhadap tingkah laku remaja. Begitu pun dalam bentuk tingkah laku yang mengambil perlengkapan teman yaitu bisa juga dalam bentuk cara remaja bergaul dengan teman sebayanya yang kurang baik, dan sedikit banyaknya akan berpengaruh terhadap dirinya sendiri, seperti mengambil atau mencuri kepunnyaan orang lain.

Jasen (Sarwono, 2010:256) mengemukakan bahwa perilaku menyimpang remaja itu ada empat, yaitu:

(a) perilaku yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, perkelahian, pemerkosaan, pembunuhan dan lain-lain (b) perilaku yang menimbulkan korban materi, perusakan, pencurian, pemerasan dan lain-lain (c) perilaku sosial yang menimbulkan korban di pihak orang lain, pelacuran, penyalah gunaan obat (d) perilaku yang melawan status, misalnya mengikari status anak sebagai pelajar dengan cara bolos.

Jadi dapat di simpulkan bahwa tingkah laku menyimpang remaja pada di sekolah yang bersangkutan, banyaknya remaja bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada tidak hanya dapat merusak diri sendiri, bahkan bisa merusak orang lain seperti pencurian, berkelahi sesama pelajar, suka membolos pada saat belajar mengajar berlansung dan lain sebagainya.

(6)

Diusia remaja, remaja cenderung bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki sendiri. Maksudnya disini, remaja mengangggap semua hal yang dilakukannya adalah benar serta ia mampu melakukan segala sesuatu tanpa bantuan oranglain. Padahal yang sama-sama diketahui, pada usia remaja harus di dalam pengawasan orangtua karena usia remaja adalah usia peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Jadi pada usia ini banyak terjadi permasalahan bahkan yang berdampak buruk bagi diri remaja tersebut, seperti yang dapat dilihat dalam bergaul dengan teman sebaya nya.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut 1. Kepala sekolah, agar ditambah lagi guru

Bimbingan dan Konselingnya (BK) di sekolah SMP Muhammadiyah 6 Padang.

2. Remaja, diharapkan remaja mampu merobah tingkah lakunya sesuai dengan aturan dan norma-norma yang berlaku, dimana tidak merusak diri sendiri dan orang lain.

3. Orangtua, diharapkan kepada orangtua agar bisa lebih memahami apa yang sedang diburuhkan oleh anak-anaknya apalagi pada masa peralihan dari anak- anak ke remaja dan memerhatikan masalah yang dihadapi dalam mendidik anak diusia remaja.

4. Guru BK, diharapkan guru BK mampu memberikan layanan-layanan yang tepat kepada remaja sehingga remaja tidak mengalami permasalahan dalam bertingkah laku yang menyimpang

5. Guru sekaligus Wali Kelas, diharapkan wali kelas mampu memberika arahan atau solusi kepada remaja sehingga remaja tidak mengalami permasalahan dalam bertingkah laku yang menyimpang

6. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling, agar bisa menyiapkan para calon guru BK yang mempunyai pengetahuan tentang permasalahan yang dihadapi remaja dalam bertingkah laku yang menyimpang serta solusi dalam mengentaskan masalah tersebut.

7. Peneliti selanjutnya, bisa melakukan penelitian lanjutan bagaimana solusi dalam mengentaskan permasalahan yang dihadapi remaja dalam bertingkah laku menyimpang.

KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial.

Jakarta:Rineka Cipta.

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Shochip, Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua.

Jakarta: Rineka Cipta.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. FIP IKIP Padang: Padang.

Sarwanto, Sarlito Wirawan. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus Product Moment menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari rtabel baik pada taraf signifikan 5% yaitu0,647

TATAP MUKA WAKTU PELAKSANAAN POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN 1 2 3 6 Rangsangan berdasarkan pendengaran Rangsangan dengan arus listrik Menarik perhatian ikan dengan tempat