• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program pengaturan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Program pengaturan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah, salah satunya yaitu di bidang kependudukan. Hal ini dapat diketahui dari 7,2 miliar jumlah penduduk dunia pada tahun 2013, Indonesia merupakan penyumbang terbesar angka kelahiran ke empat setelah China, India dan Amerika Serikat dengan jumlah 240 juta jiwa. Oleh karena itu perlu dilakukan program pengaturan angka kelahiran. Jika tidak ditanggulangi, maka diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 321 juta jiwa pada tahun 2025(BKKBN, 2013).

Program pengaturan angka kelahiran di Indonesia dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB). Pembatasan kelahiran tersebut bertujuan tidak hanya untuk membatasi angka kelahiran, tetapi juga mengurangi angka mortalitas ibu dan anak1.

Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya program Keluarga Berencana (KB) salah satunya dengan pemberian informasi kepada calon akseptor KB. Dalam pemberian informasi mengenai kontrasepsi terdapat tiga kegiatan, dimana diantaranya adalah konseling, penyuluhan dan pendekatan. Konseling merupakan aspek penting dalam Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan

(2)

memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya2.

Penyuluhan merupakan suatu kegiatan dengan pola menerangkan kepada masyarakat dengan materi pembahasan mengenai kontrasepsi yang dipakai, dengan adanya penyuluhan mengenai keluarga berencana, diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing metode kontrasepsi, sehingga calon peserta Keluarga Berencana (KB) dapat menentukan pilihan kontrasepsi yang dikehendaki dan sesuai dengan kondisi kesehatannya3.

Intra Utrine Devices (IUD) merupakan salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus (Hidayati, 2009). Keunggulan IUD antara lain efektifitas tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian, tidak ada efek samping hormonal, pada umumnya aman dan efektif, dapat digunakan hingga menopause4.

Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka bidan harus dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan dalam menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi

(3)

yaitu pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti. Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat4.

Pilihan yang diputuskan sendiri dengan bantuan petugas dalam memberikan pengetahuan tentang kontrasepsi yang menjadi pilihannya, akan memberikan gambaran dan kemantapan untuk memakai kontrasepsi yang lebih tepat. Seperti diketahui bahwa terdapat beberapa dampak akibat tidak diberikannya pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pada akseptor, dimana salah satunya adalah klien kesulitan memperoleh informasi yang benar dari konselor, sehingga memungkinkan untuk terjadinya salah penilaian (persepsi) terhadap pesan yang disampaikan dengan yang diterima. Dalam pelaksanaannya, program Keluarga Berencana (KB) nasional digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan atau kesuburan5.

Pemerintah melalui lembaga Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tengah menjalankan program Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) meliputi IUD, Implant dan MOW.

Pengguna MKET di Indonesia masih rendah, di Jawa Tengah PUS yang menggunakan MKET sebesar 16,34% dan Non MKET sebesar 82,52%.

Salah satu metode MKET yang masih rendah digunakan adalah IUD (Intra Uterine Device)6.

(4)

Berdasarkan data statistik Indonesia pada tahun 2010, didapatkan data pemakai KB Intra Utrine Devices (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Indonesia adalah sebesar 5,20 % (BPS, 2010).

Sedangkan pada tahun 2007, pemakai KB IUD di Indonesia adalah sebesar 4,8 % dari seluruh jenis KB. Pada tahun 2013 metode kontrasepsi yang terbanyak digunakan oleh akseptor baru adalah suntikan, yakni sebesar 48,56%. Metode terbanyak ke dua adalah pil, sebesar 26,60%. Metode yang paling sedikit dipilih adalah metode operasi pria (MOP) sebanyak 0,25%, kemudian metode operasi wanita (MOW) sebanyak 1,52%, dan kondom (6,09%) (Depkes, 2014). Pada tahun 2011 jumlah akseptor di Jawa Barat mencapai 6,7 juta orang. Akseptor suntik sekitar 3,3 juta, pil 1,7 juta akseptor, IUD 800.000 akseptor dan sisanya metode Keluarga Berencana (KB) lain7.

Pada tahun 2014 jumlah akseptor di Cianjur selama priode Januari- April alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah alat suntik.

Dari jumlah sebanyak 30.735 alat kontrasepsi, akseptor pemakai suntik mencapai 15.382 orang, kemudian akseptor pengguna pil sebanyak 9.844 orang, pengguna IUD sebanyak 2.443 orang, pengguna implan sebanyak 2.182 orang, pengguna kondom sebanyak 749 orang, MOW sebanyak 134 orang, dan MOP sebanyak 1 orang8

(5)

Di wilayah kerja Puskesmas Mareleng bulan Maret-April 2016 terdapat 108 akseptor KB baru, 23 diantaranya menggunakan kontrasepsi IUD, 79 menggunakan suntik, 4 orang menggunakan pil dan 2 orang menggunakan kondom. Penggunaan kontrasepsi IUD sampai saat ini ternyata masih relatif rendah. Hasil observasi awal peneliti di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa terdapat 178 PUS dengan distribusi pemakaian kontrasepsi tertinggi adalah suntik sebanyak 44 PUS, selanjutnya implant sebanyak 51 PUS, pil sebanyak 57 PUS, WOW dan IUD masing-masing sebanyak 26 PUS.

Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 10 orang pasangan usia subur (PUS) secara acak menunjukkan bahwa 6 PUS menyatakan kurang paham tentang IUD, 2 PUS menyatakan cukup paham, dan 2 PUS lainnya menyatakan paham tentang kontrasepsi IUD.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Gambaran peran bidan dalam memberikan penyuluhan kontrasepsi iud pada pasangan usia subur di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti mendapatkan rumusan masalah yaitu “Bagaimana Gambaran peran bidan dalam memberikan penyuluhan kontrasepsi iud pada pasangan usia subur di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Tahun 2016”.

(6)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran peran bidan dalam memberikan penyuluhan kontrasepsi iud pada pasangan usia subur di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui peran bidan sebagai fasilitator dalam memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi iud di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Tahun 2016

b. Untuk mengetahui peran bidan sebagai konseler dalam memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi iud di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Tahun 2016

c. Untuk mengetahui peran bidan sebagai motivator dalam memberikan penyuluhan tentang kontrasepsi iud di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Tahun 2016

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar bagi peniliti lanjutan dan dapat menjadi salah satu bahan penyempurnaan dalam pembelajaran, khususnya dalam lingkup pelayanan Keluarga Berencana (KB).

(7)

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana (KB) khususnya dalam penyuluhan tentang Keluarga Berencana (KB) pada responden di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Tahun 2016.

b. Diharapkan penilitian ini dapat sebagai dasar motivasi bagi responden dalam memilih metode kontrasepsi yang efektif.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu bulan Mei tahun 2016.

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kertasari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur Tahun 2016.

3. Ruang Lingkup Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.. teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah accidental sampling.

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh kesimpulan untuk pengaruh antara pasangan usia subur dengan angka kelahiran (TFR) adalah � 0 ditolak yang berarti secara parsial pasangan usia subur berpengaruh

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik suami dengan peran suami dalam penggunaan alat kontrasepsi IUD pada pasangan usia subur di

Hubungan Pengetahuan Tentang KB Dan Dukungan Keluarga Dengan Keikutsertaan Menjadi Akseptor KB Di Kalangan Wanita pasangan Usia Subur Di Desa Jatijaya Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendidikan pasangan usia subur, mengetahui pendapatan pasangan usia subur, mengetahui partisipasi pasangan usia

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan sikap dan perilaku pasangan usia subur (PUS) terhadap pemilihan kontrasepsi IUD

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan tentang Keluarga Berencana (KB) dan Metode Kontrasepsi dengan Kesesuaian Pemilihan Metode Kontrasepsi (Studi Pada Wanita Pasangan Usia

Berikut ini adalah pernyataan yang berkaitan dengan “ Pengaruh peran suami terhadap wanita pasangan usia subur dalam menggunakan alat kontrasepsi IUD “.. Bacalah setiap

“ Hubungan Karakteristik Suami dengan Peran Suami dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) pada Pasangan Usia Subur di Desa Percut Kecamatan Percut Sei