i
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA JARING-JARING PRISMA SEGI EMPAT MATA
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SDIT LHI
Proposal Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas Dosen Pengampu : Dr. Dra. Elly Arliani, M.Si
Oleh:
Putri Septiana (22121299931) Kelas C-PGSD PPG HALAMAN JUDUL
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
ii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
DAFTAR ISI ...ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Pembatasan Masalah ... 5
1.4 Rumusan Masalah ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 5
1.6 Manfaat Penelitian ... 5
1.6.1 Manfaat Teoretis ... 5
1.6.2 Manfaat Praktis ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1 Kajian Teori ... 7
2.1.1 Hakikat Pembelajaran Abad 21 ... 7
2.1.2 Hakikat Kemampuan Berpikir Kritis ... 11
2.1.3 Media Pembelajaran ... 15
2.1.4 Media Pop Up Book ... 17
2.1.5 Mata Pelajaran Matematika ... 19
2.1.6 Materi Jaring-Jaring Prisma Segi Empat ... 22
2.2 Penelitian yang Relevan ... 24
2.3 Kerangka Berpikir ... 26
2.4 Hipotesis Tindakan ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Desain Penelitian ... 29
3.3 Prosedur Penelitian ... 32
3.4 Subjek dan Objek Penelitian ... 33
iii
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.7 Instrumen Penelitian ... 35
3.8 Uji Validitas Instrumen ... 36
3.9 Teknik Analisis Data ... 36
3.10 Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
LAMPIRAN ... 40
Lampiran 1 Matriks Penelitian... 41
Lampiran 2 Kisi-Kisi Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 42
Lampiran 3 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 43
Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 44
Lampiran 5 Soal Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Pre Test) ... 45
Lampiran 6 Soal Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Post Test) ... 48
Lampiran 7 Perangkat Pembelajaran Matematika ... 51
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Capaian Pembelajaran Matematika ... 21 Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Lembar Penilaian Observasi Berpikir Kritis Siswa ... 35 Tabel 3. 2 Kisi-kisi Soal Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 36
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Jaring-Jaring Kubus ... 23
Gambar 2. 2 Jaring-Jaring Balok ... 24
Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir ... 27
Gambar 3. 1 Desain Penelitian Kemmis dan MC. Taggart...29
1 BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pada abad 21 perkembangan teknologi dan informasi semakin maju sehingga semua aspek kehidupan mempunyai tantangan yang semakin besar. Hal ini mendorong terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Saat ini pendidikan bukan hanya mengenai pengetahuan mata pelajaran yang diajarkan akan tetapi sekolah dituntut mampu menyiapkan peserta didik memasuki abad 21.
Menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab 1 Pasal 1, pendidikan merupakan usaha dengan sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaliam diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pengertian pendidikan tersebut tersirat bahwa pendidikan akan menjadikan peserta didik yang mempunyai kualitas dan keterampilan yang handal. Keterampilan penting dalam memasuki abad 21, meliputi kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi kompetensi.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2017 membahas Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 1, guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam pengertian guru tersebut tersirat bahwa guru sebagai fasilitator yang mengontrol siswa dalam kegiatan pembelajaran perlu menguasai empat kompetensi guru. Guru harus mampu mengetahui karakteriktistik siswa dan juga materi yang akan disampaikan.
Menurut Susanto (2016:19), pembelajaran merupakan usaha dalam mendapatkan ilmu pengetahuan, tabiat, penguasaan, kemahiran, pembentukan
2
sikap, dan keyakinan pada siswa melalui bantuan seorang guru. Dengan kata lain, pembelajaran proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Susanto (2016: 127) berpendapat kembali bahwa guru harus bisa menciptakan kemampuan berpikir kritis siswa melalui kegiatan pembelajaran.
Model dan media pembelajaran guru yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan perkembangan siswa dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan bernalar siswa.
Menurut Susanto (2016: 127-128), kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat dikembangkan apabila guru dapat memilih media pembelajaran yang sesuai dan dapat membantu siswa menumbuhkan kemampuan nalar yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Teori ini disambung dengan pendapat Tokan, P. Ratu Ile (2016: 91), bahwa seorang guru harus bisa menyesuaikan materi pembelajaran dengan media pembelajaran yang digunakan dan mampu mempertimbangkan media yang digunakan guru dengan kemampuan atau keterampilan dalam menggunakan media tersebut. Dari teori tersebut peneliti membuat simpulan bahwa guru perlu menggunakan media pembelajaran yamg sesuai dengan materi pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Menurut Susanto (2016: 121), berpikir tidak terlepas dari aktivitas siswa, karena berpikir merupakan ciri yang dapat membedakan manusia satu dengan lainnya. Berpikir mampu mempersiapkan siswa untuk berpikir disiplin atau dapat dipakai untuk pemenuhan kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik. Menurut Surya (2011:143), kemampuan berpikir kritis itu penting, dengan berpikir kritis memungkinkan seseorang untuk menganalisis, menilai, menjelaskan, dan merestrukturasi pemikiranmya sehingga dapat memperkecil resiko mendapatkan dan bertindak berdasarkan keyakinan atau infomasi yang salah. Berdasarkan teori mengenai pengertian dan pentingnya berpikir kritis peneliti tertarik untuk meneliti variabel kemampuan berpikir kritis siswa untuk menghadapi abad 21.
Menurut Euis Karwati (2019: 223), media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi ke pihak lain. Sedangkan
3
menurut National Education Association (NEA), media pembelajaran bentuk- bentuk komunikasi baik tercetak mapun audio visual serta peralatannya. Dengan demikian media pembelajaran merupakan alat penyalur pesan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat ditangkap oleh alat indera. Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh beberapa komponen yaitu kurikulum, pendidik, peserta didik, metode, materi, media pembelajaran, dan evaluasi. Menurut Euis Karwati (2019: 225), Media pembelajaran bermanfaat dalam mengongkretkan konsep-konsep yang abstrak. Sehingga kemampuan berpikir kritis atau penalaran akan meningkat jika menggunakan perantara media untuk memahamkannya.
Riyanto (2022: 6) berpendapat bahwa matematika adalah proses bernalar deduksi dari pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dibuktikan kebenarannya serta dari seperangkat anggapan tertentu yang berlaku. Matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak ayng tersusun secara hirarkis dan penalaran dedukttif. Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan eksak yang terstruktur dan bersifat abstrak sehingga perlu proses bernalar atau berpikir kritis dalam memecahkannya. Menurut Jean Piaget, siswa usia sekolah dasar masih dalam tahap operasional konkret sehingga perlu adanya benda konkrit yang membantu memahamkan dan membantu melatih kemampuan berpikir siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 di SDIT LHI terdapat beberapa permasalahan yang berpengaruh pada kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Permasalahan yang berpengaruh terhadap kurang optimalnya kemampuan berpikir kritis siswa dengan akar masalahnya yaitu terdapat 6 siswa dari 20 siswa yang aktif matematika dan mampu menjawab soal matematika, siswa belum mampu memecahkan masalah dengan penalaran yang tepat, dan guru jarang menggunakan media pembelajaran matematika. Hal tersebut menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang dan perlu ditingkatkan. Sedangkan media dan model pembelajaran guru dalam membelajarkan siswa sangat berpengaruh dalam meningkatkan berpikir kritis siswa.
Menurut Lailatus Suroiha dkk (2022), media pop-up book dapat
4
merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Proses pembelajaran yang diterapkan melalui pengunaan media pop-up book dapat mendorong siswa belajar dengan minat yang tinggi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan kata lain, aktivitas yang diciptakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan bantuan media pop-up book mempengaruhi proses pengembangan berpikir kritis siswa. Salah satu cara meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaan yang menarik. Dengan menggunakan media saat pembelajaran, secara otomatis siswa dapat merangsang pemikiran yang kritis dan logis. Media yang akan digunakan peneliti adalah media pop-up book.
Dewanti (2019) mengartikan bahwa pop-up book merupakan buku yang memiliki potensi adanya gerakan, serta interaksi dengan menggunakan kertas sebagai bahan pokok untuk membuat lepitan, lilitan, bentuk roda, ataupun berbentuk putaran. Definisi lain pop-up book adalah buku dengan bagian yang bergerak dan mengandung elemen 3 dimensi. Sejalan dengan makna tersebut, media pop-up book juga dapat menampilkan gambar dengan efek emboss (timbul) yang dapat menarik minat siswa dalam belajar. Halaman pop-up book juga dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran pilihan dan dirancang sesuai dengan kreativitas guru. Media pop-up book juga dapat merangsang imajinasi anak dan menambah pengetahuan anak. Hal ini mengetahui cara menjelaskan bentuk suatu benda, menambah kosa kata, memahami keterampilan anak, dan meningkatkan daya pikir kritis anak. Media pop-up book menjadi media pembelajaran yang luar biasa dan beraga.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Media Pop Up Book pada Jaring-Jaring Prisma Segi Empat Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SDIT LHI”.
5 1.2 Identifikasi Masalah
1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika.
2. Siswa kesulitan mengerjakan soal matematika yang diberikan guru.
3. Siswa belum mampu berpikir kritis sehingga dalam mengerjakan soal matematika masih terdapat kekeliruan.
4. Guru jarang menggunakan media pembelajaran pada mata pelajaran matematika.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemaparan identifkasi permasalahan di atas, peneliti membatasi permasalahan terkait siswa belum mampu berpikir kritis pada pelajaran matematika karena guru jarang menggunakan media pembelajaran.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana media pop up book dapat meningkatkan kemampuan berpikir kirtis pada jaring-jaring prisma segi empat mata pelajaran matematika siswa kelas V di SDIT LHI?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui media pop up book pada jaring-jaring prisma segi empat mata pelajaran matematika siswa kelas V SDIT LHI.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi objek, peneliti serta seluruh komponen yang terlibat dalam penelitian. Manfaat dari penelitian ini:
1.6.1 Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam penggunaan
6
media pembelajaran pada jenjang SD.
b. Penelitian ini senantiasa menjadi wahana untuk menerapkan kemampuan penelitian ilmiah dalam mengkaji permasalahan di bidang pendidikan pada jenjang SD.
1.6.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta Didik Anak mendapatkan stimulasi melalui kegiatan belajar yang tepat dan menyenangkan sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat meningkat.
b. Bagi Pendidik mendapatkan media pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran peserta didik tertarik belajar sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat meningkat, serta memberikan suatu media pembelajaran yang baru bagi pendidik agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
c. Bagi Kepala Sekolah memberikan rekomendasi strategi baru dalam meningkatkan pemahaman kemampuan berpikir kritis peserta didiknya.
d. Bagi peneliti dapat menambah wawasan peneliti mengenai penggunaan media pop up book yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran matematika.
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Pembelajaran Abad 21 2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan gabungan dari kegiatan belajar siswa dan guru dalam mengajar. Menurut Susanto (2016:19), pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik agar terjadi suatu proses pemerolehan ilmu pengetahuan, penguasaan, kemahiran, tabiat, keyakinan dan pembentukan sikap. Hal ini agar siswa dapat belajar dengan baik, namun kenyataannya kata pembelajaran diidentikan dengan kata mengajar.
Sejalan dengan itu, Kemendikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan bekerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013).
Menurut Suardi (2018: 7), pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah sebuah bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik agar mampu melakukan proses belajar dengan baik. Karena proses pembelajaran seseorang akan dialami sepanjang hayat dan berlaku kapanpun dimanapun mereka berada.
Simpulan dari penyataan pembelajaran merupakan suatu proses hubungan dimana terjadi interaksi baik antara peserta didik dengan pendidik dalam hal memperoleh serta memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan,dan sikap sesuai dengan perkembangan jaman era 21 yang menekanankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan bekerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
8 2.1.1.2 Prinsip Pembelajaran Abad 21
Anak sekolah dasar termasuk masa kanak-kanak yang akhir dengan usia sekitar 6 (enam) sampai 11 (sebelas) maupun 12 (dua belas) tahun, dimana mereka masih senang bermain, mudah berpengaruh dengan lingkungan, memiliki perasaan keiingin tahuan yang tinggi, dan senang membuat kelompok yang sepantaran. Guru mempunyai peranan dalam pengontrol kelas harus menciptakan suasana kelasnya yang kondusif dan menyenangkan. Berikut prinsip pembelajaran agar tercipta suasana yang menyenangkan menurut Susanto (2016: 87).
1. Prinsip motivasi yaitu usaha pendidik dalam memunculkan motivasi belajar siswa, baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa agar belajar sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
2. Prinsip latar belakang yaitu usaha guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan memperhatikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki siswa agar tidak terjadi pengulangan sehingga menimbulkan kebosanan pada siswa.
3. Prinsip pemusatan suatu perhatian yaitu bentuk usaha guru dalam memusatkan suatu perhatian siswa dengan cara memberikan permasalahan guna dicarikan solusinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara lebih terarah.
4. Prinsip keterpaduan yaitu suatu yang wajib ada dalam kegiatan belajar mengajar sehingga guru dalam penyampaian materi sebaiknya mengaitkan suatu pokok pembahasan dengan subpokok bahasan lainnya. Hal ini dilakukan agar siswa mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.
5. Prinsip pemecahan suatu permasalahan yaitu keadaan dimana kegiatan belajar dihadapkan pada masalah-masalah agar siswa peka dan mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Prinsip menemukan yaitu suatu aktivitas menumbuhkembangkan potensi pada diri siswa dalam mencari dan mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk informasi berupa fakta agar tidak terjadi kebosanan.
9
7. Prinsip belajar sambil bekerja adalah aktivitas yang orang lakukan didasari pengalamannya dalam rangka memperoleh serta mengembangkan pengalaman baru siswa yang sulit untuk lupakan.
8. Prinsip belajar sambil bermain adalah suatu aktivitas yang membuat hati siswa dalam kegiatan proses belajar, bermain akan mendapatkan ilmu kognitif, ilmu afektif, dan ilmu imajinasi belajar siswa.
9. Prinsip perbedaan dalam individu yaitu cara yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan melihat dan mempertimbangkan perbedaan yang ada dalam individu berdasarkan level sifat, latar belakang keluarganya, dan kecerdasan. Oleh karena itu, guru dalam memperlakukan semua siswa tidak sama.
10. Prinsip interaksi sosial adalah memberikan pengetahuan bahwa lingkungan sosial mempengaruhi masa anak yang mengalami pertumbuhan. Belajar mengajar dilakukan dengan kelompok kecil sehingga dapat melatih siswa untuk kerjasama dan saling menghargai.
Permendikbud No.65 tahun 2013 mengemukakan 14 prinsip pembelajaran terkait dengan implementasi kurikulum 2013. Kemudian Jenniife Nichols (dalam Daryanto 2017:9), menyederhanakan menjadi empat prinsip pembelajaran pembelajaran abad 21 berikut.
a) Intruction should be student-centered atau instruksi harus berpusat pada siswa.
Subyek pembelajaran atau peserta didik untuk aktif dalam pengembangan minat dan potensinya yang dimiliki.
b) Education should becollaborative atau pendidikan harus kolaboratif.
Setiap guru yang melakukan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah harus memperhatikan dan mengaplikasikan prinsip pembelajaran sehingga terjadi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi peserta didik. Apabila hanya mengandalkan penyampaian materi kepada peserta didik akan hanya sampai pada aspek ingatan dan pemahaman.
c) Learning should have context atau belajar harus mempunyai konteks.
Pembelajaran akan tidak berarti dan tidak bermakna apabila tidak memberikan perubahan dalam kehidupan peserta didik di luar sekolah. Oleh karena itu,
10
untuk menghubungkan peserta didik dengan dunia nyata, guru mengembangkan perlu metode pembelajaran.
d) Schools should be integrated with society atau sekolah harus diintegrasikan dengan masyarakat.
Sekolah seharusnya memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk ikut serta dalam lingkungan sosialnya dalam upaya mempersiapkan peserta didik yang bertanggung jawab. Kekuatan teknologi dan internet peserta didik dapat berbuat lebih banyak karena ruang gerak peserta didik tidak hanya terletak pada lingkungan sekolah dan rumah akan tetapi dapat menjangkau masyarakat di seluruh dunia. Oleh karena itu, dengan adanya pendidikan harus dapat membantu peserta didik menjadi warga digital yang bertanggungjawab.
Berdasarkan prinsip pembelajaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prinsip pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet sehingga peserta didik memiliki ruang gerak sosial yang luas hingga seluruh belahan dunia dan pendidikan mempunyai peranan dalam membantu peserta didik yang bertanggungjawab dalam dunia digital.
2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Abad 21
Pendidikan mempunyai hubungan erat dengan pembelajaran yang terjadi di sekolah. Menurut Susanto (2016: 89), pendidikan pada sekolah dasar melalui pembelajaran mempunyai tujuan dapat memberikan bekal keterampilan dasar siswa dalam membaca, menulis, menghitung, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Singkatnya pembelajaran bertujuan agar anak mempunyai bekal kemampuan dasar baca tulis melalui sebuah pendidikan.
Menurut Hamalik (2017: 76), kunci dalam menentukan tujuan pembelajaran adalah disesuaikan dengan kebutuhan siswa, mata ajaran yang akan diberikan kepada siswa, dan berasal dari guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai dalam pembelajaran, dikembangkan, dan diapresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam
11
kurikulum dapat ditentukan hasil pendidikan yang hendak diinginkan. Sedangkan berdasarkan guru adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan guru harus mampu menuliskan maupun memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat terukur.
Menurut Susanto (2016: 127), dengan pembelajaran mempunyai tujuan supaya guru mampu menciptakan kemampuan berpikir kritis pada siswa dalam rangka mempersiapkan generasi pada abad 21. Hal ini berarti guru mampu memberikan dukungan dan kesempatan bagi siswa dalam mengembangkan kemampuannya berpikir kritis dengan memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang cocok dengan materi yang diajarkan. Dengan kata lain pembelajaran bertujuan untuk menjadikan siswa memiliki kemampuan berpikir kritis melalui bantuan dari guru.
Simpulan dari tujuan pembelajaran adalah memberikan bekal keterampilan dasar dan kemampuan dasar dalam membaca, menulis, menghitung, dan pengetahuan yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya sehingga siswa mampu berpikir kritis dengan bantuan guru.
2.1.2 Hakikat Kemampuan Berpikir Kritis 2.1.2.1 Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Susanto (2016: 121), berpikir tidak lepas dari kegiatan dan perilaku siswa, karena berpikir merupakan penanda yang membedakan manusia satu dengan lainnya. Berpikir mampu mempersiapkan siswa untuk berpikir disiplin untuk seseorang pakai dalam memenuhi kebutuhan intelektual dan dalam mengembangkan potensi siswa. Berpikir kritis merupakan aktivitas melalui berpikir tentang ide gagasan yang berkaitan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan. Berpikir kritis berkaitan dengan asumsi bahwa berpikir merupakan potensi terdapat pada manusia yang perlu dikembangkan untuk kemamapuan yang optimal.
Sedangkan menurut Surya (2011:129), berpikir kritis adalah berpikir dengan baik dan merenungkan dengan mengkaji tentang proses berpikir orang
12
lain. Berpikir pritis sebagai proses aktif dan cara berpikir secara teratur untuk memahami materi secara mendalam sehingga membentuk keyakinan kebenaran akan informasi yang didapat dan disampaikan orang lain. Surya (2011:133) berpendapat kembali mengenai berpikir kritis adalah kemampuan proses menalar untuk berpikir secara sistematis, menyeluruh, dan bermanfaat bagi semua jenis kegiatan.
Menurut Johnson (2007:187), Berpikir kritis adalah kegiatan berpikir dengan baik melalui proses perenungan. Pemikir yang kritis akan secara sistematis melakukan analisis segala aktivitas mental guna menguji keandalannya.
Simpulan dari kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan menjelaskan kebenaran infomasi dengan melibatkan penalaran yang matang, pengalaman pribadi, pelatihan dan keterampilan disertai alasan dalam mengambil keputusan sebelum melakukan sebuah tindakan.
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Susanto (2016: 127-128), guru harus menentukan metode dan media pembelajaran yang cocok dengan pokok bahasan yang akan disampaikan sehingga dapat membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir atau menalar yang berpengaruh kepada kemampuan berpikir kritis. Teori ini diperkuat dengan pendapat Tokan, P. Ratu Ile (2016: 91), bahwa seorang guru harus bisa menyesuaikan materi pembelajaran dengan metode pembelajaran yang digunakan dan mampu mempertimbangkan metode yang digunakan guru dengan kemampuan atau keterampilan dalam menggunakan metode tersebut. Sehingga menggunakan metode dan peran guru dinamakan keterampilan (skills) yang harus dimiliki guru. Dengan demikian guru harus mempunyai keterampilan dalam pemilihan model, metode, dan media pembelajaran yang tepat agar mampu melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2.1.2.3 Pentingnya Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Surya (2011:143), kemampuan berpikir kritis itu penting, dengan berpikir kritis memungkinkan seseorang untuk menganalisis, menilai,
13
menjelaskan, dan merestrukturasi pemikiranmya sehingga dapat memperkecil resiko mendapatkan dan bertindak berdasarkan keyakinan atau infomasi yang salah. Surya (2011:147), berpendapat lagi mengenai pentingnya berpikir kritis sebagai berikut.
1. Mampu membuka, memperlebar, dan memperluas pikiran yang telah tertutup.
2. Mampu melatih untuk terus berpikir agar dapat memahami pemikiran orang lain.
3. Mampu membimbing seseorang untuk menemukan kebenaran didasari ilmu pengetahuan dan pemikiran jernih.
4. Mampu mengajarkan kejujuran dan keterbukaan dengan pandangan diri sendir maupun orang lain.
5. Mampu mengajarkan seseorang melawan rasa takut terhadap kebenaran.
Pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kritis ini tercantum dalam manfaat berpikir kritis menurut Feldman (2018: 4) sebagai berikut.
1. Mampu membimbing dalam mengembangkan diri.
2. Mampu berpartisipasi aktif
3. Mendapatkan pemahaman yang lebik baik
4. Mampu menemukan dan menyembangkan solusi dari masalah yang dihadapi.
5. Mampu memberikan tanggapan yang cepat dan tepat dengan ide-idenya.
6. Mampu menulis dan berbicara dilandaskan dengan bukti yang kuat.
Berdasarkan pemaparan para ahli mengenai pentingnya kemampuan berpikir kritis, maka seseorang diharapkan mampu mengolah kemampuannya dalam berpikir kritis sehingga dapat bertindak dan mengambil keputusan dengan tepat didasari dengan bukti yang kuat tanpa adanya pengaruh dari orang lain.
Selain itu kemampuan berpikir krtis menjadi salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa sebagai generasi bangsa dalam menghadapi abad 21.
2.1.2.4 Aspek-Aspek dalam Berpikir Kritis
Berbagai kegiatan dalam berfikir kritis sebagai cognitive skill menurut Lismaya (2019: 8-9), antara lain.
14
1. Interprestasi yaitu suatu keahlian dalam menjelaskan dan memahami makna situasi, beberapa kejadian yang pernah dialami, data informasi, keputusan terhadap suatu tindakan, dan sebagainya.
2. Analisis yaitu kemampuan melakukan identifikasi hubungan beberapa konsep yang berguma dalam merefleksikan suatu pikiran, pandangan, kepercayaan, suatu putusan, alasan, opini, informasi dan sebagainya.
3. Evaluasi yaitu keahlian dalam melakukan uji kebenaran suatu pernyataan yang berguna untuk penyampaian pikiran, persepsi, dan sebagainya
4. Inferensi yaitu keterampilan dalam kegiatan identifikasi dan melakukan pemilihan elemen berguna untuk penyusunan kesimpuan yang mempunyai alasan untuk menduga dan menegakkan diagnosis untuk mempertimbangkan informasi apa yang diperlukan serta berguna dalam membuat putusan konsekuesnsi yang harus diambil dari data.
5. Kemampuan menjelaskan yaitu keterampilan dalam menyatakan hasil gagasan dengan didlandaskan beberapa bukti, konsep metedologi, kriteriologi, dan konteks.
6. Keterampilan untuk mengatur sendiri dalam berfikir yaitu Hal yang menimbulkan seseorang selalu memeriksa hasil dari pikirannya kemudian melakukan perbaikan agar menjadi lebih baik.
Sedangkan Susanto (2016: 125), indikator dalam keterampilan berpikir yang berhubungan dengan materi pelajaran dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
a) Memberikan penjelasan sederhana
Memberikan penjelasan sederhana meliputi fokus dengan sebuah pertanyaan, melakukan analisis pada argumen, melakukan kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan mengenai penjelasan dan tantangan.
b) Membangun keterampilan dasar
Membangun keterampilan dasar, meliputi mempertimbangkan dengan pemikiran yang matang apakah sumber yang diterima dapat dipercaya, melakukan kegiatan pengamatan dan mempertimbangkan hasil yang telah diamati.
c) Menyimpulkan
15
Kegiatan menyimpulkan, meliputi melakukan deduksi kemudian mempertimbangkan hasil dedukasi, membuat induksi dilanjut mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat dan menentukan hasil keputusan yang telah dipertimbangkan.
d) Memberikan penjelasan lebih lanjut
Memberikan penjelasan lebih lanjut, meliputi mendefinisikan istilah kemudian mempertimbangkan definisi tersebut dalam tiga dimensi dan mengidentifikasi berbagai asumsi.
e) Mengatur strategi dan taktik
Mengatur strategi dan taktik, meliputi memutuskan untuk melakukan suatu tindakan serta melakukan interaksi dengan siapapun.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan indikator untuk variabel kemampuan berpikir kritis menurut teori Sejalan dengan Susanto (2016:125), yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana, (2) membangun keterampilan dasar, (3) menyimpulkan, (4) memberikan penjelasan lebih lanjut, (5) mengatur strategi.
2.1.3 Media Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Euis Karwati (2019: 223), media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi ke pihak lain. Sedangkan menurut National Education Association (NEA), media pembelajaran bentuk- bentuk komunikasi baik tercetak mapun audio visual serta peralatannya.
Sedangkan menurut Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan (2020: 6), media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pembelajaran merupakan alat atau sarana penyalur pesan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat ditangkap oleh alat indera.
2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Media Pembelajaran
Menurut Euis Karwati (2019: 223), terdapat beberapa prinsip yang perlu
16
dipertimbangkan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran antara lain.
a. Tidak ada satu media pembelajaran tunggal yang paling unggul untuk semua tujuan pembelajaran. Masing-masing media pembelajaran hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu.
b. Media menggunakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga media bukan hanya sekedar alat bantu guru dalam mengajar, namun juga merupakan bagian terpenting yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran.
c. Media pembelajaran apapun yang akan digunakan hendaknya bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
d. Penggunaan beberapa media pembelajaran sejatinya ditujukan sebagai media yang saling melengkapi.
e. Pemilihan media pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
f. Penggunaan beberapa media pembelajaran sekaligus akan dapat membingungkan peserta diidk jika tidak dikelola dengan baik.
g. Kelemahan dan kelebihan media pembelajaran tidak tergantung pada kekonkretan dan keabstrakannya.
2.1.3.3 Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Euis Karwati (2019: 223), terdapat beberapa manfaat dari media pembelajaran antara lain.
a. Mengatasi perbedaan pengalaman yang dimiliki peserta didik b. Mengongkretkan konsep-konsep yang abstrak
c. Mengatasi keterbatasan d. Interaksi langsung
e. Menghasilkan keseragaman pengamatan
f. Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realitis.
g. Merangsang dan membangkitkan motivasi belajar h. Membangkitkan keinginan dan minat guru
17 i. Memberikan pengalaman integral
Menurut Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan (2020: 20), manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut.
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dnegan lingkungannya, serta kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan mereka.
2.1.4 Media Pop Up Book
2.1.4.1 Pengertian Media Pop Up Book
Menurut Dewanti (2019), pop-up book merupakan buku yang memiliki potensi adanya gerakan, serta interaksi dengan menggunakan kertas sebagai bahan pokok untuk membuat lepitan, lilitan, bentuk roda, ataupun berbentuk putaran.
Dengan kata lain pop-up book adalah buku dengan bagian yang bergerak dan mengandung elemen 3 dimensi. Sejalan dengan makna tersebut, media pop-up book juga dapat menampilkan gambar dengan efek timbul yang dapat menarik minat siswa dalam belajar. Halaman pop-up book juga dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran pilihan dan dirancang sesuai dengan kreativitas guru. Media pop-up book juga dapat merangsang imajinasi anak dan menambah pengetahuan anak. Media pop-up book menjadi media pembelajaran yang luar biasa dan beraga.
Menurut Lailatus Suroiha dkk (2022), media pop-up book dapat merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Proses pembelajaran yang diterapkan melalui pengunaan media pop-up book dapat mendorong siswa belajar dengan minat yang tinggi, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan
18
keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan kata lain, aktivitas yang diciptakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan bantuan media pop-up book mempengaruhi proses pengembangan berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan membantu siswa mengeksplorasi diri dalam menghadapi masalah yang akan dihadapinya. Permasalahan yang dimaksud adalah siswa dapat meyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dan menjawab dengan benar sesuai dengan apa yang ada di pikirannya.
2.1.4.2 Teknik Pembuatan Media Pop Up Book
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tanzilia (2015), ia menjelaskan bahwa ada beberapa teknik pembuatan pop up. Teknologi ini meliputi:
1) Internal Stand Adalah teknik yang dilakukan dengan cara memotong kertas, kemudian melipatnya secara vertikal hingga menjadi sebuah panel, yang kemudian diikatkan pada kartu tersebut. Teknik ini sering digunakan sebagai sandaran untuk membuat benda tampak berdiri saat dibuka.
2) Rotary Teknik membuat pop up book dengan mengutamakan gulungan kertas sebagai alasnya adalah dengan menggabungkan kedua bagian tersebut secara terpisah. Ketepatan pada sumbu harus diperhatikan agar ketika lingkaran diputar, bayangan yang muncul pada benda tidak menyimpang.
3) Lipatan V/ V-Volding Teknik pembuatan pop up book dengan menambahkan panel lipat di dalam objek yang akan ditempelkan agar tercipta efek tiga dimensi. Dalam teknik ini ketelitian sudut harus diperhatikan agar benda tidak miring saat dibuka. Berdasarkan uraian yang dipaparkan, peneliti mengembangkan pop up book dengan menggunakan teknik V-Folding. Teknik ini mendominasi dalam pembuatan pop up book karena prosesnya cukup sederhana dan jika dilakukan dengan hati-hati, menghasilkan efek tiga dimensi yang maksimal.
19 2.1.4.3 Manfaat Pop Up Book
Menurut Azzahra (2022), Penggunaan media pembelajaran pop-up book, membantu dalam menjembatanis siswa dalam menghubungkan imajinasinya dengan situasi kehidupan nyata dan simbol yang mewakili. Kemampuan berpikir dapat terasah dengan memberikan gambaran mengenai kreatifitas dan jiwa berpikir kritis.
Dzuanda (dalam Nuril, 2021) manfaat pop up book adalah:
(1)Mengajarkan kepada anak untuk lebih menghargai buku yang ada dan memperlakukan buku dengan baik; (2) Lebih mendekatkan anak dengan orang tua karena Pop up book memiliki unsur bagian yang halus sehingga memberikan kesempatan untuk orang tua duduk bersama dalam mengajar putra-putri mereka 45 dan menikmati cerita; (3) Dapat mengembangkan daya kreatif pada anak; (4) Merangsang imajinasi anak; (5) Dapat menambah ilmu pengetahuan anak; serta (6) memberikan gambaran dalam bentuk cerita.
Berdasarkan paparan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa media pop up book memiliki banyak manfaat yang bisa didapatkan ketika digunakan dalam proses pembelajaran. Pop up book dapat membantu guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik melalui visualisasi yang menarik yang mendorong ketertarikan dan keaktifan peserta didik ketika belajar, penggunaan media Pop up book juga dapat memudahkan peserta didik untuk mengingat materi yang didapat lebih lama dalam memori anak sehingga memudahkan dalam membantu siswa berpikir kritis lebih lama dalam memorinya.
2.1.5 Mata Pelajaran Matematika 2.1.5.1 Pengertian Matematika
Menurut Tim Mahasiswa Tadris Matematika Angkatan 2019 (2020:232).
Matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Menurut Riyanto (2022: 7), Matematika adalah disiplin ilmu yang mendefinisikan kebenarannya sendiri, dan hanya perlu berkutat dengan asumsi-asumsi yang diciptakan sendiri. Pada dasarnya matematika adalah suatu cara berpikir, suatu
20
cara menyusun kerangka dasar pembuktian menggunakan logika. Riyanto (2022:
6) berpendapat kembali bahwa matematika adalah proses bernalar deduksi dari pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dibuktikan kebenarannya serta dari seperangkat anggapan tertentu yang berlaku. Matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak ayng tersusun secara hirarkis dan penalaran dedukttif.
Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan eksak yang terstruktur dan bersifat abstrak sehingga perlu proses bernalar atau berpikir kritis dalam memecahkannya. Menurut Jean Piaget, siswa usia sekolah dasar masih dalam tahap operasional konkret sehingga perlu adanya benda konkrit yang membantu memahamkan dan membantu melatih kemampuan berpikir siswa dalam proses pembelajaran. Media yang digunakan peneliti dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis pada mata pelajaran matematika adalah media pop up book.
2.1.5.2 Tujuan Matematika
Menurut Tim Mahasiswa Tadris Matematika Angkatan (2020:233) terdapat beberapa tujuan matematika antara lain.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan ,manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain yang memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pemecahan masalah.
2.1.5.3 Capaian Pembelajaran Matematika
Capaian pembelajaran adalah suatu keampuan yang akan diperoleh dalam proses pembelajaran baik itu melalui sikap, perilaku, dan hasil penilaian, capaian
21
pembelajaran juga disebut learning outcome (Jihat,2021:63). Sedangkan menurut Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2012 tentang kerangka kualifikasi Nasional Indonesia pasal 1 ayat (2), menjelaskan bahwa capaian pembelajaran adalah keampuan yang diperoleh melalui internasisai pengetahuan, sikap, keterampilan, kompentsi, dan akumulasi pengalaman kerja. Berikut ini adalah capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran matematika yang akan digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 5 fase C.
Tabel 2. 1 Capaian Pembelajaran Matematika
Elemen Capaian Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Geometri Peserta didik dapat
mengkontruksi dan mengurai bangun ruang (kubus, balok, dan gabungannya) dan mengenali visualisasi spasial (bagian depan, atas, dan samping).
Peserta didik mampu menemukan jaring-jaring bangun ruang dengan tepat.
(C3)
Peserta didik mampu
membandingkan jaring-jaring pada bangun ruang dengan benar.(C5)
Peserta didik mampu mengomunikasikan jaring- jaring bangun ruang dengan baik. (P3)
22 2.1.6 Materi Jaring-Jaring Prisma Segi Empat 2.1.6.1 Pengertian Jaring-Jaring Prisma Segi Empat
Jaring-jaring adalah pembelahan sebuah bangun yang berkaitan sehingga jika digabungkan menjadi sebuah bangun ruang (Tim Master Eduka, 2020:101).
Angga pratama (2021) Pada dasarnya, jaring-jaring merupakan pola suatu bangun atau gabungan dari bangun datar yang jika dihubungkan akan membentuk suatu bangun ruang. Menurut Lestari, Pranata, & Muiz (2018) menyimpulkan bahwa jaring-jaring diperoleh dengan cara memotong atau membelah sebuah bangun ruang mengikuti rusuknya.
Kemudian Prisma adalah salah satu jenis bangun ruang yang mempunyai tiga bagian sisi yaitu sisi alas, sisi atap, dan sisi vertikal. Prisma adalah bangun ruang yang memiliki sepasang bidang yang sejajar, serta kongruen, yang merupkan alas dan tutup. Sedangkan bidang-bidang yang lainnya, diperoleh dengan cara menghubungkan titik-titik sudut, dari dua buah bidang yang sejajar dalam Nurti (2021). Prisma adalah bangun ruang yang mempunyai sepasang sisi kongruen dan sejajar serta rusuk-rusuk tegaknya saling sejajar (Sukino, 2007:
352)
Sedangkan Prisma Segi Empat adalah prisma yang alas dan tutupnya berbentuk bangun datar segi empat (Ekowati, 2019:101-102). Jadi dapat disimpulkan bahwa jaring-jaring prisma segi empat adalah susunan bidang sisi alas, sisi atap, dan sisi vertikal yang berbentuk bangun datar segi empat.
2.1.6.2 Ciri-Ciri Jaring-Jaring Prisma Segi Empat
Sebelumnya contoh prisma segi empat adalah kubus dan balok. berikut contoh bangun ruang prisma segi empat (Tim Master Eduka ,2020:101).
1. Kubus
Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang berbentuk bujur sangkar. Menurut Evilina,(2020:2), kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang sisi berbentuk persegi. Keenam persegi tersebut berbentuk sama dan sebangun. Berdasarkan pengertian tersebut,
23
jaring-jaring kubus adalah pola suatu bangun ruang yang jika sisi-sisinya dihubungkan akan membentuk bangun kubus.
Berikut ciri-ciri jaring-jaring kubus.
a. Mempunyai enam sisi berbentuk bangun datar.
b. Semua sisinya berbentuk persegi atau berukuran sama Kemudian berikut contoh gambar jaring-jaring kubus.
Gambar 2. 1 Jaring-Jaring Kubus 2. Balok
Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang dan paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda. Menurut Evilina (2020:13), balok adalah yang dibatasi oleh enam bidang sisi berupa persegi panjang dimana masing-masing pasang sejajar dan sebangun. Jaring-jaring balok adalah pola suatu bangun ruang yang jika sisi-sisinya dihubungkan akan membentuk bangun balok Berikut ciri-ciri balok.
a. Mempunyai enam sisi berbentuk bangun datar.
b. Mempunyai tiga pasang sisi, dimana salah satunya berbentuk persegi panjang.
24 Berikut contoh gambar jaring-jaring balok.
Gambar 2. 2 Jaring-Jaring Balok 2.2 Penelitian yang Relevan
Jurnal penelitian yang relevan atau sejenis dari peneliti lain dijadikan penguat peneliti dalam melakukan penelitian agar lebih baik dari sebelumnya.
Jurnal peneliti pihak lain yang dimaksud dari jurnal nasional dan jurnal internasional. Berikut penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan dari jurnal nasional.
Maisrah dkk dalam jurnal pendidikan matematika volume 10 nomor 2 (479-490) tahun 2021 p-ISSN: 2339-2495 e-ISSN: 2549-6611 dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik melalui Media Pop Up Book pada Pembelajaran Tematik Kelas V MIN 04 Aceh Besar”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut hasil belajar siswa kelas V MIN 4 Aceh Besar dengan menggunkan media pop up book pada pembelajaran dinyatakan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi aktivitas guru meningkat dari (69,5 %) pada siklus I dan pada siklus II menjadi (96%). Untuk aktivitas peserta didik meningkat dari (66,3%) pada siklus I dan pada siklus II menjadi (87,5%). Serta hasil belajar peserta didik pada siklus I (25%) dan pada siklus II meningkat menjadi (87,5%). Dengan demikian peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media pop up book dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik. Hal tersebut relevan dengan penelitian yang akan
25
dilakukan peneliti bahwa media pop up dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran dimana mata pelajaran yang akan diteliti oleh peneliti adalah matematika.
Timbul Yuwono dkk dalam jurnal program studi pendidikan matematika volume 10 nomor 2 (479-490) 14 Januari 2021 p-ISSN: 2089-8703 e-ISSN: 442- 5419 dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Pop Up Book berbasis Discovery Learning Membuktikan Luas Dan Keliling Lingkaran”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut media pop up book dapat digunakan dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti bahwa media pop up efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika.
Lailatus Suroiha dkk dalam jurnal ilmu pendidikan volume 4 nomor 1 (516-523) tahun 2022 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071 dengan judul
“Pengembangan Media Pop-Up Book terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa Sekolah Dasar”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut media pop up book efektif digunakan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis di Sekolah Dasar. Hal tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti bahwa media pop up book efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di Sekolah Dasar.
Febriyanti Dwi Lestari dan Prima Mutia Sari dalam jurnal Edutech Undiksha volume 9 nomor 2 (206-215) 9 November 2021 p -ISSN: 2614-8609 e-ISSN:
2615-2908 dengan judul “Media Pop Up Book berbasis Kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada Daur Hidup Hewan”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut media pop up book efektif digunakan meningkatkan Kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS) di Sekolah Dasar. Hal tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti bahwa media pop up book efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dimana tipe soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) bagian dari melatih kemampuan berpikir kritis siswa.
Berikut penelitian yang relevan dengan variabel kemampuan berpikir kritis dan berasal dari jurnal internasional.
26
Penelitian yang dilakukan oleh Rich Lewine dalam International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning volume 9 nomor 2 artikel 5 (1-4) tahun 2015 dengan judul ”Setting the Mood for Critical Thinking in the Classroom”. Penelitian tersebut menyatakan suasana hati yang positif muncul untuk memfasilitasi pemikiran kreatif dan integratif yang menggabungkan banyak perspektif, serta aspek penting dari berpikir kritis. Suasana hati yang positif agar memunculkan pemikiran yang kreatif dan integratif dapat menggunakan media yang menarik salah satunya media pop up book karena hal ini dapat memunculkan aspek penting dari berpikir kritis.
2.3 Kerangka Berpikir
Siswa kelas V SDIT LHI mempunyai kendala dalam mengerjakan soal penalaran matematika. Mereka belum mampu berpikir secara kritis terhadap hal- hal abstrak, mereka masih membutuhkan pembelajaran dengan menggunakan media konkret. Permasalahan tersebut bisa teratasi dengan penggunaan media pop up book yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis pada mata pelajaran matematika.
Media pop up book dapat membantu siswa untuk melatih kemampuan bernalar atau berpikir krtitis karena siswa belajar menggunakan media konkret dan menarik untuk digunakan. Mereka akan lebih mampu berpikir secara kritis apabila dibantu dengan menggunakan media pop up book.
Berdasarkan paparan diatas maka diasumsikan bahwa media pop up book dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika siswa kelas V di SDIT LHI. Menurut Sugiyono (2016:58), kerangka berpikir adalah sintesa atau model bagan dari berbagai teori-teori dan hasil penelitian yang dijelaskan. Selanjutnya dianalisis secara sistematis dan lebih kritis sehingga menghasilkan model bagan mengenai hubungan dua atau lebih variabel penelitian yang kemudian dijadikan dalam merumuskan hipotesis. Berikut kerangka berpikir dari penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut.
27 2.4 Hipotesis Tindakan
Dari pembahasan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana penggunaan media pop up book dapat meningkatkan kemampuan berpikir kirtis pada siswa kelas V di SDIT LHI?
Kondisi Awal Permasalahan :
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam mata pelajaran matematika masih rendah
Proses
Kondisi Akhir
Penggunaan Media Pop Up Book
Meningkatnya Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Siklus I dan Siklus II
Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir
28 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) / Classroom Action Research (CAR). Menurut Wardani (2020:1.4), Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri atau perenungan kembali, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru, sehinggga hasil belajar menjadi meningkat.
Menurut Taqwa (2021:5), Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas secara berkesinambungan. Melalui PTK guru mampu membantu memperbaiki pembelajaran, berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri, dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Sehingga kualitas hasil pembelajaran dapat meningkat dari sebelumnya. Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi (Wardani (2020:1.31). Penelitian ini bercorak kolaboratif yaitu kerjasama antara pihak guru kelas, peneliti, dan observer.
Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya Penelitian ini akan menciptakan kolaborasi atau partisipasi antara peneliti dan guru kelas.
29 3.2 Desain Penelitian
Ada beberapa desain PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikan, namun dalam penelitian ini desain PTK yang digunakan adalah desain yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin MC Taggart. Model ini mempunyai empat tahapan yaitu tahap (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting) yang selanjutnya mungkin diikuti siklus sepiral berikutnya.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3. 1 Desain Penelitian Kemmis dan MC. Taggart (Maisarah, 2020:56)
32 3.3 Prosedur Penelitian
Penyusunan rencana merupakan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada di sekolah berdasarkan hasil pengamatan awal. Setelah peneliti dan guru mempunyai persamaan persepsi terhadap permasalahan siswa, peneliti bersama guru merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti merencanakan dalam penelitian ini melalui siklus-siklus, setiap siklus dua kali tatap muka dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.
Dengan melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada di kelas, peneliti bersama guru memutuskan untuk menggunakan media pop up book yang diyakini mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti paparkan, maka akan diuraikan tahapan-tahapan kegiatan siklus tersebut diantaranya:
1. Tahap Perencanaan Tindakan
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru pada tahap perencanaan meliputi:
a. Penyusunan desain pembelajaran yang mencakup penentuan jenis dan topik yang akan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok, penemuan informasi, dan kegiatan pembelajaran dalam kelompok maupun kelas.
b. Membuat instrumen penelitian dan menyusun Modul Ajar.
c. Sosialisasi kepada siswa mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan media pop up book.
2. Pelaksanaan Pembelajaran/Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah direncanakan berdasarkan modul ajar yang telah disusun sebelumnya.
Dengan berorientasi ke arah perbaikan, rencana tindakan bersifat fleksibel dan dapat diubah sesuai dengan keadaan yang ada selama proses pelaksanaan di lapangan.
3. Observasi
Selama kegiatan pembelajaran menggunakan media pop up book, peneliti yang dibantu observer lain melakukan observasi. Observasi yang dilaksanakan berupa monitoring dan mendokumentasikan segala aktivitas siswa di kelas. Tahap
33
observasi dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
a. Pengamatan terhadap proses belajar mengajar dikelas menggunakan media pop up book.
b. Pengamatan penggunaan media pop up book terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan, terhadap subjek penelitian dan dicatat dalam observasi langkah refleksi ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, kekurangan, kesalahan dan hambatan yang muncul dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan sebagai bahan perbaikan pada siklus selanjutnya. Apabila dalam siklus 1 belum terlihatadanya proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, maka perlu dilakukan siklus 2. Tetapi, apabila dalam siklus 1 sudah meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, siklus 2 tidak dilakukan dan mengakhiri penelitian karena sudah dianggap cukup. Akan tetapi, jika dalam pelaksanaan siklus 2 masih belum mengalami peningkatan dalam kemampuan berpikir kritis siswa, dapat dilanjutkan dengan siklus 3 dan seterusnya sampai dirasa cukup.
3.4 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V C SDIT LHI berjumlah 20 siswa yaitu 12 perempuan dan 8 laki-laki, tahun ajaran 2022/2023. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa.
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di dalam kelas di SDIT LHI atau SDIT Luqman Al Hakim Internasional pada bulan Januari sampai Februari tahun 2023. Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting di dalam kelas, yaitu pada saat kegiatan belajar mengajar Matematika berlangsung di SDIT LHI. SD dan kelas tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan peneliti ketika PPL melalui wawancara dengan guru kelas VC ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran Matematika yaitu kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa.
34 3.6 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian yang dibutuhkan adalah keterampilan berpikir kritis siswa pada pra penelitian maupun pada saat tindakan dilaksanakan. Oleh karena itu dalam mengumpulkan semua data yang ada dilapangan diperlukan beberapa perangkat penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian tindakan kelas ini ini adalah, observasi, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), soal, dan dokumentasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi, digunakan untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Menurut Natusion dalam Sugiyono (2016: 310), observasi adalah suatu dasar pengetahuan dimana para ilmuan hanya bisa bekerja berdasarkan data fakta mengenai kenyataan di lapangan. Observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Observasi ini mengungkapkan berbagai hal menarik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan media pop up book. Kegiatan tersebut semua dicatat dalam lembar observasi yang sudah terencana. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yangdilaksanakan sudah sesuai dengan rencana yang sudah disusun bersama. Hal ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian sasaran pembelajaran yang diharapkan, dan juga masalah siswa yang ada dapat berangsur menghilang, yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah akan berangsur meningkat.
2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD, digunakan sebagai bahan diskusi kelompok yang kemudian didiskusikan dalam bentuk presentasi kelas. LKPD tersebut berisi rubrik atau wacana yang dikemas peneliti dengan beberapa pertanyaan yang disusun berdasarkan indiator berpikir kritis. Kemudian data dari hasil pengerjaan LKS tersebut selanjutnya dianalisis dengan cara melihat hasil skor yang diperoleh tiap siswa.
3. Soal Tes
Soal ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, sesudah pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan disetiap akhir siklus dan bertujuan untuk mengukur sebarapa besar peningkatan nilai siswa dari pra tindakan sampai siklus II.
35 4. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2016: 3290, Dokumen artinya catatan suatu kejadian yang telah terjadi yang dapat berupa karya-karya monumental, tulisan, dan gambar yang diperoleh dari seseorang. Dokumentasi yang digunakan peneliti adalah foto-foto kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran menggunakan media pop up book.
Foto-foto ini digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan apa yang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran berlangsung.
3.7 Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:148), instrumen yaitu alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran fenomena alam atau social yang diamati. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan dan lembar pengamatan, lembar kerja peserta didik, tes, dan dokumentasi. Dipilihnya intrumen ini karena penelitian berfokus pada kegiatan pengamatan saat berlangsungnya tindakan, yaitu peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui media pop up book dalam pembelajaran Matematika di kelas VC SDIT LHI. Berikut adalah kisi-kisi observasi dan tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis.
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Lembar Penilaian Observasi Berpikir Kritis Siswa
No Indikator Deskriptor Nomor Pertanyaan
1 Memberikan Penjelasan Sederhana
Mampu memfokuskan pada pertanyaan 1
Mampu menganalisis argumen 2
Mampu bertanya 3
Mampu menjawab pertanyaan 4
2 Membangun
Keterampilan Dasar
Mampu mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
5
Mampu mempertimbangkan hasil observasi 6
3 Menyimpulkan Mampu mendeduksi 7
Mampu mempertimbangkan hasil deduksi 8
Mampu menginduksi 9
Mampu mempertimbangkan hasil induksi. 10
36 4 Memberikan
penjelasan lebih lanjut
Mampu mendefinisikan istilah 11
Mampu mempertimbangkan suatu definisi 12 Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi 13 5 Mengatur strategi
dan taktik
Mampu menentukan suatu tindakan 14
Mampu berinteraksi dengan orang lain 15
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Soal Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Capaian Pembelajaran Indikator Kognitif Bentuk
Soal
Nomor soal C3 C5
Peserta didik dapat mengkontruksi dan mengurai bangun ruang (kubus, balok, dan gabungannya) dan
mengenali visualisasi spasial (bagian depan, atas, dan samping).
Peserta didik mampu menemukan jarring-jaring bangun ruang
V Isian 1
V Isian 2
V Isian 3
V Isian 4 V Isian 5
Peserta didik mampu membandingkan jaring- jaring pada bangun ruang.
V Uraian 1
V Uraian 2
3.8 Uji Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2016: 173) mengatakan bahwa instrument yang valid artinya suatu alat ukur yang dapat mengukur apa seharusnya diukur dengan tepat.
Instrument tersebut juga dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Untuk menguji validitas intrumen dilakukan dengan konsultasi dengan ahli ( dosen ).
3.9 Teknik Analisis Data
Data dianalisis secara kuantitatif. Teknik analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa berupa nilai rerata. Nilai rerata tersebut dianalisis dengan cara statistik deskriptif. Untuk mencari rerata digunakan
37
N
rumus sebagai berikut.
X=
Keterangan : X = rerata nilai
∑ = tanda jumlah
X = nilai mentah yang dimiliki subyek N = banyaknya subyek yang memiliki nilai
(Suharsimi Arikunto, 2010: 284) 3.10 Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan didasarkan atas peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mencapai taraf keberhasilan minimal yang ditentukan, yaitu ≥ 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar telah mencapai taraf keberhasilan ≥ 70 dari nilai criteria Ketuntasan minimal.
38
DAFTAR PUSTAKA
Dewanti, H., Toenlioe, A. J. E., & Soepriyanto, Y. (2019). Pengembangan Media Pop-Up Book Untuk Pembelajaran Lingkungan Tempat Tinggalku Kelas Iv Sdn 1 Pakunden Kabupaten Ponorogo. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 1(3), 221–228.
Ekowati, Dyah Worowirastri dan Beti Istanti Suwanti. 2019. Literasi Numerasi untuk Sekolah Dasar. Malang: UMM Press.
Evilina, Deni.2020. Membuat Jaring-Jaring Bangun Ruang. Jakarta: Alprin.
Feldman, Daniel A. 2018. Berpikir Kritis. Jakarta : PT. Indeks.
Ifadah, Hani Tanzilia,dkk. (2015). Penciptaan Buku Ilustrasi Berbasis Pop Up tentang Cerita Rakyat Danu Kastoba Bawean sebagai Upaya Memperkenalkan Produk Budaya Lokal bagi Anak-Anak. 4 (2) Jurnal Art Nouveau Surabaya: STIKOM Surabaya.
Jihat, Talib. 2021. Pembelajaran Berbasis Riset (Reseacrh Based Learing). Bandung: Media Sains Indonesia
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizzan Media Utama (MMU)
Karwati, Euis& Priansa Donni J. 2019. Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta.
Kustandi, Cecep dan Daddy Darmawna. 2020. Pengembangan Media Pembelajaran Konsep dan Aplikasi Pengembangan Media Pembelajaran bagi Pendidik di Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Lestari, Febriyanti Dwi dan Prima Mutia Sari. (2021). Media Pop-Up Book Berbasis Kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada Daur Hidup Hewan. 9(2):
206-215.
Lewie, Rich. (2015). Setting the Mood for Critical Thinking in the Classroom. International Journal for the scholarship of Teaching and Learning: Vol.9:No.2, Article 5.
Maisarah. 2020. PTK dan Manfaatnya bagi Guru. Bandung : Media Sains Indonesia.
Nanda Kitnasari, Azzahra (2022). Pengembangan Pop-Up Book Bangun Datar Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar. Other Thesis, STKIP PGRI Pacitan.
Nurti, D.2021. Volume Prisma Segilima. Makalah. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Megarezky. Makasar.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017.
39
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012.
Pradini, Nuril Laila. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Pop Up Book Pada Materi Bangun Ruang Kelas V SDN Bugih 1 Pamekasan. 9(1):2349-0956.
Riyanto. 2022. Metodologi Penelitian Matematika. Klaten : Lakeisha.
Suardi, Moh. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta.
Sukino. 2007. Matematika untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Suroiha, Lailatus (2022).Pengembangan Media Pop-Up Book terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan.Volume 4 (1): 516-523.
Suroiha, Lailatus, dkk. (2022). Pengembangan Media Pop-Up Book terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa Sekolah Dasar. 4(1): 516-523.
Susanto, A. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.
Taqwa, Muhammad,dkk.2021. Penelitian Tindakan Kelas Teknologi OJS dan Software R.
Sleman : Deepublish.
Tim Mahasiswa Tadris Matematika Angkatan 2019. 2020. Generasi Hebat Generasi Matematika. Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management.
Tim Master Eduka. 2020. Pocket Master Ringkasan Materi M-IPA Matematika. Surakarta:
Genta Smart.
Tokan,P.R.I. 2016. Sumber Kecerdasan Manusia (Human Quotient Resource). Jakarta: PT.
Grasindo.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
Yuwono, Timbul, dkk. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Pop Up Book berbasis Discovery Learning Membuktikan Luas dan Keliling Lingkaran. Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 10(2): 479-490.
40 LAMPIRAN