SEMINAR PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Menyelesaikan penulisan Skripsi
Oleh:
SITI MASKANATU SOFWA NIM: 2020511484
UNIVERSITAS IPWIJA
PROGRAM SARJANA PRODI MANAJEMEN S1 JAKARTA
2024
iii
Nim : 2020511484
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah hasil karya sendiri yang belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada Program Sarjana ini ataupun pada program lain. Karya ini adalah milik Saya, karena itu pertanggung jawabannya berada di pundak Saya. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka Saya bersedia untuk ditinjau dan menerima sanksi sebagaimana mestinya.
Bogor, 20 Januari 2024
Siti Maskanatu Sofwa NIM: 2020511484
iv
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Siti Maskanatu Sofwa
NIM : 2020511484
Judul Skripsi : Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, dan Komunikasi terhadap Kinerja Guru di SMP Sejahtera 2 Cileungsi.
Bogor, 20 Januari 2024 Dosen Pembimbing,
Sunarso, SE., MM
v
KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA, DAN KOMUNIKASI
TERHADAP KINERJA GURU DI SMP SEJAHTERA 2 CILEUNGSI” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Selain daripada itu, penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Sunarso, SE., MM selaku pembimbing yang tidak kenal lelah meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
2. Dr. Susanti Widhiastuti, SE., MM selaku Ketua Program Studi Sarjana Manajemen S1 Universitas Ipwija.
3. Ir. Besar Agung Martono, MM., DBA selaku Rektor Universitas Ipwija.
4. Seluruh dosen dan civitas akademik Program Studi Manajemen S1 Universitas Ipwija.
5. Kepala sekolah dan guru SMP Sejahtera 2 Cileungsi yang telah meluangkan waktu membantu kelancaran penelitian.
6. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungan kepada penulis.
7. Kakak-kakak yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu selama perkuliahan berlangsung.
Semoga bantuan yang bapak, ibu, dan rekan-rekan berikan mendapat imbalan dari Allah SWT dan penulis juga berharap hasil penelitian yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi instansi, pembaca, pelaku bisnis,
vi Bogor, 20 Januari 2024
Peulis
vii
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi... vii
Daftar Tabel ... vviii
Daftar Gambar ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 2
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.5. Sistematika Penulisan ... 4
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 5
2.1. Landasan Teori ... 5
2.2. Penelitian Terdahulu ... 30
2.3. Kerangka Pemikiran ... 35
2.4. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 40
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
3.2. Desain Penelitian ... 40
3.3. Operasional Variabel... 41
3.4. Populasi, Sampel, dan Metode Sampling ... 42
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 43
3.6. Instrumentasi Variabel ... 43
3.7. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 51
viii
Tabel 2.2 Alur Pikir ... 38 Tabel 3.1 Rencana Penelitian ... 40 Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 41
ix
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan landasan penting dalam pembentukan pondasi pendidikan siswa. Kualitas pendidikan yang diberikan oleh sebuah SMP tidak hanya bergantung pada materi pelajaran yang diajarkan, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Di dalam lingkungan sekolah, faktor-faktor seperti kepemimpinan, kondisi lingkungan kerja, dan kualitas komunikasi antar guru menjadi elemen kunci yang berpotensi besar dalam membentuk dan memengaruhi kinerja mereka.
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership yang berasal dari kata leader. Pemimpin ialah orang yang memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau tuntun.
Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing dan menuntun (Mukti, 2018).
Lingkungan kerja merupakan bagian komponen yang sangat penting di dalam karyawan melakukan aktivitas bekerja (Panjaitan, 2018).
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara lisan maupun tidak langsung melalui media (LAILA, 2020).
Kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya
berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (Gusman, 2014).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dipaparkan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi?
2. Apakah terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi?
3. Apakah terdapat pengaruh komunikasi terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian sebab dengan adanya tujuan, penelitian dapat bekerja secara terarah baik dalam mencari data maupun pemecahan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi pimpinan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kepemimpinan, lingkungan kerja, dan komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
2. Secara Akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dokumen bagi perguruan tinggi sebagai bahan referensi di bidang ilmu pengetahuan khususnya bidang manajemen sumber daya manusia. Dan bahan referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian di bidang manajemen sumber daya manusia terutama yang berkaitan dengan kepemimpinan, lingkungan kerja, dan komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk pemahaman lebih jelas mengenai laporan penelitian ini, maka materi-materi yang tertera dikelompokkan menjadi beberapa subbab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang yang menggambarkan dugaan masalah yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi, dan berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi maka peneliti dapat merumuskan masalah dari kepemimpinan, lingkungan kerja, komunikasi, dan kinerja guru.
Kemudian terdapat manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan kepemimpinan, lingkungan kerja, komunikasi, dan kinerja guru. Serta beberapa riview yang berhubungan dengan penelitian ini, dan hasil penelitian terdahulu yang membentuk kerangka pemikiran.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi penjabaran secara rinci tentang metodologi penelitian yang digunakan. Desain penelitian, operasional variabel yang terdiri dari definisi konseptual variabel dan indikator penelitian.
5 BAB 2
KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori
2.1.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen adalah proses menyelesaikan sesuatu dalam rangka pencapaian tujuan. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah individu yang bekerja di sebuah organisasi atau lingkungan, biasanya mereka disebut sebagai tenaga kerja, karyawan, pekerja, atau personil. Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, SDM harus dapat dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam organisasi yang dapat dikenal dengan manajemen sumber daya manusia (Mu`tafi, 2020).
Manajemen sumber daya manusia adalah proses mempekerjakan orang atau pekerja untuk membantu operasi perusahaan atau organisasi. Ini melibatkan menerima, memanfaatkan, mengembangkan, dan mempertahankan sumber daya saat ini. Ditentukan oleh organisasi untuk memenuhi tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sumber daya manusia adalah aspek terpenting dari setiap bisnis atau tim. Sebuah organisasi dibuat dengan konsep beragam yang berguna bagi orang- orang, terlepas dari bentuk atau tujuannya, dan dikendalikan oleh manusia untuk mencapai tujuannya (Bahri, 2022).
Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai ilmu dan seni dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengevaluasian atas sumber daya manusia saat pengadaan, pengembangan, pengkompensasisan,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja untuk mencapai tujuan organisasi, keinginan karyawan, dan kebutuhan masyarakat (Supiani et al., 2022).
Dari pendapat para ahli diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah proses mencapai tujuan melalui penyelesaian tugas.
Sumber Daya Manusia (SDM) mengacu pada individu yang bekerja dalam suatu organisasi atau perusahaan, yang biasa disebut karyawan atau pegawai. SDM merupakan faktor penting dalam organisasi dan harus dikelola secara efektif untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi. Hal ini dikenal sebagai manajemen sumber daya manusia, yang melibatkan perekrutan, pemanfaatan, pengembangan, dan penyimpanan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.1.1.1. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut (R. N. Husaini & Sutama, 2021) bahwa tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia adalah sebagai berikut:
1. Memberi saran kepada manajemen tentang kebijakan SDM unruk memastikan organisasi atau perusahaan memiliki SDM bermotivasi tinggi dan berkinerja tinggi, dilengkapi sarana dan prasarana untuk menghadapi perubahan.
2. Memelihara dan melaksanakan kebijakan dan prosedur SDM untuk mencapai tujuan instansi, lembaga atau perusahaan.
3. Mengatasi krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pegawai agar tidak ada gangguan dalam mencapai tujuan instansi.
4. Menyediakan sarana dan prasarana komunikasi antara pegawai dan manajemen organisasi.
5. Membantu perkembangan atau kemajuan arah dan strategi instansi/perusahaan secara keseluruhan dengann memperlihatkan aspek SDM.
6. Menyediakan bantuan dan menciptakan dan kondisi yang dapat membantu manager line dalam mencapai tujuan.
2.1.1.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Adapun fungsi Manajemen Sumber Manusia (MSDM) menurut (R. N.
Husaini & Sutama, 2021) adalah sebagai berikut:
1. Human resource planning, yaitu merencanakan kebutuhan dan pemanfaatan SDM bagi perusahaan/lembaga untuk dapat menyesuaikan diri dengan perusahaan/lembaga melalui perencanaan sumber daya manusia.
2. Personnel procurerement, yaitu mencari dan mendapatkan SDM, melalui rekrutmen, seleksi, penempatan serta kontrak tenaga kerja, induksi.
3. Personnel development, yaitu mengembangkan SDM, keterampilannya, keahliannya, dan pengetahuannya melalui kegiatan atau program orientasi tenaga kerja, pendidikan, dan pelatihan (analisis dan evaluasi), pengembangan karir.
4. Personnel maintenance, yaitu memelihara SDM, gaji, reward, insentif, jaminan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, menyelesaikan perselisihan perburuhan, menyelesaikan keluhan dan relationship karyawan dan lain sebagainya. Agar SDM berkemampuan atau berdedikasi tinggi, melalui
kesejahteraan (kompensasi), lingkungan kerja yang sehat dan aman, hubungan industrial yang lebih baik.
5. Personnel utilization, yaitu memanfaatkan dan mengoptimalkan SDM, termasuk di dalamnya promosi, demosi, transfer, dan juga separasi. Agar SDM bekerja dengan baik melalui: motivasi, penilaian karya atau feedback, peraturan atau pemberian hadiah dan hukuman.
2.1.2. Kepemimpinan
2.1.2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kekuatan atau kualitas seseorang memimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut: “kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Mukti, 2018).
Kepemimpinan merupakan kekuatan yang sangat penting dibalik kekuasaaan berbagai organisasi dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang efektif maka ruang lingkup kerja mengenai apa yang bisa mereka capai, kemudian menggerakkan organisasi itu untuk berubah kearah visi baru tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan sebuah organisasi sangat ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Di dalam kepemimpinan terdapat pemimpin dan pengikut.
Memang benar bahwa seorang pimpinan baik secara individual maupun sebagai
kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian, akan tetapi membutuhkan sekelompok orang lain yang dikenal sebagai bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsinya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja efektif, efisien ekonomis, dan produktif (Nurhalim et al., 2023).
Kepemimpinan adalah pengaruh, seni, atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha kearah tercapainya tujuan organisasi (H. Husaini & Fitria, 2019).
2.1.2.2. Pendekatan Kepemimpinan
Dalam mempelajari konsep kepemimpinan, berikut ini dipaparkan mengenai beberapa pendekatannya yaitu:
1. Pendekatan Sifat (Traits Approach).
Orang yang memimpin dan yang bukan pemimpin bisa ditinjau melalui identifikasi sifat-sifat kepemimpinannya. Pendekatan psikologis ini, didasarkan atas pengakuan umum dimana sikap individu didasarkan oleh struktur kepribadian.
2. Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach).
Pendekatan ini dapat ditinjau pada model perilaku pemimpin yang memberi pengaruh pada karyawannya. Perilaku pemimpin ini bisa berpusat pada tugas atau pada hubungan dengan karyawannya.
3. Pendekatan Karismatik (Charismatic Approach).
Kepemimpinan kharismatik ini sudah berjalan sejak zaman yunani kuno.
Analisis charismatic leadership.
4. Pendekatan transformasional (Transformational Approach).
Karakteristik pemimpin yang karismatik dapat melakukan pergeseran terhadap organisasi yang tradisional ke organisasi modern.
Berdasarkan pengertian kepemimpinan kerja menurut para ahli yang sudah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kekuatan atau kualitas seseorang memimpin dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan kekuatan yang sangat penting dibalik kekuasaaan berbagai organisasi dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang efektif maka ruang lingkup kerja mengenai apa yang bisa mereka capai, kemudian menggerakkan organisasi itu untuk berubah kearah visi baru tersebut. Memang benar bahwa seorang pimpinan baik secara individual maupun sebagai kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian, akan tetapi membutuhkan sekelompok orang lain yang dikenal sebagai bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja efektif, efisien ekonomis, dan produktif.
2.1.2.3. Teori Kepemimpinan
(Suherman, 2019) mengemukakan ada 4 teori mengenai kepemimpinan, yaitu:
1. Trait Theories of Leadership
Teori ini berawal dari pendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu yang dibawa sejak lahir dan kepemimpinan tidak dapat diciptakan. Teori Great Man menyatakan bahwa seseorang dilahirkan dengan membawa atau tidak
membawa sifat kepemimpinan. Meskipun teori The Great Man ini membawa pendekatan sikap dalam kepemimpinan, dibawah pengaruh sekolah psikologi perilaku, peneliti mendapatkan fakta bahwa sikap kepemimpinan tidak seluruhnya bawaan lahir, tapi juga dapat diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman.
2. Group and Exchange Theories of Leadership
Teori kepemimpinan kelompok didasarkan pada pendekatan psikologi sosial.
Disamping itu, teori pertukaran klasik adalah pendekatan yang utama untuk teori ini. Dalam hal ini ada pertukaran positif antara pemimpin dan pengikut.
3. Contingency Theory Leadership
Para penganut psikologi sosial mulai menjadikan penelitian, mengenai aspek situasional yang memberikan pengaruh pada peran dan posisi kepemimpinan, skill, perilaku, kinerja dan kepuasan follower. Hal ini diperkenalkan oleh Fiedler yang dikenal dengan model “Fiedler Contingency Model of Leadership Effectiveness.” Model ini mengkaji tentang kaitan antara gaya kepemimpinan dan kondisi yang terjadi.
4. Path Goal Leadership Theory
Teori ini merupakan derivasi dari teori kerangka kerja harapan motivasi.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui dampak kepemimpinan pada kinerja.
Pada intinya, path goal theory berusaha menggambarkan dampak perilaku pemimpin pada motivasi, kepuasan dan kinerja bawahan.
2.1.2.4. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe Kepemimpinan menurut (Latifah, 2021) meliputi:
1. Tipe Karismatik, pemimpin ini adalah kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan dituruti oleh bawahannya. Mempunyai kekuatan gaib, super dan berani.
2. Tipe Paternalistik dan Materialistik, bersikap melindungi pengikut sebagai seorang bapak yang penuh kasih sayang. Memberi karyawan untuk berinisiatif dalam pengambilan keputusan.
3. Tipe militeristik, bersikap komando dengan menggunakan sistem perintah dari atasan kepada bawahannya secara otoriter. Menghendaki supaya bawahannya selalu taat secara formalitas.
4. Tipe Otokratik, didasarkan pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipenuhi. Setiap perintah ditentukan dengan tanpa konsultasi, kekuasaan menjadi sangat bersifat absolut.
5. Tipe Laissez Faire, membiarkan pengikut bersikap semaunya sendiri dengan penuh tanggung jawab. Jabatan pemimpin didapat dengan cara yang tidak baik seperti sistem nepotisme.
6. Tipe Populistik, dapat bersikap dan menjadi pemimpin rakyat. Dia berpatokan pada nilai masyarakat tradisional.
7. Tipe administratik, pemimpin yang dapat melaksanakan tugas-tugas administratif dengan efektif. Melalui tipe ini diharapkan muncul suatu perkembangan teknis, manajemen modern, dan perkembangan sosial.
8. Tipe Demokratik, pemimpin ini selalu berpusat pada rakyat dan memberikan bimbingan pada pengikutnya. Kekuasaan organisasi terletak pada peran aktif dari setiap bawahannya.
2.1.2.5. Fungsi Kepemimpinan
Tugas pokok pemimpin berupa mengelompokan, mengarahkan, mendidik, membimbing, dan sebagainya. Fungsi pemimpin dalam organisasi menurut (Rivai, 2019) dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu:
1. Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
2. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin seringkali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalan menetapkan keputusan.
3. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya.
4. Fungsi pengendalian
Fungsi ini bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
2.1.2.6. Indikator Kepemimpinan
Adapun indikator kepemimpinan menurut (Rivai, 2019) sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk membina kerjasama dan hubungan yang baik.
a. Membina kerjasama dan hubungan baik dengan bawahan dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing.
b. Kemampuan seorang pemimpin dalam memotivasi bawahannya.
Kemampuan yang efektivitas 2. Kemampuan yang efektivitas.
a. Mampu menyelesaikan tugas diluar kemampuan.
b. Menyelesaikan tugas tepat waktu.
c. Hadir tepat waktu dan tidak terlambat.
3. Kepemimpinan yang partisipatif.
a. Pengambilan keputusan secara musyawarah.
b. Dapat menyelesaikan masalah secara tepat.
c. Mampu dan meneliti masalah yang terjadi pada pekerjaan.
4. Kemampuan dalam mendelegasikan tugas atau waktu.
a. Bersedia untuk membawa kepentingan pribadi dan organisasi kepada kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan organisasi menggunakan sisa untuk keperluan pribadi.
b. Mampu dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan target.
5. Agresif dalam bekerja.
a. Produktivitas yang tinggi dapat dihasilkan dengan kualitas keahlian, disiplin, rajin, sehat, dan agresif (berkemauan) dalam bekerja.
b. Mempertahankan dan menjaga stabilitas kerja.
c. Performa diatas harus dipertahankan untuk menjaga kestabilan kerja sehingga akan terbentuk budaya organisasi yang kuat.
2.1.3. Lingkungan Kerja
2.1.3.1. Pengertian Lingkungan Kerja
Suatu lingkungan kerja dikatakan baik apabila pegawai dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik, penerangan, dan lain-lain (Siagian & Khair, 2018).
Oleh karena itu, lingkungan kerja yang baik sangat menentukan hasil kinerja yang diraih oleh seseorang.
Menurut (Panjaitan, Maludin, 2017) mengartikan lingkungan kerja adalah internal stakeholders merupakan kelompok atau individu yang tidak secara tegas menjadi bagian dari lingkungan organisasi karena sebenarnya internal stakeholders adalah anggota dari organisasi, di mana para manajer memiliki tanggung jawab atas kepentingan mereka.
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu hal atau unsur yang dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung terhadap organisasi atau
Perusahaan yang akan memberikan dampak baik atau buruk terhadap kinerja dan kepuasan kerja karyawan, hal ini dikemukakan oleh (Sihaloho & Siregar, 2020).
Dari beberapa pengertian para ahli di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu hal atau unsur yang dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung terhadap organisasi atau perusahaan yang akan memberikan dampak baik atau buruk terhadap kinerja dan kepuasan kerja karyawan.
Suatu lingkungan kerja dikatakan baik apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Oleh karena itu, lingkungan kerja yang baik sangat menentukan hasil kinerja yang diraih oleh seseorang.
2.1.3.2. Aspek-aspek Lingkungan Kerja
Menurut (Anggiat P. Tambunan, 2018), lingkungan kerja dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau dapat disebut aspek pembentuk lingkungan kerja, bagian-bagian itu bisa diuraikan sebagai berikut:
1. Pelayanan Kerja
Pelayanan kerja merupakan aspek terpenting yang harus dilakukan oleh setiap Perusahaan terhadap karyawan. Pelayanan yang baik dari Perusahaan akan membuat karyawan lebih semangat dalam bekerja, mempunyai rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaannya, serta dapat terus menjaga nama baik perusahaan melalui produktif kerja dan tingkah lakunya.
2. Kondisi Kerja
Kondisi kerja karyawan sebaiknya diusahakan oleh manajemen perusahaan sebaik mungkin agar timbul rasa aman dalam bekerja untuk karyawan atau pegawainya, kondisi ini meliputi penerangan yang cukup, suhu udara yang tepat, kebisingan yang dapat dikendalikan, pengaruh warna, ruang gerak yang diperlukan dan keamanan kerja karyawan.
3. Hubungan Karyawan
Hubungan karyawan akan sangat menentukan dalam menghasilkan produktifitas kerja. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara motivasi serta semangat kerja dengan hubungan yang kondusif antara sesama karyawan dalam bekerja, ketidak serasian hubungan antara pegawai dapat menurunkan motivasi dan semangat yang akibatnya akan dapat menurunkan produktifitas kerja.
2.1.3.3. Faktor-faktor Lingkungan Kerja
Menurut (Anggiat P. Tambunan, 2018) agar dapat menciptakan lingkungan kerja yang efektif dalam perusahaan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain cahaya, warna, udara, dan suara. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Cahaya
Penerangan yang cukup memancarkan dengan tepat akan menambaha efisiensi kerja para pegawai, karena mereka dapat bekerja dengan lebih cepat, lebih sedikit membuat kesalahan dan mata nya tak lekas menjadi lelah.
2. Faktor Warna
Faktor warna merupakan salah satu aspek yang penting untuk memperbesar efisiensi kerja para pegawai, khususnya warna akan mempengaruhi keadaan jiwa mereka dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruang dan alat- alat lainnya kegembiraan dan ketenangan bekerja para pegawai akan terpelihara.
3. Faktor Udara
Mengenai faktor udara ini, yang sering sekali adalah suhu udara dan banyaknya uap air pada udara itu.
4. Faktor Suara
Untuk mengatasi terjadinya kegaduhan, perlu kiranya meletakkan alat-alat yang memiliki suara keras pada ruangan khusus sehingga tidak mengganggu karyawan lainnya dalam melaksanakan tugasnya, misalnya mesin ketik, pesawat telepon, parkir motor dan lain-lain.
2.1.3.4. Indikator-indikator Lingkungan Kerja
Menurut para ahli ada beberapa indikator-indikator dalam lingkungan kerja, berikut indikator-indikator lingkungan kerja menurut para ahli. Indikator- indikator lingkungan kerja menurut (Amalia & Indratono, 2018):
1. Suasana Kerja
Kondisi yang ada disekitar pegawai yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Suasana kerja ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan,
pencahayaan, ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada ditempat tersebut (Saydam, 1996).
2. Hubungan dengan Rekan Kerja
Hubungan dengan rekan kerja harmonis dan tanpa ada saling intrik diantara sesama rekan sekerja. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam satu organisasi adalah adanya hubungan yang harmonis diantara rekan kerja. Hubungan yang harmonis dan kekeluargaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai.
3. Tersedianya fasilitas kerja
Hal ini dimaksudkan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran kerja lengkap/mutakhir. Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan salah satu penunjang proses dalam bekerja.
2.1.4. Komunikasi
2.1.4.1. Pengertian Komunikasi
Menurut (Handri & Hasan, 2021) komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung menggunakan media.
Menurut (Herman et al., 2019) komunikasi adalah pemindahan informasi dan pemahaman dari seorang kepada orang lain.
Komunikasi adalah penyampaian informasi yang dilakukan dua orang atau lebih. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai penyampaian pesan kepada
seseorang untuk memberi tahu secara lisan langsung ataupun secara tidak langsung (Septiyana, 2020).
Komunikasi adalah pemindahan pengertian (maksud) dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Pemindahan pengertian (maksud) tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020).
Berdasarkan pengertian komunikasi menurut beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung menggunakan media.
Komunikasi adalah penyampaian informasi yang dilakukan dua orang atau lebih. Komunikasi adalah pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain
2.1.4.2. Fungsi Komunikasi
Menurut (Elchrysti, 2013) ada empat fungsi utama komunikasi, yaitu:
1. To Inform (menginformasikan)
Yakni memberikan informasi kepada orang lain tentang suau peristiwa, masalah, pendapat, pikiran, segala tingkah laku orang lain dan apa yang disampaikan orang lain.
2. To Aducate (mendidik)
Yakni sebagai sarana pendidikan. Karena melalui komunikasi, manusia dalam suatu lingkungan masayarakat dapat menyampaikan segala bentuk pengetahuan, ide, gagasan kepada orang lain sehingga orang lain dapat menerima segala bentuk informasi yang kita berikan.
3. To Entertain (menghibur)
Komunikasi juga berfungsi untuk menghibur orang lain dan menyenangkan hati orang lain.
4. To Influence (mempengaruhi)
Selain sebagai sarana untuk menyampaikan pendidikan, informasi dan sebagai sarana dalam menghibur orang lain, komunikasi juga berfungsi untuk memberikan pengaruh kepada orang lain. Saling mempengaruhi segala bentuk sikap dan perilaku orang lain agar mengikuti apa yang diharapkan.
Selain itu, fungsi komunikasi dibagi menjadi empat kerangka, yakni:
1. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
3. Komunikasi Ritual
Komunikasi rutual bertujuan untuk komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka.
4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum:
menginformasikan, mengajak, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur.
2.1.4.3. Syarat-syarat Komunikasi
Dalam berkomunikasi diperlukan syarat-syarat tertentu dalam penggunaannya. Syarat-syarat komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Source (sumber)
Source adalah dasar dalam penyampaian pesan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber komunikasi adalah orang, Lembaga, buku, dan lain- lain.
2. Komunikator
Komunikator adalah pelaku penyampaian pesan misalnya individu yang sedang berbicara atau penulis, dapat juga berupa kelompok orang, organisasi komunikasi seperti televisi, radio, film, dan surat kabar.
3. Pesan
Pesan adalah keseluruhan yang disampaikan oleh komunikator. Pesan mempunyai tema utama sebagai pengarah dalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.
4. Saluran (channel)
Saluran adalah komunikator yang digunakan dalam menyampaikan pesan.
Saluran komunikasi seperti saluran formal (resmi) dan saluran informal (tidak resmi). Saluran formal adalah saluran yang mengikuti garis wewenang dari suatu organisasi, misalnya komunikasi antara pimpinan dan bawahannya, sedangkan komunikasi informal adalah saluran yang berupa kabar burung, kabar angin, dan desas-desus.
5. Komunikan
Komunikan adalah penerima pesan dalam komunikasi seperti individu, kelompok, dan massa.
6. Effect (hasil)
Effek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi dengan bentuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku komunikan. Perubahan itu bisa sesuai keinginan atau tidak sesuai dengan keinginan komunikator.
2.1.4.4. Faktor-faktor Komunikasi yang Efektif
Menurut (LAILA, 2020) faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi yang efektif. Faktor-faktor ini disebut dengan the seven c’s communication, sebagai berikut:
1. Credibility (kepercayaan)
Dalam komunikasi antara komunikan dengan komunikator harus saling mempercayai, komunikasi tidak akan berhasil, tidak adanya rasa saling percaya akan menjadi hambatan dalam komunikasi.
2. Context (perhubungan atau pertalian)
Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi atau kondisi lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung. Seperti situasi atau keadaan sedang kacau, maka komunikasi akan terhambat sehingga komunikasi tidak berhasil
3. Content (kepuasan)
Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan, antara kedua belah pihak. Kepuasan ini akan tercapai apabila isi berita dapat dimengerti oleh pihak komunikan dan sebaliknya pihak komunikan mau member reaksi atau respn kepada pihak komunikator.
4. Clarity (kejelasan)
Kejelasan yang dimaksud disini adalah kejelasan yang meliputi kejelasan akan isi berita, kejelasan akan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan istilah-istilah yang digunakan dalam pengoperan lambang-lambang.
5. Contiunity And Consistency (kesinambungan dan konsisten)
Komunikasi harus dilakukan secara terus-menerus dan informasi yang disampaikan jangan bertentangan dengan informasi yang terdahulu.
6. Capability Of Audience (kemampuan pihak penerima berita)
Pengirim berita harus disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan pihak penerima berita. Janganlah mempergunakan istilah-istilah yang kemungkinan tidak dimengerti oleh pihak penerima berita.
7. Channels Of Distribution (saluran pengiriman berita)
Agar komunikasi berhasil, hendaknya dipakai saluransaluran komunikasi yang sudah biasa dipergunakan dan sudah dikenal oleh umum. Saluran komunikasi yang sering dipergunakan, biasa melalui media cetak seperti surat, bulletin, majalah atau melalui radio, televisi, dan telepon.
2.1.4.5. Indikator Komunikasi
Menurut (Fahraini & Syarif, 2022) indikator dalam mencapai komunikasi ada empat yaitu:
1. Pemahaman
Pemahaman adalah penerimaan yang tepat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini komunikator dikatakan efektif apabila penerima memperoleh pemahaman yang tepat atas pesan yang disampaikan.
2. Kesenangan
Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan terhadap orang yang berinteraksi dengan pihak yang lain.
3. Pengaruh pada sikap
Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikator dapat mempengaruhi sikap komunikan, tindakan mempengaruhi sikap bertujuan agar orang lain memahami ucapan kita dan menyetujui sesuai dengan yang kita inginkan.
4. Hubungan baik
Secara keseluruhan, komunikasi yang efektif memerlukan suasana psikologis yang pasif dan penuh kepercayaan. Salah satu kegagalan dalam berkomunikasi adanya gangguan dalam berhubungan insani yang berasal dari kesalahpahaman.
2.1.5. Kinerja Guru
2.1.5.1. Pengertian Kinerja Guru
Menurut (Hendri, 2020) kinerja guru merupakan prestasi yang dicapai sebagai hasil kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, sesuai kewenangan dan kemampuan yang dimiliki.
Menurut (Muspawi, 2021) kinerja guru adalah suatu tuntutan yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah serta menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru selama melakukan aktivitas pembelajaran.
Menurut (Zein & Hadijah, 2018) kinerja adalah suatu yang diraih dan diperlihatkan melalui kemampuan kerja dan hasil kerja yang tidak hanya dilakukan secara individu namun juga kerjasama tim dalam organisasi.
Menurut (Guntoro, 2020) kinerja guru adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja.
Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah suatu yang diraih dan diperlihatkan melalui kemampuan kerja dan hasil kerja yang tidak hanya dilakukan secara individu, namun juga kerjasama tim dalam organisasi.
2.1.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Menurut (Hartanti & Yuniarsih, 2018) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah sebagai berikut:
1. Personal factor
Faktor yang ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi dan komitmen individu.
2. Leadership factor
Faktor yang ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.
3. Team factor
Faktor ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja.
4. System factor
Faktor yang ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi.
5. Contextual/situasional factor
Faktor yang ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal
2.1.5.3. Indikator Kinerja Guru
Menurut (Hadiati, 2018) bahwa indikator kinerja guru yang kompeten antara lain adalah:
1. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar
Proses merancang rencana pembelajaran yang efektif dan menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk pelaksanaan pengajaran.
2. Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa
Kemampuan seorang guru untuk memiliki pemahaman mendalam dan komprehensif terhadap materi yang akan disampaikan.
3. Penguasaan metode dan strategi mengajar
Kemampuan seorang guru untuk memahami, memilih, dan mengimplementasikan berbagai pendekatan pembelajaran secara efektif.
4. Pemberian tugas kepada siswa
Kegiatan yang melibatkan pemberian tugas diluar jam pelajaran regular. Tugas tersebut diberikan dengan tujuan untuk melibatkan siswa dalam pemahaman konsep pembelajaran, meningkatkan keterampilan serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk berlatih dan menerapakan pengetahuan yang telah dipelajari.
5. Kemampuan mengelola kelas
Kemampuan seorang guru dalam menciptakan dan mempertahankan lingkungan belajar yang efektif, terstruktur, dan positif di dalam kelas.
6. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.
Keterampilan seorang guru dalam mengukur kemajuan, pemahaman, dan prestasi siswa.
2.1.5.4. Penilaian Kinerja
Menurut (Rika Anggraini, 2017) agar penilaian kinerja guru mudah dilaksanakan serta membawa manfaat diperlukan pedoman dalam penilaian kinerja. Pedoman penilaian terhadap kinerja guru mencakup:
a. Kemampuan dalam memahami materi bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Keterampilan metodologi, yaitu merupakan keahlian penyampaian bahan pelajaram dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
c. Kemampuan berinteraksi dengan peserta didik sehingga tercipta suasana yang kondusif yang bisa memperlancar pembelajaran.
d. Adanya sikap profesional yang menentukan keberhasilan seseorang guru di dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan panggilan sebagai seorang guru.
2.1.5.5. Syarat-syarat penilaian kinerja
Menurut (Rika Anggraini, 2017) adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penilaian kinerja, yaitu:
a. Praktis
Keterkaitan langsung dengan pekerjaan seseorang adalah bahwa penilaian ditunjukkan pada akhlak dan sikap yang menentukan keberhasilan menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
b. Kejelasan standar
Standar adalah tolak ukur seseorang dalam melakukan pekerjaannya.
Agar mendapatkan nilai yang tinggi standar itu harus pula mempunyai nilai kompetitif, dalam arti bahwa dalam penerapannya harus dapat berfungsi sebagai alat pembanding antara prestasi kerja seseorang dengan yang lainnya yang melakukan pekerjaan yang sama.
c. Kriteria yang objektif
Kriteria yang dimaksud adalah berupa ukuran-ukuran yang memenuhi syarat seperti mudah digunakan, cekatan, dan memberikan informasi tentang perilaku yang menentukan keberhasilan dalam melakukan pekerjaan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti –
Tahun
Metode
Penelitian Hasil Kesamaan Perbedaan
1 (Siregar et al., 2022)
Objek:
Guru SMK Al- Wasliyah Pasar Senen Medan.
Jumlah sampel:
60 orang.
Alat analisis:
Ada pengaruh Kepemimpinan, Disiplin Kerja, Komunikasi terhadap Kinerja Guru SMK Al-Wasliyah Pasar Senen Medan.
- Variabel Komunikasi (X3).
- Varibel Kinerja Guru (Y).
- Penelitian ini dilakukan di SMK Al- Wasliyah Pasar Senen Medan.
Analisis regresi linier berganda.
- Menggunakan variabel Kepemimpina n Kepala Sekolah sebagai (X1).
- Variabel Disiplin Kerja sebagai (X2).
2 (Haq et al., 2019)
Objek:
Tenaga pendidik dan
kependidikan Madrasah Tsanawiyah Diniyyah Putri Lampung.
Jumlah sampel:
55 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi sederhana dan analisis regresi linier berganda.
Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Kepuasan Kerja berpengaruh positif dan signifikan.
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Diniyyah Putri Lampung.
- Menggunakan variabel Kepemimpina n Kepala Sekolah sebagai (X1).
- Disiplin Guru sebagai (X2).
3 (Diana et al., 2020)
Objek:
Guru di SMP Negeri 1 Prabumulih.
Jumlah sampel:
68 orang.
Alat analisis:
Analisis korelasi dan regresi ganda.
Motivasi kerja dan komunikasi interpersonal mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1 Prabumulih.
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Prabumulih.
- Menggunakan variabel Motivasi Kerja sebagai (X1).
- Komunikasi Interpersonal sebagai (X2).
4 (Irawan et al., 2023)
Objek:
Guru di SMK Muhammdiyah Kabupaten Wonosobo.
Jumlah sampel:
63 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi ganda.
Kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan kerja, dan komunikasi interpersonal secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kinerja guru.
- Variabel Lingkungan Kerja (X2).
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di SMK
Muhammadiy ah Kabupaten Wonosobo.
- Menggunakan variabel Kepemimpina n Kepala
Sekolah sebagai (X1).
- Komunikasi Interpersonal sebagai (X3).
5 (Priyono et al., 2018)
Objek:
Guru SMAN 1 Tanggul Jember.
Jumlah sampel:
40 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi ganda.
Gaya
Kepemimpinan, Motivasi guru, dan Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Tanggul Jember.
- Menggunakan variabel Gaya Kepemimpina n sebagai (X1).
- Motivasi guru sebagai (X2).
- Lingkungan Kerja Fisik sebagai (X3).
6 (Sugiarto, 2018)
Objek:
Guru SMA di Kota Wates.
Jumlah sampel:
68 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi ganda dengan Teknik
sampling jenuh.
Kepemimpinan tranformasional kepala sekolah, lingkungan kerja, dan budaya sekolah secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kinerja guru.
- Variabel Lingkungan Kerja (X2).
- Varibel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di SMA Kota Wates.
- Menggunakan variabel Kepemimpina n
Transformasio nal Kepala Sekolah sebagai (X1).
- Budaya Sekolah sebagai (X3).
7 (Sari, 2018)
Objek:
Guru di SMK Negeri 10 Kecamatan Sungai Gelam.
Jumlah sampel:
35 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi ganda.
Terdapat pengaruh signifikan
lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK Negeri 10 Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
- Variabel Lingkungan Kerja (X1).
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 10 Kecamatan Sungai Gelam.
- Menggunakan variabel Motivasi Kerja sebagai (X2).
- Metode Penelitian.
8 (Kadri, 2013)
Objek:
Guru SMA Theresiana 1 Semarang.
Jumlah sampel:
40 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi ganda.
Kepemimpinan dan motivasi
berpengaruh terhadap kinerja guru, namun lingkungan kerja berpengaruh positf tetapi tidak
signifikan terhadap kinerja guru.
- Variabel Kepemimpin an (X1).
- Variabel Lingkungan Kerja (X3).
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di SMA Theresiana 1 Semarang.
- Menggunakan variabel Motivasi sebagai (X2).
9
(Lismawati Munthe, 2021)
Objek:
Guru dan Karyawan MAN 1 Kota Batam.
Jumlah sampel:
109 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi.
Komunikasi, Disiplin Kerja dan
Pengawasan Kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru dan Karyawan MAN 1 Kota Batam.
- Variabel Komunikasi (X1).
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Kota Batam.
- Menggunakan variabel Disiplin Kerja sebagai (X2).
- Menggunakan variabel Pengawasan Kerja sebagai (X3).
10 (Lestari, 2023)
Objek:
Guru SMK Yapek Gombong.
Jumlah sampel:
46 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi ganda dengan Teknik
sampling jenuh.
Disiplin dan Lingkungan Kerja Fisik berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru SMK Yapek Gombong.
Sedangkan Komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru SMK Yapek Gombong.
- Variabel Komunikasi (X1).
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di SMK Yapek Gombong.
- Menggunakan variabel Disiplin sebagai (X2).
- Menggunakan variabel Lingkungan Kerja Fisik sebagai (X3).
11 (LAILA, 2020)
Objek:
Guru dan tenaga kependidikan MTs Ma’arif NU 01
Gandrungmang u kabupaten Cilacap.
Jumlah sampel:
32 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi ganda dengan Teknik
sampling jenuh.
Kepemimpinan, komunikasi dan motivasi mempengaruhi kinerja guru dan tenaga kependidikan MTs Ma’arif NU 01 Gandrungmangu kabupaten Cilacap.
- Variabel Kepemimpin an (X1).
- Variabel Komunikasi (X2).
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di MTs Ma’arif NU 01 Gandrungman gu kabupaten Cilacap.
- Menggunakan variabel Motivasi sebagai (X3).
12 (Darmawan, 2015)
Objek:
Pegawai Inspektorat Kota Palu.
Jumlah sampel:
48 orang.
Alat analisis:
Analisis regresi ganda.
Secara simultan komunikasi,
komitmen organisasi dan motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai dan tidak ada perbedaan kinerja pegawai Laki-laki dan Perempuan di Inspektorat Palu.
- Variabel Komunikasi (X1).
- Variabel Kinerja Guru (Y).
- Metode Penelitian.
- Penelitian ini dilakukan di Kantor Inspektorat Kota Palu.
- Menggunakan variabel Komitmen Organisasi sebagai (X2).
- Menggunakan variabel Motivasi sebagai (X3).
2.3. Kerangka Pemikiran
2.3.1. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru
Kepemimpinan adalah wujud dari kualitas individu dalam memberikan arahan serta memotivasi orang-orang sekitar sehingga mampu memimpin, membimbing, dan menginspirasi mereka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama (Mukti, 2018). Disamping hal tersebut, berikut peneliti terdahulu yang mengungkapkan tentang pengaruh kepemimpinan, yaitu:
• Siregar et al (2022): Menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru di SMK Al-Wasliyah Pasar Senen Medan serta sangat diperlukan dalam membentuk lingkungan pendidikan yang efektif dan produktif.
• Diana (2020): Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja yang tinggi dan kemampuan komunikasi yang baik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMP Negeri 1 Prabumulih.
• Irawan (2023): Setelah melakukan penelitian variabel kepemimpinan, variabel lingkungan kerja, dan variabel komunikasi secara bersama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.
Kepemimpinan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kerjasama dan hubungan yang baik, dengan kepemimpinan yang baik maka guru akan merasa termotivasi dan terinspirasi untuk memberikan yang terbaik dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Oleh karena itu, terdapat dugaan bahwa pengaruh
positif kepemimpinan di SMP Sejahtera 2 Cileungsi bekerjasama pada peningkatan kinerja guru di lingkungan tersebut.
2.3.2. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru
Lingkungan kerja adalah segala aspek atau faktor yang memiliki kemampuan untuk memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap kinerja dan tingkat kepuasan kerja karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan (Sihaloho & Siregar, 2020). Pengaruh lingkungan kerja juga pernah menjadi topik yang diujikan oleh peneliti sebelumnya, antara lain adalah:
• Priyono (2018): Penelitian tersebut menghasilkan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMAN 1 Tanggul Jember.
• Sugiarto (2018): Menunjukkan hasil variabel lingkungan kerja memiliki dampak positif terhadap kinerja guru di SMA Kota Wates.
• Sari (2018): Menunjukkan variabel lingkungan kerja mempengaruhi kinerja guru di SMK Negeri 10 Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
Lingkungan kerja yang kondusif melibatkan faktor-faktor seperti fasilitas yang baik, dukungan rekan antar kerja, dan suasana kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan kinerja guru di SMP 2 Sejahtera Cileungsi.
2.3.3. Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Guru
Komunikasi adalah pemindahan maksud atau pemahaman dari satu individu ke individu lainnya, bukan hanya melalui kata-kata yang diucapkan dalam percakapan saja, tetapi juga melalui ekspresi wajah, intonasi, dan titik putus
vokal menciptakan pemahaman yang lebih luas dan mendalam. Di samping hal itu, ada beberapa penelitian yang menunjukkan pengaruh komunikasi:
• LAILA (2020): Penelitian ini menunjukkan variabel komunikasi mempengaruhi kinerja guru dan tenaga kependidikan MTs Ma’arif NU 01 Gandrungmangu kabupaten Cilacap.
• Lismawati, Munthe (2021): Menunjukkan komunikasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru dan Karyawan MAN 1 Kota Batam.
• Darmawan (2015): Setelah melakukan penelitian didapatkan hasil variabel komunikasi secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai dan tidak ada perbedaan kinerja pegawai Laki-laki dan Perempuan di Inspektorat Palu.
Proses komunikasi yang efektif antara guru, rekan kerja, dan pihak sekolah dapat menciptakan pemahaman yang jelas terkait tujuan pendidikan, metode pengajaran, serta kebijakan sekolah. Komunikasi yang baik juga memfasilitasi pertukarana ide, pengalaman, dan umpan balik yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan kerjasama antara staf pengajar. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa komunikasi berperan penting dalam memengaruhi kinerja guru di SMP Sejahtera 2 Cileungsi.
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pengaruh antar variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Alur Pikir
Alur Sumber
Kepemimpinan → Kinerja Guru / H1 (Mukti, 2018 ; Muspawi, 2021) Lingkungan Kerja → Kinerja Guru / H2 (Sihaloho & Siregar, 2020 ; Muspawi
2021)
Komunikasi → Kinerja Guru / H3 (Septiyana, 2020 ; Muspawi, 2021)
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pembahasan dalam latar belakang, landasan teori, dan kerangka berfikir, maka alur formulasi yang diajukan untuk diuji kebenarannya dalam penelitian yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi, sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
H2 : Terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru di Sekolah Kepemimpinan (X1)
Mukti (2018)
Lingkungan Kerja (X2) Sihaloho & Siregar (2020)
Komunikasi (X3) Septiyana (2020)
Kinerja Guru (Y) Muspawi (2021)
Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
H3: Terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
40 BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama 2 yang beralamat di Jl. Raya Cileungsi Desa Cileungsi Kidul Kecamatan Cileungsi, Bogor Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan, sesuai tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Rencana Penelitian Kegiatan
Nov, Des 2023 –
Jan 2024 Mei 2024 Jul 2024
I II III IV I II III IV I II III IV Penelitian Pendahuluan
Penyusunan Proposal Pengumpulan Data Analisis Data Pelaporan
3.2. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research tipe kausal yang berupaya menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. Lingkup penelitian ini adalah menguji pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, dan Komunikasi terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama Sejahtera 2 Cileungsi.
Terdapat 4 variabel penelitian yaitu, 3 (tiga) variabel independent dan 1 (satu) variabel dependen. Variabel independent yang pertama itu Kepemimpinan dengan simbol X1, variabel yang kedua yaitu Lingkungan Kerja dengan simbol X2, dan variabel ketiga yaitu Komunikasi dengan simbol X3, dan satu variabel
dependen yaitu Kinerja Guru dengan simbol Y. Kerangka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
3.3. Operasional Variabel
Definisi konseptual dan operasionalisasi variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala Item
Kepemimpinan (X1) kepemimpinan adalah pengaruh, seni, atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha kearah tercapainya tujuan organisasi (H. Husaini &
Fitria, 2019).
1. Kemampuan untuk membina kerjasama dan hubungan yang baik 2. Kemampuan yang
efektivitas
3. Kepemimpinan yang partisipatif
4. Kemampuan dalam mendelegasikan tugas atau waktu
5. Agresif dalam bekerja
Skala 1 – 5
1,2
3,4
5,6
7,8
9,10
Lingkungan Kerja (X2) 1. Suasana kerja. Skala 1,2,3