• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENGAJUAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Nurule

Academic year: 2023

Membagikan "PROPOSAL PENGAJUAN TUGAS AKHIR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENGAJUAN TUGAS AKHIR

GEOLOGI DAN FASIES DAERAH KARYABAKTI DAN

SEKITARNYA, KECAMATAN PARUNGPONTENG, KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Tugas Akhir

Disusun Oleh:

Nama : Nurul Elwindha NIM : 1017007

PROGAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA BANDUNG

2022

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal skripsi diajukan kepada Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia Geologi dan Fasies daerah Karyabati dan Sekitarnya, Kecamatan

Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

Proposal ini diajukan untuk memperoleh dan pembimbing dalam melaksanakan kegiatan Tugas Akhir di daerah Karyabakti dan sekitarnya, Kecamatan Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat sebagai mahasiswa Strata 1 Program Studi Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia,

Bandung.

Tahun Akademik 2021/2022.

Diajukan oleh:

Nurul Elwindha 1017007

Bandung, 5 Agustus 2022 Mahasiswa,

Nurul ELwindha NIM. 1017007

Menyetujui,

Pembimbing Akademik 1 Pembimbing Akademik 2

Prof. Dr. Ir. Yan Rizal R., Dipl., Geol. Prof. Dr. Ir. Aswan

Mengetahui,

Ketua Jurusan Program Studi Teknik Geologi

(3)

DAFTAR ISI

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...2

1.3. Maksud dan Tujuan...2

1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian...2

1.5. Hasil Penelitian...3

1.6. Manfaat Penelitian...3

BAB II...4

METODOLOGI DAN TAHAPAN PENELITIAN...4

2.1. Metode Penelitian...4

2.1.1. Tahap Kerja Studio...4

2.1.2. Tahap Pengambilan Data Lapangan...5

2.1.3. Tahap Analisis dan Pengolahan Data...5

2.2. Peralatan Penelitian...6

3.1. Fisiografi Regional...7

3.2. Struktur Geologi Regional...8

3.3. Stratigrafi Regional...9

Daftar Pustaka...11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah Karyabakti dan sekitarnya berada pada selatan Tasikmalaya atau selatan Jawa Barat yang lebih tepatnya berada di Kecamatan Parungponten, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Yang diketahui merupakan zona komplek hasil subduksi yang terjadi pada zaman Kapur Akhir – Tersier Awal (Hammilton, 1979).

Kompleks ini membentuk jalur vulkanik yang tersebar dari Jampang (komplek Bancuh yang berarah timur laut – barat daya) hingga Selatan Jawa Timur (Hammilton, 1798).

Daerah Karyabakti merupakan daerah yang menarik dilihat dari aspek geologi seperti litologi, morfologi, struktur geologi, serta stratigrafi. Terlebih pada daerah penelitian termasuk dalam 4 Formasi dari yang paling tua yaitu Formasi Jampang, Formasi Kalipucang, Formasi Bentang, dan Batuan Gunungapi Muda (Supriatna, dkk, 1992).

Formasi Kalipucang menurut Supriatna dkk, 1992 ditemukan banyak fosil foraminifera yang merupakan suatu indeks fosil untuk menentukan suatu umur batuan. Formasi Kalipucang yang berumur Miosen Tengah tersebar begitu luas memanjang dari barat Jawa sampai timur Jawa. Terdiri dari batugamping kerangka, batugamping klastik berlapis dengan klasifikasi dari mudstone hingga grainstone.

Dengan adanya keempat formasi tersebut terutama pada Formasi Kalipucang , maka penulis dalam Tugas Akhir mengangkat topik “Geologi dan Fasies daerah Karyabakti dan Sekitarnya, Kecamatan Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat”, karena terdapat hal menunnjang seperti adanya fosil foraminifera dan perbedaan ukuran butir pada batuan.

(5)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang yang mengangkat fasies, maka masalah yang diangkat pada daerah Karyabakti dan sekitarnya, Kecamatan Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat adalah:

1. Bagaimana kondisi geologi daerah penelitian berupa geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi?

2. Bagaimana pengelompokan fasies pada daerah tersebut?

3. Bagaimana lingkungan pengendapan dari satuan batuan tersebut tertutama pada Formasi Kalipucang yang merupakan batugamping?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi daerah Karyabakti dan sekitarnya tertutama fasies daerah tersebut.

Sedangkan tujuan dari Tugas Akhir ini untuk mengetahuin sebaran litologi daerah Karyabakti dan sekitarnya juga mengetahui kelompok fasies serta mengetahui lingkungan pengendapan dari batugamping tentu batuan lain juga yang kemudian dibuat berbentuk peta yang nantinya berisikan informasi tentang daerah tersebut.

1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Lokasi penelitian secara administratif termasuk kedalam 4 Desa dan 3 Desa lainnya merupakan Desa yang terlewati namun termasuk ke dalam wilayah penelitian, yaitu Desa Karyabakti, Sepatnunggal, Sodonghilir, Raksajaya, Cipaingeun, Cigunung, dan Wakap. Termasuk ke dalam 2 kecamatan yaitu Kecamatan Parungponteng dan Kecamatan Sodonghilir. Daerah penilitian termasuk ke dalam Peta Rupabumi Indonesia lembar Tasikmalaya 1304-414 dengan skala 1:25.000.

Membutuhkan waktu kurang lebih 4 setengah jam dari Bandung hingga basecamp yang berada di daerah Karyabakti dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Serta dapat juga dengan menggunakan kendaraan umum seperti elf jurusan Bandung – Tasikmalaya dilanjutkan menggunakan Tasikmalaya – Sodonghilir.

Waktu pelaksanaan direncanakan selama 2 bulan untuk pengambilan data di lapangan dan 3 bulan untuk pengolahan data lapangan total enam bulan terhitung dari Agustus 2022 hingga Januari 2023 atau menyesuaikan dengan waktu yang tersedia.

(6)

1.5. Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan dikeluarkan berupa peta geologi daerah penelitian beserta penampang geologi, peta geomorfologi, peta lintasan geologi, peta struktur geologi, serta tabel fasies yang tentunya berisikan informasi – informasi terkait dengan daerah tersebut.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan terhadap penelitian ini 2. Dapat mengaplikasikan pembelajaran yang telah diberikan selama kuliah

berlangsung ke dalam dunia kerja dan mengetahui kondisi nyata dunia kerja pertambangan

3. Sebagai pelatihan untuk melakukan tahapan-tahapan penelitian yang baik

4. Dapat menjadi referensi Program Studi Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia (STTMI) Bandung.

Tabel 1.1. Time schedule kegiatan penelitian

(7)

BAB II

METODOLOGI DAN TAHAPAN PENELITIAN

2.1. Metode Penelitian

Dalam menganalisa dan menginterpretasikan data lapangan yang didapaatkan pada kegiatan penelitian, diperlukan tahapan-tahapan yang dilakukan agar penelitian berjalan dengan baik serta tujuan yang diperlukan tercapai. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:

2.1.1. Tahap Kerja Studio

Merupakan tahapan sebelum melakukan pengambilan data di lapangan, meliputi studi literatur teoritis yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilaukan seperti analisa kondisi geologi pada umumnya, penentuan daerah

Gambar 2.1. Diagram alir tahapan pengerjaan penelitian

(8)

penelitian, pembuatan proposal tugas akhir, serta menentukan jadwal kegiatan.

Pada tahap ini penulis melakukan studi tentang geologi regional daerah penelitian dari peneliti terdahulu seperti melihat peta geologi regional lembar Karangnunggal.

2.1.2. Tahap Pengambilan Data Lapangan

Tahap pengambilan data lapangan meliputi kegiatan pemetaan di permukaan yaitu mengamati, mendiskripsi, interpretasi singkapan, serta interpretasi kemiringan lereng. Dari hasil kegiatan pengambilan data lapangan ini akan didapatlan data primer yang menjadi data utama penilitian. Pengambilan data di lapangan meliputi:

1. Pengambilan detail singkapan, yaitu deskripsi litologi secara megaskropis menggunakan lup, pengamatan variasi litologi, dan pengambilan contoh batuan yang dianggap penting untuk analisis lebih lanjut.

2. Pengamatan kenampakan struktur geologi, yaitu pengamatan kekar, bidang sesar, gores garis, atau breksiasi yang terdapat pada batuan daerah penilitian.

3. Observasi geomorfologi, yaitu pengamatan morfologi dan bentang alam, pola aliran sungai, serta penentuan geomorfik daerah penilitian.

4. Dokumentasi, yaitu pengambilan gambar singkapan yang terdapat di lapangan baik dalam bentuk sketsa gambar maupun foto digital, meliputi litologi, potensi geologi, serta hal penting dan menarik yang dijumpai saat pengambilan data di lapangan.

2.1.3. Tahap Analisis dan Pengolahan Data

Tahapan ini dilakukan setelah melakukan pengambilan data di lapangan telah selesai, yang meliputi uji laboratorium serta pengolahan data yang didapat seluruhnya di lapangan, meliputi:

1. Analisis Geomorfik

Penentuan satuan geomorfik dan pola pengaliran daerah penelitian berdasarkan klasifikasi-klasifikasi yang telah ada.

(9)

Merupakan analisis pemerian unsur-unsur stuktur yang ada. Analisis selanjutnya merupakan analisis dinamika dan kinematika dengan menggunakan stereografis maupun software yang mendukung. Penamaan struktur sesar didasarkan pada klasifikasi yang telah ada.

3. Analisis petrografi

Analisis petrografi digunakan untuk mengetahui nama batuan berdasarkan kompisis penyusun batuan melalui sayatan tipis. Serta untuk mengetahui tipe butiran dan jenis fosil dalam baruan.

4. Analisis Mineragrafi

Pengujian yang dilakukan di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan gambaran mineral baturan

5. Analisis Paleontologi

Digunakan untuk membantu menentukan umur relatif satuan batuan dan membantu menentukan zona batimetri ketika batuan diendapkan.

2.2. Peralatan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang kelancaran penelitian ini sebagai berikut:

1. Peta topografi daerah penelitian 2. Peta geologi daerah penelitian 3. Peta DEM daerah penilitian 4. Palu geologi

5. Lup

6. Komparator ukuran butir 7. Kantung sample

8. Kompas geologi

9. Buku catatan lapangan dan perlengkapan alat tulis 10. Kamera ponsel pintar

11. Larutan HCl 0,1 M

(10)

BAB III

GEOLOGI REGIONAL

3.1. Fisiografi Regional

Sacara fisiografi, daerah Jawa Barat terbagi menjadi 6 zona berarah barat – timur (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi:

1. Zona Dataran Pantai Utara Jawa 2. Zona Antiklinorium Bogor 3. Zona Pegunungan Bayah 4. Zona Bandung

5. Zona Gunungapi Kuarter

6. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat

Berdasarkan zona ini, daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat (Gambar 3.1.)

Morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan menurut Supriatna, dkk pada tahun 1992 dalam peta geologi lembar Karangnunggal, yaitu: perbukitan gunungan yang sejajar, perbukitan dengan punggungan yang tak beraturan, dan perbukitan karst.

Gambar 3.1. Peta Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)

(11)

3.2. Struktur Geologi Regional

Struktur utama yang terdapat di Lembar Karangnunggal adalah sesar, lipatan, dan kelurusan. Sesar yang dijumpai berupa sesar normal, diantaranya ada yang masih giat sampai sekarang.

Sesar normal umumnya berarah baratlaut – tenggara tetapi ada di antaranya yang berarah hamper utara – selatan; contohnya adalah yang melalui Kampung Karangkemiri terus ke Kampung Cijoho. Sesar tersebut ditandai oleh adanya kelurusan sungai, lembah, dan bukit; Formasi Bentang di daerah Kampung Cijoho tersesarkan sehingga blok bagian barat relatif turun dari blok bagian timur.

Sesar normal lainnya terdapat di Kampung Cibungur, berarah utara – selatan, menerus ke Giriawas sampai Kampung Coblongan. Sesar ini ditandai oleh adanya kelurusan mata air panas yang masih keluar sampai sekarang dan adanya kelurusan lembah dan bukit. Blok bagian timur relatif bergerak turun dari blok bagian barat.

Lipatan yang terdapat di Lembar ini mempunyai arah sumbu barat – timur dan utara – selatan. Di bagian timur meskipun tidak begitu tampak jelas sumbu sinklin menerus ke Lembar Pangandaran, dengan arah barat – timur. Hal ini tampaknya sesai dengan arah sumbu dari Geantiklin Pegunungan Selatan. Di bagian barat lembar, sumbu lipatan tersebut berbelok ke arah utara dan timur laut, diperkiran sebagai lipatan orde II dari lipatan utama.

Lipatan yang terdapat di lembar ini dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu: pertama, lipatan dengan kemiringan lapisan kurang dari 30°, yang digolongkan ke dalam jenis lipatan terbuka. Jenis ini yang paling banyak dijumpai; kedua, lipatan yang mempunyai kemiringan lapisan lebih besar dari 30°, yang digolongkan pada jenis lipatan tertutup.

Jenis ini terdapat pada batupasir turbidit yang berselingan dengan batulempung yang terlipat kuat.

Tektonika yang terjadi pada Oligo – Miosen menyebabkan terjadinya kegiatan gunungapi yang menghasilkan Formasi Jampang berlingkungan laut dalam dan terbuka.

Menjelang Akhir Miosen Awal, terjadi kegiatan gunungapi yang berbeda, menghasilkan perselingan sedimen gunungapi bersusunan dasit, batuan klastik halus, dan karbonat. Terobosan dasit diperkiran terjadi pada kala ini.

Pada awal Miosen Tengah, daerah ini stabil, kegiatan gunungapi mereda dan batugamping Formasi Kalipucang ini mulai terbentuk. Pembentukan Formasi Kalipucang diikuti oleh sedimentasi batuan klastik karbonat dan tuf napalan Formasi Pamutuan, yang

(12)

berlingkungan laut dalam dan terbuka. Tetapi pada Miosen Tengah, daerah ini terdistorsi yang kuat disertai dengan terobosan granodiorite dan batuannya terlipatkan, Sebagian tersilikaan dan termalih lemah. Batuan yang terpengaruhi pada proses ini terutama satuan batuan dari Formasi Jampang yang terkloritkan, terserisitkan, dan terpropilitkan;

sedangkan batugamping Formasi Kalipucang Sebagian terubah menjadi batu pualam (biasa disebut marmer oleh orang jaman sekarang).

Pada awal Miosen Akhir terjadi genang laut diikuti kegiatan gunungapi, menghasilkan jenis sedimen klastik yang mengandung komposisi hasil letusan gunungapi, yang Menyusun Formasi Bentang.

Tektonik Plio – Plistosen dimulai dengan pengangkatan yang terjadi pada Pliosen dan disusul oleh kegiatan gunungapi (diduga salah satu sumbernya adalah G. Cikuray).

Pelipatan dan penyesaran diduga terjadi setelah itu.

Pada Kuarter, daerah ini secara keseluruhan telah menjadi daratan dengan pengendapan aluvium yang berupa endapan sungai dan pantai yang terjadi akibat proses pengikiran dan pengendapan yang berlangsung terus hingga sekarang.

Uraian di atas diambil dari keterangan Peta Geologi Lembar Karangnunggal oleh Supriatna, S, dkk pada tahun 1992.

3.3. Stratigrafi Regional

Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini pada Lembar Karangnunggal menurut Supriatna, dkk (1992) terdiri dari batuan sedimen dan batuan gunungapi Formasi Jampang (Tmj); yang berumur Oligosen – Miosen. Batuan ini diterobos oleh Dasit (Tda) dan Granodiorit (Tgd). Batas bawah Formasi Jampang tidak tersingkap, sedangkan bagian yang dianggap paling bawah diwakili oleh lava dan breksi berususunan andesitic dan basaltic. Sedimen klastiknya terdiri dari batupasir dengan perlapisan bersusun.

Bagian atas Formasi Jampang berupa perslingan tuf dasitik, dengan sisipan batugamping, disebut Anggota Genteng Formasi Jampang (Tmjg).

Formasi Jampang tertindih secara selaras oleh Anggota Tuf Napalan (Tmpt) dan Anggota Batugamping (Tmpl) Formasi Pamutuan. Anggota Tuf Napalan hanya tersingkap di timur lembar. Satuan ini menjemari dengan Formasi Kalipucang (Tmkl).

Formasi Bentang (Tmb) menindih tidak selaras formasi-formasi di atas, dan tertindih

(13)

Formasi Bentang tertindih secara tak selaras oleh satuan Batuan Gunungapi Muda (QTcv), yang terdiri dari breksi, lava, dan tuf berususunan andesitic dan basaltik serta lahar.

Pada daerah penilitian dalam Peta Geologi Regional Lembar Karangnunggal oleh Supriatna, dkk pada tahun 1992 termasuk ke dalam 4 formasi dari yang tertua yaitu Formasi Jampang, Formasi Kalipucang, Formasi Bentang, dan Batuan Gunungapi Muda.

1. Formasi Jampang (Tmj)

Terdiri dari breksi aneka bahan dan tuf bersisipan lava. Diperkirakan berumur Oligosen – Miosen dengan tebal sekitar 900 meter.

2. Formasi Kalipucang (Tmkl)

Terdiri dari batugamping foraminifera dan batugamping pasiran. Formasi ini menindih Formasi Jampang secara selaras dan menjemari dengan Anggota Tuf Napalan dan Anggota Batugamping Formasi Pamutuan. Keterdapatan foraminifera kecil pada formasi ini berupa Orbulina universa, Globigerinoides sp., Globoquadrina altispira, dan Lepidocyclina sp., yang menunjukan umur Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan adalah laut dangkal dengan tebal diperkirakan ±250 meter.

3. Formasi Bentang (Tmb)

Terdiri dari batupasir gampingan, batupasir tufaan, bersisipan serpih, dan mengandung lensa batugamping. Formasi ini berumur Miosen Akhir – Pliosen karena ditemukan foraminifera planktonik pada batupasir gampingan. Tebal satuan berdasarkan penampang geologi tidak lebih dari 800 meter sebenarnya terutama di bagian barat, tengah, dan luar lembar.

4. Batuan Gunungapi Muda

Yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, dan tuf. Umur satuan batuan ini dikorelasikan dengan batuan yang sama di Lembar Tasikmalaya (Budhitrisna, 1982) yaitu Plio – Plistosen.

10

(14)

Gambar 3.2. Peta geologi regional daerah penelitian (Supriatna, S., dkk, 1992)

(15)

Daftar Pustaka

Budhitrisna, T., Peta Geologi Lembar Tasikmalaya (skala 1:100.000), 1986, Bandung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Hamilton, W., 1979, Tectonics of The Indonesian Region: Geological Survey Professional Paper 1078, US, Government Printing Office.

Supriatna, S., Sarmili, L., Sudana, D., dan Koswara, A., 1992, Peta Geologi Indonesia Lembar Karangnunggal (skala 1:100.000), Bandung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Van Bemmelen, R. W., 1949, Geology of Indonesia, vol. 1A, Government Printing Office, The Hague.

Referensi

Dokumen terkait

Dari  pertimbangan diataslah maka perlu diciptakan sebuah sistem baru dimana sistem ini nantinya dapat mempermudah calon pembeli mengetahui informasi baru tentang

Dalam memprediksi nilai sumberdaya biasanya hanya menggunakan data yang berkaitan dengan kuantitas, seperti informasi geologi yang berhubungan dengan ketebalan lapisan

Nama Formasi Arjosari pertama kali diusulkan oleh (Samodra dkk, 1992) untuk jajaran endapan turbidit Oligo-Miosen di Lembar Pacitan. Formasi ini mempunyai kesamaan umur dengan

Pencarian data dengan mengamai objek langsung yang berhunbungan dengan objek peracangan sehingga dapat memperoleh data lapangan secara riil / nyata untuk dipergunakan sebagai

Warna Dunia, menyatakan bahwa setiap depo memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, untuk menjamin dan mengontrol seluruh pengeluaran kegiatan operasional di

Hasil penampang A-A mengacu pada peta geologi lembar Lubuk Sikaping yang menyatakan bahwa daerah tersebut terdapat adanya struktur geologi dimana terdiri dari 4 formasi batuan yaitu

5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Kota Balikpapan Jenis batuan sedimen yang tersingkap pada daerah Balikpapan terdiri dari 4 formasi.. Jika dilihat dari lembar peta geologi

Geologi Daerah Penelitian Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ambon yang dibuat oleh Tjokrosapoetro dkk [10] Gambar 2 dan dilakukan perbesaran, diketahui bahwa litologi pada lokasi