Pelanggaran Tindak pidana Negara tempat kejadian Bukan tindak pidana Tindak pidana Negara tempat kejadian Kejahatan Bukan tindak pidana Tidak ada yang berlaku. Tidak ada ketentuan bahwa yang dapat diadili hukum Indonesia merupakan kejahatan, hanya disebut tindak pidana. Tindak pidana mencakup perbuatannya maupun kesalahan/pertanggungjawabannya Ahli hukum pidana aliran monistis: Simons, Van Hamel, E.
Unsur sifat melawan hukum harus selalu dianggap dipersyaratkan dalam setiap rumusan tindak pidana, walaupun unsur tersebut tidak selalu dituliskan/tidak selalu menjadi uraian tindak pidana. Korporasi tidak dikenal di KUHP, namun di peraturan perundang-undangan di luar KUHP KUHP Nasional mengenal subyek tindak pidana korporasi. Tindak pidana yang penuntutannya memerlukan pengaduan dari korban atau orang tertentu yang ditetapkan undang-undang.
Unsur tindak pidana yang tidak memuat melawan hukum sebagai unsur tertulis maka tidak perlu dimuat dalam surat dakwaan dan tidak perlu dibuktikan. KUHP Nasional menganut pendapat pertama, Pasal 12: tindak pidana merupakan perbuatan yang oleh peraturan perundang-undangan diancam dengan sanksi pidana dan/atau tindakan Yurisprudensi. Putusan MA No 13 PK/Pid.Sus/2016 “setiap perbuatan pidana adalah melawan hukum, meskipun kata-kata melawan hukum tidak dirumuskan secara eksklusif dalam pasal-pasal undang-undang yang mengatur tindak pidana tersebut”.
Jika ada alasan penghapus pidana yang menghapus sifat melawan hukum maka tindak pidana yang didakwakan hilang sifat melawan hukumnya, putusan lepas.
Conditio Sine Qua Non Pencetus: Von Buri
Teori-teori yang menggeneralisasi
Simons
Pompe
Teori yang mengindividualisasi
Teori Relevansi
Suatu perbuatan tidak membuat seseorang bersalah, kecuali dengan sikap batin yang salah Kesalahan dalam arti luas= dolus dan culpa. Kesalahan dalam arti sempit (schuld)= culpa Pertanggungjawaban pidana. Pertanggungjawaban pidana adalah pertanggungjawaban seseorang terhadap tindak pidana yang dilakukannya. Syarat untuk seseorang dinyatakan bersalah atau mempunyai pertanggungjawaban pidana:. 1) Adanya kemampuan bertanggungjawab pada si pembuat. 2) Hubungan batin antara si pembuat dengan perbuatannya, yang berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa). Pidana = Tindak Pidana + Kesalahan (Pertanggungjawaban pidana/PJP) + Tujuan pemidanaan. Suatu keadaan psikis sedemikian rupa yang membenarkan adanya penerapan suatu upaya pemidanaan. Kemampuan bertanggungjawab adalah suatu keadaan normalitas psikis dan kematangan yang membawa tiga kemampuan, yaitu:. 1) Mampu mengerti nilai akibat perbuatan sendiri. 2) Mampu menyadari bahwa perbuatan itu menurut pandangan masyarakat tidak diperbolehkan. 3) Mampu menentukan kehendaknya atas perbuatan-perbuatan itu. Tidak ada kemampuan bertanggungjawab pada si pelaku dalam hal:. 1) Ia tidak ada kebebasan untuk memilih antara berbuat dan tidak berbuat mengenai apa yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang. 2) Dalam keadaan sedemikian rupa sehingga tidak dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan hukum dan tidak dapat menentukan akibat perbuatannya.
Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggu karena penyakit, tidak dapat dipidana. Yang menentukan seseorang dapat bertanggungjawab atau tidak adalah hakim dan dalam pembuktian hakim perlu dibantu dengan surat keterangan ahli atau dihadirkan ahli psikiatri.
Tidak mampu bertanggungjawab sebagian
Tidak ada kemampuan bertanggungjawab pada si pelaku dalam hal:. 1) Ia tidak ada kebebasan untuk memilih antara berbuat dan tidak berbuat mengenai apa yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang. 2) Dalam keadaan sedemikian rupa sehingga tidak dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan hukum dan tidak dapat menentukan akibat perbuatannya. Motif bukan unsur tindak pidana melainkan alasan yang mendorong pelaku untuk melakukan suatu tindak pidana sehingga tidak perlu dibuktikan. Adanya kesengajaan menggugurkan kandungan sudah cukup bahwa perempuan itu menduga anaknya masih hidup, namun jika ternyata sudah meninggal maka tidak dapat dipidana karena syaratnya harus dalam keadaan hidup ketika perbuatan dilakukan.
Sengaja sebagai maksud atau tujuan (opzet als oogmerg)
Sengaja dengan kesadaran/keinsyafan kepastian (opzet met zekerheindsbewutszijn)
Dolus determinatus
Dolus Subsequens
Opzet Kleurloos
Culpa Levissima dan Culpa Lata Culpa levissima: kelalaian ringan
Bewuste Schuld dan Onbewuste Schuld Bewuste schuld: kealpaan yang disadari
Culpa subjektif dan culpa objektif
Culpa yang menimbulkan akibat dan culpa yang tidak menimbulkan akibat
Pelaku percobaan tindak pidana pantas dipidana karena faktor adanya niat jahatnya dalam melakukan tindak pidana dengan telah dimulainya kejahatan itu.
Teori objektif
Teori campuran
Niat
Salah satu rangkaian telah dilakukan, maka telah ada perlukaan bagi tata hukum walaupun belum perlukaan yang selesai tetapi sudah membahayakan tata hukum.
Objektif formil
Tidak selesainya pelaksanaan hanya (semata-mata) karena keadaan di luar kehendak pelaku
Percobaan yang sempurna/selesai
Percobaan yang tertangguh/tertunda
Dapat dipidana menurut teori subjektif karena sudah ada niat dan menurut teori objektif karena sudah ada kepentingan hukum yang dibahayakan.
Percobaan yang tidak sempurna
Tidak sempurna objek (mutlak)
Tidak sempurna objek (relatif)
Tidak sempurnanya alat (mutlak)
Tidak sempurnanya alat (relatif)
Yang menyuruh melakukan (doen pleger)
Kerjasama tidak perlu dibuat dengan rencana atau kesepakatan terlebih dahulu karena yang dibuktikan saling pengertian diantara sesama pelaku dan pada saat perbuatan yang diwujudkan masing-masing pelaku bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Sebagian orang memenuhi semua unsur tindak pidana (pleger), sebagian memenuhi sebagian unsur tindak pidana (medepleger). Masing-masing hanya memenuhi sebagian unsur tindak pidana, namun kumpulan perbuatan orang akhirnya memenuhi semua unsur.
Yang menggerakkan (uitlokker) Syarat-syarat penggerakkan
Pemberian
Ancaman
Memberikan sarana 9. Memberikan keterangan
Orang yang digerakkan itu melaksanakan apa yang digerakkan oleh si penggerak dengan melakukan tindak pidana atau setidak-tidaknya melakukan percobaan tindak pidana. Memandang bukan mustahil seseorang menggerakkan terjadinya perbuatan dengan pengetahuan orang yang akan melakukan perbuatan dapat mengira-ngirakan kemungkinan akibat yang tidak dikehendaki atau dapat mengirakan kemungkinan terjadinya akibat.
Pembantuan (medeplichtigheid)
Tidak ada membantu melakukan tindak pidana sesudah tindak pidana dilakukan Penggerakkan yang gagal (Pasal 163 bis). Jika gagal menggerakkan orang lain melakukan kejahatan atau percobaan tidak terjadi dihukum (delik sendiri) kecuali gagal karena kehendak sendiri maka tidak dapat dipidana. Diadili seandainya perkara diadili pada saat yang sama dengan tindak pidana yang dilakukan pada saat itu (yang seharusnya merupakan perbarengan).
Eendaadse Samenloop (Concursus Idealis) Diatur Pasal 63 KUHP
Meerdaadse Samenloop (Concursus realis) Diatur pasal 65-71 KUHP
Voortgezette Handeling Diatur Pasal 64 KUHP
Eendaadse Samenloop (Concursus Idealis)Diatur Pasal 63 KUHP. 1) Harus timbul dari satu niat atau kehendak atau keputusan (2) Perbuatan-perbuatan itu harus sama macamnya. 3) Waktu antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya tidak terlalu lama Contoh: A merupakan seorang pegawai negeri sipil. Jika seseorang melakukan beberapa perbuatan yang merupakan beberapa tindak pidana, masing-masing diancam dengan pidana yang bermacam-macam, maka terhadap orang tersebut hanya dijatuhi 1 pidana saja seolah-olah meliputi pidana lain yang diancamkan. Terdapat beberapa ketentuan yang harus diterapkan, namun yang diterapkan satu ancaman pidana saja dengan diperberat (misalnya ditambah ⅓).
Kumulasi
Maks: 1 + 15 tahun = 16 tahun, bukan 15 + 15 x ⅓ = 20 karena 20 tahun tersebut merupakan batas maksimum tetapi melebihi penjumlahan sehingga yang dipakai adalah yang terkecil.
- Keadaan Darurat (Noodtoestand) Pasal 48 KUHP
 - Pembelaan Terpaksa Pasal 49 ayat (1) KUHP
 - Menjalankan perintah undang-undang Pasal 50 KUHP
 - Menjalankan perintah jabatan Pasal 51 ayat (1) KUHP
 - Tidak mampu bertanggungjawab Pasal 44 KUHP
 - Daya paksa (overmacht) Pasal 48 KUHP
 - Keadaan darurat Pasal 48 KUHP
 - Bela paksa lampau batas Pasal 49 ayat (2) KUHP
 - Menjalankan perintah jabatan yang tidak sah tetapi dengan iktikad baik
 - Gugurnya Kewenangan Penuntutan di KUHP a. Matinya terdakwa
 - Gugurnya Kewenangan Penuntutan di Luar KUHP a. Amnesti
 
Ada yang sudah ditulis undang-undang seperti Pasal 51 ayat (2) KUHP, melaksanakan perintah jabatan yang tidak sah tetapi mengira perintah tersebut sah. Awalnya hanya daya paksa, namun yurisprudensi dan doktrin melihat adanya perbedaan dengan keadaan darurat di Pasal 48 KUHP dengan daya paksa. Keadaan darurat sebagai alasan pembenar: Perbuatan bukan suatu yang melawan hukum, dapat dibenarkan, tidak tercela.
Harus terdapat keseimbangan antara alat yang digunakan dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai pelaksanaan ketentuan undang-undang. Menjalankan perintah jabatanPasal 51 ayat (1) KUHP Pasal 51 ayat (1) KUHP. Perintah atasan merupakan perintah atasan yang diberikan pejabat yang berwenang, tidak perlu konkret, namun juga termasuk instruksi yang bersifat umum. Tidak mampu bertanggungjawabPasal 44 KUHP Pasal 44 KUHP. tubuhnya atau terganggu karena penyakit Tiga istilah:. 2) Cacat dalam pertumbuhan (3) Terganggu karena penyakit. Dalam Pasal 38 KUHP Nasional selain yang tidak mampu bertanggung jawab diatur juga tentang orang yang kurang mampu bertanggung jawab.
Karena adanya serangan atau ancaman serangan yang pada saat itu juga dan serangan bersifat melawan hukum. Tidak berarti hubungan atasan bawahan, namun bisa kepada orang lain selama perintah diberikan berdasarkan undang-undang. Maksimum pidana denda dibayar sukarela bagi tindak pidana yang diancam pidana denda paling banyak kategori III, untuk Kategori IV maksimum pidana denda dibayar dengan sukarela bagi tindak pidana yang diancam paling lama 1 tahun.
Hal-hal atau keadaan yang membuat ancaman pidana dari suatu tindak pidana dalam suatu pasal di undang-undang diperberat. Misalnya adanya recidive atau delik dikualifisir atau pada tindak pidana korupsi misalnya tipikor yang dilakukan dalam keadaan tertentu dapat dijatuhi hukuman mati.