Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta Tahun 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN INFARK MIOKARD ACCUTE (IMA) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG IGD RSUD SIMO
BOYOLALI
ABSTRAK
Infark Miokard Accute (IMA) merupakan suatu keadaan suplai darah yang tidak adekuat mengakibatkan kematian sel-sel jantung sehingga kekuatan kontraksi otot jantung menurun salah satu manifestasi klinik dari IMA berupa nyeri dada disertai sesak napas yang seringkali ditemukan pada gangguan okisgenasi. Nyeri dada seperti tertimpa benda berat dan sesak napas yang timbul karena adanya sumbatan di pembuluh darah. Salah satu teknik untuk menurunkan rasa nyeri dada dan sesak napas yaitu dengan posisi semi fowler 45 derajat dan pemberian oksigen. Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien IMA dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien dengan IMA. Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa tindakan posisi semi fowler 45 derajat selama 30 menit dan pemberian oksigen selama 2 jam dengan dilakukan observasi 4 kali setiap 30 menit didapatkan hasil frekuensi pernapasan 28 x/menit menjadi 20 x/menit dan saturasi oksigen dari 90% menjadi 98%, tindakan ini efektif dilakukan pada pasien IMA.
Kata Kunci : IMA, Nyeri Dada, Sesak Napas, Posisi Semi Fowler 45⁰, Terapi Oksigen
PENDAHULUAN
Infark Miokard Accute (IMA) dikenal dengan istilah serangan jantung merupakan suatu keadaan dimana suplai darah yang tidak adekuat, memicu terjadinya kerusakan jaringan-jaringan miokard jantung sehingga aliran darah koroner berkurang. Serangan jantung terjadi secara mendadak dan berkembang sangat cepat, yang disebabkan adanya nekrosis pada jantung. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya kematian sel-sel jantung sehingga kekuatan kontraksi otot jantung menurun (Asikin et al., 2016;
Ghani et al.,2016; Idris, 2017). Infark Miokard Accute (IMA) terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu Unstable Angina ST- segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) dan ST-segment Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI). Infark Miokard Accute (IMA) termasuk dalam tipe STEMI dimana suatu kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan tindakan medis secepatnya (Smit & Lochner, 2019).
Penderita penyakit kardiovaskular termasuk IMA mengalami peningkatan angka kematian disetiap tahunnya (Perki, 2015). World Health Association (WHO) tahun 2018 menunjukkan, sebanyak 17,3 juta orang di dunia meninggal dan diperkirakan akan mencapai 23,3 juta penderita meninggal
di tahun 2020. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 menunjukkan sebesar 1,5% atau 1.017.290 dari penduduk total indonesia dengan kasus terbanyak berada di Kalimantan Timur yaitu dengan prevelensi sebanyak 2,2% atau 994.909 orang, Nusa Tenggara Timur menjadi paling rendah dengan prevelensi sebanyak 0,2% atau 254 orang. Data dari Dinkes Jawa Tengah menduduki urutan nomer lima di tahun 2018 dengan prevelensi IMA sebanyak 1,6% atau 132.565 orang penderita IMA. Dinkes Kabupaten Boyolali (2018) menunjukkan dari data terakhir yang didapatkan ada sebanyak 790 kasus penyakit jantung termasuk didalamnya adalah IMA.
Infark Miokard Accute (IMA) disebabkan oleh pembuluh darah yang mengalami penyempitan atau adanya sumbatan pada sel-sel otot jantung karena iskemia yang berlangsung lama, sehingga adanya oklusi di arteri koroner dan kematian sel-sel miokard dikarenakan suplai oksigen ke miokard mengalami kompensasi dari metabolisme anaerob dan hal tersebut menyebabkan penumpukan asam laktat yang memicu serangan jantung (Smit & Lochner, 2019). Kondisi tersebut akan menunjukkan tanda dan gejala nyeri dada seperti tertimpa benda berat, mual muntah disertai keluar
keringat dingin dan sesak napas. Sesak napas timbul karena adanya sumbatan di pembuluh darah yang mengakibatkan adanya kerusakan sel sehingga kerja jantung tidak optimal dan tidak mampu memberikan suplai oksigen yang ditandai dengan napas terasa pendek, detak jantung meningkat, terdapat tanda gagal jantung, syok kemudian terjadi penurunan saturasi oksigen <90%.
Oksigen merupakan gas yang diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan sistem pernapasan, persyarafan dan kardiovaskuler.
Kadar oksigen dalam tubuh harus mencapai saturasi 95%-100%, saturasi oksigen yang kurang dari <90% harus segera ditangani dengan memposisikan pasien semi fowler dan terapi oksigen. Posisi semi fowler adalah posisi berbaring tempat tidur dengan kepala di tinggikan 45 derajat tanpa fleksi lutut.
Pengaturan posisi ini bertujuan untuk menurunkan konsumsi O2, ekspansi paru yang maksimal serta mempertahankan kenyamanan, setelah diposisikan semi fowler pasien diberikan terapi oksigen. Terapi oksigen merupakan suatu intervensi untuk mecegah atau memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat. Pemberian terapi oksigen bertujuan mencegah perluasan infark,
menurunkan beban kerja jantung dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap normal sehingga tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Dampak yang terjadi apabila kekurangan oksigen adalah metabolisme dalam tubuh menjadi anaerob yang menghasilkan asam laktat yang berbahaya jika tidak segera diatasi akan menjadi hipoksia jaringan dan hipoksia serebral (kekurangan oksigen di otak) sehingga menyebabkan pusat batang otak terkena, dan kematian akibat gangguan pernapasan (Nugroho, 2016).
Tindakan farmakologis dan nonfarmakologis yang dilakukan untuk mencegah perluasan infark miokard adalah pemberian morfin, nitrat, antiplatelet dan pemberian terapi oksigen. Tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi gangguan pernapasan dengan memposisikan semi fowler, pantau tanda-tanda vital. Terapi oksigen diberikan minimal 3 liter/menit melalui binasal kanul selama 2 jam sampai saturasi oksigen normal (Novita Kurnia W, 2020; Waly Muhammad, 2014). Penelitian Novita Khurnia W (2020) menyatakan bahwa pengaturan posisi semi fowler dan pemberian terapi oksigen dapat mempengaruhi perubahan saturasi menjadi normal sehingga suplai oksigen pada penderita gangguan jantung mengalami peningkatan. Penelitian
ini juga didukung oleh Alamsyah, dkk (2019) bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap saturasi oksigen penderita IMA setelah dilakukan pengaturan posisi dan pemberian oksigen.
METODE PENELITIAN
Studi kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2021 dengan 1x8 jam kelolaan ke klien di IGD RSUD Simo Boyolali. Studi kasus ini mengambil subjek satu pasien dengan diagnosa medis infark miokard acute. Fokus studi kasus ini berfokus pada asuhan keperawatan dengan pasien yang mengalami IMA mulai daro pengkajian sampai dengan evaluasi yang disusun secara urut. Metode pengumpulan data pada kasus ini menggunakan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keluhan utama pada pasien IMA adalah nyeri dada disertai sesak napas, pada studi kasus ini dilakukan implementasi yaitu pemberian tindakan non farmakologi berupa pengaturan posisi semi fowler 45 derajat dan tindakan farmakologi yaitu pemberian terapi oksigen. Semi fowler 45 derajat merupakan pengaturan posisi pasien setengah duduk di tempat tidur untuk meningkatan saturasi oksigen dan membantu fungsi penghantaran oksigen dalam tubuh. Sedangkan terapi oksigen melalui nasal kanul bertujuan
meningkatkan saturasi oksigen, mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi agar tetap adekuat. Tindakan tersebut sangat efektif untuk meningkatkan dan memepertahankan saturasi oksigen agar tetap dalam rentan normal (95%-100%). Selanjutnya untuk memperjelas peningkatan saturasi oksigen dan frekuensi napas yang diobservasi sebelum dan sesudah intervensi keperawatan dalam pengaturan posisi semi fowler 45 derajat dan pemberian oksigen pada pasien IMA dapat dilihat pada gambar.
Gambar 4.1 Evaluasi Pemberian Posisi Semi Fowler dan Pemberian
Oksigen terhadap SPO2 Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa ada peningkatan saturasi oksigen setelah diberikan posisi semi fowler 45 derajat selama 30 menit dan pemberian oksigen 3 liter permenit selama 2 jam dengan saturasi oksigen awal 90%, kemudian
% 90
% 93
95%
% 98
93%
% 95
98% 98%
% 90 91%
% 92
% 93 94% 95% 96%
% 97 98%
% 99
% 100
30 menit 60 menit 90 menit 120 menit Pre Post
dilakukan observasi empat kali dan saturasi oksigen mengalami peningkatan menjadi 98%.
Gambar 4.2 Evaluasi Posisi Semi Fowler dan Pemberian Oksigen
terhadap Frekuensi Napas Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa ada peningkatan saturasi oksigen setelah diposisikan semi fowler dan diberikan oksigen melalui nasal kanul 3 liter permenit selama 2 jam dengan frekuensi pernapasan sebelumnya 28 x/menit menjadi 20 x/menit. Hal ini menunjukkan bahwa posisi semi fowler dan pemberian oksigen sangat efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen dan frekuensi pernapasan.
KESIMPULAN
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada Tn. T berusia 57 tahun dengan diagnosa medis Infark Miokard
Accute (IMA) dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
SARAN
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai intervensi dan bahan pembelajaran mengenai penanganan nyeri dada yang disertai sesak napas pada pasien IMA dengan non farmakologi yaitu pengaturan posisi semi fowler 45 derajat dan tindakan farmakologi yaitu pemberian oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, dkk. (2019). Penderita Jantung Koroner (PJK) dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi. Healthy Tandulako Journal. 5(3):1–80.
Asikin, M & Nuralamsyah.(2016).
Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Erlangga.
Aspiani, Reni Y.(2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular : Aplikasi Nic &
Noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Darliana, D. (2010). Manajemen Pasien St Elevasi Miokardial Infark (Stemi).
Idea Nursing Journal. 1(1):14–20.
Hidayat, R., & Aprilia, H. (2019). The Effect of Oxygen Therapy With Nasal Cannula to Oxygen Saturation
x/menit
28
26 x/menit
x/menit 24
20x/
menit 26 x/menit
24 x/menit
20 x/menit
20 x/menit 18
20 22 24 26 28 30
30 menit 60 menit 90 menit 120 menit Pre Post
Through Oximetry Examination For Patients With Heart Failure At Emergency Departmemt of RSUD Ulin Banjarmasin 2018. Journal of Nursing Practice. 2(2):109–115.
https://doi.org/10.30994/jnp.v2i2.53 Idris, dkk. (2020). Characteristics of Acute
Myocardial Infarction Patients.
STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan.
9(2):1017–1026.
https://doi.org/10.30994/sjik.v9i2.41 4
Kemenkes RI.(2018). Hasil Utama Riskesdas. 2018.
Nursalam.(2015). Manajemen Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Sulistyowati Dwi (2015). Pengaruh Posisi Tidur Terhadap Kualitas Tidur Dan Status Kardiovaskuler Pada Pasien Infark Miokard Accute (IMA) Di Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Widiyanto B & Yamin L S.(2014). Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Sturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark Miokard Akut (IMA). Jurnal Keperawatan. PPNI Jawa Tengah.
138-143.