PROPOSAL
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
MENGEMBANGKAN NILAI KEPEDULIAN SISWA KELAS 7 MTS N 1 TEGAL
Disusun Oleh : Ramadina Fatimatuzzahro
NIM : 2203026152
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan kehidupan yang paling penting bagi pembentukan motif suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan Pendidikan di sekolah yang melibatkan guru pengajar dan siswa sebagai orang yang belajar apa yang disampaikan pengajar, diwujudkan dengan interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
Di anrata Pendidikan yang paling mendasar adalah Pendidikan karakter.
Hal ini termuat dalam Naskah Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan pada tahun 2010.1
Dalam system Pendidikan nasional kita, sebenarnya Pendidikan karakter bukan sesuatu yang baru. Karena sesungguhnya Pendidikan karakter telah
menjadi salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.2
Karakter merupakan salah satu aspek kepribadian manusia, bermula dari yang terbiasa berbuat baik berubah menjadi jelek, maupun kebalikannya dari yang tadinya dipenuhi sifat-sifat buruk berubah menjadi lebih baik. Maka dari itu membangun karakter generasi ini sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Karakter dapat pula disebut dengan watak yang merupakan
pengembangan jatidiri dibandingkan dengan potensi yang menonjol lainnya semisal keterampilan, identitas, intelektualitas dan lain sebagainya.
Pendidikan karakter merupakan salah satu aspek penting dalam
Pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter positif pada siswa. Salah
1 Nurla Isna Aunillah. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta Laksana 2011), hlm. 21
2 Kementrian Pendidikan, UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 (Jakarta: Kementrian Pendidikan,2003), hlm. 6
satu karakter yang perlu dibangun adalah nilai kepedulian terhadap sesama dan lingkungan sekolah. Kepedulian merupakan sifat yang sangat penting dalam kehidupan, karena dengan memiliki sikap peduli, siswa akan lebih peka terhadap kebutuhan dan masalah siswa lain serta lingkungan sekitarnya.
Namun, dalam kenyataannya masih banyak siswa yang kurang memiliki nilai kepedulian yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membangun Nilai Kepedulian pada siswa Mts N 1 Tegal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi Pendidikan karakter dapat membantu membangun nilai kepedulian pada individu, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan implementasi Pendidikan karakter ini dalam membangun nilai kepedulian.
Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kotribusi dalam pengembangan Pendidikan karakter yang lebih efektif dalam membangin nilai kepedulian pada individu.
Dari pada itu, peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai penerapan Pendidikan karakter melalui proposal yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Nilai Kepedulian Siswa Kelas 7 MTs N 1 Tegal”
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah
“Bagaimana peran Pendidikan karakter dalam mengembangkan nilai kepedulian siswa kelas 7 MTs N 1 Tegal?”
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak pada rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana peran Pendidikan karakter dalam
meningkatkan nilai kepedulian siswa kelas 7 MTs N 1 Tegal.
D. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan nilai manfaat secara teoritis maupun praktis untuk menjadi pedoman dalam membangun Pendidikan karakter bagi siswa.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi dunia Pendidikan
mengenai implementasi Pendidikan karakter di sekolah khususnya di MTs N 1 Tegal.
2. Manfaat Praktis
 Bagi peneliti: Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai implementasi Pendidikan karakter di sekolah. Penelitian ini juga dapat menambah bekal pengetahuan bagi peneliti saat terjun langsung menjadi seorang guru dan saat peneliti melakukan penelitian selanjutnya.
 Bagi guru: Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih bagi guru tentang nilai-nilai karakter dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk melihat sejauh mana upaya pendidik dalam membentuk karakter siswa serta memberikan acuan agar guru dapat menciptakan strategi yang lebih baik dalam membentuk karakter siswa.
 Bagi kepala sekolah: Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu kepala sekolah dalam mengembangkan Pendidikan karakter dan menanggulangi berbagai permasalahan terkait Pendidikan karakter di sekolah. Penelitian ini juga dapat membantu kepala sekolah dalam memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam menguatkan Pendidikan karakter di sekolah khususnya di MTs N 1 Tegal.
 Bagi peserta didik: Penelitian ini dapat membentuk karakter siswa.
Pendidikan karakter dapat menjadikan siswa memiliki pola pikir serta sikap yang baik dalam menghadapi berbagai situasi. Penelitian ini juga dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti Kerjasama, toleransi, dan pengendalian diri.
 Bagi sekolah: Penelitian ini dapat membantu sekolah dalam membentuk generasi yang berkualitas dan berintegritas.
BAB II
KAJIAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pengertian Implementasi
Implementasi merupakan suatu Tindakan atau pelaksanaan pada suatu rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin
Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, Tindakan atau adanya mekanisme suatu system, implementasi bukan sekedar aktivitas tapi suatu
kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan kegiatan.3 Guntur Setiawan berpendapat , implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan Tindakan untuk mencapainya, serta melakukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.4
Implementasi pada dasarnya merujuk pada proses dalam menanamkan sesuatu (nilai) terhadap individu atau Masyarakat yang diaplikasikan melalui proses institusional atau Lembaga Pendidikan. Selain melalui institusional, internalisasi juga harus ditanamkan dalam perorangan (personal) melalui ustadz atau uztadzah dan orang tua sebagai faktor pendukung terbentuknya nilai yang baik. Selanjutnya interialisasi pada pendekatan material yang merujuk pada perangkat pembelajaran serta kegiatan sekolah yang bersifat membangun.
Implementasi Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha yang dilakukan melalui penghayatan, dimana Pelajaran yang didapat tersebut akan ditampilkan melalui perilaku atau sikap.5
Dalam implementasi oendidikan karakter akan membentuk sebuah identitas. Karakter yang baik ialah sebuah karakter yang kita inginkan dan diterima oleh orang lain. Karakter menurut Michel Novak yang dikutip oleh
3 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum (Jakarta: Grasindo,2002), hlm 70.
4 Guntur Setiawan, Implementasi pada Birokrasi Pembangunan (Jakarta: Balaia Pustaka, 2004), hlm. 39
5 Acep Supriadi, “Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Pembelajaran PKn pada Siswa MAN 2 Banjarmasin”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4 No. 8, (November 2014), hlm. 650
Thomas Lickona adalah, “perwujudan dari sebuah usaha dengan melalui identifikasi tradisi religious, cerita sastra, kaum bijaksana dan pendangan para pakar-pakar”.6
“Implementasi Pendidikan karakter” yang diterapkan oleh Thomas Lickona merupakan konsep penanamna nilai yang dilakukan melalui suatu tahapan dalam keberlangsungan hidup individu , yang mana proses tersebut dilakukan secara terus menerus selama hidupnya. Proses yang dilakukan secara terus menerus merupakan suatu usaha dalam mengubah dan mengelola segala bentuk yang terdapat di dalam kepribadiannya.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Istilah Pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe”
dan “kan” mengandung arti perbuatan, istilah Pendidikan ini semula dari Bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian dikembangkan ke dalam Bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam Bahasa arab istilah arab ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti Pendidikan.
Pendidikan identic dengan sekolah. Berkaitan dengan ini, Pendidikan adalah pengajaran yang di selenggarakan sekolah sebagai Lembaga tempat mendidik (mengajar) agar mempunyai kemampuan dan kesiapan mental yang sempurna berkesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun ke Masyarakat.7
Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, Adapun maksudnya Pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota Masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.8
6 Thomas Lickona, Educating for Character, Terjemahan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm. 80 7 Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan, (Yogyakarta: AR Ruzz Media, 2015), hlm. 30 8 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 17
Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan sumber daya manusia yang dapat berkompetisi dan berkarakter (Asriningsih, Supardi, & Wardani, 2015).
Maka dari itu untuk mewujudkan lulusan yang memiliki kualitas akademik dan menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia dapat mengimplementasi Pendidikan karakter di sekolah.
Karakter merupakan sikap dan tingkah laku seseorang yang dapat dinilai baik atau buruknya melalui kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Seorang dikatakan memiliki karakter apabila perilakunya sesuai dengan aturan yang berlaku. Misalnya apabila seseorang berperilaku baik seperti jujur, disiplin, tanggung jawab maka seseorang itu dapat dikatakan memiliki karakter.
Sebaliknya apabila seseorang itu berperilaku tidak baik maka dapat dikatakan orang tersebut tidak memiliki karakter.
Menurut Hornby dan Parnwell yang dikutip oleh Ahmad Tafsir karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Karakter adalah watak, sifat, atau hal hal yang mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal- hal yang sangat abstrak yang ada pada diri seseorang. Seiring orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai. Sedangkan menurut Ryan dan Bohlin yang dikutip Ahmad Tafsir bahwa karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).9
Pendidikan karakter adalah sebuah system yang menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, keyakinan, serta adanya kemauan dan Tindakan untuk melakukan nilai baik pada Tuhan yang Maha Esa, pribadi, orang lain, lingkungan maupun bangsa sehingga tercipta manusia berbudi pekerti yang membedakan individu dengan yang lain.
Pendidikan karakter adalah usaha yang dikerjakan dengan serius untuk mengambangkan karakter yang baik bagi personal maupun Masyarakat.
9 Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm.
9
Pendidikan karakter sebenarnya bukan hanya mengajarkan benar dan salah, akan tetapi mengenai hal yang sangat luas dan harus dilakukan terus menerus tanpa bosan dan jenuh hal ini mencakup proses menghormati orang lain, serta adil dalam segala hal.
Pendidikan karakter diartikan dengan Pendidikan yang menanamkan dan meningkatkna karakter yang luhur pada siswa, menerapkan dan mengamalkannya dalam kegiatan sehari-hari baik keluarga atau lingkungan.
Menurut Yudi Latif mengutip dari Thomas Lickonam mengatakan Pendidikan karakter ialah usaha sengaja untuk menolong orang agar memahami, peduli dan akan bertindak tegas atas dasar nilai-nilai etis. Lickona menegaskan bahwa tatkal akita berfikir tentang bentuk karakter yang ingin ditunjukkan anak- anak, teramat jelas bahwa kita menghendaki mereka mampu menilai apa yang benar, peduli apa yang benar serta melakukan apa yang diyakini benar.10
Di pihak lain, Frye mendefinisikan Pendidikan karakter sebagai suatu Gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang dapat membina anak-anak muda beretika, bertanggung jawab, dan peduli melalui keteladanan dan
pengajaran karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal yang kita sepakati.11 Jadi Pendidikan karakter menurut Frye, harus menjadi Gerakan nasional yang menjadikan sekolah sebagai tempat untuk membudayakan nilai- nilai karakter mulia melalui pembelajaran dan pemberian contoh.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada pesertadidik yang dilaksanakan melalui metode pembiasaan, keteladanan, dan pengajaran dengan tujuan menguatkan dan mengembangkan perilaku peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
10 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. (Jakarta:
Indonesia heritage Foundation, 2007) hlm. 79
11 Marzuki¸ Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm, 23
Tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini juga digambarkan sebagai perilaku moral.12 Pendidikan karakter selama ini baru dilaksanakan pada jenjang pendidikan pra sekolah/madrasah (taman kanak-kanak atau raudhatul athfal). Sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya kurikulum di Indonesia masih belum optimal dalam menyentuh aspek karakter ini, meskipun sudah ada materi pelajaran
Pancasila dan Kewarganegaraan. Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu sumber daya manusia dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka Indonesia harus merombak sistem pendidikan yang ada, antara lain memperkuat pendidikan karakter.
Sedangkan tujuan pendidikan karakter yang tertuang dalam panduan Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter oleh Kementerian Pendidikan
Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembang- kan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: 1)
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; 2) membangun bangsa yang ber- karakter Pancasila; 3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya, serta mencintai umat manusia.13
Selain tujuan pendidikan karakter dari Kementerian Pendidikan, Dharma Kesuma juga menyebutkan tujuan pendidikan karakter dibagi menjadi tiga.
Pertama, memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Kedua, mengkoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
Ketiga, membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pen- didikan karakter secara bersama.14
12 Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 39 13 Kementerian, Panduan, hlm. 07
14 Kementerian, Panduan, hlm. 07
Dari keterangan para pakar pendidikan yang telah disebutkan
menunjukkan bahwa pendidikan karakter di Indonesia diarahkan menjadikan Pancasila sebagai dasar manusia Indonesia untuk bernegara dan mencintai tanah air serta mencintai sesama manusia. Hal tersebut diungkapkan oleh Heri Gunawan yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.15
Dengan demikian, hasil pembelajarannya ialah terbentuknya kebiasaan berpikir dalam arti peserta didik memiliki pengetahuan, kemauan dan
keterampilan dalam berbuat kebaikan.
4. Fungsi Pendidikan Karakter
Menurut Kementian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan fungsi pendidikan karakter adalah :
a. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang berprilaku baik.
b. Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
c. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
5. Nilai-Nilai Kepedulian
15 Heri, Pendidikan Karakter, hlm. 30
Nilai-nilai kepedulian merujuk pada perilaku individu yang menunjukkan harga dan pentingnya etika dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa nilai-nilai kepedulian antara lain:
a. Kepedulian sosial: Nilai kepedulian sosial mencakup perilaku seperti simpati, empati, tolong-menolong, kerjasama, toleransi, sopan santun dan kegiatan sosial. Nilai-nilai ini tersaji dalam bentuk narasi dan gambar dalam buku teks PAI dan Budi Pekerti SD, yang diharapkan dapat menarik perhatian siswa dan sesuai dengan perkembangan peserta didik.
b. Kepedulian etika: Kepedulian etika mencakup perilaku yang menunjukkan harga dan pentingnya etika dalam berbagai aspek kehidupan, seperti memperhatikan dan menghargai orang yang berbicara, dan lain-lain.
c. Kepedulian moral: Kepedulian moral mencakup perilaku yang menunjukkan harga dan pentingnya nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari, seperti kebajikan, mandiri, dan lain sebagainya.
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang menguraikan hasil- hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan:
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Sutarmi, Raharjo, & Pramono, 2016) yang berjudul Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter sebagai Landasan Wawasan Kebangsaan di SMK Negeri 1 Kendal Kabupaten Kendal. Tujuan penelitian adalah mengkaji kebijakan pendidikan karakter di sekolah berwawasan kebangsaan SMK Negeri 1 Kendal Kabupaten Kendal dan mengkaji implementasi pendidikan karakter di Sekolah Berwawasan Kebangsaan SMK Negeri 1 Kendal Kabupaten Kendal. Menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasilnya penelitiannya menjelaskan bahwa pendidikan karakter diwujudkan dalam budaya 5S seperti senyum, salam, sapa, sopan, dan santun, dan
pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui pembiasaan dengan memberikan teladan oleh guru kepada siswanya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Sari & Puspita, 2019) yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Joho 02 Sukoharjo dan hambatan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di SD Negeri Joho 02 Sukoharjo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pelaksanaan pendidikan karakter di SD Negeri Joho 02 Sukoharjo terwujud dalam integrasi program
pengembangan diri, integrasi dalam kegiatan pembelajaran, serta nilai karakter yang dikembangkan sekolah. Integrasi dalam program pengembangan diri terdiri atas kegiatan rutin, keteladanan, kegiatan spontan, dan pengkondisian. Integrasi dalam kegiatan pembelajaran terwujud dalam pencantuman nilai karakter di dalam RPP dan silabus yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti, 2017) yang berjudul Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan dan Implementasinya. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan konsep pendidikan karakter peduli lingkungan dan implementasinya di sekolah. Penelitian menggunakan metode kajian pustaka. Hasil kajian ini meliputi: (1)
pendidikan karakter peduli lingkungan adalah perwujudan dari sikap manusia terhadap lingkungan berupa tindakan dalam kehidupan sehari- hari yang merupakan upaya untuk mencegah rusaknya lingkungan alam di sekitarnya, serta berusaha untuk memperbaiki segala kerusakan alam yang sudah terjadi, (2) pendidikan karakter peduli lingkungan dapat diimplementasikan di sekolah melalui pengintegrasian dalam mata pelajaran serta melalui program pengembangan diri.
C. Kerangka Berfikir
Pendidikan karakter akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian. Penyebabnya karena banyak karakter siswa yang dirasa kurang baik. Contohnya peristiwa yang dimuat di media massa seperti adanya kejadian mengenai perilaku siswa yang berani melawan kepada guru, perilaku kekerasan yang dilakukan oleh siswa 71 terhadap guru, siswa yang kurang memperhatikan tata tertib Sekolah, dan adanya perkelahian antar pelajar saat proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah.
Selain itu yang terjadi selama proses pembelajaran yaitu masih ada siswa yang menunjukkan sikap kurang disiplin. Pada saat masuk kelas di pagi hari dan setelah jam istirahat masih banyak yang terlambat. Selain itu saat mengerjakan tugas kelompok masih banyak siswa yang mengandalkan beberapa temannya saja yang mengerjakan. Siswa juga masih ada yang melakukan mencontek, yang dilakukan dengan cara melihat pekerjaan temannya dan melihat langsung dari buku sumber.
Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter tidak luput dari berbagai kegiatan-kegiatan di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk membangun karakter siswa agar memiliki watak, sikap, perilaku dan 40
menghormati nilai-nilai luhur serta dapat merealisasikannya didalam kehidupan sehari-hari. Meskipun terdapat sekolah yang sudah menerapkan pendidikan karakter, namun perlu diketahui lebih rinci mengenai pentingnya pendidikan karakter di sekolah dasar. Hal ini diharapkan dapat menjadikan siswa berperilaku
baik terhadap guru, orangtua dan teman. Setelah mengetahui pentingnya
pendidikan karakter di sekolah dasar, diharapkan kepala sekolah, guru, tim serta orangtua siswa bekerja sama dalam upaya membangun pendidikan karakter.
Terutama upaya yang dilakukan oleh guru kelas guna menerapkan pendidikan karakter diusia dini dan lingkungan yang mendukung untuk menanamkan nilai karakter kepada siswa dapat memberikan dampak positif terhadap siswa tersebut.
Gambar Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui suatu dengan langkah – langkah sistematis. Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik.
Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknisi yang dilakukan dalam Masalah
Siswa berani melawan guru, perilaku kekerasan siswa terhadap guru, siswa yang kurang memperhatikan tata tertib sekolah, perkelahian antar siswa,
terlambat masuk kelas, mencontek
Penanaman karakter yang dilaksanakan di Sekolah
Kegiatan
Pembelajaran Budaya Sekolah Kegiatan
Ekstrakulikuler
Terwujudnya siswa yang berkarakter
proses penelitian. Metode sama artinya dengan metodelogi yaitu penyelidikan yang sistematis dan formulasi metode – metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Sedangkan penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan , dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu , untuk mendapatkan fakta – fakta atau prinsip – prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaaan tertentu. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris yang mempunyai kriteria tertentu yang valid.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif mengambil masalah–masalah aktual dan fakta- fakta yang terjadi
sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Adapun sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis yang bermaksud menjabarkan dan menganalisisis segala fenomena dari hasil penelitian yang di lakukan.
B. Tempat Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di MTS N 1 Tegal, tepatnya di Jalan Ponpes Babakan, Babakan, Lebaksiu, Kabupaten Tegal.
C. Data dan Sumber Data 1) Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, yang mana pada data tersebut disajikan secara verbal berupa pernyataan yang di dapat dari hasil penelitian. Selain itu, data kualitatif dalam penelitian ini juga mencakup gambaran umum tentang obyek penelitian.
2) Sumber Data
Sedangkan yang dijadikan sumber oleh peneliti adalah kepala sekolah, guru kelas 7 dan siswa kelas 7 di MTS N 1 Tegal, sehingga nantinya peneliti bisa mendapatkan data berupa jawaban lisan melalui wawancara.
D. Fokus Penelitian
Di dalam rancangan penelitian kualitatif, fokus kajian penelitian dan atau pokok soal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi- dimensi apa yang menjadi pusat perhatian serta yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas.16
Penelitian ini akan difokuskan sesuai dengan permasalahan. Hal bertujuan agar penelitian yang dikaji berarah dan tidak melebar kemana-mana sehingga hasil akan lebih efektif. Maka focus penelitian ini yaitu Peran Pendidikan
Karakter dalam Mengembangkan Nilai Kepedulian Siswa Kelas 7 MTs N1 Tegal.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Wawancara dapat di definisikan sebagai interaksi Bahasa yang
berlangsung antara 2 orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu dengan melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya.17
Dalam wawancara terlebih dahulu perlu dipersiapkan pedoman
wawancara, sesuai dengan tujuan penelitian. Tanpa pedoman, wawancara tidak akan terarah. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini diantaranya:
a) Kepala sekolah MTs N 1 Tegal b) Wakil kurikulum MTs N 1 Tegal
16 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010). hlm. 153.
17 Emzir,Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 50
c) Guru kelas IV dan kelas V MTs N 1 Tegal d) Guru pembina ekstrakurikuler MTs N 1 Tegal 2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.18 Menurut Trianto, dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Peranan yang paling penting dalam menggunakan metode observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli dalam mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses.19
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.20
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data yang bersumber dari arsip dokumentasi di MTs N 1 Tegal.
F. Uji Keabsahan Data
18 Burhan Bungin, Penelitian kualitatif, (Jakarta: kencana prenada media group, 2012), hlm.18 19 Trianto, Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi pendidikan tenaga kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011), hlm.177
20 Sugiyono, Metode Penelitian kombinasi (Mixed methods). (Bandung: Alfabeta, 2012), h.240.
Dalam uji keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi menurut Meleong triangulasi adalah teknik pemeriksahan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Tringualasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: triangualasi teknik dan triangulasi sumber.
1) Triangulasi Teknik : Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipasif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
2) Triangulasi Sumber : Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.21
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dimaksud adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.22
Terdapat 3 tahap dalam analisis data yaitu:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta menformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan kepada hal-hal penting, serta membuang yang dianggap tidak perlu.23 Dengan demikian, data yang
21 Sugiyono, Metode Penelitian kombinasi (Mixed methods). (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 327- 328
22 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm.
117
23 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 287.
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan.
Adapun tahap-tahap dalam reduksi data ini adalah:
1. Pengecekan(Checking)
Pengecekan data dilakukan dengan memeriksa kembali lembar transkrip data wawancara observasi, dan dokumen yang ada. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kelengkapan data atau informasi yang diperlukan.24
2. Pengelompokan (Organizing)
Dalam tahapan ini peneliti akan mengelompokan jawaban-jawaban dan data-data yang telah dikumpulkan atau mengklasifikasikan data sesuai dengan arah fokus penelitian dalam lembar klasifikasi peneliti dalam pengurutkan analisis data sesuai dengan fokus penelitian.25
3. Pemberian kode (Codding)
Pemberian kode ini dimaksudkan untuk menentukan data atau informasi berdasarkan teknik pengumpulan data. Pemberian kode pada jawaban-jawaban sangat penting sebab memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data.26
b. Display data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian (display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan atar kategori, diagram alur, dan lain sejenisnya.27
24 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian(Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 125
25 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalan Prespektif Rancangan Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) hlm. 238
26 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian(Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 125.
27 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 28 189
c. Verifikasi data
Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data.
Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan berubah jiaka ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut verifikasi data. Jika kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang
ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan tentang Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Nilai Kepedulian Siswa Kelas 7 MTS N 1 Tegal, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk membentuk watak atau karakter siswa yang mempunyai sikap pengertaian dan perhatian yang disertai dengan tindakan sosial kemanusiaan terhadap orang lain. Implementasi nilai karakter melalui pemberian, pemupukan dan penghayatan kepada siswa sehingga tercipta tingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan kepedulian sosial merupakan langkah kongret atas dasar hati nurani yang disertai dengan niat ikhlas karena Allah swt.
Oleh karena itu penting sekali penelitian ini untuk dikaji secara
komprehensif sebagai upaya memberikan solusi terhadap pembentukan karakter berbasis kepedulian siswa disekolah.
B. Saran
1. Kepada ketua yayasan atau kepala sekolah
Sekolah harus menjadi pemeran utama dalam menciptakan
kegiatan-kegiatan sosial. MTS N 1 Tegal Harus hadir dalam segala aspek, menjadi patron kegiatan kemasyarakatan dana harus merekayasa
kebutuhan masyarakatan, dan sekolah MTS N 1 Tegal harus melahirkan pemimpin-pemimpin masyarakat masa depan.
2. Kepada guru
Kepada guru MTS nN 1 Tegal harus totalitas menjadi teladan kepada siswa. Kegiatan sosial harus mampu disemarakkan dan menjadi agenda rutin sehingga MTS N 1 Tegal menjadi rujukan dalam setiap kegiatan kemasyarakatan.
3. Kepada Siswa
Kepada siswa di MTS N 1 Tegal harus mengoptimalkan
pengetahuan dan kegiatan-kegiatan sosial seperti tolong menolong, gotong royong dan kegiatan sosial lainnya sebagai bekal menjadi pribadi yang khairu ummah serta hal yang tidak kalah penting ialah akhlak kepada orang tua, guru dan Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Nurla Isna Aunillah. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta Laksana 2011
Kementrian Pendidikan, UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Jakarta: Kementrian Pendidikan, 2003
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum Jakarta: Grasindo, 2002
Guntur Setiawan, Implementasi pada Birokrasi Pembangunan Jakarta: Balaia Pustaka, 2004
Acep Supriadi, “Internalisasi Nilai Nasionalisme dalam Pembelajaran PKn pada Siswa MAN 2 Banjarmasin”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 4 No. 8, November 2014
Thomas Lickona, Educating for Character, Terjemahan Jakarta: Bumi Aksara, 2016
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan, Yogyakarta: AR Ruzz Media, 2015
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesia heritage Foundation, 2007
Marzuki¸ Pendidikan Karakter Islam, Jakarta: AMZAH, 2015 Zuchdi, Humanisasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Burhan Bungin, Penelitian kualitatif, Jakarta: kencana prenada media group, 2012
Trianto, Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi pendidikan tenaga kependidikan, Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011
Sugiyono, Metode Penelitian kombinasi (Mixed methods). Bandung: Alfabeta, 2012
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian Malang: UIN-Maliki Press, 2010
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalan Prespektif Rancangan Pendidikan Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014