SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh : VANYA FIRYAL NIM. 11140251000071
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018
i
ABSTRAK
Vanya Firyal (11140251000071). Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan Fadhilatul Hamdani, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan literasi mahasiswa angkatan 2014 Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam penyelesaian tugas pembuatan majalah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian survei dengan instrumen kuesioner.
Penelitian ini diuji validitas dan reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan bantuan IBM SPSS V24. Sampel di dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif angkatan 2014 Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 66 mahasiswa. Model literasi informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Empowering 8 dengan hanya mengambil 3 dari 8 aspek yang ada di dalam model literasi Empowering 8 yaitu identifikasi, organisasi, dan menciptakan informasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi informasi mahasiswa baik dalam penyelesaian tugas pembuatan majalah. Adapun hasil skor rata-rata dari aspek identifikasi informasi adalah 2,96, aspek organisasi informasi adalah 3,24, dan aspek menciptakan informasi adalah 3,17. Ketiga aspek tersebut berada pada skala interval 2,57 – 3,27 (BAIK).
Kata Kunci : Literasi Informasi, Jurnalistik, Empowering 8, Kemampuan Literasi Informasi.
ii
ABSTRACT
Vanya Firyal (11140251000071). Information Literacy Ability of Journalism Student at Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University. Under guidance of Fadhilatul Hamdani, M.Hum.
Library Science Program Faculty of Adab and Humanities Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University, 2018.
The purpose of this research is to know the information literacy ability of Journalism Student at Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University in completing their task to make a magazine. The type of this research is descriptive with quantitative approach and using questionnaire as an instrument. This research tested the validity and reliability using Cronbach’s Alpha technique with the help of IBM SPSS V24. The sample in this research is Journalism Student at Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University totaling 66 students. The literacy information model used in this research is Empowering 8 by taking just three out of eight aspects of Empowering 8, those are identification, organizing, and creating information. The result showed that the information literacy ability of the Journalism Student is good in completing their task to make a magazine. The average score from identifying aspect is 2,96, the organizing aspect is 3,24, and the creating information aspect is 3,17. All three aspect are on the interval scale 2,57 – 3,27 (GOOD).
Keywords : Information Literacy, Journalism, Empowering 8, Information Literacy Ability.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat yang dilimpahkan kepada penulis berupa keimanan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi ujian kesarjanaan strata 1 (S1) Ilmu Perpustakaan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berjasa membantu penulisan skripsi ini, penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Prodi Ilmu Perpustakaan.
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Prodi Ilmu Perpustakaan,
5. Ibu Fadhilatul Hamdani, M.Hum, selaku ibu dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu mengarahkan, dan member masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga besar dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis melaksanakan perkuliahan.
iv
7. Pihak Prodi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian dan memberikan data yang penulis butuhkan, serta untuk para mahasiswa jurusan jurnalistik angkatan 2014 yang telah berkenan membantu penulis dalam pengisian kuesioner sehingga penelitian ini dapat selesai.
8. Orang tua penulis, mama dan papa yang selalu memberikan semangat dan doa yang tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada para sahabat Yudha Rushendrawan, Chessa Yuniarti Lani, Rizkia Afidah, May Nur Fatimah, Wita Widya, Ursa Agniya, Dinda, Faiz, Kanita, Nabila, Triana, Nisa, Della.
Terima kasih untuk kebersamaan, doa, dan semangat yang kalian berikan selama penulis menyusun skripsi ini.
10. Kepada teman-teman KKN Amoeba 038, terimakasih untuk satu bulan kebersamaan dan seluruh pengalaman yang tidak akan terlupakan.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan Prodi Ilmu Perpustakaan angkatan 2014, terutama teman-teman C Indah atas 4 tahun kebersamaan yang telah dilewati dalam senang maupun sedih.
Semoga Allah SWT. selalu memberi kesehatan, kemudahan dan nikmat juga karunia yang tiada henti untuk pihak-pihak yang sudah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, untuk itu sangat dibutuhkan kritik dan juga saran yang bersifat membangun guna mencapai hasil yang lebih sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi pihak yang memerlukan khususnya di bidang ilmu perpustakaan.
Jakarta, 5 Juli 2018
Vanya Firyal
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
1. Pembatasan Masalah ... 7
2. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Penelitian Terdahulu ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 13
A. Literasi Informasi ... 13
1. Definisi Literasi Informasi ... 13
2. Manfaat Literasi Informasi ... 18
3. Model Literasi Informasi ... 20
4. Literasi Informasi di Perguruan Tinggi ... 26
B. Jurnalistik ... 30
C. Majalah ... 36
D. Kerangka Pemikiran... 38
BAB III METODE PENELITIAN... 42
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 42
B. Sumber Data... 42
C. Populasi dan Sampel ... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ... 44
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 45
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47
G. Waktu dan Tempat Penelitian ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Profil Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 52
1. Sejarah Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 52
B. Hasil Penelitian ... 55
C. Pembahasan... 71
BAB V PENUTUP ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
BIODATA PENULIS ... 90
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Kuesioner Lampiran 2 Lembar Daftar Siswa Lampiran 3 Lembar Dosen Pembimbing Lampiran 4 Lembar Bimbingan
Lampiran 5 Lembar Izin Penelitian
Lampiran 6 Lembar Perubahan Judul Skripsi Lampiran 7 Lembar Uji Validitas
Lampiran 8 Lembar Uji Reliabilitas
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Keterampilan Empowering 8 ... 23
Tabel 2. 2 Kerangka Pemikiran ... 38
Tabel 2. 3 Perbandingan Keahlian Jurnalis, Tipe Jurnalis, dan Empowering 8.... 40
Tabel 3. 1 Uji Validitas ... 48
Tabel 3. 2 Uji Reliabilitas ... 50
Tabel 3. 3 Jadwal Penelitian... 51
Tabel 4. 1 Jenis Kelamin ... 56
Tabel 4. 2 Saya dapat menentukan topik sendiri tanpa bantuan dosen ... 56
Tabel 4. 3 Saya dapat memahami dan menentukkan siapa pembaca majalah yang saya buat ... 57
Tabel 4. 4 Saya dapat menentukan format yang cocok untuk majalah yang saya buat. ... 58
Tabel 4. 5 Saya dapat mengidentifikasi kata kunci yang tepat untuk pencarian informasi yang sesuai dengan topik majalah ... 59
Tabel 4. 6 Saya menggunakan pencarian melalui kata kunci (keyword search) dalam menelusur informasi ... 59
Tabel 4. 7 Saya menggunakan sumber tercetak untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan topik majalah yang saya buat. ... 60
Tabel 4. 8 Saya menggunakan perangkat elektronik untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tzopik majalah yang saya buat ... 61
Tabel 4. 9 Saya mewawancarai narasumber untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan topik majalah yang saya buat. ... 62
Tabel 4. 10 Saya dapat memilih informasi sesuai dengan kebutuhan ... 63
Tabel 4. 11 Saya dapat membedakan informasi yang berupa fakta, pendapat atau fiksi. ... 64
Tabel 4. 12 Saya dapat memeriksa informasi untuk mendapatkan informasi yang akurat ... 65
Tabel 4. 13 Saya dapat mengurutkan informasi dalam urutan yang logis. ... 66
Tabel 4. 14 Saya dapat menggunakan susunan visual (diagram, struktur, ilustrasi) dan dapat membandingkan informasi mana yang lebih relevan untuk saya gunakan ... 67
Tabel 4. 15 Saya melakukan paraphrase (menggunakan kata-kata sendiri) dalam mengolah informasi. ... 68
Tabel 4. 16 Setelah diolah, saya merevisi dan mengedit majalah bersama rekan. 68 Tabel 4. 17 Saya mencantumkan sumber informasi yang sudah didapat. ... 69
Tabel 4. 18 Rekapitulasi berdasarkan Skala Likert ... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan informasi.
Kebutuhan informasi ini muncul ketika seseorang menyadari adanya kekurangan dalam tingkat pengetahuannya tentang situasi atau topik tertentu dan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut.1 Menurut Voight dalam Tawaf, terdapat tiga macam kebutuhan informasi manusia yaitu: 1) Kebutuhan untuk menyelesaikan penelitian ilmiah yang sedang dilakukan; 2) Kebutuhan yang ditimbulkan dari pekerjaan atau profesi; 3) Kebutuhan yang relevan dengan subjek yang sedang menjadi perhatian.2
Pada era globalisasi ini informasi semakin berkembang pesat.
Kemajuan teknologi informasi sangat membantu para penggunanya untuk mencari informasi yang mereka butuhkan, namun kemajuan teknologi informasi juga menyebabkan masalah ledakan informasi yang menjadi halangan bagi pengguna informasi. Pengaruh era globalisasi semakin terasa dengan tersedianya berbagai macam format atau bentuk informasi, mulai dari tercetak, gambar, suara, video, elektronik dan masih banyak lagi. Belum lagi jumlah halaman web yang melimpah tersedia di internet.
Namun ketersediaan informasi tidak menjamin seseorang dapat memperoleh dan memanfaatkan informasi dengan baik dan benar. Oleh
1 Tawaf Tawaf and Alimin Khaidir, “Kebutuhan Informasi Manusia: Sebuah Pendekatan Kepustakaan,” Khutubkhanah 15, no. 1 (2012): h.2.
2 Tawaf Tawaf and Alimin Khaidir, h.3.
karena itu diperlukan kemampuan khusus untuk mengkritisinya yaitu dengan literasi informasi.
UNESCO dalam Muhammad Azwar Muin menjelaskan literasi informasi sebagai kemampuan seseorang dalam menyadari kebutuhan informasi dan mengetahui kapan informasi dibutuhkan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang dibutuhkan, mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan yang sudah ada, memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif, legal, dan etis.3
American Library Association dalam Muhammad Azwar Muin mendefinisikan literasi informasi sebagai seperangkat kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk mengetahui kapan informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi tersebut secara efektif.4 Merujuk pada definisi tersebut, kita dapat melihat kesamaan. Keduanya berpendapat bahwa literasi informasi adalah sebuah kemampuan. Definisi-definisi tersebut sekiranya dapat memberikan gambaran mengenai konsep literasi informasi.
Informasi telah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan aktivitas, maka setiap individu harus memiliki kemampuan literasi informasi terutama untuk para mahasiswa dalam proses belajar. Literasi informasi dibutuhkan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mensyaratkan peserta didik untuk memanfaatkan banyak sumber
3 Muhammad Azwar Muin, Information Literacy Skills: Strategi Penelusuran Informasi Online (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h.9.
4 Muhammad Azwar Muin, h.9.
3
informasi dalam berbagai format. Salah satunya yaitu mahasiswa Prodi Jurnalistik. Mahasiswa Prodi Jurnalistik bergelut di bidang informasi.
Output dari seorang mahasiswa Prodi Jurnalistik yaitu mampu melaksanakan tugas dan peran sebagai seorang jurnalis profesional, di mana untuk menjadi seorang jurnalis profesional dibutuhkan beberapa keahlian. Keahlian yang dimaksud di sini adalah;5 1) Keahlian mencari, hendaknya seorang jurnalis memiliki “insting” dalam mencari berita.
Dengan “insting” ini menjadikan seorang jurnalis paham benar mana suatu peristiwa yang layak atau tidak layak dijadikan berita. 2) Keahlian mengumpulkan, selain dapat memberi nilai tambah terhadap berita, juga untuk memastikan akurasi data dalam pemberitaan. 3) Keahlian menulis berita, seorang jurnalis hendaknya mampu menulis informasi yang diperolehnya dari suatu peristiwa/fakta menjadi berita yang bermakna dan menarik bagi khalayaknya. Untuk mencapainya maka para mahasiswa Prodi Jurnalistik harus memiliki kemampuan literasi informasi.
Di dalam agama Islam juga disebutkan betapa pentingnya teliti sebelum mengabarkan sesuatu, dan telah dituangkan dalam Al-Quran surat Al-Hujuraat sebagai berikut:
ْنَأ اوُنَّيَبَتَف ٍإَبَنِب ٌقِساَف ْمُكَءاَج ْنِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي اوُبي ِصُت
ٍةَلاَهَجِب اًم ْوَق َنيِمِداَن ْمُتْلَعَف اَم ٰىَلَع اوُحِبْصُتَف
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
5 Indah Suryawati, Jurnalistik: Suatu Pengantar Teori Dan Praktik (Jakarta: Ghalia Indonesia, n.d.), h.88.
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Q.s. Al-Hujuraat : 6)6
Ayat di atas menjelaskan kepada kita untuk memeriksa kembali dengan teliti berita yang kita terima sebelum menyebarkannya. Di zaman yang serba canggih ini informasi bisa didapatkan dengan sangat mudah tetapi tidak semua berisi kebenaran. Maka dengan kemampuan literasi informasi kita dapat memilah informasi mana yang benar dan tidak.
Kemampuan untuk mendapatkan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi merupakan kemampuan yang dimiliki setiap orang dengan tingkat yang berbeda-beda, maka belum tentu semua orang tersebut dikatakan literat terhadap informasi. Seseorang dikatakan mampu mencari informasi dengan baik apabila dia mampu menentukan topik dari kebutuhan informasinya dan mengetahui sumber-sumber informasi untuk memperoleh informasi seperti internet, jurnal, database, dan lain-lain.
Sehingga tujuan dari literasi informasi itu adalah untuk mengetahui bagaimana menemukan informasi dan menggunakan informasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Seorang mahasiswa Prodi Jurnalistik membutuhkan informasi dalam mendukung tugasnya yaitu menciptakan dan menyebarkan informasi. Informasi yang dibutuhkan pun memiliki tingkat keakuratan dan kerelevanan yang lebih tinggi. Sembilan prinsip jurnalisme yang dibuat oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam Luwi Ishwara yang paling pertama yaitu berbunyi “Kewajiban
6 Harman Tajang, “Tafsir Surah Al-Hujurat Ayat 6” accessed February 25, 2018, https://mim.or.id.
5
pertama jurnalisme adalah pada kebenaran”.7 Tujuan utama dari jurnalisme adalah menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat. Kebenaran jurnalistik (Journalistic Truth) adalah suatu proses yang dimulai dengan disiplin profesional dalam pengumpulan dan verifikasi data.
Untuk mengukur kemampuan literasi informasi tersebut dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Empowering 8. Model Empowering 8 adalah sebuah lokakarya regional yang diselenggarakan oleh NILIS bersama IFLA-ALP untuk menciptakan kesadaran keterampilan informasi untuk belajar. Model ini terdiri dari 8 tahapan keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai oleh seseorang, 8 tahapan literasi informasi tersebut adalah: identifikasi, eksplorasi, seleksi, organisasi, menciptakan, presentasi, menilai, menerapkan.8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi lokasi penelitian ini. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah salah satu universitas islam negeri yang di dalamnya memiliki Prodi Jurnalistik. Sebelum Jurnalistik menjadi sebuah Prodi, Jurnalistik berada di bawah naungan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam sebagai sebuah konsentrasi. Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (Prodi KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memperoleh akreditasi “A” dari
7 Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007), h.9.
8 Pradeepa Wijetunge, “Empowering 8: The Information Literacy Model Developed in Sri Lanka to Underpin Changing Education Paradigms of Sri Lanka” 1 (2005): h.37.
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Perolehan akreditasi dengan nilai baik itu dikeluarkan berdasarkan Keputusan BAN- PT Nomor 19/SK/BAN-PT/Akred/5/I/2018 tertanggal 24 Januari 2018.9 Prodi Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencetak lulusannya menjadi Jurnalis Berita, Pekerja Media, Akademisi/Tenaga Pengajar Jurnalistik/Konsultan di bidang media.10 Keahlian lulusan yang diberikan di antaranya adalah jurnalistik photo, radio, televisi, dan online. Salah satu mata kuliah di dalam Prodi Jurnalistik yaitu Mata Kuliah Praktikum Jurnalistik. Dalam mata kuliah Praktikum Jurnalistik mahasiswa diberi tugas kelompok untuk membuat sebuah majalah.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam memperoleh informasi untuk memenuhi kebutuhan tugas pembuatan majalah. Penulis ingin melihat bagaimana kemampuan mahasiswa Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam aspek identifikasi, organisasi, dan menciptakan informasi dengan menggunakan model literasi informasi Empowering 8. Penulis hanya mengambil tiga dari delapan aspek model literasi informasi Empowering 8 yaitu identifikasi, organisasi, dan menciptakan informasi karena sesuai dengan kemampuan yang harus dimiliki seorang jurnalis dan poin yang ada di dalam model
9 Komunikasi Penyiaran Islam, “Prodi KPI Terakreditasi ‘A,’” accessed February 26, 2018, http://www.uinjkt.ac.id
10 FDIK, “Jurnalistik – FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI.”
7
literasi informasi Empowering 8 sesuai untuk pengukuran dalam tugas pembuatan majalah.
Oleh sebab itu, penulis memilih judul “KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI MAHASISWA PRODI JURNALISTIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis akan membatasi dan memfokuskan masalah pada :
a. Kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam mengidentifikasi informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah.
b. Kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam mengorganisasi informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah.
c. Kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam menciptakan informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam mengidentifikasi informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah?
b. Bagaimana kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam mengorganisasi informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah?
c. Bagaimana kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam menciptakan informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Agar sasaran dalam Penelitian ini jelas dan sesuai dengan permasalahan yang sudah ditentukan, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam mengidentifikasi informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah b. Untuk mengetahui kemampuan literasi informasi
mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam mengorganisasi informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah
9
c. kemampuan literasi informasi mahasiswa Prodi Jurnalistik dalam menciptakan informasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan majalah
2. Manfaat Penelitian:
a. Manfaat Praktis
1) Untuk memberikan bukti dan informasi khususnya kepada Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang kemampuan literasi informasi mahasiswa dalam pengerjaan tugas pembuatan majalah.
2) Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkaitan dengan peningkatan kemampuan literasi informasi mahasiswa.
b. Manfaat Akademis
1) Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya peningkatan literasi informasi mahasiswa dengan mengadakan program literasi informasi.
2) Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagi acuan terhadap pengembangan ataupun pembuatan dalam penelitian yang sama
D. Penelitian Terdahulu
Topik penelitian tentang literasi informasi mahasiswa sebelumnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Di antaranya yaitu :
Penelitian pertama dilakukan oleh salah satu mahasiswi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia yaitu Essenza Quranique Bachreisy tahun 2014 yang berjudul “Kemampuan Literasi Informasi Jurnalis LAIQA Magazine”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi informasi jurnalis LAIQA Magazine berdasarkan model literasi The Seven Pillars. Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang penulis teliti yaitu sama-sama ingin mengetahui kemampuan literasi informasi. Namun yang membedakan adalah subjek penelitian yang dilakukan Essenza Quranique Bachreisy yaitu seorang jurnalis sedangkan pada penelitian kali ini subjek nya yaitu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Prodi Jurnalistik. Selain itu untuk model literasi yang digunakan berbeda dengan peneliti sebelumnya dimana peneliti sebelumnya menggunakan model literasi informasi Seven Pillars, sedangkan di penelitian kali ini penulis menggunakan model literasi informasi Empowering 8.
Penelitian kedua dilakukan oleh salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia yaitu Ben Varian Kashira tahun 2013 yang berjudul “Literasi Informasi Mahasiswa Tingkat Akhir Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banking School”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi informasi mahasiswa tingkat akhir STIE IBS berdasarkan standar literasi informasi ACRL Information Literacy Standard for Higher Education.Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang penulis teliti yaitu
11
sama-sama ingin mengetahui kemampuan literasi informasi. Namun yang membedakan adalah subjek penelitian yang dilakukan Ben Varian Kashira yaitu mahasiswa tingkat akhir STIE IBS sedangkan pada penelitian kali ini subjek nya yaitu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Konsentrasi Jurnalistik.Selain itu untuk mengukur kemampuan literasi informasi peneliti sebelumnya menggunakan standar literasi informasi ACRL Information Literacy Standard for Higher, sedangkan di penelitian kali ini penulis menggunakan model literasi informasi Empowering 8.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan ini, penulis akan menguraikan secara sistematis mulai dari Bab I sampai Bab VI dengan rincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi uraian dari penulis dengan menguraikan hal-hal seputar penelitian seperti: latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini menjelaskan mengenai landasan-landasan teori yang digunakan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang diambil dari literatur-literatur yang berkaitan dan penelitian
yang relevan dengan topik penelitian, meliputi: pengertian, buku pedoman dan sejenisnya.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas mengenai penulisan yang digunakan yaitu jenis dan pendekatan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang gambaran umum Prodi Komunikasi Penyiaran Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu sejarah, visi dan misi, dan hal lain yang berkaitan dengannya. Hasil temuan penelitian dan pembahasan terkait kemampuan literasi mahasiswa program studi Komunikasi Penyiaran Islam dengan Konsentrasi Jurnalistik.
Bab V Penutup
Bab ini merupakan akhir dari penelitian, yang meliputi: penarikan kesimpulan dan beberapa rekomendasi berupa saran-saran. Baik kesimpulan dan saran wajib menjawab tujuan penelitian secara singkat dan padat.
13
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Literasi Informasi
1. Definisi Literasi Informasi
Pada tahun 1974, Paul Zurkowski, kepala Asosiasi Industri Informasi dalam Michael Eisenberg memperkenalkan konsep literasi informasi dalam proposal yang diajukan kepada National Comission on Libraries and Information Science (NCLIS). Dua tahun kemudian, Burchinal dalam sebuah makalah yang dipresentasikan di simposium perpustakaan Universitas Texas, mengusulkan untuk menjadi seseorang yang melek informasi paling tidak dibutuhkan beberapa kemampuan. Kemampuan ini termasuk bagaimana mencari dan menggunakan informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah dan membuat keputusan yang efektif dan efisien.11 Karena sudah banyak individu ataupun kelompok yang mengeksplorasi literasi informasi, maka semakin banyak definisi yang ditawarkan.
Literasi informasi merupakan gabungan dari dua kata yang merupakan terjemahan istilah asing yaitu information literacy. Dalam bahasa Indonesia kata literasi berarti kemampuan menulis dan membaca. Sedangkan informasi berarti kabar atau berita tentang sesuatu. Dalam rumusan yang sederhana literasi informasi adalah kemampuan seseorang dalam mencari, mengevaluasi, dan
11 Michael B. Eisenberg, Information Literacy: Essential Skills for the Information Age (United States: Green Wood Publishing Group, 1998), h.19.
menggunakan informasi secara efektif. Istilah literasi informasi belum begitu familiar dan menjadi istilah yang asing di kalangan masyarakat maka literasi informasi dikenal juga dengan beberapa istilah lain yaitu orientasi perpustakaan (library orientitation), instruksi bibliografi (bibliographic instruction), pendidikan pengguna (user education), instruksi perpustakaan (library instruction), keterampilan belajar (study skills), keterampilan penelitian (research skills), dan pendidikan literasi informasi (information literacy education).12
Istilah literasi informasi juga disebut sebagai kompetensi informasi dan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari dan mengakses informasi yang diperlukan, mengevaluasi, mengatur dan menerapkannya sesuai dengan kebutuhan.13
UNESCO14 dalam Muhammad Azwar Muin menjelaskan literasi informasi sebagai kemampuan seseorang untuk menyadari kebutuhan informasi dan kapan informasi tersebut dibutuhkan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan, mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan yang sudah ada,
12 Muhammad Azwar Muin, Information Literacy Skills: Strategi Penelusuran Informasi Online, h.10.
13 Alfida, “Menakar Program Literasi Informasi Melalui Karya Ilmiah Mahasiswa,” Al- Maktabah 14, no. 1 (2015): h.5.
14 UNESCO, “Information Literacy | United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization,” accessed July 28, 2018, www.unesco.org.
15
memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif, legal, dan etis.15
American Library Association16 dalam Faizuddin Harliansyah mendefinisikan literasi informasi sebagai seperangkat kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk mengetahui kapan informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi tersebut secara efektif.17
Literasi informasi juga diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mencari, mengoleksi, mengevaluasi atau menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi dari berbagai sumber secara efektif. Kemampuan yang harus dimiliki seseorang jika ingin dikatakan sebagai seseorang yang literat yaitu dapat menentukan cakupan informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi secara efektif, mengevaluasi informasi dan sumber-sumber dengan kritis, dan menggunakan informasi sesuai dengan tujuan.18
Definisi lain menurut Chartered Institute of Library and Information Professionals (CILIP)19 dalam Aris Nurohman, literasi informasi adalah mengetahui kapan dan mengapa informasi
15 Muhammad Azwar Muin, Information Literacy Skills: Strategi Penelusuran Informasi Online, h.9.
16 American Library Association, “ALA | Information Literacy Competency Standards for Higher Education,” accessed July 30, 2018, http://www.ala.org.
17 Faizuddin Harliansyah, “Pengembangan Kurikulum Information Literacy Di Perguruan Tinggi (Best Practice Dari Beberapa Negara Maju),” Al-Maktabah 14, no. 1 (2015): h.31.
18 Hildawati Almah, “Information Literacy: Kecakapan Hidup Dalam Era Postmodern,”
Jurnal Iqra 4, no. 1 (2010): h.24.
19 Chartered Institute of Library and Information Professionals, “What Is Information Literacy? - CILIP: The Library and Information Association,” accessed July 30, 2018, https://www.cilip.org.uk.
dibutuhkan, di mana menemukan informasi dan mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi tersebut secara etis.20
The American Association of School Librarians (AASL) menyatakan literasi informasi adalah kemampuan untuk menemukan informasi dan merupakan kunci dari lifelong learning.21 Menurut Lau, literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan, sementara lifelong learning dilihat sebagai kebiasaan baik. Namun keduanya memiliki persamaan yaitu meningkatkan kualitas pendidikan, prospek dalam mendapatkan pekerjaan, dan partisipasi yang efektif dalam konteks sosial.22
Selanjutnya menurut California Academic and Research Libraries Task Force dalam Michael Eisenberg, literasi informasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dengan beragam format secara efektif.
Hal ini juga mencakup pengetahuan dan sikap yang berkaitan dengan etika dan masalah sosial yang melingkupi informasi dan teknologi informasi.23 Format informasi yang beragam menjadi poin penting dari definisi literasi informasi di atas. Seperti kita ketahui di era globalisasi
20 Aris Nurohman, “Signifikansi Literasi Informasi (Information Literacy) Dalam Dunia Pendidikan Di Era Global,” Jurnal Kependidikan 2, no. 1 (2014): h.2.
21 The American Association of School Librarians, “INFOLIT” American Association of School Librarians (AASL), September 27, 2006, http://www.ala.org.
22 Jesus Lau, Guidelines on Information Literacy for Lifelong Learning (Mexico:
Universidad Veracruzana, 2006), h.7.
23 Michael B. Eisenberg, Information Literacy: Essential Skills for the Information Age, h.25.
17
ini tersedia berbagai macam format atau bentuk informasi, mulai dari tercetak, gambar, suara, video, elektronik dan masih banyak lagi.
Belum lagi jumlah halaman web yang melimpah tersedia di internet.
Dengan kemampuan literasi informasi kita dapat mencari, memperoleh dan memanfaatkan informasi dengan baik dan benar.
Dalam Hildawati Almah, Zurkowski24 yang merupakan orang yang pertama kali menggunakan konsep literasi informasi mengemukakan bahwa seseorang dapat dikatakan melek terhadap informasi (information literate) jika seseoran tersebut terlatih untuk menggunakan sumber-sumber informasi untuk menyelesaikan tugas mereka. Mereka telah mempelajari teknik dan kemampuan dalam menggunakan sumber-sumber informasi dalam pemecahan masalah mereka.25
Dari beberapa definisi literasi informasi di atas dapat disimpulkan bahwa literasi informasi memiliki arti melek informasi.
Untuk menjadi seseorang yang melek informasi dibutuhkan beberapa kemampuan yaitu dapat mengidentifikasi kebutuhan informasi, mengakses sumber informasi dari beragam format secara efektif, mengorganisasi informasi, memanfaatkan dan mengkomunikasikan informasi secara etis. Literasi informasi juga merupakan kunci dari lifelong learning. Karena di era globalisasi ini siapa yang dapat
24 Kelly J, “Paul G. Zurkowski and Information Literacy,” Journal of Information Literacy 7, no. 2 (n.d.): 166.
25 Hildawati Almah, “Information Literacy: Kecakapan Hidup Dalam Era Postmodern,”
h.24.
menguasai informasi maka dia yang akan bertahan hidup dengan berbekal pengetahuan tentang literasi informasi.
2. Manfaat Literasi Informasi
Teknologi yang semakin berkembang pesat menyebabkan kelimpahruahan informasi dalam berbagai format mulai dari tercetak, gambar, suara, video, elektronik dan masih banyak lagi. Belum lagi jumlah halaman web yang melimpah tersedia di internet. Namun ketersediaan informasi ini belum tentu sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Agar informasi dapat relevan dengan apa yang kita butuhkan maka dibutuhkan kemampuan literasi informasi.
Menurut Bundy dalam Hildawati Almah, Dengan meningkatnya akses informasi dan sumber-sumbernya. Setiap orang dihadapkan dengan pilihan-pilihan informasi yang beragam dan overload pada saat belajar, di tempat kerja dan dalam kehidupan. Maka disinilah kemampuan literasi menjadi sangat diperlukan sehingga orang akan memiliki pola pikir yang dinamis dan menjadi manusia yang cerdas.26
Adapun manfaat literasi informasi menurut Prasetiawan dalam Linda Nur Fatimah yaitu:27
26 Almah, h.29.
27 Linda Nur Fatimah, “Kemampuan Literasi Informasi Pada Siswa Distance Learning Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Anugrah Bangsa Semarang,” Jurnal Ilmu
Perpustakaan 5, no. 2 (2016): h.3.
19
a. Seseorang dengan kemampuan literasi informasi akan memiliki bekal untuk pembelajaran seumur hidup (lifelong learning).
b. Dengan kemampuan literasi informasi seseorang akan memiliki pengetahuan mengenai cara menggunakan komputer dan internet. Selain itu, literasi informasi juga mengajarkan bagaimana cara memilah informasi yang sudah di dapat.
c. Seseorang dengan kemampuan literasi informasi akan mampu menemukan informasi yang relevan untuk kemudian dimanfaatkan sebagai sarana pengambilan keputusan.
d. Literasi informasi memungkinkan seseorang untuk mengkritisi daya guna suatu informasi.
e. Pemikiran seseorang dengan kemampuan literasi informasi akan lebih kritis dan kreatif.
Pendapat Hancock dalam Linda Nur Fatimah mengenai manfaat literasi informasi bagi pelajar yaitu menggaris bawahi pada peran aktif siswa dalam proses belajar.28 Pelajar dapat belajar secara mandiri dan menguasai pelajaran mereka. pelajar juga diharapkan dapat mengidentifikasi tema dan topik di dalam penelitian mereka.
28 Linda Nur Fatimah, “Kemampuan Literasi Informasi Pada Siswa Distance Learning Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Anugrah Bangsa Semarang,” Jurnal Ilmu
Perpustakaan 5, no. 2 (2016): h.3.
Pelajar yang literat juga berusaha belajar cara menggunakan berbagai sumber daya informasi. Sementara itu peran guru kini berubah menjadi fasilitator bagi para pelajar. Guru juga tetap memberi dorongan kepada pelajar dalam melakukan penelitian.
Dilihat dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa literasi informasi bermanfaat bagi setiap orang terutama bagi pelajar. Dengan memiliki kemampuan literasi informasi setiap orang akan memiliki bekal untuk pembelajaran seumur hidup. Dengan kemampuan literasi informasi seseorang juga dapat berpikir secara kritis dan kreatif untuk mengambil sebuah keputusan.
3. Model Literasi Informasi
Terdapat beberapa model literasi informasi yang terkenal seperti Big 6, the Seven Pillars, Empowering 8, dan lain sebagainya.
Dalam Big6 Skill Overview Model literasi Big 6 dikembangkan oleh Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz. Model Big 6 digunakan untuk mengajarkan keterampilan informasi dan teknologi di dunia. Model literasi informasi Big 6 memiliki enam poin tahapan literasi informasi untuk pemecahan masalah diantaranya adalah29:
a. Definisi tugas . Mendefinisikan masalah informasi dan mengidetifikasi informasi yang dibutuhkan.
29 “Big6 Skills Overview - Big6,” accessed April 15, 2018, http://big6.com
21
b. Strategi mencari informasi. Menentukan semua sumber kemungkinan dan memilih sumber terbaik.
c. Lokasi dan akses. Mencari sumber informasi.
d. Penggunaan informasi . Menggunakan informasi seperti membaca, mendengar, melihat, dan menyunting informasi yang relevan.
e. Sintesis. Mengatur dari berbagai sumber informasi dan menyajikan informasi.
f. Evaluasi. Mengevaluasi informasi yang sudah didapat.
Model The Seven Pillars diperkenalkan oleh SCONUL pada tahun 1999. Model ini telah di adopsi oleh pustakawan dan guru sebagai sarana untuk membantu dalam memberikan keterampilan literasi informasi kepada peserta didik mereka. model ini memiliki 7 keterampilan untuk menggambarkan bagian dari proses pembelajaran diantaranya adalah30:
a. Identifikasi: Mampu mengidentifikasi kebutuhan informasi pribadi.
b. Cakupan: Dapat menilai pengetahuan saat ini dan mengidentifikasi kesenjangan informasi.
c. Rencana: Dapat membangun strategi untuk mencari informasi dan data.
30 Sconul, “The Sconul Seven Pillars of Information Literacy: Core Model for Higher Education,” 2011.
d. Mengumpulkan: dapat menemukan dan mengakses informasi dan data yang mereka butuhkan.
e. Evaluasi: Dapat meninjau proses penelitian, membandingkan dan mengevaluasi informasi dan data.
f. Mengelola: Dapat mengatur informasi secara profesional dan etis.
g. Mempresentasikan: Dapat menerapkan informasi yang diperoleh dan menampilkan hasil penelitian.
Pada penelitian ini model yang digunakan adalah model literasi informasi Empowering 8, sebuah model literasi informasi yang dikembangkan di sebuah loka karya yang diselenggarakan oleh IFLA- ALP dan National Institute of Library & Information Science (NILIS).
Tujuan dari loka karya ini adalah untuk menambah pembelajaran berbasis sumber data dengan memperkenalkan peserta kepada literasi informasi.31
Para peserta internasional dan peserta dari Sri Lanka bekerja secara mandiri untuk mengembangkan model literasi informasi dan pada akhirnya dua kelompok ini menggambungkan dan menyempurnakan hasil model mereka dan terbentuklah model literasi informasi yang disebut Empowering 8. Model ini terdiri dari 8 tahapan
31 Pradeepa Wijetunge, “Empowering 8: The Information Literacy Model Developed in Sri Lanka To Underpin Changing Education Paradigms of Sri Lanka,” Sri Lanka Journal of Librarianship & Information Management 1, no. 1 (2005): h.36.
23
keterampilan literasi informasi yang harus dikuasai oleh seseorang.
Keterampilan tersebut adalah:32
Tabel 2. 1 Keterampilan Empowering 8
Tahapan Komponen Empowering 8
Kemampuan Siswa
1 Identifikasi ✓ Menentukan topik/subjek.
✓ Menentukan pendengar dan memahaminya.
✓ Memilih format yang relevan untuk produk akhir.
✓ Mengidentifikasi kata kunci.
✓ Merencanakan strategi pencarian.
✓ Mengidentifikasi berbagai jenis sumber daya dimana informasi dapat ditemukan.
2 Eksplorasi ✓ Menemukan sumber daya yang
sesuai dengan topik yang dipilih.
✓ Mencari informasi sesuai dengan topik yang dipilih.
✓ Melakukan wawancara, kunjungan lapangan, atau penelitian luar lainnya.
3 Seleksi ✓ Memilih informasi yang relevan.
✓ Menentukan sumber mana yang terlalu mudah, terlalu susah, atau tepat.
✓ Merekam informasi yang relevan melalui catatan atau membuat
32 Pradeepa Wijetunge, “Empowering 8: The Information Literacy Model Developed in Sri Lanka To Underpin Changing Education Paradigms of Sri Lanka,” Sri Lanka Journal of Librarianship & Information Management 1, no. 1 (2005): h.36.
susunan visual seperti bagan, grafik, atau ringkasan.
✓ Mengidentifikasi tahapan proses.
✓ Mengumpulkan kutipan yang tepat.
4 Organisasi ✓ Menyortir informasi
✓ Membedakan antara fakta, pendapat, dan rekaan.
✓ Memeriksa prasangka didalam sumber.
✓ Mengurutkan informasi secara logis.
✓ Menggunakan susunan visual untuk membandingkan informasi yang diperoleh.
5 Menciptakan/Membuat ✓ Mengolah informasi
menggunakan kata-kata sendiri dengan penuh arti.
✓ Merevisi dan mengedit sendiri atau bersama rekan.
✓ Finalisasi format bibliografi.
6 Presentasi ✓ Berlatih mempresentasikan
informasi.
✓ Berbagi informasi dengan pendengar yang sesuai.
✓ Menampilkan informasi dalam format yang tepat dan sesuai dengan pendengar.
✓ Mengatur penggunaan peralatan dengan benar.
7 Menilai ✓ Menerima masukan dari siswa
lain.
✓ Menilai kinerja seseorang dalam
25
menanggapi penilaian guru.
✓ Menggambarkan seberapa baik yang mereka lakukan.
✓ Menentukan apakah ada keterampilan baru untuk dipelajari.
✓ Mempertimbangkan apa yang bisa dilakukan lebih baik lain kali.
8 Menerapkan ✓ Mempertimbangkan masukan
dan penilaian yang diberikan.
✓ Menerapkan masukan untuk tugas berikutnya.
✓ Berusaha menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam berbagai situasi.
✓ Menentukan apakah dalam pelajaran lain bisa menerapkan keterampilan ini.
✓ Menambahkan hasil ke portofolio.
Dalam penelitian ini penulis hanya mengabil tiga dari delapan poin yang terdapat pada model literasi Empowering 8. Tiga poin tersebut di antaranya Identifikasi, Organisasi, dan Menciptakan informasi. Penulis memilih tiga poin tersebut karena ketiganya merupakan yang paling sesuai dengan keahlian yang harus dimiliki seorang jurnalis yaitu 1) Keahlian mencari, 2) Keahlian mengumpulkan, 3) Keahlian menulis. Selain itu alasan penulis memilih model literasi informasi Empowering 8 yaitu karena terdapat
poin menciptakan informasi, sementara pada model Big 6 dan 7 Pillars tidak terdapat poin tersebut. Poin menciptakan informasi dibutuhkan untuk melihat kemampuan jurnalis dalam menciptakan berita sehingga penulis membutuhkan poin tersebut.
4. Literasi Informasi di Perguruan Tinggi
Ketersediaan sumber daya informasi merupakan faktor penting dalam dunia Perguruan Tinggi. Namun sumber daya informasi yang telah tersedia akan menjadi tidak berdaya jika tidak ada kemampuan untuk memanfaatkannya. Untuk itulah literasi informasi dibutuhkan.
Pendidikan berperan penting dalam menjadikan seseorang literate terhadap informasi atau dalam kata lain melek terhadap informasi. Di era globalisasi ini tidak hanya teknologi yang mengalami kemajuan tetapi ilmu pengetahuan juga semakin berkembang yang menuntut adanya perubahan kurikulum pendidikan baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. SK Mendiknas No. 232/U/2000 menjelaskan bahwa salah satu syarat lulusan program sarjana yaitu dapat menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan di bidang tertentu agar mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang dihadapi di bidang keahliannya.33 Untuk memenuhi syarat tersebut maka sektor pendidikan harus dapat memenuhi kebutuhan kurikulum untuk dapat
33 Muhammad Azwar Muin, Information Literacy Skills: Strategi Penelusuran Informasi Online, h.17.
27
menjawab berbagai permasalahan dan berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.
Menurut Association of College and Research Librariesi (ACRL) literasi pada perguruan tinggi bermanfaat dalam pembelajaran seumur hidup yang akan menjadi dasar dalam pekerjaan dan karir di masa yang akan datang.34 Sumber daya manusia (SDM) dengan kemampuan belajar secara terus menerus sangat dibutuhkan agar dapat bertahan hidup juga tidak kalah dengan dunia luar. Maka dalam mempersiapkan calon-calon sarjana yang berdaya saing tinggi dibutuhkan peran pendidikan tinggi.
Dalam menunjang proses belajar, mahasiswa dituntut untuk melek informasi. Mahasiswa dihadapkan dengan berbagai situasi, tuntutan akademis, dan juga sistem belajar yang berbeda dengan sekolah menengah. Mahasiswa diharuskan untuk belajar secara mandiri dengan mengakses sejumlah sumber informasi sebagai sumber belajar. Sementara dosen yang menjadi pembimbing dalam proses belajar. Metode ini bernama resources based learning. Dalam resources based learning sumber belajar dikategorikan sebagai berikut:35
34 Association of College and Research Libraries (2000), Information Literacy Competency Standards for Higher Education (Chicago: Association of College and Research Libraries, 2013), h.2, www.ala.org/acrl/standards/informationliteracycompetency.
35 Muhammad Azwar Muin, Information Literacy Skills: Strategi Penelusuran Informasi Online, h.19.
a. Tempat atau lingkungan alam sekitar, seperti perpustakaan, museum, pasar, dan sebagainya.
b. Benda, seperti situs, candi, benda peninggalan, dan sebagainya.
c. Orang atau para ahli dalam bidang tertentu, seperti guru, dosen, polisi, dan sebagainya.
d. Bahan, seperti teks tertulis, tercetak, rekaman elektronik, dan sebagainya.
e. Buku, seperti buku pelajaran, kamus, ensiklopedia, dan sebagainya.
f. Peristiwa dan fakta yang telah atau sedang terjadi, seperti kerusuhan, bencana, dan sebagainya.
Tim dari California State University dalam Aris Nurohman, mengemukakan hasil konklusi mengenai manfaat literasi informasi bagi kalangan perguruan tinggi sebagai berikut:36
a. Sekarang ini kemudahan akses terhadap berbagai sumber informasi semakin mudah didapat. Dengan literasi informasi mahasiswa akan lebih terarah untuk mendapatkan informasi dengan metode yang telah teruji.
36 Aris Nurohman, “Signifikansi Literasi Informasi (Information Literacy) Dalam Dunia Pendidikan Di Era Global,” h.13.
29
b. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan keahlian literasi informasi tersebut maka mahasiswa akan selalu dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.
c. Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi perkuliahan. Dengan memiliki kompetensi literasi informasi, mahasiswa dapat mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang perkuliahan tersebut.
d. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Dengan memastikan bahwa setiap individu memiliki kemampuan intelektual dalam berpikir secara kritis yang ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimilikinya, maka individu dapat melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri.
Maka dapat disimpulkan bahwa manfaat literasi informasi sangat banyak di perguruan tinggi. Di garis bawahi pada perubahan sistem belajar dari sekolah menengah ke perguruan tinggi, di mana mengharuskan mahasiswa untuk belajar secara mandiri dengan mengakses sejumlah sumber informasi sebagai sumber belajar.
B. Jurnalistik
1. Definisi Jurnalistik
Kata jurnalistik sering dipersepsikan orang sebagai hal-hal yang berkaitan dengan surat kabar atau media massa, berita, dan wartawan. Secara etimologi, istilah jurnalistik berasal dari kata journalism yang berarti catatan harian. Pada dasarnya dalam menulis catatan harian terdapat beberapa tahapan seperti proses mengumpulkan, mengolah, dan menyiarkannya. Jurnalistik berkaitan dengan pemberitaan dan kewartawanan. Orang yang bekerja pada jurnalistik disebut jurnalis.37
Dalam kamus besar bahasa Indonesia jurnalistik merupakan kegiatan menyiapkan, menulis, mengedit dan memberitakan untuk surat kabar, majalah atau berita berkala lainnya. Senada dengan definisi tersebut, MacDougall dalam Mondry mengemukakan jurnalistik sebagai kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa.38
Menurut pakar komunikasi (Prof.Onong) dalam Yenny Yuniati jurnalistik adalah keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita mulai dari peliputan (pengumpulan) sampai dengan penyusunan yang
37 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h.16.
38 Mondry, Pemahaman Teori Dan Praktik Jurnalistik (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2008), h.17.
31
layak disebarluaskan dan menarik perhatian masyarakat dari peristiwa atau kejadian sehari-hari yang bersifat aktual/baru.39
Mengacu kepada pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jurnalistik diartikan sebagai sebuah keterampilan seseorang dalam proses pengumpulan, penulisan, dan penyebarluasan berita. Selain itu jurnalistik juga berkaitan dengan pemberitaan dan kewartawanan. Dari seluruh proses tersebut, produk akhir yang dihasilkan yaitu informasi dalam bentuk surat kabar, majalah atau terbitan berkala lainnya. Di buku yang ditulis oleh Bill Kovasch dan Tom Rosenstiel dalam Annisa Aninditya menjelaskan bahwa tujuan utama dari jurnalisme adalah menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat.40 berita yang objektif, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan dilahirkan dari hasil karya para jurnalis yang memahami seluk-beluk proses kegiatan jurnalistik. Maka untuk menjadi seorang jurnalis dibutuhkan beberapa keahlian yaitu:41
a. Keahlian mencari. Seorang jurnalis hendaknya memiliki insting dalam mencari suatu berita. Insting yang dimiliki jurnalis ini yang akan menentukan apakah suatu peristiwa layak atau tidak untuk diberitakan. Dengan insting yang tajam jurnalis juga dapat membuat peristiwa yang dianggap
39 Yenni Yuniati, “Komitmen WartawanTerhadap Jurnalistik Publik,” Mimbar: Jurnal Sosial Dan Pembangunan 22, no. 1 (2006): h.58.
40 Annisa Aninditya Wibawa, “Etika Dan Prinsip Jurnalisme Media Siber Detikcom Mengenai Mekanisme Pmberitaan Tewasnya WNI Di Kerusuhan Mesir,” eJurnal Majasiswa Universitas Padjajaran 1, no. 1 (2012): h.27.
41 Indah Suryawati, Jurnalistik: Suatu Pengantar Teori Dan Praktik, h.88.
biasa oleh orang awam menjadi berita yang menarik dan bermakna.
b. Keahlian mengumpulkan. Seorang jurnalis diharuskan mengumpulkan berbagai bentuk informasi yang terkait dengan berita yang ditulisnya. Pengumpulan informasi tidak hanya melalui turun langsung ke dalam situasi dimana peristiwa terjadi, tetapi juga ada banyak cara lain di antaranya; 1) Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita, 2) Proses wawancara, 3) Pencarian dan penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik, 4) Partisipasi dalam peristiwa.
c. Keahlian menulis. Kelayakan isi berita dapat dilihat dari keterampilan menulis seorang jurnalis. Terkadang, peristiwa yang bernilai berita tinggi, namun karena ditulis dan disajikan asal jadi, maka berita tersebut menjadi tidak bermakna dan tidak mengundang perhatian. Namun sebaliknya, peristiwa yang dianggap biasa saja tetapi dikemas dengan menggunakan pola penulisan yang tepat, maka hasil berita bisa menjadi bermakna dan mendapat perhatian yang besar.
33
Penjelasan di atas didukung juga oleh Mondry. Menurut Mondry terdapat beberapa tipe jurnalis dalam menjalankan tugasnya seperti diuraikan berikut:42
a. Wartawan Release. Pada awalnya mencari informasi yang menarik merupakan tugas seorang jurnalis. Apapun informasi yang diperoleh asalkan menarik akan dijadikan berita. Namun tugas tersebut dianggap kurang memuaskan karena jurnalis dianggap hanya menjadi “tukang kutip informasi”. Bila kegiatan ini dilakukan di kantor dengan meminta release yang dibuat lembaga tersebut, akan muncul gelar baru “wartawan release”.
b. Penggali berita. Tugas jurnalis tersebut akhirnya bertambah, jurnalis tidak hanya mencari informasi yang dikeluarkan suatu lembaga, tetapi juga menggali bahan berita lebih mendalam, mengkonfirmasi informasi yang didapat. Selain itu jurnalis juga perlu mendapatkan informasi tentang masalah yang sama dari narasumber yang berbeda sebagai pembanding. Maka jurnalis akan mendapatkan data yang lebih lengkap dan otentik.
c. Pencipta berita. Seorang jurnalis juga harus mampu menciptakan berita. Menciptakan bukan berarti mengarang, tetapi jurnalis menggunakan kepekaan dan wawasan untuk
42 Mondry, Pemahaman Teori Dan Praktik Jurnalistik, h.130.
menilai mana informasi yang dapat dikembangkan sehingga menjadi suatu berita yang diperlukan masyarakat dan memiliki kepentingan tinggi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan sebuah berita yang layak dibutuhkan beberapa keahlian.
Keahlian-keahlian jurnalis dan tipe-tipe jurnalis di atas kurang lebih memiliki persamaan dengan komponen kemampuan literasi informasi.
jadi untuk memenuhi kriteria keahlian di atas seorang jurnalis juga harus memiliki kemampuan literasi informasi untuk menjalankan tugasnya yaitu membuat berita.
2. Fungsi Jurnalistik
Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan informasi. Maka kehadiran jurnalistik di tengah kehidupan manusia memiliki fungsi yang besar. Penyajian berita dalam segala bentuk dalam jurnalistik bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada publik. Berdasarkan fungsinya, jurnalistik memiliki empat fungsi yaitu:
a. Untuk menginformasikan (To inform). Jurnalistik merupakan sarana untuk menyampaikan informasi yang berupa fakta dan peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan manusia dan patut diketahui publik.
b. Untuk menginterpretasikan (To interpret). Jurnalistik merupakan sarana untuk memberikan tafsiran atau interpretasi terhadap fakta dan peristiwa yang terjadi
35
sehingga publik dapat memahami dampak dan konsekuensi dari berita yang disajikan.
c. Untuk mengarahkan (To guide). Jurnalistik merupakan acuan untuk mengarahkan atau memberi petunjuk dalam menyikapi suatu fakta dan peristiwa yang disajikan dalam berita sehingga dapat menjadi pedoman bagi publik dalam memberi komentar/pendapat atau dalam mengambil keputusan.
d. Untuk menghibur (To entertain). Jurnalistik merupakan sarana yang bersifat menghibur, yang menyegarkan dan menyenangkan pembacanya dengan menyajikan berita atau informasi yang ringan dan rileks sesuai dengan kebutuhan gaya hidup manusia.
e. Untuk mendidik (To educate). Jurnalistik merupakan sarana untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai dan norma sosial, di samping budaya yang patut menjadi perhatian masyarakat.
f. Untuk mediasi (To mediate). Jurnalistik merupakan alat mediasi atau penghubung dalam mempertemukan ketidaksepahaman tentang fakta atau peristiwa yang menjadi berita dari berbagai sudut pandang, disamping dapat menjadi wahana yang mempertemukan orang-
orang yang berbeda pendapat atau opini tentang suatu hal.
g. Untuk mempromosikan (To promote). Jurnalistik merupakan sarana pilihan dalam mempromosikan keunggulan dan kelebihan suatu produk dan karya agar dapat dipahami secara proposional oleh publik.
h. Untuk mempengaruhi (To influence). Jurnalistik merupakan sarana untuk mempengaruhi pendapat dan pikiran seseorang tentang fakta dan peristiwa yang sedang menjadi topik pembicaraan.43
C. Majalah
Majalah merupakan sarana komunikasi yang sangat penting bagi semua kalangan, baik masyarakat ilmiah maupun umum. Majalah merupakan salah satu bentuk terbitan berkala, yaitu terbitan yang diterbitkan dalam bagian-bagian (nomor) yang berurutan dengan perwajahan dan judul sama, dan terbit menurut jadwal yang sudah ditetapkan dalam waktu yang tidak ditentukan.44
Definisi lain yaitu majalah merupakan media komunikasi yang menyajikan informasi secara dalam, tajam, dan memiliki nilai aktualitas yang lebih lama dibandingkan dengan surat kabar dan tabloid, serta menampilkan gambar/foto yang lebih banyak. Selain itu, halaman muka
43 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, h.20.
44 Sri Purnomowati, “Kondisi Majalah Indonesia Bidang Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Di Awal Abad 21,” Baca 26, no. 1–2 (2001): h.27.
37
(cover) dan foto dalam majalah lebih memiliki daya tarik, dan ciri lainnya, majalah dapat diterbitkan secara mingguan, dwi mingguan, bulanan, bahkan dwi atau triwulan.45
Jika dikategorisasikan majalah dibagi menjadi majalah umum (untuk semua golongan masyarakat) dan majalah khusus (untuk bidang profesi/golongan/kalangan tertentu)46. Dominick mengklasifikasikan majalah ke dalam lima kategori yaitu majalah konsumen umum, majalah bisnis, kritik sastra dan majalah ilmiah, majalah khusus terbitan berkala, dan majalah humas.47 Tipe majalah bisa juga dikategorikan sesuai sasaran khalayak yang hendak dituju, artinya redaksi sudah menentukan sebelumnya siapa yang akan menjadi sasaran pembacanya, seperti majalah untuk anak, majalah untuk gadis, majalah untuk pria, majalah fashion, majalah memasak, dan lain sebagainya.
45 Indah Suryawati, Jurnalistik: Suatu Pengantar Teori Dan Praktik, h.42.
46 Indah Suryawati, h.42.
47 Indah Suryawati, h.43.