87
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data Mahasiswa
a. Nama : Nursari
b. Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 13 September 1990
c. Alamat : Kp. Cikutra RT. 006/ RW 002 Kel.
Neglasari Kec. Cibeunying Kaler , Bandung, Indonesia
d. Telepon : 082317217899
e. Jenis Kelamin : Perempuan
f. Kewarganegaraan : Indonesia
g. Agama : Islam
h. Hobi : Membaca, Menonton Kartun
2. Latar Belakang Pendidikan
a. Pendidikan Formal
No Tahun Institusi
1 1995-1996 TK Islam Siti Khadijah Bandung
2 1996-2002 SDN Cihaurgeulis IV Bandung
3 2002-2005 SMP Negeri 16 Bandung
4 2005-2008 SMA PGII 2 Bandung
b. Pendidikan Informal
No Tahun Program Keterangan
1 2008 Participant of Mentoring of English
Conversation Club
Bersertifikat
2 2008 Story Telling Contest Bersertifikat
3 2009 Seminar Muslimah “Atas Nama
Cinta”
Bersertifikat
4 2009 Seminar Copywriting and Workshop
Sessions “Copywriting As A
Creative Thinking”
Bersertifikat
5 2010 Seminar Translating and Interpreting
Workshop
Bersertifikat
6 2010 Seminar Copywriting and Consumer
Behavior
Bersertifikat
7 2010 Seminar Building Confidence in
Delivering Public Speech
Bersertifikat
8 2011 Seminar Copywriting Linguistics on
Media
Bersertifikat
9 2011 Seminar Feminist, Feminine and
Text
Bersertifikat
10 2011 Seminar and Workshop of Semiotics
in Literature and Media
Bersertifikat
Tak Akan Habis”
12 2012 English Contest 2012 Bersertifikat
13 2012 Character Building Training Bersertifikat
14 2012 Seminar “Reaktualisasi Nilai-Nilai
Pancasila di Kalangan Generasi
Muda”
Bersertifikat
15 2013 Studia Humanika “Mengenal Ragam
Feminisme”
Bersertifikat
16 2013 Pengisi Acara Harmonisasi Prestasi
dan Kreasi Mahasiswa Sastra
Bersertifikat
17 2013 Seminar Copywriting “Go Viral” Bersertifikat
18 2013 Seminar dan Training Motivasi Bersertifikat
19 2013 Seminar Extra Large Workshop Bersertifikat
c. Pengalaman Bekerja dan Organisasi
- Anggota Palang Merah Remaja SMP Negeri 16 Bandung
- Sekretaris Taruna Karya Cikutra (2009-2013)
SKRIPSI
diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Sastra Inggris
Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia
NURSARI 63708024
PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
viii
KATA PENGANTAR
Skripsi ini dibuat guna sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Sastra. Karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini
kepada pihak-pihak berikut:
1. Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. H. Moh. Tadjudin, M.A.
2. Dr. Juanda selaku Ketua Progam Studi Sastra Inggris.
3. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum, sebagai koordinator skripsi yang
selalu memberi semangat dan membimbing kami dalam pembuatan
skripsi ini.
4. Nungki Heriyati, S.S., M.A dan Tatan Tawami, S.S., M.Hum, sebagai
pembimbing penulis yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan
kepada penulis, memberikan waktunya, saran dan usulan yang sangat
berguna di dalam penulisan skripsi ini.
5. Kepada seluruh dosen Sastra Inggris: Ibu Dini, Pak Rayhan, dan Ibu
Nenden, berserta staf: Mba Nita dan Mba Tyas juga Pak Iwan, yang
telah banyak memberikan penulis pelajaran serta pengalaman, terima
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERBAIKAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
PERNYATAAN BUKTI KEPEMILIKAN
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB 1: PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.5. Kerangka Pemikiran 4
BAB II: KAJIAN TEORI 7
2.1 Mitos 7
2.1.1. Pengertian Mitos 7
2.1.2. Mitos Kucing Hitam 9
2.2. Pengkajian Mitos Menurut Levi-Strauss 10
2.3. Pengkajian Mitos Menurut Jung 12
BAB III: METODE PENELITIAN 17
3.1. Objek Penelitian 17
3.2. Metode Penelitian 17
3.2.1. Teknik Pengumpulan Data 18
3.2.2. Teknik Analisis Data 18
BAB IV: PEMBAHASAN 23
4.1. Ceriteme Mitos Kucing Hitam dalam Tiga Cerita Pendek 24
4.1.1 Mitos Kucing Hitam dalam Cerita Pendek
‘The Black Cat’ Karya Edgar Allan Poe 24
4.1.2 Mitos Kucing Hitam dalam Cerita Pendek
‘Seven Black Cats’ Karya Louissa May-Alcott 39
4.1.3 Mitos Kucing Hitam dalam Cerita Pendek
Karangan Dan Greenburg dengan Judul
‘Never Trust a Cat Who Wears Earrings’ 48
4.2 Mitos dalam Cerita Pendek Menurut Plot 59
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN 65
5.1. Simpulan 65
5.2. Saran 66
DAFTAR PUSTAKA 67
SYNOPSIS 68
LAMPIRAN 71
67
Adam, Hazard. Searley, Leroy. Critical Theory Since Plato 3rd Edition. Melaluihttp://ebooksclub.org.html
Alcott, May Louisa. 1871. Seven Black Cats.
Audifax. 2005. Mite Harry Potter Psikosemiotika dan Misteri Simbol di Balik Kisah Harry Potter. Yogyakarta: Jalasutra.
Frye, Northrop.1957. Anatomy of Criticism; Four Essays. United States of America: Princeton University Press.
Greenburg, Dan. 1997. Never Trust a Cat Who Wears Earring. United State of America: Grosset & Dunlap, Inc. Published.
M.Skinner, Charles. 2006. Myths and Legends of Our Lands. The Project Gutenberg EBook
Nurgiyantoro, B. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.
Papadopolous, K. Renos. 2006. The Handbook of Jungian Psychology. New York: Routledge.
Poe, Edgar Allan. 1845. The Black Cat.
Rafiek, M. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT. Refika Aditama.
Syufy, Franny. “Black Cats Folklore - Witches - Beliefs About Black Cats”. 1997
Syuropati, Mohammad. Soebachman, Agustina. 2012. 7 Teori Sastra Kontemporer & 17 Tokohnya. Yogyakarta: IN Azna Books.
Wellek, Rene. Warren, Austin. 1977. Theory of Literature. London: Harcourt Brace Javanovich, Publisher.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ada banyak mitos dalam kehidupan sehari-hari dan bisa sangat
mempengaruhi tindakan, kepercayaan, bahkan bisa mempengaruhi sikap kita
karena mitos yang ada. Oleh karena itu mitos banyak dikaji oleh para tokoh, mulai
dari tokoh semiotik, sosialis sampai tokoh psikoanalis, disebabkan mitos
merupakan hal yang menarik untuk dijadikan bahasan dan membuat semua orang
penasaran.
Salah satunya adalah mitos kucing hitam yang ada dan dipercayai oleh
sebagian orang di sebuah daerah. Mitos kucing hitam sangat menarik untuk
dibahas disebabkan perbedaan pengertian mengenainya, bagi sebagian orang
kucing hitam dimaknai sebagai pembawa sial juga malapetaka, tapi bagi sebagian
orang di daerah lain mitos kucing hitam dimaknai sebagai pembawa
keberuntungan, seperti yang dianut oleh masyarakat Jepang bahwa apa pun warna
kucingnya, termasuk kucing hitam adalah pembawa rezeki.
Begitu pula dengan mitos kucing hitam yang merupakan sebuah mitos
yang turun temurun, sehingga bisa mempengaruhi pemikiran seseorang atau
collective unconscious yang bisa disebut juga sebagai ketidaksadaran kolektif.
Collective unconscious seseorang tersebut sangat bisa mempengaruhi perilaku
atau karakter dari seseorang hanya disebabkan oleh sebuah mitos, karena mitos
cerita tersebut mengendap di dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan
kepercayaan, termasuk juga dengan mitos kucing hitam.
Hal itu pulalah yang menyebabkan mitos kucing hitam masih saja menjadi
sesuatu yang sangat digemari oleh berbagai bidang penelitian, begitu juga dalam
sastra, mitos kucing hitam menjadi menjadi tema yang menarik, baik dalam
pembuatan novel atau cerita pendek. Oleh karena itu, pembaca pun harus pintar
menangkap apa yang dimaksud oleh si penulis. Begitu juga penulis pun harus
menyuguhkan cerita sesuai dengan mitos yang dipercayai oleh sebagian orang,
bagaimana mitos tersebut terjadi dan dipercayai. Seperti dengan tiga cerita pendek
yang akan diangkat di dalam penelitian ini yang berjudul “The Black Cat”, “Seven
Black Cats” dan “Never Trust a Cat Who Wear Earrings” yang bertemakan mitos
kucing hitam dan terjadi di suatu daerah atau pun dalam suatu lingkungan yang
merupakan karangan Edgar Allan Poe, Louisa May-Alcott dan Dan Greenburg.
Dalam tiga cerita pendek tersebut mempunyai kesamaan tema yaitu
mengenai mitos kucing hitam, dimana seekor kucing hitam menjadi sesuatu yang
menakutkan bagi sebagian orang yang percaya bahwa kucing hitam adalah
pembawa petaka, jelmaan penyihir maupun makhluk penanda kematian.
Begitu juga yang terjadi di dalam tiga cerita pendek tersebut, bahwa mitos
kucing hitam dapat mempengaruhi karakter tokoh utama baik secara langsung
ataupun tidak langsung, terkait hal tersebut penulis tertarik untuk mengkaji
mengenai hal-hal apa saja mengenai pengaruh terhadap tokoh utama tidak hanya
dilihat dari collective unconscious tokoh utama tersebut, tapi juga bagaimana
perilaku tokoh utama, juga dilihat dari plot dan ceriteme yang ada antar tiga cerita
pendek tersebut. Sehingga, judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Mitos
Kucing Hitam Terhadap Tokoh Utama dalam Tiga Cerita Pendek”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Konsep apa yang muncul tentang mitos kucing hitam di dalam tiga cerita
pendek tersebut?
2. Apa pengaruh dari mitos kucing hitam itu terhadap para tokoh utama dari
masing-masing cerita pendek?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat beberapa tujuan dalam
penelitian ini, diantaranya:
1. Untuk mendeskripsikan konsep mitos kucing hitam dalam tiga cerita pendek.
2. Untuk menjelaskan pengaruh mitos kucing hitam yang terjadi bagi para tokoh
utama di dalam tiga cerita pendek.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini agar pembaca dapat melihat bagaimana sebuah
mitos dapat berkembang, dengan melihat pola atau konsep sebuah mitos, terutama
mitos kucing hitam. Pembaca juga bisa mendapatkan gambaran mengenai
bagaimana sebuah mitos dapat mempengaruhi pemikiran seseorang, terutama
Manfaat lain dari penelitian ini adalah agar ke depannya siapa pun itu
dapat mempelajari setiap mitos yang ada, bagaimana sebuah mitos dapat
berkembang dan mempunyai pengertian yang berbeda di tiap negara. Maka siapa
pun yang ingin mempelajari atau lebih mencaritahu tentang sebuah mitos tersebut
bisa menggali lebih dalam tentang bagaimana sebuah mitos dapat terus bergulir.
1.5.Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dianalisis menggunakan teori mengenai mitos menurut
plotnya dari Frye dan mitos menurut alam bawah sadar menurut Jung, bagi Jung
di dalam sebuah buku yang ditulis oleh Papadopolous yang berjudul The
Handbook of Jungian Psychology dituliskan bahwa mitos yang terjadi juga
dikarenakan adanya collective unconscious atau ketaksadaran kolektif, yaitu:
it holds repressed contents and material often of an infantile nature and deriving from the biographical history of the person. Jung says in his revision of the trauma theory of hysteria, that childhood experiences may act as a sort of reminiscence which restricts psychic energy and then provides a form for the stage-managing of hysterical symptoms in the adult.(Papadopolous, 2006: 65).
Dalam kutipan di atas menurut Jung dikatakan bahwa kejadian di masa
lalu yang terepresi dapat mengakibatkan trauma dan hal tersebut bisa
mengakibatkan kepercayaan atau cerita dan menjadi sebuah mitos. Tapi meskipun
begitu, mitos merupakan sesuatu yang dipercayai setiap orang, hal ini berkaitan
dengan shared unconscious realm atau alam yang dimiliki bersama oleh setiap
manusia dan berkaitan pula dengan collective unconscious seseorang yang
terpengaruhi oleh mitos tidak hanya datang dari lingkungan, tapi juga orang-orang
Seperti juga halnya mitos yang dibahas di dalam penelitian ini adalah
mitos mengenai kucing hitam yang ada di dalam sebuah cerita. Meski mitos dalam
setiap wilayah dan negara berbeda, begitu juga dengan mitos kucing hitam sendiri.
Untuk di wilayah Jepang, setiap kucing adalah pembawa keberuntungan, tapi
untuk sebagian wilayah di Jerman, mitos kucing hitam dipercayai sebagai hal
buruk.
Selain itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh yang dibawa oleh mitos
kucing hitam terhadap tokoh utama, maka penulis menggunakan teori dari Frye
(1957:162) mengenai plot dan karakter yang dibangun berdasarkan mitos, yang
dibaginya ke dalam empat bagian menurut nama musim yaitu spring: comedy,
summer: romance, autumn: tragedy, dan yang terakhir yaitu winter: irony and
satire.
Menurut Frye keempat pembagian tersebut berdasarkan alur dari sebuah
cerita, seperti beberapa contoh yang terus menerus ada, misalnya cerita
Cinderella. Karena cerita tersebut terus menerus ada, bahkan didaur ulang menjadi
cerita yang berbeda tapi baik plot maupun karakternya tetap mengacu pada cerita
Cinderella, maka Frye memasukkan cerita tersebut menjadi sebuah mitos.
Untuk meneliti lebih lanjut lagi mengenai mitos kucing hitam yang terjadi
di dalam tiga cerita pendek tersebut, penulis juga menggunakan teori dari
Levi-Strauss (2001:94) mengenai ceriteme dan miteme yang ada di dalam sebuah
cerita, karena sebuah mitos tidak hadir begitu saja, tapi juga ada karena makna
Levi-Strauss juga mengatakan mitos tempat bersemayamnya makna, dan
masuk ke dalam kategori bahasa, tapi bukanlah sekedar ‘bahasa’. Karena di dalam
sebuah mitos terdapat pula sebuah pesan yang mungkin ingin disampaikan.
(Ahimsa Putra, 2001:94)
Adanya relasi antar ceriteme-ceriteme yang ada di dalam sebuah cerita
juga merupakan hal penting yang harus digali untuk mendapatkan pesan atau
makna apa yang ingin disampaikan oleh pengarang cerita, dan dari hal itu akan
7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Mitos
2.1.1. Pengertian Mitos
Mitos yaitu sesuatu hal yang dipercayai oleh sebagian orang, biasa dipakai
untuk menakut-nakuti, memberi peringatan, ataupun diceritakan secara
berkelanjutan. Semua mitos yang ada di dunia, merupakan mitos yang telah ada
sejak zaman nenek moyang, dikarenakan cerita yang terus bergulir, atau bisa saja
sesuatu mitos berubah dikarenakan zaman yang terus berkembang.
Bagi sebagian orang mitos merupakan sesuatu yang sudah jarang
dipercaya, tapi masih juga ada yang percaya tentang mitos-mitos tertentu dan
terus bergulir sampai sekarang, seperti mitos mengenai Sinterklas, yang sampai
sekarang masih dipertanyakan keberadaannya
Pengertian mitos yang ada di dalam buku Teori Sastra: Kajian Teori dan
Praktik, yaitu:
persamaan mitos di berbagai tempat bukan disebabkan difusi (penyebaran) melainkan disebabkan penemuan-penemuan yang berdiri sendiri. Mitos-mitos itu dapat mirip satu sama lain, karena adanya yang disebut Carl Jung sebagai kesadaran bersama yang terpendam pada setiap umat manusia yang diwarisinya secara biologis. (Rafiek, 2010:55)
Jadi secara sadar atau tidak mitos yang sampai sekarang masih juga
dipercayai merupakan mitos yang telah ada sedari dulu dan berkembang. Maka
Pengetian mitos juga diterangkan oleh Audifax di dalam bukunya yang
berjudul Mite Harry Potter: Psikosemiotika dan Misteri Simbol di Balik Kisah
Harry Potter, dengan menerangkan perbedaan antara mitos, cerita rakyat dan juga
legenda. Dapat dilihat dari sumber di bawah:
Mitos di dalam bukunya berarti cerita dari masa lalu. Mitos menjelaskan esensi kehidupan dan dunia; atau mengekspresikan adanya nilai moral budaya dalam kehidupan manusia. Mitos memberi perhatian pada kekuatan yang mengontrol kehidupan manusia dan relasi antara kekuatan tersebut dengan keberadaan manusia. Meski mitos kerap memiliki nilai religi dalam bentuk dan fungsinya, namun mitos ditengarai merupakan bentuk awal dari sejarah, sains, atau filsafat. (Audifax, 2005: 8)
Mitos memang berbeda dengan cerita rakyat atau folklore juga dengan
legenda, karena mitos tidak hanya merupakan sebuah cerita, tapi juga dipercayai
adanya, dan hal itu bisa jadi berubah sesuai zamannya.
Kepercayaan terhadap mitos akan terus ada, berbeda-beda dan
berkembang seperti yang telah dilihat di paragraph sebelumnya, tidak hanya
terjadi karena cerita yang turun temurun, tapi juga karena adanya perasaan yang
terepresi terhadap diri seseorang, yang terus menerus ditekan maka perasaan yang
direpresi tersebut dapat dijadikan sebuah kepercayaan.
Penjelasan tersebut akan lebih dijabarkan dalam penjelasan mitos menurut
Jung, selain dengan menemukan kepercayaan yang muncul akibat terepresinya
perasaan di alam bawah sadar, penulis juga menggunakan ceriteme-ceriteme yang
ditemukan di tiap cerita pendek, karena dengan mendapatkan ceriteme atau bagian
terkecil dari cerita, terutama cerita tersebut mengenai mitos, penulis dapat dengan
mudah membandingkan plot yang hadir di dalam setiap cerita, dan menemukan
2.1.2. Mitos Kucing Hitam
Mitos kucing hitam adalah mitos yang melegenda di negara manapun,
dipercayai dengan cara yang berbeda pula, bagi masyarakat yang berada di bagian
Amerika, mitos kucing hitam dipercayai sebagai jelmaan dari seorang penyihir,
disebabkan adanya cerita yang berkembang di dalam sebuah daerah yang
menyebutkan bahwa dahulu kala ada seorang penyihir wanita yang dibunuh oleh
warga karena dicurigai mempunyai ilmu jahat. Sehingga, penyihir tersebut pun
meninggal dengan cara yang mengenaskan dan dia pun bereinkarnasi, berubah
menjadi seekor kucing hitam. (Syufy:2013)
Dikutip olehGlenda Mooremengenai mitos kucing hitam yang terjadi:
“It was largely in the Middle Ages that the black cat became affiliated with evil. Because cats are nocturnal and roam at night, they were believed to be supernatural servants of witches, or even witches themselves”
Begitu pula dengan salah satu kepercayaan yang terjadi pada bangsa Mesir
mengenai dewa Bast di dalam buku Skinner yang berjudul Myths and Legend of
Our Lands:
Oagans-Bast was the sacred black cat god popular
in the monotheistic religion of ancient Egypt. All cats, but especially black cats, were held sacred and kept in Egyptian homes for protection, fertility and luck. It was believed the god's
spirit would enter the cat, and bless its family with
prosperity. Killing any cat in ancient Egypt, even accidentally, would result in your death as well. (2006)
Berbeda pula dengan mitos yang hadir di Jerman, jika seseorang yang
telah meninggal dunia terlangkahi oleh kucing hitam, maka seseorang tersebut
akan hidup kembali. Selain itu pula adanya kepercayaan yang berbeda terjadi pada
itu dapat membawa keberuntungan, sekalipun itu adalah kucing hitam terlihat
pada kutipan di bawah mengenai hal tersebut:
There is good news though. Buddhists consider all cats lucky, including the black ones. The Buddhists say if a black cat enters your home, and you treat it nicely, good luck will come your way. Also, if a black cat should cross your path, and doesn't harm you, luck is yours. (2006)
Jadi ada begitu banyak mitos kucing hitam yang terjadi dan dipercayai
oleh masyarakat pada umunya, dan hal tersebut masih saja ada sampai sekarang,
dan selalu dijadikan cerita yang turun temurun atau bisa juga disebut sebagai
mitos.
2.2. Pengkajian Mitos Menurut Levi-Strauss
Selain mengkaji teori mengenai strukturalisme, Levi-Strauss juga
mempunyai gagasan lain yaitu mencari ceriteme atau miteme yang muncul di
dalam sebuah cerita, karena jika telah ditemukan sebuah ceriteme di dalam sebuah
cerita, penulis lebih mudah untuk membandingkan dan menemukan faktor-faktor
lain yang ada di dalam sebuah cerita.
Ceriteme yang dimaksud oleh Levi-Strauss juga digunakan untuk
membandingkan cerita yang ada di dalam sebuah mitos yang berbeda tapi
mempunyai kesamaan, pernyataan tersebut didukung oleh Leach di dalam sebuah
buku yang berjudul Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra karangan
Heddy Shri Ahimsa-Putra mengenai mitos, bahwa:
Berdasarkan kutipan di atas, maka mitos bisa saja merupakan keinginan
yang secara tidak disadari oleh seseorang tapi pada akhirnya keinginan yang tidak
biasa tersebut bisa saja terealisasikan dengan cara yang tidak terduga. Menurut
Levi-Strauss pula lah mitos tidak hanya dilihat secara psikoanalisisnya saja, tapi
juga dilihat dari segi sejarah atau apa yang menyebabkan mitos tersebut dapat
terjadi.
Di dalam sebuah buku yang ditulis oleh Audifax juga dikatakan bahwa
mitos adalah proyeksi, pola, yang mengontrol kesadaran kita: “Mitos juga
metafora eksis di tempat dimana kita hidup serta menjadi bagian dari pola
kultural yang membentuk kita.” (Audifax, 2005: 11)
Jadi bisa disimpulkan bahwa mitos adalah kepercayaan yang terjadi secara
turun temurun di sekitar kita, bisa dikaitkan dengan sejarah yang terjadi
sebelumnya, dan juga merupakan represi yang terjadi di alam bawah sadar kita.
Levi-Strauss yang juga menerangkan mitos dengan caranya sendiri yaitu dimulai
dengan bercerita dari awal bagaimana mitos tersebut dapat tumbuh, berkembang
dan dipercayai oleh sekelompok orang yang berada di suatu daerah.
Levi-Strauss mengkaji mitos dengan cara mencari miteme atau ceriteme
yaitu unsur terkecil dari mitos atau unsur-unsur dalam konstruksi wacana mitos,
yang juga merupakan satuan-satuan oppositional relatif dan negatif. Oleh karena
itu dalam menganalisis mitos atau ceritera, makna dari kata yang ada dalam
ceritera harus dipisahkan dengan makna miteme atau ceriteme, yang juga berupa
Ceriteme dam miteme disini merupakan salah satu cara dari Levi-Strauss
untuk melihat bagaimana sebuah mitos dapat terbentuk, terutama dalam sebuah
karya sastra, dan dapat terlihat dengan jelas bagaimana hubungan-hubungan antar
relasi cerita tersebut terbentuk melalui tabel sintagmatik paradigmatik, yaitu
bagaimana susunan cerita sebuah mitos secara horizontal atau disebut dengan
poros sintagmatik dan juga bagaimana sebuah kumpulan relasi cerita secara
vertical atau disebut dengan paradigmatik ( M.Rafiek 2010:73).
2.3. Pengkajian Mitos Menurut Jung
Teori mengenai mitos yang dikutip dari sebuah buku karangan Renos K.
Papadopolous yang berjudul The Handbook of Jungian Psychology, Theory and
Practice menurut Jung berhubungan dengan mitos yang dipercayai juga
dipengaruhi oleh alam bawah sadar dalam diri seseorang atau disebut juga
ketidaksadaran kolektif, seperti yang disebutkan dalam bukunya:
The collective unconscious consists of `primordial images' and 'mythological motifs' and Jung concludes that our myths, legends and fairy tales are carriers of a projected unconscious psyche. Jung analogises this process to the way in which humans have projected meaningful images onto the stars and `constellated' them in forms which are then named. (Papadopolous, 2006:67)
Di dalam buku itu pula Jung menerangkan adanya keterkaitan mitos yang
terjadi di lingkungan masyarakat dengan ketidaksadaran yang terjadi di dalam diri
manusia.
Maka adanya ketidaksadaran di dalam diri seseorang yang terepresi akan
menyebabkan terjadinya kepercayaan di dalam diri, terutama jika terus menerus
dan kepercayaan yang terjadi pun akan bergulir dan berubah menjadi sebuah
perubahan pada pola pikir masyarakat. Sama halnya jika mitos yang berkembang
juga mempengaruhi pemikiran seseorang atau disebut dengan collective
unconscious dan hal yang dipercayai itu bisa berkembang secara turun menurun.
Dalam menganalisis masalah yang ada di dalam tiga cerita pendek ini
penulis menggunakan teori mengenai collective unconscious atau ketidaksadaran
kolektif, dikarenakan collective unconscious erat kaitannya dengan mitos yang
terjadi, dan Jung merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam teori tersebut.
Begitu pula untuk membedah masalah yang terdapat di dalam cerita pendek ini
adalah teori collective unconscious menurut Jung, yang mengaitkan adanya
hubungan antara mitos dan collective unconscious yang terjadi di dalam diri
seseorang.
Ketika suatu perasaan yang hadir, seperti ketakutan atau khawatir, dan
berbagai rasa lain direpresi di dalam diri seseorang maka akan tertanam rasa yang
pada akhirnya menjadi suatu kepercayaan. Seperti halnya mitos yang terjadi
secara turun menurun di dalam suatu kelompok atau daerah, maka hal tersebut
akan terus berkelanjutan dan dipercayai dari generasi ke generasi.
Kepercayaan yang dimulai dari generasi ke generasi dimulai dengan
kepercayaan atau cerita seseorang yang biasanya merupakan cerita, maka cerita
tersebut tersimpan di alam bawah sadar atau collective unconscious. Hasil dari
collective unconscious yang terjadi di dalam diri seseorang bisa menyebabkan
beberapa hal, seperti phobia, irasionalitas, delusi di dalam diri seseorang. Di
dalam collective unconscious juga terdapat aspek yang mempengaruhi
Sedangkan yang paling mempengaruhi collective unconscious adalah arketipe,
yaitu suatu bentuk pikiran atau ide universal besar.
Arketipe dan collective unconscious mempunyai hubungan yang sangat
erat dikarenakan arketipe memuat motif-motif tertentu yang muncul dalam mitos
atau dongeng di berbagai tempat. Maka daripada itu arketipe bisa membuat orang
terkesan, mempengaruhi, mempesona, dan mengaktifasi suatu energi psikologis
dalam diri seseorang. (Audifax 2005: xxvi)
Karena arketipe merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
kepribadian dalam diri seseorang, maka arketipe pun sangat mempengaruhi
kepercayaan seseorang terhadap sesuatu, salah satunya kepercayaan terhadap
mitos yang terjadi. Dengan arketipe, kepercayaan yang ada di dalam diri
seseorang akan semakin bertambah.
Lalu dalam sumber lain, Audifax juga menyebutkan mengenai collective
unconscious dalam bukunya, yaitu:
Ketaksadaran kolektif yaitu semacam ‘alam yang dimiliki bersama’
(shared unconscious realm) dari segenap manusia di muka bumi. Ada sesuatu yang tak disadari tetapi menghubungkan umat manusia di muka bumi ini. Ketaksadaran kolektif berisi timbunan dari akumulasi tema-tema yang berlangsung sepanjang zaman. Beberapa tema berkonstelasi membentuk arketipe yang manifest dalam
simbol-simbol. Sejalan dengan waktu, mite demi mite bermunculan.’
(Audifax, Mite Harry Potter Psikosemiotika dan Misteri Simbol di Balik Kisah Harry Potter, 2005:1).
Disebutkan bahwa adanya alam bawah sadar yang dimiliki oleh seseorang
bisa menyebabkan kepercayaan yang terjadi jika hal tersebut terus ditekan. Maka
2.4. Plot
Plot merupakan inti penting di dalam sebuah cerita, dengan plot kita bisa
melihat bagaimana cerita tersebut berjalan dan menjadikan sebuah cerita lebih
menarik.
Pengertian plot yang diungkapkan oleh Kusmarwanti: 2012 adalah
rangkaian peristiwa yang disusun secara kausalitas, disitu juga disebutkan bahwa
plot merupakan peristiwa yang terkait erat dengan tokoh utama tetapi peristiwa itu
merupakan mata rantai bagi peristiwa-peristiwa yang berkausalitas. Dengan kata
lain dapat disimpulkan bahwa plot merupakan hal penting yang ada di dalam
sebuah cerita, karena plot bisa saja menggambarkan konflik yang akan berbuntut
pada peristiwa berikutnya dan melalui plot bisa saja merupakan pengenalan watak
atau perilaku tokoh.
Salah satu tokoh yang membahas plot dan karakterisasi menurut mitos
adalah Northrop Frye, seperti yang dikemukakan oleh Frye di dalam bukunya
yang berjudul Anatomy of Criticism; Four Essays. Di buku tersebut ditulis, bahwa
ada empat mitos menurut plot dan karakterisasi nya yaitu “spring or comedy,
summer or romance, autumn or tragedy, and winter or irony and satire.” (Frye
1973:162)
Spring atau disebut juga comedy, cerita yang dihasilkan atau biasanya
diangkat dalam tema itu adalah cerita yang mempunyai pesan moral:
Comedy usually moves toward a happy ending, and the normal
response of the audience to a happy ending is “this should be,”
Sedangkan autumn atau tragedy biasanya hanya terdapat satu tokoh sentral
saja, seperti terdapat di kutipan berikut:
“It is a commonplate of criticism that comedy tends to deal with characters in a social group, whereas tragedy is more concentrated on a single individual.” (Frye, 1973: 207)
Cerita yang terjadi di dalam tragedy juga biasanya berhubungan dengan
akhir yang menyedihkan, seperti halnya pembunuhan yang terjadi dan juga
17
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang metode yang digunakan untuk
meneliti dan menganalisis sebuah masalah dalam data yang didapat di dalam tiga cerita
pendek.
3.1. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah data dari tiga cerita pendek yang bertemakan mitos
kucing hitam dan kepercayaan tokoh utama di masing-masing cerita pendek terhadap
mitos kucing hitam tersebut. Cerita pendek pertama berjudul “The Black Cat” karangan
Edgar Allan Poe pada tahun 1845. Cerita pendek kedua berasal dari Louisa May-Alcott
dengan judul “Seven Black Cats” (1871), dan yang terakhir merupakan cerita pendek
yang terbit pada tahun 1997 oleh Dan Greenburg yang berjudul “Never Trust a Cat Who
Wears Earrings”.
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini
adalah metode deskriptif komparatif, dimana penulis menyajikan data yang
berhubungan dengan masalah dan topik yang diangkat, lalu menjelaskannya serinci
mungkin dan membandingkan data-data yang didapat ke dalam klasifikasi. Seperti yang
ditulis oleh Nazir (2005):
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam metode deskriptif ini peneliti bisa membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif.
Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin mendeskripsikan bagaimana
sebuah data di dalam sebuah cerita pendek dapat bercerita mengenai tema apa yang
ingin disampaikan oleh pengarangnya. Melalui metode deskriptif komparatif ini pulalah
penulis ingin melihat dan membandingkan bagaimana sebuah plot di dalam sebuah
cerita dapat berbeda meski dengan tema cerita yang sama.
3.2.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap,
pertama penulis membaca satu per satu cerita pendek, mengumpulkan data yang
terdapat di dalam tiga cerita pendek tersebut, lalu mengkelompokkan data, dan terakhir
membuat analisis berdasarkan teori yang telah dijelaskan. Lalu mencari data-data
pendukung lainnya dari berbagai sumber seperti buku, artikel, majalah dan juga dari
sumber internet yang terpercaya.
3.2.2. Teknik Analisis Data
Setelah mengklasifikasikan data yang didapat di dalam cerita pendek tersebut,
penulis menganalisisnya secara berurutan menurut cerita yang terdapat di dalam tiga
cerita pendek tersebut, dengan cara strukturalisme yaitu mencari ceriteme-ceriteme yang
terdapat di dalam masing-masing cerita pendek, dan mengklasifikasikan data mana saja
yang termasuk ke dalam kategori collective unconscious, disebabkan melalui data itu
Untuk mencari plot mengenai mitos yang terdapat di dalam cerita pendek tersebut
penulis menganalisinya berdasarkan teori dari Frye mengenai empat pembagian plot di
dalam sebuah cerita, novel, maupun esai.
Seperti terlihat dalam penjelasan di bawah tentang penganalisisan datanya tahap
demi tahap:
1. Setelah membaca keseluruhan cerita dari tiga cerita pendek tersebut, penulis
mencari ceriteme-ceriteme dari masing-masing cerita pendek.
2. Kemudian penulis mulai memisahkan bagian mana saja yang masuk ke dalam
bagian collective unconscious pada diri tokoh utama di masing-masing cerita
pendek.
3. Maka penulis dapat menemukan bagaimana tokoh utama dapat terpengaruh
dan mempercayai mitos kucing hitam.
4. Selain menemukan pengaruh apa saja yang datang dan menyebabkan tokoh
utama mempercayai mitos kucing hitam, penulis menemukan dan
membandingkan perbedaan yang ada di dalam tiga cerita pendek tersebut,
yaitu mengenai akhir cerita yang berbeda, dan menyebabkan mitos menurut
cerita yang ada di dalam tiga cerita tersebut juga berbeda.
5. Terakhir penulis dapat menyimpulkan bagaimana cerita pendek tersebut
memiliki persamaan dalam melihat mitos kucing hitam yang terjadi terhadap
SINOPSIS CERITA
Skripsi ini mengangkat tema mengenai mitos yang memberikan pengaruh
terhadap para tokoh utamanya, dan penulis mengambil tiga cerita pendek yang ditulis
oleh Poe, May-Alcott dan Greenburg.
Cerita pendek dari Poe yang berjudul “The Black Cat” bercerita mengenai
bagaimana seorang tokoh utama yang pertamanya sama sekali tidak mempercayai mitos
mengenai kucing hitam, tapi setelah istrinya mencoba berbicara tentang mitos kucing
hitam kepada tokoh utama, maka tokoh utama pun merasakannya, bahwa ada
kepercayaan yang tumbuh di dalam pikirannya.
Kepercayaan tokoh utama terhadap mitos kucing hitam berubah menjadi
ketakutan dan perubahan sikap menjadi lebih buruk, perubahan tersebut tidak hanya
ditunjukkan kepada istrinya, tapi juga kepada binatang peliharaannya, termasuk kepada
kucing hitamnya. Sampai pada akhirnya tokoh utama membunuh kucing hitam
pertamanya, lalu dikarenakan tokoh utama terus diikuti oleh rasa bersalah dikarenakan
telah menyiksa dan membunuh kucingnya, maka tokoh utama pun kembali memelihara
kucing hitam.
Bersama kucing hitamnya yang kedua inilah perilaku tokoh utama makin
bertambah buruk, dan hal tersebut semakin diperlihatkan kepada istrinya, seolah-olah
seperti ada pembalasan dendam yang dilakukan oleh kucing hitam tersebut tapi melalui
dikarenakan oleh istri tokoh utama yang dulu memberitahu tokoh utama bahwa kucing
hitam adalah jelmaan dari penyihir.
Maka tokoh utama pun makin berada di bawah pengaruh kucing hitamnya, dan
pada akhirnya tokoh utama berhasil membunuh istrinya dengan cara yang kejam, dan di
dalam pikiran tokoh utama, kucing hitamnya tersebut berubah menjadi monster.
Cerita pendek kedua yang berjudul “Seven Black Cats” bercerita tentang tokoh
utama yang sangat menyukai kucing hitam, dan tidak percaya mengenai mitos kucing
hitam sama sekali. Tokoh utama tersebut memelihara satu per satu kucing hitam, tapi
satu per satu kucing hitamnya tersebut selalu mendapatkan akhir yang buruk yaitu mati
dengan cara yang menggenaskan.
Tokoh utama pun akhirnya dibuat percaya dengan mitos kucing hitam karena
suatu ketika tokoh lain yaitu saudara dari tokoh utama menginginkan kucing hitam dan
kucing hitamnya tersebut dipaketkan melalui jalan laut. Sedangkan ada kepercayaan
yang mengatakan bahwa dilarang untuk membawa seekor kucing hitam di dalam sebuah
perjalanan karena dapat mengakibatkan bencana.
Bencana yang ditakutkan pun terjadi, kapal laut yang membawa kucing hitam
tersebut terkena badai, dan akhirnya menyebabkan kucing hitam yang akan diberikan
kepada tokoh lain mati.
Rasa trauma pun menyelimuti diri tokoh utama, dikarenakan tujuh kucing
hitamnya mati dengan cara yang menyedihkan meski berbeda. Tokoh utama pun
Dalam cerita pendek yang ketiga dengan judul “Never Trust a Cat Who Wears
Earring” membahas tentang kepercayaan yang tumbuh di dalam diri seorang tokoh
utama yang bernama Zack terhadap mitos kucing hitam yang dipercayainya ketika
sedang melakukan study tour bersama teman-temannya, karena Zack mendapati adanya
ritual aneh yang dilakukan tokoh lain yaitu seorang wanita dengan sebuah patung
kucing hitam, yang secara tiba-tiba saja patung tersebut hidup dan mencakar lengan
Zack, sehingga beberapa hari kemudian Zack pun merasa perilakunya berubah menjadi
seperti kucing.
Lalu Zack pun meminta pertolongan kepada tokoh lain, yaitu Ayah dan
temannya yang bernama Spencer dikarenakan perubahannya yang makin menjadi,
setelah perilakunya yang seperti kucing, tiba-tiba kumis pun tumbuh pada Zack. Maka,
Spencer mencaritahu tentang mitos kucing hitam yang ada, dan dia menemukan
hubungan antara mitos kucing hitam dengan dewa Bast yang terdapat di Mesir.
Akhirnya Zack, Spencer dan Ayahnya bertemu kembali dengan wanita aneh
tersebut dan melakukan semacam ritual perpindahan, agar Zack bisa kembali menjadi
23
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Ceriteme Mitos Kucing Hitam dalam Tiga Cerita Pendek
Data dan analisis yang dijelaskan pada bab ini yaitu membahas data dari
tiga cerita pendek, yang pertama yaitu cerita pendek dari Edgar Allan Poe yang
berjudul ‘The Black Cat’ (1845). Cerita pendek kedua berasal dari seorang penulis
berkebangsaan Inggris, yaitu Louisa May-Alcott yang berjudul ‘Seven Black Cat’
(1871). Lalu cerita pendek terakhir adalah cerita pendek karangan Dan Greenburg
yang berjudul ‘Never Trust a Cat Who Wears Earrings’, yang diterbitkan pada
tahun 1997.
Di dalam tiga cerita pendek tersebut penulis melihat ada persamaan yang
terjadi terhadap tokoh utama, yaitu setiap tokoh utama mengalami ketakutan
terhadap kucing hitam, karena menganggap kucing hitam adalah makhluk
menakutkan, sebagai jelmaan setan, iblis, penyihir, ataupun dewa dalam sebuah
mitos.
Latar belakang yang diangkat dalam cerita pendek ini pun berbeda-beda,
pertama cerita pendek dari Poe, menceritakan mengenai mitos kucing hitam yang
tidak dipercayai oleh tokoh utama, tapi seiring berjalannya waktu kecintaannya
terhadap kucing hitam berubah menjadi kebencian dan membuatnya percaya
dengan mitos tersebut. Lalu cerita pendek kedua dari May-Alcott, bercerita
tentang tujuh kucing hitam yang menjadi peliharaan dari tokoh utama, dan tokoh
setelah kejadian yang dialaminya maka tokoh utama pun percaya. Cerita pendek
yang terakhir berasal dari Greenburg, di dalam cerita pendek ini tokoh utama
benar-benar percaya terhadap mitos kucing hitam setelah kejadian yang
dialaminya.
Ketiga pengarang cerita pendek tersebut merupakan para pengarang dari
negara Amerika dan Inggris, dengan mayoritas masyarakat yang tidak percaya
pada hal-hal berbau mistis atau supernatural. Hanya saja di dalam tiga cerita
pendek ini para pengarang tersebut mengangkat tema mengenai hal mistis, salah
satunya adalah mitos.
Lalu penulis mencoba menganalisis bagaimana mitos kucing hitam yang
terjadi dalam suatu lingkungan di dalam cerita pendek bisa mempengaruhi tokoh
utama. Hal tersebut tidak hanya terjadi karena kepercayaan terhadap mitos kucing
hitamnya saja, tapi juga adanya beberapa pengaruh dari tokoh lain dalam cerita.
4.1.1. Mitos Kucing Hitam dalam Cerita Pendek ‘The Black Cat’
Karya Edgar Allan Poe
Cerita pendek ini menceritakan tentang rasa takut yang terjadi terhadap
tokoh utama dikarenakan kepercayaan yang terjadi dalam dirinya kepada mitos
kucing hitam.
Hal pertama yang dialami oleh tokoh utama adalah tokoh utama sama
sekali tidak percaya terhadap mitos tersebut, tetapi perasaan takut terhadap mitos
kucing hitam datang terhadap tokoh utama. Hal itu tidak hanya datang dari dalam
diri tokoh utama, tapi juga datang dari pengaruh luar yaitu adanya pengaruh dari
Maka terjadilah perubahan yang sangat terlihat dari tokoh utama
dikarenakan adanya rasa takut dan kepercayaan yang telah mucul terhadap mitos
kucing hitam dalam diri tokoh utama.
Penulis mencoba memperlihatkannya dalam ceriteme-ceriteme yang
terdapat di dalam cerita pendek tersebut, maka terlihat beberapa event yang dilalui
oleh tokoh utama, dimulai dengan (1) tokoh utama yang senang memelihara
hewan. (2) tokoh utama menikah dengan istrinya yang juga menyenangi hewan.
(3) tokoh utama mulai bertindak aneh. (4) tokoh utama membunuh kucing
hitamnya. (5) penyesalan yang datang terhadap tokoh utama sampai-sampai dia
memelihara kembali kucing hitam. (6) mitos kucing hitam yang menghantuinya
sampai pada akhirnya tokoh utama membunuh istrinya.
Lalu penulis mencoba menguraikannya dimulai dengan ceriteme pertama:
1. Tokoh utama yang senang memelihara hewan.
Pada data di bawah terlihat bagaimana sifat tokoh utama yang senang
memelihara hewan sedari dia kecil, bahkan sifat itu terus muncul sampai dia
dewasa, tokoh utama sangat menikmati perannya untuk mengurus semua hewan
peliharaannya:
My tenderness of heart was even so conspicuous as to make me the jest of my companions. I was especially fond of animals, and was indulged by my parents with a great variety of pets. With these I spent most of my time, and never was so happy as when feeding and caressing them. This peculiar of character grew with my growth, and in my manhood, I derived from it one of my principal sources of pleasure. (Poe,1845,Data 1).
Memelihara hewan tersebut didukung pula oleh kedua orangtuanya sedari
membuatnya diolok-olok oleh teman-temannya disebabkan kelembutan hatinya
dalam memelihara binatang. Tapi hal tersebut tidak membuatnya sedih, dan tetap
membuat tokoh utama senang memelihara berbagai macam hewan sampai dengan
dewasa.
2. Tokoh utama menikah dengan istrinya yang juga menyenangi hewan.
Bagian ini yang merupakan kelanjutan cerita dari ceriteme kedua, yaitu
ketika tokoh utama mulai bertambah dewasa dia menikah dengan seorang wanita
yang juga mempunyai kesukaan yang sama, yaitu menyenangi hewan peliharaan.
Setelah menikah tokoh utama dan istrinya tidak hanya memelihara satu binatang
peliharaan, tapi ada banyak binatang peliharaan, dan salah satunya adalah kucing
hitam:
I married early, and was happy to find in my wife a disposition not uncongenial with my own. Observing my partiality for domestic pets, she lost no opportunity of procuring those of the most agreeable kind. We had birds, gold fish, a fine dog, rabbits, a small monkey, and a cat. (Poe, 1845, Data 2).
Tokoh utama memberi nama kucing hitamnya ini Pluto, dan Pluto
merupakan salah satu hewan peliharaan kesayangannya: “Pluto --this was the
cat's name --was my favorite pet and playmate.” (Poe, 1845)
Tokoh utama sangat mengagumi kucing hitamnya inikarena bulunya yang
sangat hitam, tapi di sisi lain istri dari tokoh utama menganggap bahwa setiap
kucing hitam merupakan jelmaan seorang penyihir:
Tokoh utama sama sekali tidak menghiraukan perkataan istrinya mengenai
kepercayaan sang istri tentang jelmaan kucing hitam dari seorang penyihir
tersebut, tapi sebaliknya tokoh utama sangat menikmati perannya dengan
mengurus kucing hitamnya dibandingkan hewan peliharaannya yang lain. Karena
kucing hitamnya pun sangat setia kepada majikannya, yaitu tokoh utama: “and he
attended me wherever I went about the house. It was even with difficulty that I
could prevent him from following me through the streets.” (Poe, 1845)
Meskipun istrinya sudah mengidentikkan kucing hitam yang mereka
pelihara dengan penyihir, tapi hal itu sama sekali tidak mempengaruhi tokoh
utama yang masih saja menyukai kucing hitamnya tersebut, tetapi hal tersebut
akan berdampak di kemudian hari, ketidakpercayaan yang hadir di dalam diri
tokoh utama akan menimbulkan hal yang membuatnya merasakan ketakutan yang
makin menjadi di kemudian hari dan membuatnya melakukan hal-hal di luar
nalar.
3. Tokoh utama mulai bertindak aneh
Pada ceriteme ketiga yang bercerita mengenai tokoh utama yang bertindak
aneh setelah dia memelihara kucing hitamnya. Tokoh utama kemudian berubah
menjadi kasar dan pemarah: “I grew, day by day, more moody, more irritable,
more regardless of the feelings of others.” (Poe, 1845) Salah satu hal yang
dilakukannya seperti menyiksa setiap hewan peliharaannya, bahkan bertindak
kasar terhadap istrinya, tapi hanya kepada kucing hitamnya dia tidak berani
melakukan hal itu: “I suffered myself to use intemperate language to my wife. At
kutipan di mana tokoh utama melakukan tindakan-tindakan yang buruk terhadap
hewan-hewan peliharaannya tapi tidak kepada kucing hitamnya yang bernama
Pluto: “For Pluto, however, I still retained sufficient regard to restrain me from
maltreating him, as I made no scruple or maltreating the rabbits, the monkey, or
even the dog,…” (Poe, 1845)
Tapi pada suatu hari, saat tokoh utama pulang, dia merasa kucing
hitamnya menjauhinya. Hal ini membuatnya marah pada kucing hitam dan
menangkapnya dengan kasar:
One night, returning home, much intoxicated, from one of my haunts about town, I fancied that the cat avoided my presence. I seized him; when, in his fright at my violence, he inflicted a slight wound upon my hand with his teeth. The fury of a demon instantly possessed me. I knew myself no longer. My original soul seemed, at once, to take its flight from my body; and a more than fiendish malevolence, gin-nurtured, thrilled every fibre of my frame. I took from my waistcoatpocket a pen-knife, opened it, grasped the poor beast by the throat, and deliberately cut one of its eyes from the socket! I blush, I burn, I shudder, while I pen the damnable atrocity. (Poe, 1845, Data 4).
Dari data di atas akan terlihat runutan yang dilakukan tokoh utama saat
menyakiti kucing hitamnya.Ketika tokoh utama pulang ke rumahnya kucing hitam
selalu menyambut majikannya dan mengikutinya di dalam rumah, seperti pada
kutipan berikut: “…I alone feed him, and he attented me wherever I went about
the house”. (Poe, 1845). Maka dia merasa marah saat kucing hitam
menjauhinya.Hal ini menyebabkan tokoh utama menangkap kucing hitam dengan
kasar yang menyebabkan kucing hitam mencakar tangan tokoh utama
tersebut.Cakaran tersebut membuat kemarahan tokoh utama semakin memuncak
Berdasarkan data di atas pun bisa dilihat kenapa kucing hitamnya
menjauhi tokoh utama karena perilaku tokoh utama yang semakin hari semakin
berubah menjadi jahat, perilaku tersebut ditunjukkan tidak hanya kepada binatang
peliharaannya tapi juga kepada istri tokoh utama.
Kejadian tersebut membuat tokoh utama merasakan penyesalan yang
terasa begitu kuat di dalam dirinya sehingga perasaan itu terus menerus
menghantui tokoh utama:
When reason returned with the morning --when I had slept off the fumes of the night's debauch--I experienced a sentiment half of horror, half of remorse, for the crime of which I had been guilty; but it was, at best, a feeble and equivocal feeling, and the soul remained untouched. I again plunged into excess, and soon drowned in wine all memory of the deed. (Poe, 1845, Data 5).
Terlihat pada data di atas bahwa tokoh utama begitu menyesal sesudah dia
melakukan hal keji terhadap kucing hitamnya. Tokoh utama merasa sangat
bersalah, dan dia seperti mempunyai dua karakter yang berbeda, di satu sisi dia
merasa senang karena bisa menyiksa kucing hitam peliharaannya tapi di sisi lain
dia juga merasa sangat bersalah telah melakukan hal itu kepada kucing hitamnya,
dan hal tersebut membuatnya merasa sangat ketakutan, dan rasa tersebut
tersimpan di alam bawah sadarnya.
4. Tokoh utama membunuh kucing hitamnya.
Perasaan-perasaan bersalah dan menyesal terus menerus menghantui tokoh
utama dikarenakan kejadian yang dilakukannya terhadap kucing hitamnya. Tokoh
utama merasakan adanya perubahan-perubahan di dalam dirinya yang membuat
dirinya menjadi sosok yang emosional, irasional, bahkan mengalami kegilaan
percobaan pembunuhan yang dilakukan tokoh utama terhadap kucing hitamnya.
Hingga pada akhirnya tokoh utama membunuh kucing hitamnya dengan cara yang
tidak manusiawi, setelah dia secara keji mencongkel sebelah mata kucing
hitamnya tersebut karena rasa percaya terhadap mitos kucing hitam tersebut sudah
muncul di dalam diri tokoh utama yang mengakibatkan kegilaan makin menjadi di
dalam dirinya, terlihat di kutipan berikut ini:
--that urged me to continue and finally to consummate the injury I had inflicted upon the unoffending brute. One morning, in cool blood, I slipped a noose about its neck and hung it to the limb of a tree; --hung it with the tears streaming from my eyes, and with the bitterest remorse at my heart; --hung it because I knew that it had loved me, and because I felt it had given me no reason of offence; --hung it because I knew that in so doing I was committing a sin --a deadly sin that would so jeopardize my immortal soul as to place it --if such a thing were possible --even beyond the reach of the infinite mercy of the Most Merciful and Most Terrible God. (Poe, 1845, Data 6).
Data di atas memperlihatkan bagaimana tokoh utama berubah sangat
drastis, menjadi sangat brutal, membunuh kucing hitamnya dengan cara yang
sadis, yaitu menggantungnya. Terlihat dari ungkapan-ungkapan di atas, padahal
sebelumnya tokoh utama sangat mencintai kucing hitam tersebut, tetapi
kepercayaan tentang mitos kucing hitamlah yang dipercayai secara tak sadar oleh
tokoh utama menyebabkan dia membunuh kucing hitamnya.
Lalu adanya kejadian-kejadian aneh yang datang setelah tokoh utama
membunuh kucing hitamnya memperkuat adanya mitos kucing hitam. Salah
satunya adalah rumahnya yang secara tiba-tiba terbakar, dan membuat diri tokoh
utama, istrinya dan seorang pelayannya harus menyelamatkan diri:
flames. The whole house was blazing. It was with great difficulty that my wife, a servant, and myself, made our escape from the conflagration. (Poe, 1845, Data 7).
Kutipan di atas menyatakan bahwa adanya kebakaran yang terjadi di
kediaman tokoh utama setelah tokoh utama membunuh kucing hitamnya. Lalu
kejadian aneh lainnya yang terjadi adalah adanya tanda tali yang dipakai oleh
tokoh utama untuk menggantung kucing hitamnya tidak terbakar, tanda tersebut
terlihat di dinding rumahnya:
I approached and saw, as if graven in bas relief upon the white surface, the figure of a gigantic cat. The impression was given with an accuracy truly marvellous. There was a rope about the animal's neck. (Poe, 1845, Data 8).
Tentu saja hal tersebut mengagetkan dirinya dan orang-orang di
sekitarnya, karena tanda tersebut ada, dan tembok tempat beradanya tanda
tersebut tidak hancur sama sekali disebabkan oleh kebakaran yang terjadi.
Keanehan tersebut membuat tokoh utama makin merasakan ketakutan
yang luar biasa, tidak hanya karena dia sudah membunuh kucing hitamnya tetapi
juga karena dia menemukan keanehan-keanehan yang terjadi setelahnya. Berikut
ini kutipan mengenai rasa takut yang terjadi di dalam diri tokoh utama disebabkan
kejadian kebakaran yang mengakibatkan kucing hitamnya mati terbunuh oleh
dirinya sendiri:
--my wonder and my terror were extreme. But at length reflection came to my aid. The cat, I remembered, had been hung in a garden adjacent to the house. (Poe, 1845, Data 9).
Data di atas memperlihatkan bagaimana rasa takut terus mengikuti tokoh
utama, apalagi setelah dia mengetahui adanya tanda yang terlihat di dinding
5. Penyesalan yang datang terhadap tokoh utama sampai-sampai dia memelihara
kembali kucing hitam.
Setelah tokoh utama mendapati hal-hal aneh dalam hidupnya, tokoh utama
juga terus merasa dibayangi oleh kucing hitam yang telah dibunuhnya. Dengan
perasaan yang sangat menyesal tokoh utama merasa sangat rindu dengan
keberadaan kucing hitamnya:
For months I could not rid myself of the phantasm of the cat; and, during this period, there came back into my spirit a half-sentiment that seemed, but was not, remorse. I went so far as to regret the loss
of the animal,… (Poe, 1845, Data 10).
Data ini menunjukkan tokoh utama yang memang tidak bisa
menghilangkan rasa rindunya untuk kembali memiliki kucing hitam, terlebih lagi
setelah apa yang dilakukannya terhadap kucing hitam peliharaannya terdahulu.
Hingga suatu saat, tokoh utama bertemu dengan kucing hitam yang mirip sekali
dengan kucing hitam peliharaannya yang telah dibunuhnya:
… I approached it, and touched it with my hand. It was a black cat --a very l--arge one --fully --as l--arge --as Pluto, --and closely resembling him in every respect but one. Pluto had not a white hair upon any portion of his body; but this cat had a large, although indefinite splotch of white, covering nearly the whole region of the breast. (Poe, 1845, Data 11).
Tokoh utama merasa bahwa kucing hitam inilah pengganti kucing
hitamnya terdahulu, dan tokoh utama pun pada akhirnya membawa kucing hitam
yang ditemuinya untuk pulang bersamanya.
6. Mitos kucing hitam yang menghantuinya sampai pada akhirnya tokoh utama
Kejadian-kejadian aneh yang telah dialami oleh tokoh utama membuatnya
merasa ada di bawah pengaruh ketakutannya tersebut, yang menyebabkan dirinya
mengalami kegilaan. Dengan rasa ketakutan yang mulai menjalari dirinya, tokoh
utama juga seperti berada di bawah pengaruh jahat dari kucing hitam barunya
yang ditemui setelah tokoh utama merasa sangat kehilangan dan bersalah setelah
apa yang telah dilakukannya terhadap kucing hitam peliharaannya terdahulu.
Tokoh utama sangat senang sekali mendapati bahwa ternyata ada kucing
hitam yang sangat mirip dengan Pluto, kucing hitam kesayangannya, bahkan
kucing tersebut pun memiliki ciri-ciri yang sama, tetapi ciri ini merupakan ciri
setelah kucing hitam pertamanya mengalami siksaan yang dilakukan oleh tokoh
utama, yaitu matanya yang dikeluarkan secara paksa, dan hal ini membuat istri
tokoh utama memperingatkannya dengan kucing hitam keduanya yang
mempunyai ciri yang hampir sama dengan kucing hitam pertamanya:
…on the morning after I brought it home, that, like Pluto, it also had
been deprived of one of its eyes. This circumstance, however, only endeared it to my wife, who, as I have already said, possessed, in a high degree, that humanity of feeling which had once been my distinguishing trait, and the source of many of my simplest and purest pleasures. (Poe, 1845, Data 12).
Tokoh utama dan kucing hitam barunya pun merasakan kedekatan, kucing
hitamnya selalu mengikuti kemanapun tokoh utama pergi, bermanja-manja
dengan tokoh utama, sampai-sampai istri tokoh utama juga memperingatinya
kembali disebabkan terlihat kembali keanehan yang ada di tubuh kucing hitam
tersebut, yaitu adanya tanda tali di leher kucing hitam keduanya, seperti tanda tali
…My wife had called my attention, more than once, to the character of the mark of white hair, of which I have spoken, and which constituted the sole visible difference between the strange beast and the one I had destroyed. The reader will remember that this mark, although large, had been originally very indefinite; (Poe, 1845, Data 13).
Hingga pada akhirnya tokoh utama kembali mengalami hal-hal di luar
nalarnya, seperti merasa ketakutan, diteror, rasa bersalah yang sangat dalam,
bahkan perasaan untuk membunuh, dan juga halusinasi yang terus menerus
mendatanginya karena kejadian-kejadian yang telah dilakukan oleh tokoh utama
terhadap kucing hitamnya. Bahkan pada akhirnya tokoh utama juga membunuh
istrinya, dan itu terjadi karena tokoh utama seperti dipengaruhi oleh kucing hitam
barunya:
One day she accompanied me, upon some household errand, into the cellar of the old building which our poverty compelled us to inhabit. The cat followed me down the steep stairs, and, nearly throwing me headlong, exasperated me to madness. Uplifting an axe, and forgetting, in my wrath, the childish dread which had hitherto stayed my hand, I aimed a blow at the animal which, of course, would have proved instantly fatal had it descended as I wished. But this blow was arrested by the hand of my wife. Goaded, by the interference, into a rage more than demoniacal, I withdrew my arm from her grasp and buried the axe in her brain. She fell dead upon the spot, without a groan. (Poe, 1845, Data 14).
Kutipan ini menceritakan bagaimana kucing hitam tersebut selalu
mengikuti kemanapun tokoh utama pergi, bahkan seperti terus memberikan
pengaruh-pengaruh buruk bagi tokoh utama, sampai-sampai istri dari tokoh utama
pun mendapatkan perlakuan seperti itu. Tokoh utama membunuh istrinya dengan
cara yang sadis, karena tokoh utama merasa sudah diliputi kegilaan yang ada di
dalam dirinya di bawah pengaruh kucing hitamnya, tokoh utama tidak bermaksud
hitamnya yang tidak mengacuhkan dirinya, tokoh utama pun mengambil kampak
untuk mencoba mengenai kucing hitamnya tapi ternyata kampak tersebut
mengenai istrinya, dan terjadilah hal yang tidak diinginkan, tokoh utama pun
membunuh istrinya secara tidak sengaja.
Sesudah membunuh istrinya tokoh utama sama sekali tidak merasa takut
atau khawatir atas apa yang telah diperbuatnya, tapi tokoh utama mempunyai
banyak cara bagaimana untuk mengubur atau menghilangkan jejak setelah dia
membunuh istrinya, hingga tokoh utama mendapatkan ide untuk mengubur jasad
istrinya di dalam dinding:
…By means of a crow-bar I easily dislodged the bricks, and, having carefully deposited the body against the inner wall, I propped it in that position, while, with little trouble, I re-laid the whole structure as it originally stood. Having procured mortar, sand, and hair, with every possible precaution, I prepared a plaster could not every poss be distinguished from the old, and with this I very carefully went over the new brick-work. When I had finished, I felt satisfied that all was right. The wall did not present the slightest appearance of having been disturbed. The rubbish on the floor was picked up with the minutest care. I looked around triumphantly, and said to myself --"Here at least, then, my labor has not been in vain." (Poe, 1845, Data 15).
Kutipan di atas mengungkapkan bagaimana tokoh utama telah berhasil
membunuh dan menguburkan mayat istrinya tanpa merasa bersalah ataupun
ketakutan yang berarti seperti saat dia membunuh kucing hitamnya yang pertama,
tokoh utama merasa tenang dan santai saja menghadapi hal itu, disebabkan karena
collective unconscious milik tokoh utama yang menimbulkan rasa irasional di
dalam dirinya, bahkan tokoh utama merasa bisa tidur dengan tenang tanpa ada
rasa bersalah atau ketakutan sedikit pun, seperti pada kutipan berikut : --and thus
tranquilly slept; aye, slept even with the burden of murder upon my soul! (Poe,
1845, Data 16).
Hingga suatu saat para polisi datang mencari karena istri tokoh utama
menghilang secara tiba-tiba, di bagian ini tokoh utama masih bisa menjaga
ketenangannya tanpa gugup. Lalu berikutnya tokoh utama mulai merasakan takut,
hingga tanpa sengaja dia menunjukkan dinding tempat dimana mayat istrinya
dikubur:
…(In the rabid desire to say something easily, I scarcely knew what I uttered at all.) --"I may say an excellently well constructed house. These walls --are you going, gentlemen? --these walls are solidly put together"; and here, through the mere phrenzy of bravado, I rapped heavily, with a cane which I held in my hand, upon that very portion of the brick-work behind which stood the corpse of the wife of my bosom. (Poe, 1845, Data 17).
Dengan rasa takut yang mulai menjalari dirinya setelah apa yang dia
katakan, tokoh utama dan beberapa tokoh lain pun mendengar suara ganjil yang
datang dari arah dinding, seperti suara isakan seorang anak, tapi suara yang
terdengar dari dalam dinding tersebut makin keras, dan tokoh utama merasakan
suara tersebut seperti suara teriakan yang mengerikan, hal ini seperti sebuah
halusinasi yang datang dari dalam diri tokoh utama disebabkan kejadian-kejadian
yang telah dialami oleh tokoh utama:
…reverberation of my blows sunk into silence than I was answered
Suara yang aneh dan membuat para polisi membongkar dinding dimana
sumber suara itu berasal, dan pada akhirnya polisi pun menemukan mayat istri
tokoh utama bersama dengan sumber suara tadi, karena ternyata sumber suara
tersebut berasal dari kucing hitam peliharaan tokoh utama yang memang berada di
atas mayat sang istri, kucing hitam peliharaannya tersebut diibaratkan bagaikan
setan dengan matanya yang merah dan mulutnya yang menganga, tidak hanya itu
tokoh utama juga mengibaratkan kucing hitamnya seperti monster :
…In the next, a dozen stout arms were tolling at the wall. It fell
bodily. The corpse, already greatly decayed and clotted with gore, stood erect before the eyes of the spectators. Upon its head, with red extended mouth and solitary eye of fire, sat the hideous beast whose craft had seduced me into murder, and whose informing voice had consigned me to the hangman. I had walled the monster up within the tomb! (Poe, 1845, Data 19).
Pada kutipan inilah yang memperlihatkan tokoh utama yang makin merasa
ketakutan karena kejadian aneh yang datang berikutnya, di mana setelah istrinya
ditemukan oleh para polisi, kucing hitam keduanya pun yang mirip sekali dengan
kucing hitam pertamanya yang telah dibunuh olehnya berada dengan mayat
istrinya. Seolah-olah kucing hitam tersebut telah berhasil mengubah diri tokoh
menjadi percaya pada kekuatan jahat yang dibawa olehnya. Tokoh utama yang
berubah menjadi seseorang yang jahat dan percaya bahwa kucing hitamnya yang
membawa kekuatan jahat tersebut.
Adanya kemungkinan lain juga terlihat di dalam cerita pendek ini, yaitu
kucing hitam yang mencoba membalas dendam kepada istri dari tokoh utama
jelmaan dari penyihir, dan berkali-kali mencoba untuk berbicara tentang hal itu
kepada tokoh utama.
Oleh karena itu, uraian-uraian diatas menunjukkan, bahwa walaupun tokoh
utama digambarkan tidak mempercayai mitos kucing hitam, ceriteme-ceriteme
yang dibangun dalam cerita menunjukkan sebaliknya. Mitos kucing hitam yang
selalu dibicarakan oleh istrinya tersebut masuk ke dalam collective unconscious
tokoh utama. Hal ini menyebabkannya dia merasa ketakutan. Berdasarkan
ceriteme-ceriteme dari cerita ini juga, mitos kucing hitam seperti dianggap benar
adanya dengan diperlihatkannya kejadian buruk yang menimpa tokoh utama,
seperti adanya kebakaran yang terjadi di rumahnya setelah tokoh utama
membunuh kucing hitamnya. Begitu juga dengan ketakutan tokoh utama yang
makin menjadi dan berubah menjadi kegilaan yang secara drastis merubah sikap
tokoh utama menjadi seseorang yang pemarah dan berperilaku kasar.
Sikap tersebut tidak hanya ditunjukkan tokoh utama terhadap
hewan-hewan peliharaannya saja, tapi juga pada istrinya. Sampai-sampai tokoh utama
pun membunuh istrinya dengan cara yang mengerikan dan mayat istrinya pun
dikuburkan secara tidak layak. Karena tokoh utama merasa bahwa dia sudah
berada di bawah pengaruh jahat dari kucing hitam, dan disebabkan oleh