Nama: Safira Nada Asyifa Kelas: Sastra Indonesia (B) NIM: 2314016037
Judul Cerpen: Ariadne Penulis: Anton Chekhov
Pengenalan:
Cerita dimulai dengan seorang pemuda bernama Dmitry Gurov. Pemuda ini terlibat dalam hubungan rumit dengan dua wanita bernama, Ariadne dan Zoya. Dmitry awalnya memandang perempuan sebagai objek kesenangan belaka, tetapi ia mulai merasa terhubung dengan Ariadne. Cerita ini diawali dengan latar belakang Moskow, di salah satu wilayah utara.
Digambarkan suasananya yang sangat indah, rumah dan perkarangannya yang berada di tepian tinggi sungai yang ber-arus deras, serta tempat air bergemericik dengan berisik siang dan malam. Pemuda itu hidup dengan sederhana dengan sang ayah. Dimitry saat itu sedang berada di bangku perkuliahan. Setelah menyelesaikan perkuliahannya, Dimitry menghabiskan tiga tahun pertamanya di desa, menjaga perkebunan. Dimitry jatuh cinta pada seorang gadis yang katanya luar biasa cantic dan menyenangkan. Gadis itu berumur 22 tahun ketika mereka akhirnya bertemu. Gadis itu berhenti dari sekolahnya dan menghabiskan dua atau tiga tahunnya di Moskow Bersama seorang bibinya yang kaya. Namanya Ariadne.
Konflik:
Dimitry mengalami konflik internal. Dimitry merasa dirinya terjebak dalam kebingungan emosional dan moral antara dua wanita yang berbeda, Ariadne dan Zoya. Ia merasa tertarik dengan Ariadne dikarenakan kepribadiannya yang menarik, kedua matanya yang memancarkan keremajaannya, penuh kebanggaan, dan sangat memesona. Akan tetapi di sisi lain Dimitry terikan hubungan dengan Zoya. Ia harus memutuskan antara keterikatan emosional yang muncul dengan Ariadne dan kenyamanan hubungannya dengan Zoya. Dimitry sangat mencintai Ariadne, namun gadis itu tidak mampu benar-benar mencintainya. Dimitry dapat merasakan ketidakperdulian dan ketidakjujuran dalam diri gadis itu. Hanya ada iblis dalam diri Ariadne, iblis itu tak perduli bahwa dengan siapa kelak Ariadne akan hidup atau untuk siapa hidup gadis itu nantinya.
Ariadne sangat mendambakan gelar dan kedudukan yang hebat. Tetapi disaat yang bersamaan gadis itu tak ingin Dimitry meninggalkannya. Tokoh lain muncul ditengah-tengah mereka, kakak laki-laki Ariadne kedatangan temannya semasa kuliah bernama Mihail Ivanitch Lubkov.
Pria ini sudah menikah di umurnya ke 20 tahun, dan memiliki empat orang anak. Ariadne membandingkan Lubkov dengan Dimitry, gadis itu berkata bahwa Lubkov bias mengikuti kata hatinya tidak seperti Dimitry. Ariadne berencana akan pergi ke Italy Bersama Lubkov, dan itu diketahui oleh kakaknya. Lubkov menulis surat untuk Ariadne dan sang kakak menemukan
surat itu tergeletak begitu saja diatas meja. Lubkov bahkan memanggil Ariadne dengan sebutan
‘sayang’ dalam surat itu.
Ariadne meminta Dimitry pergi ke Abbazzia untuk menemuinya disana. Ariadne dan Lubkov tinggal disana berdua. Saat mereka sudah bertemu Ariadne membawa Dimitry berkeliling, dan mengenalkan Dimitry pada keluarga Rusia disana. Pada suatu malam, Dimitry dan Lubkov baru saja mengambil uang yang dikirmkan oleh ayah Dimitry, namun pengakuan yang dikatakan Lubkov malam itu membuat Dimitry ingin cepat-cepat pergi dan kembali ke kampung halamannya. Tetapi pada akhirnya ia kembali lagi kesana karna Ariadne mengatakan bahwa ia tak bahagia disana. Ariadne berada di Roma saat Dimitry menemuinya. Disana Ariadne mengatakan bahwa ia tidak mencintai Lubkov, dan hanya mencintai Dimitry.
Ending:
Dimitry menyadari bahwa kebahagiaan sejati tak bias ditemukan dalam hubungan yang dangkal atau berdasarkan nafsu saja. Dimitry merasa ia terperangkap dalam kekosongan emosional, karena meski ia merasa terhubung dengan Ariadne, ia sadar bahwa hubungan itu tidak akan membawa kebahagiaan yang sejati. Dimitry mencoba kembali pada Zoya, menunjukkan bahwa ia kembali pada kesetiaan dan kenyamanan yang ia rasakan sebelumnya.
Namun, kebingungan itu tetap ada didalam kepalanya. Menunjukkan bahwa meskipun ia telah mengambil keputusan, Dimitry masih belum yakin apakah itu keputusan yang tepat.
Judul: Istri Istimewa
Penulis: Guy De Maupassant
Pengenalan:
Cerita di awali dengan sekelompok pria yang sedang berkumpul, dan mengobrol tentang apa saja. Mereka bukanlah sekelompok anak muda lagi, melainkan sekelompok suami-suami yang berkumpul tanpa istri-istri mereka seperti saat mereka masih bujang. Mereka membicarakan apa saja yang menghidupkan kenangan indah yan dapat membuat mereka tersenyum dan hatinya bergetar. Mereka berbincang tentang bagaimana pertama kali bertemu dengan istri mereka, atau bagaimana euphoria saat pernikahan. Sampai seorang pria bernama Pierre Letoile menceritakan kisahnya saat menikahi istrinya.
Konflik:
Pierre mengatakan bahwa ia menikahi istrinya karna sebuah keterpaksaan, karna sebuah kesalah pahaman, ia berakhir menjadi suami seorang Mademoiselle Dumoulin, putri seorang pensiunan kolonel, seorang gadis muda, berambut pirang dan berperawakan tegap, tubuhnya bagus, blakblakan dan cerewet. Malam itu, tepatnya pada pukul sebelas malalm, para wanita kembali ke kamar mereka masing-masing, sementara para lelaki tetap tinggal, sambal merokok dan minum. Dari balik jendela besar, bias terlihat rakyat desa sedang berdansa. Petani dan
gadis-gadis desa berdansa dengan bebas dalam lingkaran sambal bernyanyi dengan sangat keras. Ada sebuah dorongan gila yang memaksa pierre untuk bergabung kedalam kegembiraan itu. Pierre saat itu mungkin sedikit teler tapi tak lama kemudian ia benar-benar menjadi mabuk.
Pierre berdansa dengan semua gadis disana, ia bahkan berdansa dengan petani wanita gemuk dan melompat dengan riang disana seperti orang kesurupan.
Tersadar dengan keadaannya, Pierre berusaha sadar dan berusaha untuk kembali pulang ke rumah. Saat tiba, rumah itu sudah gelap dan sepi, semua orang sudah tertidur di kamarnya masing-masing. Karena kamarnya berada dilantai dua, terpaksa Pierre meniti pegangan tangga secara perlahan agar tak terjungkal kebelakang, dan sebisa mungkin ia tak membuat keributan disana. Kamarnya terletak di sebelah kiri pintu ketiga, ia menghitung jumlah pintu yang dilewatinya, saat sampai di pintu ke tiga, Pierre membuka pintunya dan pintu itu terbuka.
Pierre terbangun saat terdengar suara berat yang mengatakan saat itu sudah jam sepuluh., dan ada suara seorang gadis menyahutinya. Saat pria itu duduk, ia merasa tubuhnya di cengkeram dengan keras. Ia balas dengan mencengkeram, akhirnya mereka bergelut. Saat semua tirai terbuka, terlihatlah bahwa yang berkelahi dengannya adalah kolonel Dumoulin. Ternyata semalam Pierre tertidur disamping anak gadisnya, ia salah memasuki kamar. Saat itu ia harus menikahi Mademoiselle, jika tidak kepalanya akan berakhir bolong.
Ending:
Saat menikahi istrinya, Pierre sadar bahwa karena pernikahan itu ia tak rugi sama sekali, dia bahkan sudah menikah selama lima tahun, dan ia tak menyesal. Perkawinan itu seperti lotere, tak bias memilih nomormu, tapi yang kebetulan lah yang terbaik.