PROSES BELAJAR DALAM
PENYULUHAN
Penyuluhan ditinjau dari teori pembelajaran (learning theory) merupakan pendidikan orang dewasa yang harus dibedakan dengan pendidikan formal lainnya
Sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan kegiatan penyuluhan dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh masyarakat sasaran.
Sehubungan dengan proses belajar didalam
pelaksanaan penyuluhan diperlukan
pemahaman lebih lanjut terhadap:
PENGERTIAN BELAJAR
Sebenarnya apa itu belajar?, apakah belajar hanya berpikir atau membaca buku? dan apakah arti belajar yang sesungguhnya?.
Menurut Thursan Hakim: belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
JENIS-JENIS BELAJAR
1. Multiple Discrimination, yaitu kemampuan untuk memberikan respon yang benar terhadap beragam stimulus yang berbeda
2. Belajar Konsep (Concept Learning), yaitu mengabstraksikan ide atau realita dalam pikirannya, dan berdasarkan konsep yang disusunnya tersebut yang bersangkutan akan memberi respon yang tepat menurut konsep yang dikuasainya
3. Belajar Prinsip (Principle Learning), yaitu mempelajari hubungan konsep-konsep yang memiliki arti tertentu menurut aturan tertentu
4. Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving Learning), yaitu mempejari cara-cara memecahkan masalah yang sedang dihadapai
CARA-CARA BELAJAR
1. Belajar Dengan Peniruan (Trimition Learning)
Belajar dengan peniruan merupakan proses belajar yang dilakukan melalui peniruan atas ide atau contoh-contoh (baik berupa obyek maupun kegiatan yang dapat diamati)
2. Belajar Dengan Kondisi/Kebiasaan (Condicionaring)
Pada proses belajar seperti ini, warga belajar dihadapakan pada kondisi-kondisi tertentu yang mendukung dan merangsang proses belajar
3. Belajar Dengan Mengartikan (Meaningfull Learning)
Pada proses belajar seperti ini, warga belajar diberikan sebanyak mungkin rangsangan untuk menggunakan pikirannya guna mengartikan segala sesuatu yang diajarkan
4. Belajar Dengan Kesadaran
BERHASIL
FRUSTASI
KESADARAN/USAHA ATIF UTK BELAJAR MOTIVASI BELAJAR
TUJUAN KEBUTUHAN
KEINGINAN KEMAUAN
GAGAL
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
1. Prinsip Latihan, yaitu proses belajar yang dibarengi dengan aktivitas fisik untuk lebih merangsang kegiatan anggota badan, melalui proses belajar atau belajar sambil melakukan kegiatan yang dialami oleh warga belajar
2. Prinsip Menghubung-hubungkan, yaitu proses belajar dengan cara menghubung- hubungkan perilaku lama dengan stimulus- stimulus baru
3. Prinsip Akibat, yaitu belajar dengan melihat/mempertimbangkan manfaat yang diperoleh dari suatu kegiatan penyuluhan
4. Prinsip Kesiapan, yaitu proses belajar dengan memperhatikan kesiapan fisik dan mental, baik bagi penyuluh maupun sasaran penyuluhan
CIRI-CIRI KEGIATAN BELAJAR
1. Belajar adalah proses aktiv dan tidak ada kegiatan “belajar” yang tanpa aktivitas
2. Belajar hanya dapat dilakukan untuk individu yang belajar
3. Kemampuan belajar setiap individu tidak sama
4. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman
5. Proses belajar melalui indera
6. Proses belajar dipengaruhi oleh kebutuhan yang dirasakan
7. Proses belajar dihambat atau didorong oleh hasil belajar yang pernah diraih
8. Proses belajar dipengaruhi oleh lingkungan belajar
FAKTOR-FAKTOR
PSIKOLOGIS YANG
MEMPENGARUHI BELAJAR
1.
Tujuan belajar
2.
Tingkat aspirasi atau cita-cita
3.
Pengertian tentang hal yang dipelajari
4.
Pengetahuan tentang keberhasilan dan kegagalan
5.
Umur
6.
Kapasitas Belajar
7.
Bakat
PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Dalam kegiatan penyuluhan proses belajar/pendidikan yang dilakukan adalah (adult education/andragogie), yaitu:
Proses belajar mengajar yang berlangsung secara lateral/horizonta, sebagai proses belajar bersama yang partisipatip dimana semua pihak yang terlibat saling bertukar informasi, pengetahuan, dan pengalaman.
Kedudukan penyuluh tidak berada diatas atau lebih tinggi dibanding petaninya, melainkan dalam posisi sejajar.
Peran penyuluh bukan sebagai guru yang harus menggurui petani/masyarakat, melainkan sebatas sebagai fasilitator yang membantu proses belajar.
Dalam persiapan kegiatan penyuluhan perlu memperhatikan karakteristik orang dewasa yang pada umumnya telah mengalami “kemunduran” penglihatan, pendengaran, dan daya tangkap atau penalaran
Materi penyuluhan harus berangkat dari
“kebutuhan yang dirasakan”, terutama menyangkut:
1. Kegiatan yang sedang dan akan segera dilakukan
2. Masalah yang sedang dan akan dihadapi
3. Perubahan-perubahan yang diperlukan
Tempat dan waktu pelaksanaan penyuluhan sebaiknya disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat
Keberhasilan proses belajar tidak diukur dari
seberapa banyak terjadi transfer of
knowledge, tetapi lebih memperhatikan
seberapa jauh terjadi dialog/diskusi antar
peserta kegiatan
Berkaitan dengan proses belajar yang berlansung dalam kegiatan penyuluhan, perlu diperhatikan pentingnya:
1. Proses belajar yang tidak harus melalui sistem sekolah yang memungkinkan semua peserta dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan bersama
2. Tumbuh dan berkembangnya semangat belajar seumur hidup dalam arti pentingnya rangsangan, dorongan, dukungan, dan pendampingan terus menerus secara berkelanjutan
3. Tempat dan waktu penyuluhan harus disepakati dulu dengan peserta kegiatan dengan lebih mempertimbangkan kepentingan/kesediaan mereka
4. Tersedianya perlengkapan penyuluhan (alat bantu/alat peraga)
1. Materi ajaran tidak harus bersumber dari texbook tetapi dapat dari media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, pertunjukan kesenian, dll.
2. Materi ajaran tidak harus baru (up to date), tetapi dapat juga berupa cerita kuno, atau praktek-praktek lama yang sebenarnya sudah pernah dilakukan tetapi telah lama ditinggalkan.
3. Sumber bahan ajar tidak harus berasal dari orang pintar, tokoh masyarakat atau pejabat tetapi dari siapa saja
4. Pengembangan kebiasaan untuk bersama-sama mengkaji atau mengkritisi setiap inovasi
5. Kehadiran fasilitator atau narasumber tidak selalu harus diterima sebagai penentu, tetapi cukup sebagai pertimbangan