PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Bagaimana ragam qirâ`ât mempengaruhi penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang mengandung Farsy al-Hûrûf dalam Tafsir Tarjumân al-Musafîd. Bagaimana sikap Abdurrauf as-singkili terhadap ayat-ayat yang mengandung perbedaan tafsir karena perbedaan qirâ`ât.
Pembatasan dan Rumusan Masalah
Penelitian harus dilakukan secara keseluruhan terhadap ayat-ayat al-Qur'an Farsy al-Hurûf yang terdiri dari 114 surat, namun akan sangat panjang jika dijadikan kajian. Pemilihan ayat-ayat Alquran yang mengandung Farsy al-Hurûf saja dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan tersebut. Setelah membatasi masalah yang akan dikaji agar pembahasan lebih terarah, maka penulis merumuskan masalah tentang “Bagaimana pengaruh perbedaan qirâ`ât terhadap penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang dikandung oleh Farsy al-Hûrûf dalam tafsir dari Tarjumân al - Mustafîd?".
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Memperdalam kajian qirâ`ât sebagai alat untuk menganalisis kandungan ayat-ayat al-Qur'an sehingga dapat memberikan corak baru dalam dunia tafsir. Memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi khazanah ilmu keislaman khususnya dalam bidang studi tafsir di Indonesia dan dalam bidang Memenuhi salah satu syarat menjadi program studi Sarjana Agama (S.Ag) Memperoleh Al -Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ). Jakarta.
Tinjauan Pustaka
Kesesuaian dengan tesis penulis sama dalam membahas qirâ`ât Al-Qur`an. Perbedaan dengan yang penulis teliti adalah ragam qirâ`ât dan pengaruhnya terhadap tafsir kitab tafsir Tarjumân al-Mustafîd. Kesamaan tesis ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama menganalisis kitab tafsir Tarjumâ`ân al-Mustafîd, sedangkan perbedaannya adalah penulis memfokuskan kajian pada ragam qirâ`ât dan pengaruhnya. tentang interpretasi 29.
Metodologi Penelitian
Kesimpulan dari tesis ini adalah bahwa Tarjumân al-Mustafîd memiliki metode tahlili dan ijmali. Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah menentukan objek formal yang menjadi fokus kajian yaitu Tafsir Tarjumân al-Mustafîd Abdurrauf as-singkili. Langkah kedua adalah menentukan topik yaitu ragam qirâ`ât dan pengaruhnya terhadap tafsir dalam Tarjumân al-Musafîd.
Teknik dan Sistematika Penulisan
Langkah kelima kemudian dianalisis bagaimana penafsiran Abdurrauf as-singkili menggunakan qirâ`ât tersebut sebagai sarana penafsiran. Langkah keenam, setelah menganalisis data, kemudian dicatat dan disimpulkan apakah ragam qirâ`ât dalam tafsir Tarjumâ`â`ât al-Mustafîd berpengaruh terhadap tafsirnya dan bagaimana kecenderungan 'Abd ar - Rauf? pada salah satu riwayat Imam Qirâ`ât. Bab keempat, ini merupakan pembahasan rumusan masalah kedua yaitu analisis ragam qirâ`ât dalam tafsir Tarjumâ`â`ât al-Mustafîd dan bagaimana pengaruh perbedaan tersebut terhadap tafsir ayat-ayat Al-Qur'an yang memuat Farsy al-Hûrûf di kalangan Imam Qirâ`ât Sab'ah, serta analisis kecenderungan 'Abd ar-Rauf terhadap salah satu qirâ`ât.
KAJIAN TENTANG QIRÂ`ÂT
Dasar-dasar Keragaman Qirâ`ât
7 Saad Abdul Wahid, "Pengertian Turunnya Al-Qur'an Dalam Tujuh Huruf", Dalam Jurnal Bahasa Arab dan Pengajian Islam, Jil. 8 Al-Bukhâri, Sahih al-Bukhâri, Kitab Keutamaan Al-Quran, Bab Allah Turunkan Al-Quran Dengan Tujuh Loghat, Hadis No. 34; Sesungguhnya Allah menyuruh kamu membaca Al-Quran dengan tiga huruf kepada umatmu." Baginda bersabda, "Aku memohon kasih sayang dan keampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu melakukannya." Kemudian Jibril datang untuk keempat kalinya. dan bersabda, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu membaca Al-Quran dengan tujuh huruf kepada kaummu.
10 Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Kitab Keutamaan Al-Quran, Bab Allah menurunkan Al-Quran dengan tujuh loghat, Hadis No. 4608. membaca dialek). Para ulama berbeza pendapat dalam memahami maksud sab'atu ahrûf yang disebutkan dalam beberapa hadis Nabi. Menurut ulama Lugahsab'atu, ahrûf hadzf, shilah, tadami, ta'khir, isti'arah, kinayah, dll.
Menurut ulama sufi, Sab'atu ahrûf adalah Zuhd, qana'ah, muraqabah, khauf, raja', mahabbah, ma'rifah, dll. Menurut Abu Ubaid, Ahmad ibnu Yahya, Tsa'lab sab'atu ahrûf adalah tujuh macam. bahasa suku yang tersebar di dalam Al-Quran. Menurut at-Thabârî, sab'atu ahrûf adalah tujuh macam bahasa suku yang diringkas dalam satu kata.
Menurut Khalil ibn Ahmad, sab'atu ahrûf adalah kata yang memiliki tujuh versi qirâ'ât yang berbeda.
Sejarah Perkembangan Qirâ`ât
- Periode Tabi’in dan Imam Qirâ`ât
 - Periode Pembukuan Ilmu Qirâ`ât
 
Perbedaan bacaan Al-Qur'an di antara para sahabat tidak menimbulkan masalah karena mereka paham betul bahwa perbedaan qirâ`ât bukanlah hasil rekayasa atau ijtihad para sahabat, tetapi merupakan petunjuk Allah kepada Rasulullah. Qirâ'ât yang diterima para sahabat Nabi inilah yang kemudian menjadi pedoman ketika qirâ'ât menjadi disiplin ilmu tersendiri. Pada masa Khalifah Usman, perbedaan qirâ`ât yang ditoleransi hingga kini mulai menimbulkan konflik di kalangan umat Islam.
Selanjutnya muncul lagi permasalahan terkait hafalan Al-Qur'an karena banyak yang belum lancar dan permasalahan terkait qirâ`ât muncul kembali sehingga muncullah Abu. Ubaid Qasim bin Salam (wafat 224 H) sebagai pendiri ilmu tajwid dan juga penulis kitab ilmu qirâ`ât pertama kali. Oleh karena itu, para imam qirâ`ât akhirnya menjadi rujukan pada masanya karena ilmu dan kemasyhurannya.
Adapun nama dan biografi Imam Qirâ`ât Mutawatir, sebagaimana penulis akan jelaskan pada pembahasan berikut ini. Pada abad kedua Hijrah, sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu keislaman, berbagai qirâ`ât mendapat perhatian para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa penulisan ilmu qirâ`ât masih belum menemukan persamaan antara penulis yang satu dengan yang lainnya.
Kemudian, setelah dua ratus tahun, istilah qirâ`ât tujuh mulai dikenal di berbagai kota Islam.
Tingkatan dan Macam-macam Qirâ`ât
- Qirâ`ât dari Segi Kuantitas
 
Kerana para Sahabat ketika menulis mushaf ini telah bersungguh-sungguh membuat rasm (cara menulis mushaf) mengikut dialek qirâ`ât yang berbeza yang mereka ketahui. Dan jika satu syarat atau lebih tidak dipenuhi, qirâ`ât itu dinamakan qirâ`ât lemah, syâz atau batil. Di mana qirâ`ât pada abad tersebut dicatatkan, maka lahirlah varieti qirâ`ât yang terkenal seperti berikut:34.
Para ulama dan ahli hukum Islam sepakat bahwa qirâ`ât yang kedudukannya mutawatir adalah qirâ`ât yang sah dan resmi seperti halnya qirâ`ât Al-Qur`an. 35 Manna Khalil al-Qattan, Kajian Ilmu Al-Qur'an, et. 14 hal. 250 . menyebutkan bahwa qirâ`ât jenis ini mengandung qirâ`ât yang bisa digunakan. Begitu juga dengan qirâ`ât yang diriwayatkan oleh imam mutawatir tujuh atau imam sepuluh, atau dari imam lain yang sanadnya dapat diterima.
Contoh qirâ`ât ini ialah qirâ`ât yang diriwayatkan oleh al-Hakim daripada nasab 'Asim aj-Jahdari, daripada Abu Bakrah. Contoh dalam hal ini Muhammad ibn Ja'far al-Khuza'I telah mengumpulkan beberapa qirâ`ât yang dikategorikan sebagai qirâ`ât maudhu. Qirâ`ât sab`ah ialah qirâ`ât yang diriwayatkan oleh tujuh imam qirâ`ât dengan setiap imam mempunyai dua perawi.
Padahal, selain tujuh Imam yang dibakukan oleh Ibnu Mujahid (wafat 334 H), ada bacaan Imam lain yang memiliki kualitas keabsahan yang sama, karena qirâ`âtnya sangat bagus.
Klasifikasi Qirâ`ât dari Segi Pengaruhnya terhadap Penafsiran
5 Khalid bin Muhammad al-Hâfiz and Sayyid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma'âni fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât es-Sab', (Madinah: Dâr az-Zamân, 2003), hal.197 . 11 Khalid bin Muhammad al-Hâfiz and Sayyid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma'âni fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab', hal. Al-Baqarah [2]: 222 tentang 'Abdurrauf as-Singkili tidak memuat pembahasan tentang qirâ'ât.
15 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma'âni fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab', h. 18. Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al -Farah, Taqrîbul Ma'âni fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab', h. 21 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma'âni fî Syarah Hirz al- Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab', h.
28 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma'âni fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab', h. 366. 39 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma'âni fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab', h. 435. Al-Burûj [85]: 15 ini di dalam tefsir Tarjumân Al-Mustafîd ne daje enak opis sekali tentang qirâ`ât.
-Burûj [85]: 15 dalam tafsir Tarjumân Al-Mustafid tidak memberikan keterangan apapun tentang qirâ`at.
BIOGRAFI ‘ABD AR-RAUF AS-SINGKILI DAN KITAB
Karya-karya
23 Nasharuddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur'an di Indonesia, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), Cet. 39 Nasharuddin Baidan, Perkembangan Tafsir Al-Qur'an di Indonesia, (Solo: Pt Tiga Sernakii Pustaka Mandiri, 2003), Cet. 1 Abd ar-Rauf as-Singkili, Al-Qur`an al-Karim Wa Bihâmisyi Tarjuman al-Mustafid, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1990) s.
23 Abd ar-Rauf as-Singkili, Al-Koran al-Karim Wa Bihâmisyi Tarjuman al-Mustafid, h. 24 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz en Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma’ani fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab’, h. 246. 27 Abd ar-Rauf as-Singkili, Al-Koran al-Karim Wa Bihâmisyi Tarjuman al-Mustafid, h.
31 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz en Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma'ani fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab', h. 380. 32 Abd ar-Rauf as-Singkili, Al-Qur`an al-Karim Wa Bihâmisyi Tarjuman al-Mustafid, h. 38 Abd ar-Rauf as-Singkili, Al-Qur`an al-Karim Wa Bihâmisyi Tarjuman al-Mustafid, h.
43 Kalid bin Muhammad al-Hâfiz dan Sayid Lasyain Abu al-Farah, Taqrîbul Ma'âni fî Syarah Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât as-Sab', h. 444.
Kitab Tafsir Tarjuman al-Mustafid
- Latar Belakang Penulisan
 - Sumber Penafsiran
 - Bentuk Tafsir
 - Metode Penafsiran
 - Sistematika Penulisan
 - Corak Penafsiran
 - Karakteristik Tafsir Tarjuman al-Mustafid
 - Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tarjuman al-Mustafid
 
PERBEDAAN QIRÂ`ÂT DAN IMPLIKASINYA