REVIEW KONSEP DASAR FONOLOGI
A. Fonologi dan Bidang Pembahasannya
Fonologi berasal dari kata phone yang berarti bunyi dan kata logos yang berarti ilmu.
Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bunyi. Bunyi yang dimaksud dalam fonologi adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi orang mendengkur bukanlah bunyi bahasa sebab tidak dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tetapi bunyi [a], [i], dan [b] merupakan bunyi bahasa karena tiga bunyi tersebut dihasilkan oleh alat ucap manusia. Muslich (2008 : 1-2) mengemukakan bahwa fonologi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik memandang bunyi bahasa sebagai media bahasa semata, sedangkan fonemik memandang bunyi-bunyi bahasa sebagai bagian dari sistem bahasa. Artinya, dalam fonemik bunyi-bunyi bahasa merupakan unsur bahasa terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata yang sekaligus berfungsi untuk membedakan makna.
Berdasarkan pengertian fonologi yang dikemukakan para linguis, terdapat dua istilah, yaitu fonetik dan fonologi. Roger Lois dalam Achmad dan Krisanjaya (2007 :1.4), menyatakan bahwa fonologi memiliki arti luas dan arti sempit. Fonologi memiliki arti luas berarti fonologi mencakup fonemik dan fonetik. Dengan demikian, kajian fonologi tidak sekadar pada organisasi bunyi berupa sistem dan pola bunyi, tetapi juga mengkaji bagaimana bunyi-bunyi tersebut diucapkan, termasuk organ ucapnya. Sebaliknya, fonologi dalam arti sempit berarti hanya mencakup fonemik, yaitu hanya mengkaji pada organisasi bunyi berupa sistem dan pola bunyi serta fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Berkaitan dengan dua perbedaan tersebut (fonetik dan fonemik), Verhaar (1981) menyatakan bahwa linguis saat ini menganggap fonetik sebagai bagian dari fonologi sehingga dalam fonologi akan ada dua hal yang dipelajari, yaitu fonetik dan fonemik. Hal tersebut selarad dengan Clark dan Yallop (1992:4) yang menyatakan tidak mungkin kita mempelajari sistem dan struktur ujaran tanpa menyinggung fonetik.
B. Cabang-cabang Fonologi
Dasar-dasar kajian fonologi mencakup dasar-dasar fonetik dan dasar-dasar fonemik.
Dalam fonetik dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik audiotoris. Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis, mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan oleh alat-alat ucap. Fonetik akustik mempelajari bunyi-bunyi bahasa menurut aspek-aspek fisiknya. Bunyi-bunyi itu diselidiki sumbernya, frekuensinya,
getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya. Hal ini memerlukan peralatan elektronik yang dikerjakan di laboratorium bahasa. Fonetik audiotoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa oleh telinga kita.
Jika kajian fonetik adalah bunyi pada umumnya atau disebut fon, maka kajian fonemik yakni bunyi bahasa yang membedakan makna. Dalam fonetik misalnya dipelajari bunyi [u] yang berbeda ucapannya seperti pada kata “busur, buku, bakul”, atau meneliti bunyi [i] seperti pada kata “isi, indah, pasir” apakah membedakan makna atau tidak. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi itu disebut fonem. Jadi, fonem adalah bunyi bahasa yang fungsional. Yaitu membedakan makna kata.
C. Hubungan Fonologi dengan Cabang-cabang Linguistik
Muslich (2008 :2-4) mengemukakan kedudukan fonologi dalam cabang-cabang linguistik sebagai berikut.
1. Dalam bidang morfologi, kedudukan fonologi berfungsi sebagai dasar untuk menjelaskan proses pembentukan kata hingga variasi yang muncul dalam pembentukan kata.
2. Dalam bidang sintaksis, kedudukan fonologi berfungsi untuk membedakan makna kalimat dari segi jeda, tekanan, dan intonasi. Hal itu disebabkan permasalahan bunyi-bunyi suprasegmental, seperti intonasi, jeda, nada, tekanan, dan panjang bunyi merupakan bagian dari kajian fonologi.
3. Dalam bidang semantik kedudukan fonologi berfungsi untuk membedakan kapan sebuah variasi bunyi dapat digunakan.
D. Manfaat Fonologi dalam Berbagai Bidang
Selain fonologi memiliki kedudukan dalam cabang-cabang linguistik yang lain, ternyata fonologi juga memiliki manfaat dalam berbagai bidang, beberapa bidang tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Dalam bidang leksikografi atau penyusunan kamus, kedudukan fonologi berfungsi sebagai cara-cara pengucapan atau pengujaran yang khas suatu kata dan variasi pengucapannya yang dideskripsikan melalui transkripsi fonetis.
Tanpa transkripsi fonetis, pembaca kamus tidak akan dapat mengetahui cara mengucapkan/mengujarkan kata yang menjadi lema kamus.
2. Dalam bidang dialektologi, kedudukan fonologi berfungsi sebagai salah satu data yang dijadikan dasar perhitungan untuk menentukan status dialek dan pemetaannya.
3. Dalam bidang pembelajaran dan pengarajan, kedudukan fonologi sebagai dasar untuk melatihkan bunyi-bunyi bahasa, terutama dalam pembelajaran bahasa kedua dan bahasa asing.
4. Dalam bidang psikolinguistik kedudukan fonologi sebagai alat untuk dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pemerolehan bahasa.
5. Dalam bidang klinis, kedudukan fonologi sebagai dasar untuk menentukan metode yang tepat dalam menangani masalah gangguan berbahasa. Penentuan metode tetsebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang ada dalam fonetik.
DAFTAR PUSTAKA
Gusar, Martua Reynhat Sitanggang. 2020. MODUL FONOLOGI. Universitas HKBP NOMMENSEN Pematangsiantar.
P., Achmad H. dan Krisanjaya. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia. Dalam: Hakikat Fonologi.
Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-38. ISBN 9796895838.