Untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan klien menemukan dirinya, konselor harus memiliki keterampilan dasar dalam melakukan wawancara dalam proses konseling. Setiap tahap mempunyai keterampilan tertentu yang digabungkan untuk membangun proses konseling yang utuh.
Makna Keterampilan Konseling
Pandangan negatif ini bisa diterapkan pada pemikiran tentang diri sendiri, namun bisa juga diterapkan pada pemikiran negatif terhadap orang lain. Kita jarang mengamati orang lain tanpa ingin mengetahui alasan atau pemikiran yang mendasari perkataan dan perbuatannya.
Empati dalam konteks dan Person
Sebaliknya, jika kinerja Anda buruk, Anda akan menyalahkan situasi: ujian yang sulit, tidak masuk akal, tidak manusiawi dan lain-lain. Beberapa individu dengan skor sangat rendah bahkan mengalami kesulitan dalam obrolan ringan atau percakapan ramah.
Empati Afektif Dan Kognitif
Empati dapat berupa respon afektif dan kognitif, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memahami mengapa orang lain merasakan kesedihan atau kegembiraan. Empati kognitif didasarkan pada kemampuan melihat, membayangkan, dan memikirkan suatu situasi dari sudut pandang orang lain.
Empati Sebagai Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling
Jenis-jenis penstrukturan
Konselor : “Untuk memanfaatkan waktu anda sebaik-baiknya, pertemuan 30 menit ini akan kami manfaatkan secara langsung, agar perbincangan kami lebih bermanfaat bagi anda.” Konselor : “Pada pertemuan ini kita sepakat bahwa nantinya kita akan menentukan apa yang ingin kita capai, baik tujuan umum maupun tujuan khusus, sehingga kita termotivasi untuk mencapainya.”
Nilai Terapeutik Dalam Komunikasi Konseling
Kemampuan konselor berfungsi secara kognitif secara efektif untuk mengarahkan konseling ke arah cara berpikir yang produktif untuk membantu diri sendiri. Artinya konselor menemukan dalam kemampuan yang dioperasionalkan konselor nilai-nilai pengobatan atau nilai-nilai terapeutik sebagai alternatif solusi yang harus dilakukan konselor. Sikap dan kemampuan supervisor akan erat kaitannya dengan kepribadian konselor sebagai seseorang yang bekerja membantu atau disebut Helper.
Dalam wawancara konseling, seluruh aktivitas dan situasi yang terbentuk melalui kemampuan konselor ditampilkan secara bertahap.
Konseling Sebagai Teknik Menolong
Sebagai teknik pemberian bantuan, bimbingan ini dilengkapi dengan teknik yang dapat membantu menjalin komunikasi produktif. Komunikasi produktif adalah komunikasi yang memungkinkan klien menemukan dirinya sendiri, dan konselor memotivasi klien untuk berusaha mencapai kemajuan dalam dirinya. Selain teknik yang akan digunakan oleh konselor, konselor juga merupakan tenaga profesional yang memberikan bantuan kepada individu yang mempunyai masalah baik pribadi maupun sosial, dan terutama membantu siswa mengatasi krisis identitasnya.
Konselor yang efektif dapat diartikan sebagai model yang mampu memahami permasalahan apa pun yang dialami siswa atau remaja. Pemahaman merupakan modal awal untuk memahami apa yang terjadi pada diri siswa, karena pemahaman yang baik merupakan salah satu keterampilan unggul seorang pembimbing. Menurut Gabriela, memang demikian. Jika kita melihat kualitas supervisor, mereka juga harus memahami keterampilan apa yang dimilikinya. mengeksplorasi kualitas-kualitas penting yang harus dimiliki seorang supervisor, dan bagaimana mengembangkan keterampilan tersebut ketika berhadapan dengan siswa.
Hakekat Hubungan Konseling
Ketika konselor dapat mengikuti rangkaian cerita tentang kehidupan dan perjuangan konseli, maka konselor dapat memahami bahkan memahami apa yang dirasakan dan dialami konseli selama ini. Konselor berusaha menghormati konseli dengan menunjukkan sikap yang menunjukkan penerimaan konseli dengan berusaha membantu konseli mengatakan apa yang dikatakannya dengan menawarkan insentif melalui pernyataan-pernyataan yang diikuti dengan gerakan-gerakan nonverbal yang membangun kepercayaan konseli kepada konselor dan sesudahnya. dapat memahami kemungkinan tanggapan konselor. Upaya dan cara konselor dalam menjelaskan situasi konseling seringkali memberikan kesan pada konseli bahwa konselor tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan konselor.
Proses konseling merupakan upaya konselor dalam membantu klien berdasarkan persepsi konselor terhadap apa yang diceritakan klien.
Bahasa Verbal dan Non Verbal Dalam Konseling
Proses konseling dikatakan efektif apabila konselor dapat menggunakan berbagai keterampilan konseling yang berkaitan dengan aspek mendengarkan, yang meliputi pesan verbal (isi kognitif dan afektif), memahami pesan nonverbal (isi afektif dan perilaku), serta merespons pesan verbal dan verbal. non-verbal untuk kedua jenis pesan. Untuk memastikan bahwa Keterampilan Konseling menjadi bagian integral dari teknik yang membantu klien, konselor harus sering berlatih (self-training). Keterampilan konseling dan pemahaman teoritis tentang pentingnya hubungan yang efektif dalam kaitannya dengan isu-isu tersebut agak sulit.
Mempraktikkan keterampilan konsultasi lebih sulit dibandingkan menyelesaikan pertanyaan atau berlatih menjawab pertanyaan tentang kasus dalam bentuk laporan tertulis.
Membangun Kondisi Fasilitatif Dalam Konseling
Lalu, jika konselor (penolong) hanya menanyakan “Apa yang terjadi? Apa yang kamu katakan?”, atau “Apa yang kamu katakan?”, maka seluruh sesi pertemuan akan berlalu begitu saja dan tidak akan mengungkap dasar kekhawatiran dan perasaan klien. . Pandangan ini menekankan bahwa konselor harus menunjukkan sikap empati yaitu sikap yang menunjukkan bahwa ia merasakan apa yang dialami konseli, namun dalam hal ini konselor tidak terbawa arus kesedihan atau kemarahan, frustasi dan apapun yang dirasakan konseli. . . . Dalam hal ini, konselor mungkin akan meminta bukti atau petunjuk logis tentang apa yang dirasakan klien. asalkan cocok untuk marah, frustasi, sedih dan lain-lain).
Rogers (1971) mengatakan jika konselor mampu menjangkau secara mendalam dunia pribadi klien dengan mengamati secara cermat dunia pribadi apa yang dirasakan klien, maka akan terjadi perubahan konstruktif.
Konselor Sebagai Helper
Untuk menyelaraskan perasaan dengan konsep diri, konselor harus pandai mengeksplorasi masalah dengan keterampilan coping, untuk menemukan ketahanan dan tanggung jawab klien. Dengan merasa baik, nantinya jika Anda menjadi seorang konselor, Anda akan mampu berhubungan dengan baik dan merasa nyaman dengan konselor Anda. Berpikir baik berarti berpikir kritis, mengonsep klien secara teoritis, dan menunjukkan keterampilan akademis yang baik.
Berbuat baik berarti berkomitmen dalam melayani konselor, masyarakat, dan bidang profesionalnya.
Model Keterampilan konseling
Keterampilan Memperhatikan (Attending Skills)
Truax dan Carkhuf dalam Hackney (1978) menyatakan bahwa anggukan kepala yang tepat merupakan sinyal bahwa konselor akurat dan sensitif serta serius memahami perasaan klien. Menganggukkan kepala konselor dengan benar akan memberikan kesan kepada konselor bahwa: konselor mendengarkan ungkapan konseli, konselor bersama konseli, konselor memperhatikan konseli, dan konselor akan memberikan penjelasan dan penjelasan kepada konseli. Pertanyaan terbuka dalam proses konseling umumnya lebih santai dan hidup (komunikasi menjadi lebih hangat) karena pertanyaan terbuka memberikan banyak kesempatan bagi konseli untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya, gagasannya, pemikirannya dan perasaannya.
Carkhuff (1985) mengatakan bahwa penguatan positif yang tepat merupakan hadiah atau penguatan yang paling efektif bagi konseli.
Keterampilan Memimpin (Leading Skills)
Hal ini sejalan dengan pandangan Brammer bahwa tindakan melakukan percakapan tertentu akan bermanfaat untuk: (1) mendorong anak didik untuk mengeksplorasi perasaannya dan menguraikan perasaan yang telah dibicarakan, (2) memberikan kesempatan kepada tutor untuk bebas bereksplorasi ke berbagai arah dan bebas merespons apa yang terjadi, dan (3) mendorong tutor untuk bertanggung jawab terhadap arah pembicaraan. Tujuan utama dari tindakan memimpin tidak langsung adalah agar klien dapat mempertahankan tanggung jawabnya dan mempertahankan arah pembicaraan. Sifat kontak yang bersifat publik memungkinkan klien untuk memproyeksikan ide-ide mereka sendiri dan arah wawancara.
Keterampilan Menanggapi dan Merefleksi
Refleksi perasaan serupa dengan klarifikasi, artinya sama-sama mengandung makna menegaskan makna pernyataan konseli; hanya pencerminan emosi yang mengandung penafsiran bidang afektif pesan yaitu kesan emosional yang terdapat dalam pernyataan konselor.Kesan emosional yang tersirat dalam pernyataan konselor juga mencakup sikap negatif atau positif. Konselor: “Saya sudah berusaha belajar dengan baik, tetapi guru matematika saya tetap memarahi saya.” 2. Konselor : “Pak, kemarin di kelas saya bertengkar dengan Agus, begini pak, saat waktu senggang, Agus mengetuk Rini, yang membuat saya marah, Rini adalah teman baik saya, dan saya bertanya kepada Agus, tetapi dia malah berkelahi. Saya." .
Konselor : “Saat saya sedang membaca di kelas, tiba-tiba Ani menyambar buku yang sedang saya baca.”
Berbagai Pengalaman (Sharing of Experience) 1. Pengertian
Konselor : “Akhir-akhir ini saya tidak mempunyai teman bermain atau belajar, jadi saya selalu sendiri.” Konselor : “Saya merasa sedih dan sendirian sama seperti anda jika tidak mengajak teman bermain dan belajar.” Tujuan spesifiknya adalah: (1) mengenalkan konselor pada perasaan-perasaan langsung yang dirasakan konselor, yang dapat menjadi masukan dalam mempertimbangkan tanggapan konselor. 2) Konselor dibantu untuk menemukan tindakan segera dan mencapai tujuan mereka.
Pernyataan putus cinta hendaknya dipertimbangkan secara hati-hati sehingga konselor dapat menghindari cara mengawali pernyataan putus dan/atau mengakhirinya dengan “Aku mendengar kamu berkata”, “kamu sepertinya merasakan” atau aku merasakan kamu merasakannya. ekspresi yang rumit, berulang-ulang dan bahkan berlebihan.
Keterampilan Menyimpulkan Sementara (Summarizing Skills)
Oleh karena itu, pernyataan umpan balik yang berkaitan dengan tujuan atau aspek hubungan konseling dapat diterima dengan baik oleh konseli karena keterlibatan mereka di dalamnya. Rangkuman yang dibuat konselor mempunyai arti (1) konselor memperhatikan apa yang dibicarakan, (2) konselor serius mengikuti apa yang dibicarakan. Rangkuman ini dapat dilanjutkan dengan memberikan petunjuk, atau mengingatkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan sebagai ujian pemecahan masalah yang dihadapi, dan selanjutnya konselor dapat membuat komitmen kepada konseli atau mengulangi komitmen tersebut yang sebagai 'kesepakatan kontrak telah dibuat. sehingga diperoleh alternatif penyelesaian yang benar-benar akan dilakukan oleh konselor.
Keterampilan Mengkonfrontasi (Confronting Skills)
Kamu selalu bilang kamu akan belajar dengan giat, tapi kenyataannya kamu suka tidur di kelas selama pelajaran berlangsung." Baru-baru ini kamu mengatakan bahwa kamu akan mendisiplinkan diri untuk pergi ke sekolah dan kamu tidak ingin terlambat lagi, tapi kenyataannya kamu tetap saja kamu sering terlambat".
Keterampilan Menginterpretasi
Kemampuan konselor dalam melakukan penafsiran harus mempunyai keyakinan akan keakuratan penafsirannya, kemudian di kemudian hari ia dapat menuntun konseli untuk memahami perasaan dan persepsinya secara lebih luas. Konselor harus menyadari bahwa tujuan penafsiran secara keseluruhan adalah untuk membantu orang yang diawasi melaksanakan penafsirannya sendiri. Menurut Cormier dan Cormier (1991), ada langkah-langkah yang harus diperhatikan konselor, yaitu: (a) mendengarkan dan mengidentifikasi makna tersirat dari pesan yang disampaikan konselor, (b) merumuskan dan menafsirkan masalah yang disampaikan . dari atasan, (c) yakin akan keakuratan pandangannya terhadap permasalahan dosen pembimbing, (d) memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan interpretasi, (e) menguji keefektifan interpretasi dengan mengamati reaksi dosen pembimbing baik secara verbal maupun non-verbal. secara lisan.
Keterampilan Memberi Informasi dan Nasehat
Konselor : “Saya sangat mencintai suami saya, tetapi…” “Saya menginginkan pekerjaan ini, namun sayangnya saya harus meninggalkan keluarga saya.” Sejumlah keterampilan konseling yang berbeda dapat digunakan untuk membantu klien memperjelas atau memperjelas permasalahan mereka (konseli). Keterampilan konseling merupakan salah satu keterampilan yang menjadi bagian dari kompetensi inti guru bimbingan dan konseling.
Untuk itu diberikan keterampilan konseling untuk bimbingan dan konseling oleh guru, sehingga efektifitas konseling individual lebih meningkat.