• Tidak ada hasil yang ditemukan

proposal ronde keperawatan compress

N/A
N/A
apa aja

Academic year: 2023

Membagikan "proposal ronde keperawatan compress"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

RENCANA STRATEGI RONDE KEPERAWATAN DALAM PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG RAWAT INAP RAWAS 1.1 RSUP DR.MOHAMMADHOESIN PALEMBANG

OLEH

MAHASISWA PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

CLINICAL INSTRUCTUR : Reni Krisnawati, S.Kep.,Ners

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017

(2)

Topik: Askep Klien dengan CVD Non Haemoragic Sasaran: Klien Tn.I Usia 60th

Peserta : Kepala ruangan, Kepala Tim, perawat asosiate, konselor, supervisor, pembimbing Waktu :30 Menit

Hari/Tanggal : Rabu, 05 April 2017 1. Tujuan

a. Tujan umum

- Menyelesaikan masalah-masalah klien yang belum teratasi

b. Tujuan khusus

- Menjustifikasi masalah-masalah yang belum teratasi

- Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain - Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien

2. Sasaran

- Klien Tn. I usia 60 tahun di ruang Rawas 1.1 kamar 8 bed 1

3. Metode - Diskusi

4. Materi

- Perfusi jaringan tidak efektif b,d penurunan suplai O2 dan nutrient ke jaringan serebral - Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot

- Koping individu inefektif b.d kurang pengetahuan tentang penyakit

5. Media

- Dokumen atau status pasien - Sarana diskusi: kertas, pulpen

- Materi yang disampaikan secara lisan

6. Pengorganisasian

Kepala ruangan : Sri Kumala Despan Kepala Tim I : Iman Dia Lestari Kepala Tim II : Venny Wydiaswara Kepala Tim III : Zainal Friansyah

(3)

Perawat Assosiate I : Rizky Amandita, Dian Permata Perawat Assosiate II : Ruth Stevani, Tiara Eka Yuniar Perawat Assosiate III : Tri setya Indra, Fera Anisa

Konselor : Reni Ratih

Supervisor : Dodi Iskandar

7. Proses Ronde

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan

Pasien Tempat 1 hari

sebelum ronde

Praronde Praronde : 1. Menentukan

kasus dan topic 2. Menetukan tim

ronde 3. Menentukan

literature 4. Membuat

proposal

5. Mempersiapkan pasien

6. Diskusi pelaksanaan

Penanggung jawab (Sri Kumala

Despan

- Nurse

station

5 menit Ronde Pembukaan : 1. Salam pembuka 2. Memperkenalka

n Tim ronde 3. Menyampaikan

identitas dan masalah

keperawatan pasien pasien pada masalah prioritas yang telah ditetapkan

Kepala

ruangan (Sri Kumala

Despan)

- Menjawab salam

- mendengarka n

Ruang perawatan

10 menit

Pasca ronde

Pasca ronde : 1. Evaluasi dan

rekomendasi intervensi keperawatan

Kepala ruangan supervisor, perawat

konselor, dan perawat

pelaksana

Ruang perawatan

(4)

8. Evaluasi a. Struktur

1) Persyaratan administrasi (informconsent, alat dan lainnya)

2) Tim ronde keperawatanhadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan 3) Persiapan dilakukan sebelumnya

b. Proses

1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan

c. Hasil

1) Pasien dan keluarga pasien merasa puas dengan hasil pelayanan 2) Masalah pasien dapat teratasi

3) Perawat dapat :

a) Menumbuhkan cara berfkir yang kritis b) Meingkatkan cara berfikir yang sistematis c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien

d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien

f) Meningkatkan kemampuan modifikasi rencana asuhan keperawatan g) Meningkatkan kemampuan justifikasi

h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

(5)

LAMPIRAN MATERI

A. DEFINISI

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).

B. KLASIFIKASI a. Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL).

b. Stroke Emboli/Non Trombotik

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C. ETIOLOGI

1. Emboli

a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari “plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.

b. Embolisasi kardiogenik

c. Embolisasi akibat gangguan sistemik

2. Thrombosis

Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna.

(6)

D. PATOFISIOLOGI

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluhdarah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombos is dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

(7)

Pathway

E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):

1. Kehilangan motorik

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia

2. Kehilangan komunikasi

Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).

3.Gangguan persepsi

Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.

(8)

4.Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).

5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Angiografi serebral

Menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).

3. CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.

4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

5. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.

6. Pemeriksaan laboratorium

a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang

masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)

c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.

d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur

turun kembali.

e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

G. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi  infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,

konstipasi dan thromboflebitis.

(9)

2. Berhubungan dengan paralisis  nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh

3. Berhubungan dengan kerusakan otak  epilepsi dan sakit kepala.

4. Hidrocephalus

Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai berikut:

Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.

Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,

Pengobatan Konservatif

a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi

maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.

c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan

agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau

emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

(10)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CVD NON HEMORAGIK

A. PENGKAJIAN 1.Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.

2. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3.Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak lain.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

Pengkajian Fokus:

a.Aktivitas/istirahat:

Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.

b.Sirkulasi

Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi arterial.

c. Integritas Ego.

Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.

d.Eliminasi

Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.

e. Makanan/caitan :

Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia

(11)

f.Neuro Sensori

Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.

g. Nyaman/nyeri

Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka h. Respirasi

Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.

i. Keamanan

Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi.

Tidak mampu mengambil keputusan.

j. Interaksi social

Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat

2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak

3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan neurovaskuler

4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler 5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik 6. Koping individu inefektif b.d kurang pengetahuan tentang penyakit

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:

Salemba Medika

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Saat memberikan pelayanan di rumah sakit (bila ada pasien dikunjungi atau didampingi keluarga), puskesmas atau kunjungan rumah, maka perawat menemui keluarga

Perawat 2 : Kalau begitu saya undur diri apabila ada hal yang belum jelas atau perlu bantuan bapak bisa hubungi saya di ruang perawat, permisi dan selamat pagi.. Pasien :

Perawat yang merasa puas dalam pekerjaanya akan memberikan pelayanan lebih baik dan bermutu kepada pasien rumah sakit sehingga kepuasan pasien dan keluarga pasien juga terpenuhi,

keperawatan diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan, khususnya perilaku caring perawat kearah yang lebih baik sehingga pasien akan merasa

Kepuasan merupakan penilaian seseorang setelah menerima jasa atau pelayanan, pasien akan merasa puas jika jasa/pelayanan yang diterima sesuai dengan harapan (Supranto, 2006),

penghargaan dari perawat bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama untuk. mengambil keputusan bagi dirinya; faktor yang berpengaruh

Hasil penelitian : Partisipan yang dirawat di RSUD Kabupaten Kebumen merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan (perawat) di RSUD Kabupaten

Berdasarkan hasil penelitian di Klinik X, responden mempersepsikan dalam kategori puas yaitu perawat cepat dan tanggap ketika pasien membutuhkan, pelayanan yang diterima sudah baik,