• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar-dasar Keragaman Qirâ`ât

BAB II. KAJIAN TENTANG QIRÂ`ÂT

B. Dasar-dasar Keragaman Qirâ`ât

Keragaman qirâ`ât sudah ada sejak Al-Qur`an diturunkan. Rasulullah Saw. sudah menyampaikan keragaman qirâ`ât Al-Qur`an tersebut kepada para sahabat meskipun tidak semua sahabat mendapatkannya secara utuh dan menyeluruh. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari informasi hadis Nabi Saw.

yang mengungkapkan peristiwa yang terjadi antara Sahabat Umar bhin Khaththab dengan Hisyam bin Hakim dimana Umar bin Khaththab menerima bacaan Al-Qur`an surat al-Furqan berbeda dengan bacaan yang disampaikan Rasulullah kepada Hisyam bin Hakim.7

6 Ahmad Fathoni, “Ragam Qiraat Al-Qur`an”, dalam Jurnal Suhuf, Vol. 2, No. 1, 2009, h.

56-57

7 Saad Abdul Wahid, “Makna Turunnya Al-Qur`an dalam Tujuh Huruf”, Dalam Insyirah Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam, Vol. 1, No. 2 Desember 2013, h. 103

Terdapat 50 buah lebih hadis Nabi Saw yang menegaskan bahwa al- Qur`an di turunkan dengan beragam bacaan, diantaranya hadis-hadis berikut ini:

1. Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Ibnu Abbas ra:

ٍباَهِش ِنْبا ْنَع ٌلْيَقُع يِنَثَّدَح َلاَق ُثْيَّللا يِنَثَّدَح َلاَق ٍرْيَفُع ُنْب ُدْيِعَس اَنَثَّدَح ُع يِنَثَّدَح َلاَق ِهَّللا ِدْبَع ُنْب ِهَّللاُدْيَب

اَمُهْنَع ُهَّللا َي ِض َر ٍساَّبَع َنْب ِهَّللا َدْبَع َّنَأ

ُهَثَّدَح َّلَص ِهَّللا َلوُس َر َّنَأ ٍف ْرَح ىَلَع ُلي ِرْب ِج يِنَأ َرْقَأ َلاَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ى

ف ُرْحَأ ِةَعْبَس ىَلِإ ىَهَتْنا ىَّتَح يِنُدي ِزَي َو ُهُدي ِزَتْسَأ ْل َزَأ ْمَلَف ُهُتْعَجا َرَف هاور(

)يراخبلا .

8

“Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Ufair ia berkata, Telah menceritakan kepadaku Al-Laits ia berkata, telah menceritakan kepadaku Uqail dari Ibnu Syihab ia berkata, Telah menceritakan kepadaku Ubaidullah bahwa Abdullah bin Abbas ra telah menceritakan kepadanya bahwa; Rasulullah Saw bersabda: "Jibril telah membacakan padaku dengan satu dialek, maka aku pun kembali kepadanya untuk meminta agar ditambahkan, begitu berulang-ulang hingga berakhirlah dengan Sab’atu ahrûf (Tujuh dialek yang berbeda)." (HR. al-Bukhârî)

2. Hadis riwayat Imam Muslim, Dari Ubay bin Ka’ab:

ٍبْعَك ِنْب ِ يَبُأ ْنَع ٍراَفِغ يِنَب ِةاَضَأ َدْنِع َناَك َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص َّيِبَّنلا َّنَأ

َهَّللا َّنِإ َلاَقَف م َلاَّسلا ِهْيَلَع ُلي ِرْب ِج ُهاَتَأَف َلاَق َتَّمُأ َأ َرْقَت ْنَأ َك ُرُمْأَي

ىَلَع َنآ ْرُقْلا َك

لا ُلَأْسَأ َلاَقَف ٍف ْرَح َةَيِناَّثلا ُهاَتَأ َّمُث َكِلَذ ُقيِطُت َلَ يِتَّمُأ َّنِإ َو ُهَت َرِفْغَم َو ُهَتاَفاَعُم َهَّل

َأ َك ُرُمْأَي َهَّللا َّنِإ َلاَقَف َتَّمُأ َأ َرْقَت ْن

ُهَتاَفاَعُم َهَّللا ُلَأْسَأ َلاَقَف ِنْيَف ْرَح ىَلَع َنآ ْرُقْلا َك

َلَ يِتَّمُأ َّنِإ َو ُهَت َرِفْغَم َو َهَّللا َّنِإ َلاَقَف َةَثِلاَّثلا ُهَءاَج َّمُث َكِلَذ ُقيِطُت

َأ َرْقَت ْنَأ َك ُرُمْأَي

8 Al-Bukhâri, Shahih al-Bukhâri, Kitab Keutamaan Al-Qur’an, Bab Allah Menurunkan Al- Qur`an dengan Tujuh Logat, Hadis No. 4607

َتَّمُأ َلَ يِتَّمُأ َّنِإ َو ُهَت َرِفْغَم َو ُهَتاَفاَعُم َهَّللا ُلَأْسَأ َلاَقَف ٍف ُرْحَأ ِةَث َلاَث ىَلَع َنآ ْرُقْلا َك

اَقَف َةَعِبا َّرلا ُهَءاَج َّمُث َكِلَذ ُقيِطُت َهَّللا َّنِإ َل

َتَّمُأ َأ َرْقَت ْنَأ َك ُرُمْأَي ىَلَع َنآ ْرُقْلا َك

اوُباَصَأ ْدَقَف ِهْيَلَع اوُء َرَق ٍف ْرَح اَمُّيَأَف ٍف ُرْحَأ ِةَعْبَس )ملسم هاور(

9

“Dari Ubay bin Ka'ab bahwasanya Nabi Saw berada di kolam air Bani Ghifar. Kemudian beliau didatangi Jibril as. seraya berkata,

"Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur`an kepada umatmu dengan satu huruf (lahjah bacaan)." Beliau pun bersabda: "Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu akan hal itu." kemudian Jibril datang untuk kedua kalinya dan berkata, "Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur`an kepada umatmu dengan dua huruf." Beliau pun bersabda: "Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu akan hal itu." Lalu Jibril mendatanginya untuk ketiga kalinya seraya berkata,

"Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur`an kepada umatmu dengan tiga huruf." Beliau bersabda "Saya memohon kasih sayang dan ampunan-Nya, sesungguhnya umatku tidak akan mampu akan hal itu." Kemudian Jibril datang untuk yang keempat kalinya dan berkata, "Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur`an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Dengan huruf yang manapun yang mereka gunakan untuk membaca, maka bacaan mereka benar." (HR. Muslim)

3. Hadis riwayat Imam al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa`I, at- Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Jarir, Umar bin Khaththab ra berkata:

لا ِلوُس َر ِةاَيَح يِف ِناَق ْرُفْلا َة َروُس ُأ َرْقَي ٍما َز ِح ِنْب ِميِكَح َنْب َماَشِه ُتْعِمَس ِهَّل

ْمَل ٍة َريِثَك ٍفو ُرُح ىَلَع ُأ َرْقَي َوُه اَذِإَف ِهِتَءا َرِقِل ُتْعَمَتْساَف َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِة َلاَّصلا يِف ُه ُرِواَسُأ ُتْدِكَف َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُس َر اَهيِنْئ ِرْقُي َّبَلَف َمَّلَس ىَّتَح ُت ْرَّبَصَتَف َكُتْعِمَس يِتَّلا َة َروُّسلا ِهِذَه َكَأ َرْقَأ ْنَم ُتْلُقَف ِهِئاَد ِرِب ُهُتْب

َلوُس َر َّنِإَف َتْبَذَك ُتْلُقَف َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُس َر اَهيِنَأ َرْقَأ َلاَق ُأ َرْقَت

9 Muslim an-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab Sholatnya Musafir dan Penjelasan Tentang Qashar, Bab Penjelasan bahwa Al-Qur`an turun dengan Turun Dialek dan Penjelasan tentang Maknanya. Hadis No. 1357

اَهيِنَأ َرْقَأ ْدَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُهُدوُقَأ ِهِب ُتْقَلَطْناَف َتْأ َرَق اَم ِرْيَغ ىَلَع

ِة َروُسِب ُأ َرْقَي اَذَه ُتْعِمَس يِ نِإ ُتْلُقَف َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ِلوُس َر ىَلِإ ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُس َر َلاَقَف اَهيِنْئ ِرْقُت ْمَل ٍفو ُرُح ىَلَع ِناَق ْرُفْلا َمَّلَس َو

ِهَّللا ُلوُس َر َلاَقَف ُأ َرْقَي ُهُتْعِمَس يِتَّلا َةَءا َرِقْلا ِهْيَلَع َأ َرَقَف ُماَشِه اَي ْأ َرْقا ُهْلِس ْرَأ يِتَّلا َةَءا َرِقْلا ُتْأ َرَقَف ُرَمُع اَي ْأ َرْقا َلاَق َّمُث ْتَل ِزْنُأ َكِلَذَك َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص َف يِنَأ َرْقَأ َنآ ْرُقْلا اَذَه َّنِإ ْتَل ِزْنُأ َكِلَذَك َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُس َر َلاَق

)يراخبلا هاور(ُهْن ِم َرَّسَيَت اَم اوُء َرْقاَف ٍف ُرْحَأ ِةَعْبَس ىَلَع َل ِزْنُأ

10

“Umar bin Al Khaththab berkata, "Aku pernah mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam sedang membaca Surat Al-Furqan di masa Rasulullah Saw., aku pun mendengarkan bacaannya dengan seksama.

Maka, ternyata ia membacakan dengan huruf yang banyak yang Rasulullah Saw. belum pernah membacakannya seperti itu padaku.

Maka aku hampir saja mencekiknya saat shalat, namun aku pun bersabar menunggu sampai ia selesai salam. Setelah itu, aku langsung meninting lengan bajunya seraya bertanya, "Siapa yang membacakan surat ini yang telah aku dengan ini kepadamu?" Ia menjawab,

"Rasulullah Saw. yang telah membacakannya padaku." Aku katakan,

"Kamu telah berdusta. Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah membacakannya padaku, namun tidak sebagaimana apa yang engkau baca." Maka aku pun segera menuntunnya untuk menemui Rasulullah Saw. Selanjutnya, kukatakan kepada beliau, "Sesungguhnya aku mendengar orang ini membaca Surat Al-Furqan dengan huruf (dialek bacaan) yang belum pernah Anda bacakan kepadaku." Maka Rasulullah Saw. pun bersabda: "Bacalah wahai Hisyam." Lalu ia pun membaca dengan bacaan yang telah aku dengar sebelumnya. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: "Begitulah ia diturunkan." Kemudian beliau bersabda: "Bacalah wahai Umar." Maka aku pun membaca dengan bacaan sebagaimana yang dibacakan oleh Rasulullah Saw. kepadaku.

Setelah itu, beliau bersabda: "Seperti itulah surat itu diturunkan.

Sesungguhnya Al-Qur`an ini diturunkan dengan tujuh huruf (tujuh

10 Al-Bukhâri, Shahih al-Bukhâri, Kitab Keutamaan Al-Qur’an, Bab Allah Menurunkan Al-Qur`an dengan Tujuh Logat, Hadis No. 4608

dialek bacaan). Maka bacalah ia, sesuai dengan dialek bacaan yang kalian bisa.(HR. al-Bukhârî)

Ulama berbeda pendapat dalam memahami makna sab’atu ahrûf yang disebutkan dalam sejumlah hadis Nabi Saw. Perbedaan dalam pemahaman tersebut adalah menurut Ulama ahli fiqih makna sab’atu ahrûf adalah bentuk muthlaq, muqoyyad, ‘am, khash, nash, mu’awwal, dst. Menurut Ulama ahli Lughahsab’atu ahrûf adalah hadzf, shilah, taqdim, ta’khir, isti’arah, kinayah, dst. Menurut Ulama ahli Nahwu Sab’atu ahrûf adalah Mudzakar, muannats, syarth, I’rab, tashgir, dst. Menurut Ulama Shufi Sab’atu ahrûf adalah Zuhd, qana’ah, muraqabah, khauf, raja’, mahabbah, ma’rifah, dst. Menurut Abu Hatim as-Sajistani, Ibnu Qutaibah, al-Baqillani, Abu Fadhl ar-Razi dan Ibnu JazariSab’atu ahrûf adalah beragam bahasa dan qirâ`ât. Menurut Sufyan Ibnu Uyainah, Abdullah ibnu Wahab, Ibnu Abd al-Barr at-ThahawiSab’atu ahrûf adalah beragam versi lafaz yang punya makna hampir sama. Menurut Abu Ubaid, Ahmad ibnu Yahya, Tsa’lab sab’atu ahrûf adalah tujuh macam bahasa kabilah yang tersebar di dalam al-Qur`an. Menurut at-Thabârî sab’atu ahrûf adalah tujuh macam bahasa kabilah yang terkumpul dalam satu lafaz. Menurut Qadhi Iyadh sab’atu ahrûf adalah tidak memiliki jumlah angka tertentu.

Menurut Khalil ibnu Ahmad sab’atu ahrûf adalah satu lafaz yang memiliki tujuh versi qirâ`ât yang berbeda. Menurut As-Shubkiy sab’atu ahrûf adalah satu lafaz tidak mesti memiliki tujuh versi qirâ`ât yang berbeda, tetapi tidak lebih dari tujuh sebagian ulama ahli qirâ`ât Perbedaan cara pengucapan, seperti idzhar, idgham, tarqiq, imalah dll. 11

Menurut Imam as-Suyûti (w. 991/ 1583) perbedaan pemaknaan sab’atu ahrûf mencapai empat puluh pendapat ulama.12 Ulama yang memaknai sab’atu ahrûf dengan tujuh macam dialek atau bahasa, yang dimaksud adalah bahasa/dialek Quraisy, Hudzail, Tsaqîf, Kinânah, Hawâzin, Tamîm dan

11 Romlah Widayati dkk., Ilmu Qirâ`ât 1 (Memahami Bacaan Imam Qirâ`ât Tujuh), (Ciputat : IIQ Jakarta Press, 2015) h., 12-13

12 Al-Suyûti, al-Itqân fi ‘Ulûm Al-Qur`an, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th) Jilid 1, h. 47

Yaman. Salah satu pendapat yang mendapat banyak dukungan dari para ulama karena pendapat ini dilakukan melalui penelitian terhadap data-data qirâ`ât yang dinilai akurat yaitu pendapat dari Abû Fadhl ar-Razi (w. 454/ 1062) menurut beliau sab’atu ahrûf adalah tujuh macam segi perbedaan. Di mana perbedaan bacaan Al-Qur`an tersebut tidak terlepas dari tujuh macam segi perbedaan.13 Perbedaan tersebut meliputi:

a) Perbedaan bentuk isim: mufrad, jama’, muannats atau mudzakkar, seperti (QS. Al-Bâqarah [2]:285):

ۦِهِلُس ُر َو ۦِهِبُتُك َو ۦِهِتَكِئَٰٓ َلَمَو ِهَّللٱِب َنَماَء ٌّلُك …

….

Lafaz

ۦِهِبُتُك

dibaca dalam bentuk jamak dan dibaca

ۦِهِباَتِك

dalam

bentuk bentuk mufrad.

b) Kalimat fi’il (kata kerja), yaitu bentuk madhi (masa lampau), mudhâri’ (masa sedang), amr (bentuk perintah). Contoh (QS. Saba [34]:19):

اَن ِراَف ۡسَأ َن ۡيَب ۡدِع َب اَنَّب َر ْاوُلاَقَف

….

Kata

ۡدِع َب

(fi’il amr) dapat dibaca

َد َع َب

(fi’il madhî) sehingga berbunyi

اَن ِراَف ۡسَأ َنۡيَب َد َع َب اَنُّب َر ْاوُلاَقَف

c) Al-Ibdal yaitu mengganti suatu huruf atau lafadz tertentu dengan huruf atau lafadz lain yang bermakna sama. Contoh (QS. Al- Baqarah [2]:259):

اَه ُزِشنُن َف ۡيَك ِماَظِعۡلٱ ىَلِإ ۡرُظنٱ َو …

….

Kata

اَه ُزِشنُن

dengan huruf

ز

dapat dibaca dengan huruf

ر

berbunyi

اَه ُرِشنُن

13 Saad Abdul Wahid, “Makna Turunnya Al-Qur`an dalam Tujuh Huruf”, Dalam Insyirah Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam, Vol. 1, No. 2 Desember 2013, h. 109-112

d) At-Taqdim dan at-Ta’khir, yaitu mendahulukan dan mengakhirkan lafaz-lafaz tertentu. Contoh (QS. At-Taubah [9]:111):

ََۖنوُلَت ۡقُي َو َنوُلُتۡقَيَف ِهَّللٱ ِليِبَس يِف َنوُلِت َقُي …

….

Dapat dibaca terbalik:

َنوُلُت ۡقَي َو َنوُلَتْقُيَف ِهَّللٱ ِليِبَس يِف َنوُلِت َقُي

e) Al-I‘rab, yaitu kedudukan suatu kata dalam suatu kalimat. Contoh (QS. Al-Burûj [85]:15):

ۡلٱ ِش ۡرَعۡلٱ وُذ ُدي ِجَم

٥١

Kata

وُذ

sebagai sifat dari

ُدي ِجَمۡلٱ

tetapi dapat juga menjadi sifat dari kata

ِش ۡرَعۡلٱ

sehingga berbunyi

ُدي ِجَمۡلٱ ِش ۡرَعۡلٱ وُذ

f) Segi az-Ziyâdah dan an-Nuqsân, yaitu penambahan dan pengurangan kata atau kalimat dalam suatu susunan ayat. Contoh (QS. At-Taubah [9]:100):

َّنَج ۡمُهَل َّدَعَأ َو … ُر َهۡنَ ۡلٱ اَهَت ۡحَت ي ِر ۡجَت ٍت

….

Ditambah huruf

ْنِم

sebelum kata

اَهِتْحَت

sehingga menjadi

َل َّدَعَأ َو َّنَج ۡمُه ي ِر ۡجَت ٍت

ْن ِم ُر َهۡنَ ۡلٱ اَهَت ۡحَت

g) Segi yang terkait dengan dialek seperti al-Izhâr dan al-Idghâm, al- Tafkhîm, al-Tarqîq, al-Fath dan al-Imâlah. Contoh (QS. An- Nâzi’ât [79]15):

َٰٓ ىَسوُم ُثيِدَح َك ىَتَأ ۡلَه ٥١

Kata

َك ىَتَأ

dan kata

َٰٓ ىَسوُم

terbaca ateka dan muse (dibaca imalah).14

14 Romlah Widayati dkk., Ilmu Qirâ`ât 1 (Memahami Bacaan Imam Qirâ`ât Tujuh), (Ciputat : IIQ Jakarta Press, 2015) h., 13-14

C. Sejarah Perkembangan Qirâ`ât

Dokumen terkait