PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang misalnya, terdapat tradisi Mangrewa yang merupakan salah satu bentuk kerjasama yang terjadi di Masyarakat Curio Kabupaten Enrekang. Kerjasama ini menggunakan modal hewan ternak, baik berupa sapi maupun kerbau di sini fokus pada pengelolaan hewan kerbau. Dimana pemilik ternaknya memberikan ternaknya kepada seseorang untuk dipelihara agar kelak dapat berkembang biak dan mempunyai keturunan. Mangrewa adalah pemeliharaan yang dilakukan secara perseorangan, ada pemilik sapi yang menitipkan kerbaunya untuk dipelihara dan kemudian imbalannya adalah keturunan dari sapi yang dipeliharanya.
Pemeliharaan ini tidak didasarkan pada beternak dalam jumlah besar, melainkan hanya pada jumlah ternak yang terbatas. Pemilik hewan hanya melihat kondisi kerbaunya dan menunggu hasil ternaknya, sehingga perjanjian bagi hasil dalam beternak kerbau hanya bersifat lisan, mengikuti asas saling percaya antara pemilik dan pemelihara ternak. Dimana dalam perjanjian pemilik hewan memperbolehkan pemelihara untuk memelihara kerbau tersebut sampai mempunyai anak dan keuntungannya dibagi pada saat hewan tersebut melahirkan anak, jika yang ada hanya satu anak maka pembagiannya berdasarkan jumlah anak. kaki pada hewan, jika hewan mempunyai 4 kaki pembagiannya adalah 2 kaki untuk pemilik hewan peliharaan dan 2 kaki untuk pengasuh.
Sebaliknya pemilik menolak perjanjian yaitu menarik ternaknya dari penggembala sebelum kerbau tersebut mempunyai anak, dengan alasan hewan tersebut akan dijual karena ada keperluan mendesak yang memerlukan pembatalan. Pemilik kerbau kemudian memberikan uang kepada pemeliharanya sebagai imbalan atas perawatannya.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Memperhatikan pentingnya kepastian hukum mengenai akad hewan kerbau dalam masyarakat Islam khususnya di Kabupaten Curio Enrekang, berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana sistem bagi hasil Mangrewa tanpa akad tertulis dan. bagaimana hukum ekonomi Islam melihat hal ini?
Kegunaan Penelitian
TINJAUN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Landasan Teoritis
- Teori Al-Urf
- Teori Bagi Hasil
- Teori Hukum Ekonomi Islam
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Lokasi dan Waktu Penelitian
- Jenis dan Sumber Data yang digunakan
- Fokus Penelitian
- Metode Pengumpulan Data
- Metode Analisis Data
Mangrewa, dan para pemilik modal yang bekerjasama dengan Mangrewa, sehingga penulis dapat memperoleh informasi secara lengkap mengenai kerjasama Mangrewa yang dilakukan di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Berdasarkan wawancara diatas antara penulis dengan ketiga narasumber kegiatan kerjasama Mangrewa di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang. Tetapi apabila matinya binatang peliharaan itu semata-mata karena kelalaian salah satu pihak, maka yang melakukan kelalaian itu yang menanggung kerugiannya.” 41.
Dalam perjanjian ini, pemilik ternak memberikan kerbaunya kepada pengelola, yang harus dipelihara, dirawat, diberi makan, diberi air, dan dimandikan. Dalam pelaksanaannya akad dilakukan pada awal perjanjian, setelah kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan kerjasama, pemilik ternak memberikan ternaknya kepada pengguna. Salah satu praktik Mangrewa di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang yang dilakukan oleh Ibu Elis selaku pengelola peternakan.
Para bangsawan tidak mempunyai waktu untuk mengurus seluruh ternaknya, sehingga mereka memberikannya kepada orang-orang yang tidak mampu untuk merawat ternak tersebut. Ada yang sudah menjalin kerja sama dengan Mangrewa, mulai dari kambing hingga kerbau, ada yang sudah 4 tahun lamanya dan ada juga yang baru beberapa bulan menjalin kerja sama dengan Mangrewa. Dalam sistem Mangrewa yang ingin kami capai adalah membagi hasil kerjasama dengan kerbau di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang.
Hal ini sesuai dengan Pak. Pernyataan Ancong yang mengatakan bahwa “Saya menyerahkan ternak saya untuk dipelihara karena saya mempunyai pekerjaan lain yaitu berbisnis sehingga saya tidak mampu memelihara kerbau saya sehingga kerbau tersebut dipelihara oleh keluarga tetangga saya.” Jika dikaitkan dengan asas Hukum Ekonomi Islam maka dapat dikaitkan dengan asas tanggung jawab karena orang yang diberi kepercayaan untuk memelihara ternak mempunyai rasa tanggung jawab dalam pemeliharaan ternak tersebut. Jika kemudian dikaitkan dengan Hukum Ekonomi Islam, maka sudah sesuai dengan prinsip keadilan. Mengenai keadilan, disini terdapat perjanjian yang menyatakan bahwa apabila ternak harus diserahkan kepada pengelola, maka pemilik adalah modalnya. wajib memeriksakan ternaknya terlebih dahulu, agar tidak terjadi perselisihan di kemudian hari ketika pemilik kerbau sudah menyerahkan ternaknya kepada pengelola.
Dalam akad ini pemilik modal bebas memberikan hewan ternaknya kepada siapapun yang mau memberikannya, selama pengelola mampu dan mempunyai waktu luang untuk mengelola kerbau tersebut. Dimana dalam kerjasama Mangrewa ini upayanya sangat jelas yaitu Mangrewa atau dengan kata lain kerjasama dengan ternak, dimana bagi hasil akan diberikan setelah ternak tersebut mempunyai anak. Sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan, bahwa pengelolaan praktek usaha Mangrewa tidak mengandung unsur batil, karena bagi hasil dilakukan pada awal perjanjian, dimana keuntungan dibagi rata. 50% untuk pemilik ternak dan 50% untuk pengelola.
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Gambaran umum tentang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang
Mekanisme Mangrewa diawali dengan adanya kesepakatan antara dua orang, dimana satu orang sebagai pemilik ternak dan satu lagi sebagai pengelola atau peternak. Dari wawancara di atas dapat dikatakan bahwa dalam perjanjian kerjasama Mangrewa ini tidak diperlukan perjanjian tertulis, hanya lisan atau percakapan saja antara kedua belah pihak, antara pemilik ternak dan penggembala kerbau, dengan didampingi beberapa orang saksi dan sedapat mungkin. anak dan keluarga mengetahuinya, perjanjian ini dapat dilaksanakan dengan menjunjung tinggi prinsip saling percaya antara kedua belah pihak. Masalah biaya pemeliharaan, kita sebagai pengelola bertanggungjawab dalam menyediakan makanan dan minuman pada hewan ternak.
Dan ketika ternak sakit maka yang bertanggung jawab atas perawatannya adalah pengelola, biasanya pengelola memanggil dokter hewan untuk memberikan vitamin atau vaksin pada hewan yang sakit. Kenapa karena di peternakan ini tidak mengganggu pengelolaannya, mereka memberi makan pada hewan di pagi hari, kemudian mereka pergi ke sawah untuk melakukan hal lain, ketika mereka pulang dari sawah, mereka meluangkan waktu untuk mencari. untuk rumput untuk ternak yang mereka pelihara. Akhirnya masyarakat beralih ke peternakan sapi dan kerbau karena tingkat pendapatannya lebih tinggi dibandingkan ternak lainnya, namun tidak menutup kemungkinan masih banyak masyarakat yang masih memanfaatkan kambing Mangrewa.
Dengan berbagai jenis hewan ternak seperti kerbau, sapi potong, sapi perah, kuda, kambing, bebek/Manila. Pasalnya, tingkat pendapatan dari penjualan sapi kerbau meningkat pesat. Banyak masyarakat Toraja khususnya yang membutuhkan kerbau pada saat adat pemakaman, pernikahan, dan lain sebagainya. Apabila pemilik modal menyetujui kewajibannya untuk memberikan modal, maka modal yang dimaksud di sini adalah hewan ternak berupa kerbau, dan sebaliknya pihak yang bekerja atau mudharib menyetujui tanggung jawabnya untuk mengambil alih pekerjaan yang dijalankannya. . keterampilan, merawat ternak yang ditawarkan.
Dalam pelaksanaannya akad dilaksanakan pada awal perjanjian, setelah kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan kerjasama, maka pemilik ternak menyerahkan ternaknya kepada wali. Pemeliharaan tidak dilakukan secara berkelompok karena jumlah ternak yang masih kurang. Segala biaya pemeliharaan seperti pakan ternak dan proses kawin ditanggung oleh pemelihara karena biaya operasionalnya tidak terlalu berat bagi pemelihara karena ternaknya tidak berat.
Tidak adanya perjanjian kontrak secara tertulis akan menimbulkan resiko yang akan timbul di kemudian hari, salah satunya adalah jika ternak yang dipelihara oleh pengelola hilang selama keterlibatan Mangrew, maka pihak yang menanggungnya akan kembali pada perjanjian semula yaitu sebagai milik Ana. Ibu berkata, “apabila keadaannya di luar ekspektasi, maka akan kembali seperti semula. Modal tersebut harus diserahkan kepada pengusaha atau pengurus untuk kemudian digunakan modal yang diperoleh, baik berupa uang maupun barang, dalam hal ini adalah kerbau. peternakan, dapat mengelola dan menghasilkan keuntungan yang kemudian dibagikan kepada pemilik dan pengelola modal. Dalam pemberian modal atau ternak oleh pengelola, tidak ada urusan penggolongan usaha yang dilakukan, hanya mengurusi pengelolaan ternak.
Asas terkait selanjutnya dalam Hukum Ekonomi Islam adalah asas kebebasan, dimana pada perjanjian sebelumnya tidak ada batasan mengenai apa yang nantinya dilakukan oleh pengurus kerbau yang dipelihara, yang dibicarakan dalam perjanjian hanya pemeliharaan kerbau sampai hewan tersebut berkembang biak dan mempunyai anak. Urgensi Tradisi Gaduh Berbagi Hasil Peternakan Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Dusun Jeruk Wangi, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang”, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Mekanisme Mangrewa dalam Peternakan Kerbau di Curio Kabupaten
Ketentuan Bagi Hasil dalam Prespektif Hukum Ekonomi Islam pada
PENUTUP
Kesimpulan
Mekanisme dalam akad sistem Mangrewa dimulai dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, antara shohibul maal dan mudhorib. Apabila perjanjiannya menggunakan kontrak lisan tanpa perjanjian tertulis berdasarkan asas saling percaya. Setelah kedua belah pihak menyepakati suatu perjanjian, shohibul maal menyerahkan ternaknya kepada pihak mudhorib untuk dikelola sesuai kesepakatan dalam perjanjian.
Kaitannya dengan hukum ekonomi Islam erat kaitannya dengan asas pertanggungjawaban kedua belah pihak, dalam artian masyarakat sebagai pengelola memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Jenis transaksi dalam sistem Mangrewa pada peternakan kerbau yang dilakukan masyarakat Curio Kabupaten Enrekang biasanya menggunakan akad Mudharabah Mutlaqah, suatu bentuk kerjasama antara shohibulmaal dan mudhorib yang cakupannya sangat luas. Penerapan sistem bagi hasil pada Perjanjian Kerja Sama Mangrewa yang dilakukan di Curio Kabupaten Enrekang menggunakan sistem bagi hasil yaitu sistem bagi hasil yang dihitung berdasarkan besarnya pendapatan pengelola kerbau, tanpa memperhitungkan berapa besarnya. telah dikeluarkan oleh manajer. tentang peternakan kerbau.
Dengan perbandingan 50:50, berdasarkan kesepakatan antara shohibulmaal dan mudhorib, maka perjanjian yang terjadi hanyalah perjanjian lisan tanpa ada bentuk akad tertulis. Jika dikaitkan dengan hukum ekonomi Islam maka dapat dikatakan sesuai dengan prinsip keadilan yaitu prinsip yang harus dipegang teguh dalam bertransaksi.
Saran
Tinjauan Hukum Ekonomi Islam tentang Bagi Hasil Paro Lima Kambing di Desa Surusunda Kecamatan Karang Pucung. Praktek Bagi Hasil Sapi Nggado di Desa Grantung Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo”, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menurut anda, apakah dalam kerjasama mangrewa ini ada yang merepotkan anda sebagai pengelola peternakan?