Untuk itu perlu dilakukan pengujian dan pengkajian Ranperda RTRWP Riau dengan melakukan kajian publik. Pemberlakuan skema daerah RTRWP Riau bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, keputusan Mahkamah Konstitusi, dan kebijakan pemerintah terkini.
DAFTAR PETA
DAFTAR TABEL
Dari Gubernur Riau Ke DPRD Provinsi Riau
Mereka menerima hasil kerja Panitia Khusus (Pansus) yang membahas Perda RTRWP Riau menjadi Perda RTRWP Riau. Munculnya kasus korupsi Annas Maamun, Gulat Manurung, dan Edison Marudut membuktikan proses pembahasan RTRWP Riau tidak transparan akibat perilaku koruptif.
PENDAHULUAN
- Perdebatan Draft RTRWP Riau
- Draft RTRWP Riau 2016-2036 Usulan Gubri
- Draft RTRWP Riau 2017-2037 Hasil Pansus RTRWP
- Temuan di Holding Zone
- Evaluasi Ranperda RTRWP 2017-2037 di Kemendagri
- Laporan ke Ombudsman dan KIP Riau
- Publik Review
Yang mengejutkan, rancangan RTRWP Perda Riau karya Andi Rachman memuat lahan milik Grup Duta Palma diubah dari kawasan hutan menjadi kawasan non hutan. Pada bulan Oktober 2017, Gubernur Riau menyerahkan Rancangan Peraturan Daerah RTRWP Riau kepada Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
PROSES RTRWP RIAU 1986 – 2017 TERKAIT KAWASAN HUTAN
- 1986-1988 Imam Munandar (Cerita TGHK 1986)
- 1988-1998 Soeripto
- 1998-2003 Saleh Djasid
- 2003-2013 Rusli Zainal
- 2013-2014 Mambang Mit
- 2014 Annas Maamun
- 2014-Sekarang Arsyad Juliandi Racman
Terkait kawasan hutan, Rusli Zainal menyarankan agar Menteri Kehutanan menyetujui perubahan kawasan hutan menjadi kawasan non hutan seluas ha. Keputusan ini memenuhi rekomendasi Timdu dengan mengubah kawasan hutan menjadi non hutan seluas 1.638.294 hektare. Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan saat itu, bersaksi di persidangan bahwa Surya Darmadi pernah menemuinya terkait perubahan kawasan hutan di lahan PT Duta Palma.
Yang mengejutkan, empat hari setelah penangkapan Annas Maamun oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tepatnya pada 29 September 2014, Zulkifli Hasan kembali menerbitkan Surat Keputusan 878/Menhut-II/2014 tentang kawasan hutan di Provinsi Riau seluas 1.300 hektar. hektar. Mengajukan permohonan persetujuan kepada DPR RI mengenai perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi kawasan non hutan yang berdampak penting dan mempunyai luas serta nilai strategis 134 ha. Menyusul perubahan kawasan hutan menjadi kawasan non hutan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan addendum keputusan Menteri Kehutanan SK 878/Menhut-II/2014 melalui keputusan No.903/MENLHK/.
Berkurangnya luas akibat perubahan peruntukan dari kawasan hutan menjadi kawasan bukan hutan sebagaimana tertuang dalam Keputusan SK.314/MENLHK/SETJEN/PLA.2/4/2016 Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tanggal 20 April 2016 dengan luas 65.125 ha. Dalam RTRWP Riau 2016-2035, Gubernur Riau mengusulkan agar kawasan hutan seluas 1.045.390 hektar menjadi kawasan non hutan.
KAWASAN HUTAN DAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DIINTEGRASIKAN KEDALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI KAWASAN HUTAN PROVINSI RIAU
KAWASAN HUTAN
Perubahan pengertian dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan diintegrasikan ke dalam perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Perubahan pengertian dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan dilaksanakan sebelum perubahan rencana tata ruang wilayah ditetapkan34. Perubahan pengertian dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan hasil penelitian tim terpadu.
Ketentuan mengenai tata cara perubahan peruntukan kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan diatur dengan peraturan pemerintah37. Pada tahun 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan PP Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh menteri berdasarkan hasil penelitian terpadu38.
Khusus untuk wilayah provinsi, keputusan menteri mengenai perubahan peruntukan lahan hutan menjadi wilayah provinsi diintegrasikan oleh gubernur dalam revisi rencana fisik wilayah provinsi40. Pengurangan luas akibat perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi kawasan bukan hutan sebagaimana tercantum dalam SK 314 adalah seluas 65.125 ha.
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
PENATAAN RUANG
Pada periode setelah terbitnya UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, penataan ruang kawasan hutan didasarkan pada peruntukan kawasan hutan dan peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan berdasarkan hasil percepatan. Pada periode setelah terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 yaitu UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, penataan ruang kawasan hutan harus memperhatikan usulan revisi RTRWP/RTRWK serta kebutuhan pembangunan infrastruktur, apalagi dengan semakin besarnya pemekaran wilayah administrasi pemerintahan daerah. Pada periode tahun 2007 – sekarang, dengan terbitnya UU No. 26 Tahun 2007 yaitu UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, penataan ruang kawasan hutan mengalami proses pemutakhiran sesuai dengan proses review RTRWP.
Hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dalam revisi RTRWP harus tetap mengacu pada kriteria teknis setiap fungsi pokok (konservasi, lindung, produksi) kawasan hutan. Kewenangan pemerintah provinsi dalam pengelolaan ruang antara lain meliputi penyelenggaraan penataan ruang46 dan juga mencakup penataan ruang provinsi47. Ketentuan mengenai isi, pedoman, dan tata cara penyusunan rencana tata ruang provinsi diatur dengan peraturan Menteri53.
Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dilakukan sebelum RTRWP disahkan menjadi Peraturan Daerah. Hasil kajian Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan judul Kajian Sistem Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bawah Direktorat Jenderal Perencanaan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia Tahun 2010.
ANALISIS TAHAPAN PEMBENTUKAN RTRWP
- Tahapan Perencanaan
- Tahapan Penyusunan
- Tahapan Pembahasan
- Tahapan Penetapan
Pada pasal 56 ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 ditemukan perintah yang berbunyi: “Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik.” Hal ini dipertegas kembali dengan Pasal 67 Perpres Nomor 87 Tahun 2014 ayat (4) yang berbunyi: “Pemrakarsa penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa instansi vertikal di bidangnya. kementerian meliputi pihak yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan pihak ketiga yang mempunyai keahlian sesuai dengan materi yang akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi.” Sebagaimana diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011), pembahasan rancangan peraturan daerah di dewan perwakilan rakyat daerah dilakukan oleh dewan perwakilan rakyat daerah bersama-sama dengan gubernur atau bupati/walikota. .
Penyampaian rancangan peraturan daerah provinsi yang telah disetujui bersama oleh DPRD provinsi dan gubernur, disampaikan oleh pimpinan DPRD provinsi kepada gubernur untuk ditetapkan sebagai peraturan daerah provinsi dalam waktu paling lama 7 (tujuh) tahun. hari sejak tanggal persetujuan bersama. Rancangan peraturan daerah provinsi ditetapkan oleh gubernur dengan tanda tangannya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah rancangan peraturan daerah provinsi disetujui bersama oleh DPRD daerah dan gubernur. Dalam hal gubernur tidak menandatangani rancangan peraturan daerah provinsi dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah rancangan peraturan daerah provinsi disetujui bersama, rancangan peraturan daerah provinsi tersebut berlaku sebagai peraturan daerah provinsi dan diundangkan. .
“Gubernur menyampaikan rancangan peraturan daerah provinsi mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah, pajak daerah, pajak daerah, dan rencana tata ruang daerah sebelum diumumkan dalam Berita Daerah Provinsi kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri untuk dievaluasi. sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.” .60. Penyusunan dan penetapan Prolegda provinsi dilakukan setiap tahun sebelum penetapan Proyek Peraturan Daerah Provinsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi.
ANALISIS SUBSTANSI RANPERDA RTRWP
Apakah hasil kajian dan rekomendasi Tim Terpadu benar-benar diterima oleh KLHK, khususnya perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi kawasan non hutan? Artinya kawasan hutan yang belum diakomodasi oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2014 bukanlah kawasan hutan sehingga statusnya tetap kawasan hutan. Rekomendasi perubahan kawasan hutan dan penetapan kawasan hutan baru di Provinsi Riau, berdasarkan kajian tim terpadu Juli 2012.
Namun belum jelas kapan hasil dan kajian Tim Terpadu merekomendasikan perubahan kawasan hutan menjadi kawasan non hutan. Apakah perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi non hutan hanya untuk kepentingan perusahaan dan pengusaha kelapa sawit? Apakah proses ini menunjukkan adanya praktik korupsi dan pencucian uang dalam perubahan peruntukan kawasan hutan di Riau?
Berdasarkan hasil di atas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan harus berhati-hati dalam menyetujui perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi kawasan non hutan. Fungsi kawasan hutan dalam usulan kawasan Holding Zone adalah HPT (Hutan Produksi Terbatas), HP (Hutan Produksi Tetap), dan HPK (Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi). Kemudian perintah perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan diintegrasikan ke dalam Peraturan Daerah RTR-WP.
Lemahnya regulasi dalam pengelolaan kehutanan menyebabkan rentannya korupsi dalam pengelolaan kawasan hutan.
IMPLIKASI PENGESAHAN RANPERDA RTRWP RIAU 2017 – 2037
Pada masa Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melepas 7 korporasi sawit dari kawasan hutan setelah mengeluarkan SK 903. Jika korporasi sawit itu berfungsi HPK lalu menjadi APL, maka kawasan hutan di luarnya diperuntukkan untuk pengembangan. Namun jika fungsi HP, HPT, dan HL langsung diubah menjadi APL, hal tersebut bertentangan dengan Pasal 42 PP 10/2010 tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan.
Temuan Eyes on the Forest di lapangan, 62 korporasi sebelum SK 673 dan SK 903 diterbitkan, berada di kawasan hutan tanpa izin pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan. Sedangkan ayat 2: Pusat pemukiman, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang berada dalam kawasan hutan, selanjutnya dapat dimanfaatkan secara langsung sesuai dengan peruntukannya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dusun ini dibangun oleh perambah terorganisir yang membangun pemukiman dan perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan.
Untuk mencegah cukong menguasai tanah, tim RETN mendorong mekanisme PS dengan hutan desa di kawasan RETN, namun dengan adanya Pasal 74(1) dan (2), desa akan dikurung dan hal ini akan semakin memperkuat posisi dan keuntungan dari baron. di TNTN menguasai lahan legal – Dulu ilegal karena berada di kawasan hutan – karena tertutup kawasan hutan. Selain RETN, perambahan kawasan hutan oleh cukong dan perusahaan juga terjadi di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Taman Nasional Zamrud dan Hutan Lindung Bukit Betabuh, SM Balai Raja dan SM Rimbang Baling70.
PENUTUP
KESIMPULAN
REKOMENDASI
Born in Kampar on November 10, 1969, he started working for WWF-Indonesia in 1995 as a field coordinator in a project based in Bukit Tigapuluh National Park, which spans two provinces, Riau and Jambi. WWF-Indonesia's Forest Crime Unit (FCU), led by Samsu, is investigating illegal logging in the Tesso Nilo province and found that APP and APRIL were harvesting the forest through illegal practices. A coalition consisting of Jikalahari (Riau Network to Save Natural Forest), Walhi Riau (Friends of Earth Indonesia) and WWF-Indonesia led by Samsu as coordinator.
The EoF coalition has been investigating deforestation from the pulp and paper industry and forest crime such as corruption, and in the past two years they have also been investigating illegal palm oil plantations in nature reserves. APP declared its Forest Conservation Program (FCP) in 2013 and is implementing a moratorium on logging, despite the process and development still needing improvement and intensive monitoring of implementation by CSO, including the EoF Coalition. Nursamsu has been leading the monitoring of palm oil traceability as EoF's working menu since the investigation into illegal palm oil plantations in Tesso Nilo National Park in 2013.
The EoF Coalition has helped law enforcement arrest corrupt officials involved in pulp and paper licensing in 2009-2014 and palm oil-related corruption in 2015. And Eyes on the Forest has been awarded by WWF-Indonesia as the most dedicated team that has received recognition from national and international organizations. international sides.