• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Penelitian - Universitas Bosowa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Proposal Penelitian - Universitas Bosowa"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

Dalam rangka mengoptimalkan potensi dan kekuatan kawasan objek wisata Fort Alla, pengembangan daya tarik wisata dilakukan dengan melakukan penataan kawasan dengan membaginya menjadi 2 zona, yaitu zona 1 (zona konservasi) dan zona 2 (zona pemanfaatan). Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Fort Alla dengan fokus pada optimalisasi pengembangan kawasan objek wisata Fort Alla.

Tabel 1.1  Tabel Standar Indeks Bobot Kualitatif dan Kuantitatif  Berdasarkan Parameter Potensi Objek Wisata
Tabel 1.1 Tabel Standar Indeks Bobot Kualitatif dan Kuantitatif Berdasarkan Parameter Potensi Objek Wisata

PENDAHULUAN

  • Rumusan Masalah
  • Tujuan dan Manfaat Penelitian
  • Ruang Lingkup Penelitian
  • Metode Penelitian
    • Lokasi Penelitian
    • Populasi Dan Sampel
    • Jenis Dan Sumber Data
    • Teknik Pengumpulan Data
    • Teknik Analisis
  • Definisi Oprasional
  • Sistematika Pembahasan
  • Kerangka Pikir

Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam, menetap untuk sementara waktu dan tidak menetap dengan alasan apapun selain untuk mencari nafkah atau memperoleh gaji di negara atau negara yang dikunjunginya.

TINJAUAN PUSTAKA

Objek Dan Atraksi Wisata

Jenis – Jenis Pariwisata

Wisata edukasi merupakan wisata yang dilakukan untuk memperkenalkan suatu keadaan yang berkaitan dengan wawasan keilmuan. Wisata petualangan merupakan wisata yang dilakukan dengan cara menjelajahi alam baik gunung maupun laut, sungai dan hutan.

Pengertian Pengembangan Pariwisata

Wisata olah raga untuk melakukan kegiatan olah raga seperti panjat tebing, berburu binatang, memancing, selancar, menyelam, dan lain-lain. Menurut The Ecotourism Society (1990), ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke kawasan alam yang dilakukan dengan tujuan melestarikan lingkungan hidup serta melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Kriteria Pengembangan Kawasan Pariwisata

Kawasan objek wisata Fort Alla belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung kawasan objek wisata. Potensi di atas mewakili beragamnya potensi dan daya tarik yang dimiliki kawasan wisata Fort Alla.

Standar Dan Konsep Pengembangan Kepariwisataan

Konsep Pengembangan Kawasan Bersejarah

  • Pelestarian Kawasan Bersejarah
  • Pemanfaatan Bangunan Bersejarah sebagai Objek Wisata 25

Perencanaan merupakan keseluruhan proses berpikir yang melibatkan penentuan secara cermat apa yang akan dilakukan di masa depan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu perencanaan merupakan suatu konsep yang menggunakan asumsi-asumsi, prediksi mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Komponen Pengembangan Pariwisata

Konsep perencanaan sebagai membuat rencana atau membuat rencana sebagai kata benda telah berubah menjadi perencanaan atau perencanaan sebagai kata kerja.

Pertimbangan Dalam Pengembangan Pariwisata

Kebijaksanaan Pemerintah Tentang Kepariwisataan

Undang-undang ini menjelaskan tentang pengembangan dan pedoman peningkatan pariwisata Indonesia, baik nasional maupun internasional, yang salah satunya terkait dengan pengembangan industri pariwisata. Kelima kebijakan di atas menjelaskan bahwa pembangunan industri harus bersinergi dengan pembangunan aspek lainnya. Artinya harus ada keseimbangan antara peran pemerintah dan peran masyarakat dalam pengembangan industri pariwisata.

Berdasarkan seluruh asas penyelenggaraan pariwisata, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 juga mengarahkan bahwa tujuan pariwisata Indonesia adalah untuk.

Konsep Pengembangan Pariwisata Kabupaten Enrekang

Dalam penyusunan Rencana Induk Nasional Pembangunan Pariwisata (RIPPARNAS) sebagai langkah lanjutan dari amanah Badan Pengelola Pariwisata yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 kepada Pemerintah, telah berhasil dilaksanakan oleh Pemerintah dan ditetapkan. melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011, Tentang Rencana Induk Nasional Pembangunan Pariwisata (RIPPARNAS) yang diterbitkan di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2011 (Drs. Bambang Sunaryo 2013). Menjadikan kawasan pengembangan pariwisata bagian selatan dan barat dengan prioritas di kawasan Limuang dan Kaluppini sebagai tempat wisata budaya unggulan. Menjadikan kawasan pengembangan wisata barat sebagai prioritas kawasan Bambapuang sebagai objek wisata panorama alam yang unggul.

Menetapkan zona pengembangan pariwisata barat dengan prioritas kawasan pandang dan Baraka sebagai objek wisata unggulan dengan minat khusus, petualangan (panjat tebing, penjelajahan gua dan tracking). Menjadikan zona pengembangan pariwisata bagian selatan sebagai prioritas kawasan Maroangin sebagai pusat informasi wisata daerah. Menjadikan kawasan pengembangan pariwisata barat sebagai prioritas kawasan Lewaja sebagai objek wisata unggulan untuk hiburan dan rekreasi.

Mengembangkan kawasan Baraka dan Bone Bone sebagai kawasan pengembangan budaya dan pola kehidupan masyarakat tradisional untuk memperkuat daya saing produk khususnya wisata e-culture dan produk wisata pedesaan. Mengembangkan kawasan Baraka dan Maiwa (Palauan) sebagai kawasan pengembangan agrowisata dan pola kehidupan masyarakat tradisional; dan saya.

TINJAUAN UMUM WILAYAH

Karakteristik Fisik Wilayah

  • Letak Dan Luas Wilayah Kabupaten Enrekang
  • Topografi
  • Hidrologi
  • Iklim

Daerah datar terdapat di sekitar distrik Maiwa dan sungai utama serta dataran di sekitarnya. Kabupaten Enrekang dikelilingi oleh daerah pedalaman (hinterland) berupa dataran yang termasuk dalam kelas kemiringan cukup curam yaitu berkisar antara 15% sampai dengan 40% dan kemiringan diatas 40% (sangat curam), serta beberapa bagian wilayahnya mempunyai lereng. antara 2% hingga 15% (lereng) terdapat di Kecamatan Maiwa dan Kabupaten Enrekang. Kemiringan yang relatif tinggi menjadi kendala dalam pengembangan pusat pemukiman di Kabupaten Enrekang khususnya di bagian selatan. Areal dengan kemiringan diatas 15% digunakan untuk perkebunan dan hutan.

Kondisi hidrologi Kabupaten Enrekang terdiri dari air permukaan (sungai, rawa dan danau) dan air tanah.Sungai-sungai utama yang ada di Kabupaten Enrekang adalah Sungai Saddang, Sungai Bulu Cenrena, Sungai Mata Allo dan Sungai Malua yang mengalir dari sungai yang berbukit/bergunung. daerah. Sungai-sungai di Kabupaten Enrekang umumnya mempunyai air sepanjang tahun dan dimanfaatkan oleh warga baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk keperluan pertanian, peternakan, dan perikanan. Sumber air rawa yang tersebar di seluruh dataran rawa digunakan untuk keperluan pertanian dan. mempunyai potensi perikanan yang tinggi.

Pada bulan November sampai Maret banyak terjadi angin yang mengandung uap air dari benua Asia dan Samudera Pasifik, sehingga terjadi musim hujan pada bulan-bulan tersebut. Menurut klasifikasi Schmidt-Fergusson, tipe iklim di Kabupaten Enrekang termasuk dalam tipe A dan B. Musim hujan terjadi pada bulan November hingga Juli, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober.

Kependudukan

  • Karakteristik Kependudukan
  • Kepadatan dan Pesebaran Penduduk
  • Karakteristik Sosial Budaya

Kecamatan Alla yang berpenduduk 24.567 jiwa dan luas wilayah 34,66 Km2 memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu 695,79 jiwa/Km2. Ketimpangan proporsi tingkat kepadatan penduduk ini dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 3.3. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km) Laki-Laki Perempuan Total.. Catatan: *) Konversi berdasarkan administrasi penyuluhan **) Penggabungan dengan kecamatan induk.

Penduduk asli Kabupaten Enrekang terdiri dari suku Bugis dengan ciri kebahasaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu bahasa Duri dan bahasa Enrekang. Daerah yang menggunakan ciri bahasa Duri adalah (Kecamatan Anggeraja, Alla, Baraka, Pasui, Masalle) sedangkan daerah yang menggunakan ciri bahasa Enrekang adalah (Kecamatan Enrekang, Cendana, Maiwa, Bungin, Malua, Curio). Sedangkan untuk penduduk pendatang menunjukkan keberagaman suku dan bahasa yang ada di Indonesia, dimana sebagian besar suku yang ada di Indonesia turut mewarnai dinamika sosial budaya Kabupaten Enrekang.

Sebagian besar penduduk migran menempati wilayah perkotaan atau pusat pertumbuhan. Kondisi sosial budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan lebih lanjut di kabupaten Enrekang adalah toleransi dan pembaharuan adat istiadat yang harmonis serta semakin eratnya tali silaturahmi antar berbagai suku yang ada, termasuk peran faktor agama, Islam cukup dominan. Pola hidup ini merupakan perkembangan dinamis penduduk yang dicapai dengan adanya toleransi yang didukung oleh kebutuhan yang sama.

TABEL III.2
TABEL III.2

Aksesibilitas

Transportasi darat di Kabupaten Enrekang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam membantu aktivitas masyarakat. Pada tahun 2021, panjang jalan di Kabupaten Enrekang sekitar 936,31 km, dengan kondisi jalan terdiri dari jalan nasional sepanjang 85,16 km, jalan provinsi 18,00 km, dan jalan provinsi sepanjang 833 km. 15 Jalan Kabupaten. Lebih lengkapnya mengenai kondisi jaringan jalan di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Sektor Kepariwisataan

Sarana perkantoran yang akan dikembangkan di Kawasan Daya Tarik Wisata Fort Alla adalah Kantor Pengelola Kawasan Wisata. Hal ini tentu saja akan membuat wisatawan tidak bisa berlama-lama berada di kawasan wisata Benteng Alla.

TABEL III.5
TABEL III.5

Tinjauan Umum Kecamatan Baroko

  • Wilayah Administrasi
  • Kependudukan

Tinjauan Khusus Objek Wiasata Benteng Alla

  • Kondisi Fisik Kawasan
    • Letak Geografis
    • Topografi
    • Geologi
    • Hidrologi
    • Iklim
    • Vegetasi
  • Pola Penggunaan Lahan
  • Aksesibilitas
  • Keadaan Fasilitas dan Utilitas Kawasan
  • Kependudukan
  • Karakteristik Kawasan Objek Wisata Benteng Alla
    • Jenis Objek Wisata
    • Potensi dan Daya Tarik Kawsan Objek Wisata
  • Keadaan Penduduk dan Sosial Budaya Masyarakat
  • Karakteristik Wisatawan
  • Persepsi Masyarakat disekitar objek Wisata Benteng Alla

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geologi dan Jenis Tanah

Salah satu parameter yang dapat dijadikan ukuran kemampuan suatu negara dalam menerima beban pembangunan adalah kondisi geologi dan struktur tanah. Struktur geologi batuan di lokasi penelitian memiliki ciri geologi yang kompleks yang ditandai dengan adanya berbagai jenis satuan batuan yang dipengaruhi oleh struktur geologi tersebut. Berbagai jenis batuan yang ditemukan di lokasi penelitian umumnya terdiri dari batuan tufa, batuan vulkanik basa dan lain-lain.

Tergantung pada kondisi geologi dan jenis tanah, lokasi penelitian mempunyai potensi untuk pengembangan fisik, khususnya infrastruktur untuk mendukung pengembangan pariwisata di Fort Alli, termasuk pembangunan dan peningkatan jaringan jalan, serta bangunan untuk mendukung pengembangannya.

Kondisi Topografi

Kondisi Hidrologi

Ketersediaan air baku untuk dimanfaatkan pada suatu wilayah dapat dilihat dari potensi sumber air atau kondisi hidrologi yang ada, antara lain potensi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Kondisi hidrologi dan karakteristik wilayah rencana terlihat dari keberadaan mata air Bubun Bia sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan penduduk khususnya dalam penyediaan air bersih untuk keperluan konsumsi.

Vegetasi

Analisis Ekonomi Wisata

Kawasan objek wisata Benteng Alla yang perkembangannya erat kaitannya dengan jenis penggunaan lahan disekitarnya. Fitur-fitur seperti di atas menjadi modal dasar dalam menunjang program pengembangan pariwisata khususnya pengembangan kawasan objek wisata Fort Alla. Nilai sejarah kawasan objek wisata Fort Alla sebagai benteng pertahanan pada masa lalu disebabkan oleh keberadaan benda-benda tersebut.

Model pengelolaan dalam pengembangan dan pemeliharaan objek wisata Benteng Alla bersifat akomodatif dan partisipatif. Karena beragamnya tempat wisata yang ada di Kabupaten Enrekang, maka objek wisata Fort Alla menjadi salah satu kawasan objek wisata yang memiliki keunikan tersendiri. Menurut anda, jarak atau jarak perjalanan dari pusat kota ke kawasan wisata Benteng Alla.

TABEL IV.1
TABEL IV.1

Analisis Pola Penggunaan Lahan Terhadap Pengembangan Objek

Analisi karakteristik sosial budaya

Analisis Perkembangan Jumlah Arus Wisatawan

Dalam pengembangan pariwisata, potensi wisatawan/pengunjung dapat dijadikan parameter dalam perencanaan pengembangan tata ruang suatu kawasan. Wisatawan yang datang ke kawasan wisata Fort Alla sebagian besar adalah wisatawan lokal yaitu wisatawan dalam kabupaten itu sendiri dan lingkungan sekitar objek wisata Fort Alla, sedangkan wisatawan mancanegara yang datang hanya sedikit dan kemudian hanya wisatawan yang datang ke kawasan wisata Fort Alla. Tana yang akan mengunjungi Toraja atau akan datang dari, telah singgah beberapa saat. Dalam rangka menarik wisatawan, pengembangan ditujukan untuk mengembangkan kawasan yang memiliki daya tarik wisata yang potensial, khususnya objek wisata Benteng Alla, yang akan dilengkapi dengan infrastruktur wilayah sesuai dengan perkembangan wisata atau kebutuhan wisata dimasa yang akan datang.

Pembahasan analisis perkembangan wisatawan/pengunjung akan direvisi dari data kunjungan tahunan tahun 2017 hingga tahun 2021, sehingga dapat memberikan gambaran menyeluruh mengenai potensi wisata di wilayah perencanaan. Pt : Tahun wisatawan/pengunjung n Po : Tahun dasar wisatawan/pengunjung r : Laju kenaikan wisatawan n : Periode dan waktu dasar t. Dengan memperhatikan hasil analisis tersebut, kita dapat memperoleh indikasi bahwa kunjungan cenderung meningkat, meskipun belum membuahkan hasil yang maksimal dari tahun ke tahun hingga proyeksi tahun 2025. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu adanya pertimbangan untuk meningkatkan kawasan objek wisata Fort Alla sebagai daya tarik wisata.

Tersedianya pemandu wisata yang terampil dan selalu berwawasan luas serta benar-benar mengetahui sejarah Fort Alla sehingga dapat memberikan petunjuk dan arahan serta penjelasan yang efektif dan jelas sesuai kebutuhan wisatawan. Sistem pelestarian kawasan wisata yang bersih dan alami serta menciptakan suasana/kesan terhadap kegiatan wisata disekitarnya.

Analisis Fasilitas Pendukung/Penunjang dan Utilitas Kawasan

Objek wisata Fort Alla dapat dikunjungi setelah atau sebelum wisatawan mengunjungi tempat wisata di Tana Toraja. 6 Apabila kawasan wisata Benteng Alla dikembangkan menjadi destinasi wisata, apakah anda bersedia mengikuti kegiatan pengembangan tersebut?

TABEL IV. 2
TABEL IV. 2

Analisis Historical Kawasan Objek Wisata Benteng Alla

Gambar

Tabel 1.1  Tabel Standar Indeks Bobot Kualitatif dan Kuantitatif  Berdasarkan Parameter Potensi Objek Wisata
Tabel IV.5  Kategori Jawaban Responden Terhadap Perlunya
TABEL III.1
TABEL III.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Penyajian hasil penelitian memuat uraian tentang data dan temuan penelitian yang diperoleh.  Pembahasan berupa penjelasan teoritik, baik

Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran dari penulis atas semua pembahasan yang sudah dibahas di dalam penulisan tentang Kebijakan Pengupahan dan Perjanjian

rangkain, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler Arduino Uno BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

Bab ini merupakan penutup dalam penyusunan karya tulis yang diantaranya memuat tentang hal-hal yang telah diuraikan di muka kemudian mengenai saran-saran yang sekiranya dapat bagi

Akhir pembahasan pada buku ini ada pada Bab 5 Penutup yang disajikan dalam dua subbab, yaitu kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan pemaparan data serta

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ditarik kesimpulan bahwa untuk mengetahui peningkatan kinerja aktivitas Bank Sulselbar Makassar

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Hasil uji SPSS 17 pada variabel pelatihan X1 dapat

BAB V PENUTUP Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari pembahasan tentang perawatan korektif pompa High Pressure APP 10.2 pada unit Reverse