• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (RLPPD) KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021

N/A
N/A
Somantri Heri

Academic year: 2023

Membagikan "RINGKASAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (RLPPD) KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (RLPPD) KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2021

Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( RLPPD) adalah informasi yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat yang memuat Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang disampaikan bersamaan dengan penyampaian Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( LPPD) tahun 2021 kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur yang dipulikasikan melalui media cetak dan atau media elektronik. Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (RLPPD) merupakan ringkasan LPPD Tahun 2021, berisi laporan kinerja Pemerintahan Kabupaten Sukabumi selama 1 (satu) tahun.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 69 ayat (1), dan pasal 71 ayat (2) mengamanatkan Kepala Daerah wajib menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban dan Ringkasan Laporan Peyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, DPRD dan masyarakat 1 kali dalam 1 tahun paling lambat 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir.

A. Gambaran Umum Daerah

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu dari 27 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat, terletak di selatan Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119 Km dari Ibukota Negara (Jakarta). Meskipun Kabupaten Sukabumi terlahir pada tanggal 10 September 1870, namun secara formal pembentukan Kabupaten Sukabumi berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat.

Kabupaten Sukabumi memiliki 47 Kecamatan, 381 desa dan 5 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi adalah 4.162 km2 atau 416.220,94 ha (11,21% dari luas Jawa Barat atau 3,01% dari luas Pulau Jawa). Wilayah Kabupaten Sukabumi berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, wilayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten dan Samudera Indonesia di sebelah barat dan wilayah Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat di sebelah timur.

Kabupaten Sukabumi termasuk daerah yang beriklim tropis dengan suhu rata-rata adalah 250C – 300C, memiliki tipe iklim B

(basah) dengan curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.500-3000 mm. Topografi wilayahnya sangat variatif mulai dari wilayah dengan tingkat kelerengan yang datar, landai, curam sampai dengan sangat curam dengan rata-rata slope 18,6%. Bentuk permukaan tanah (morfologi) pada umumnya bervariasi dari datar, bergelombang, berbukit, sampai bergunung. Ketinggian wilayahnya dari 0 sampai dengan 2.958 m dpl (puncak Gunung Gede). Daerah datar umumnya terdapat di daerah pantai dan kaki gunung yang sebagian besar merupakan persawahan. Sementara sebagian daerah selatan merupakan daerah pesisir dan berbukit dengan ketinggian berkisar 0 – 2.960 m dpl. Struktur geologi wilayah Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi zona utara dan zona selatan, dengan batas Sungai Cimandiri yang mengalir dari arah timur laut ke barat daya. Zona utara merupakan kawasan yang dipengaruhi oleh vulkan, dengan jenis tanah bertekstur sedang (tanah lempung) dan termasuk ke dalam tanah dengan kedalaman tanah sangat dalam (lebih dari 90 cm).

Jenis tanah di bagian utara pada umumnya terdiri dari tanah latosol, andosol dan regosol. Kondisi ini menyebabkan lahan di zona utara sebagian besar merupakan lahan subur, dimana terdapat kawasan perkebunan, persawahan dan kegiatan pertanian lainnya.

Sedangkan zona selatan merupakan kawasan yang berbukit- bukit dengan kedalaman tanah kurang dalam (kurang dari 90 cm) dan cenderung kurang subur sehingga kawasan ini cenderung dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering, perkebunan dan kehutanan. Jenis tanah di bagian tengah pada umumnya terdiri dari latosol dan podzolik, sedangkan di bagian selatan sebagian besar terdiri dari laterit, grumosol, podzolik dan alluvial. Jenis tanah ini termasuk tanah yang agak peka erosi dan longsor. Di wilayah Kabupaten Sukabumi banyak dijumpai mata air berasal dari dasar lembah atau kaki perbukitan. Munculnya mata air dari tempat-tempat tersebut disebabkan adanya lapisan batuan kedap air di bawahnya, sehingga peresapan tidak terus ke dalam melainkan ke arah lateral dan muncul di kaki-kaki tebing/lembah atau kaki perbukitan.

Sementara air permukaan yang sebagian besar terdiri atas sungai- sungai dan anak-anak sungainya membentuk 6 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu: DAS Cimandiri, DAS Ciletuh, DAS Cipelang, DAS Cikaso, DAS Cibuni dan DAS Cibareno.

Gambaran jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi sampai dengan semester kedua tahun 2021 berjumlah berjumlah 2.708.966 jiwa terdiri 1.375.215 laki-laki dan 1.333.751 perempuan dengan rata- rata kepadatan penduduk sebesar 651 orang per Km2. Berdasarkan struktur umur, penduduk Kabupaten Sukabumi yang paling banyak adalah yang berusia antara 0-5 tahun yaitu sebanyak 262.859 jiwa.dan paling sedikit di rentang usia >100 yaitu sebanyak 217 jiwa.

Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi Tahun 2012 - 2021

B. CAPAIAN KINERJA INDIKATOR MAKRO

Capaian kinerja makro merupakan capaian kinerja yang menggambarkan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara umum. Capaian kinerja makro dihasilkan dari berbagai program yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat, pihak swasta dan pihak terkait lainnya dalam pembangunan nasional. Capaian kinerja makro Kabupaten Sukabumi Tahun 2020 sampai dengan 2021 adalah sebagai berikut:

Rumus : n – (n-1) x 100%

n-1

Tabel Indikator Kinerja Makro Kabupaten Sukabumi Tahun 2020-2021

No Indikator Capaian

Kinerja Tahun n-1

Capaian Kinerja Tahun n

Perubaha n (%) (1

) (2) (3) (4) (5)

1 Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) 66,88 67,07 0,28

2 Angka Kemiskinan 7,09 7,70 8,60

No Tahun

Jumlah Penduduk

(Jiwa) Jumlah

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk

Per Km2 Laki-Laki Perempua

n

1 2012 1.215.693 1.177.498 2.393.191 575

2 2013 1.222.814 1.185.603 2.408.417 579

3 2014 1.229.168 1.192.945 2.422.113 582

4 2015 1.234.673 1.199.548 2.434.221 585

5 2016 1.281.738 1.222.203 2.503.941 587

6 2017 1.293.563 1.230.429 2.523.992 607

7 2018 1.294.826 1.251.499 2.546.325 609

8 2019 1.309.395 1.262.495 2.571.890 617

9 2020 1.333.443 1.293.319 2.626.762 631

10 2021 1.375.215 1.333.751 2.708.966 651

(2)

3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) 61,56 64,93 5,47

4 Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) 9,60 9,51 -0,94

5 Pertumbuhan

Ekonomi -0,92 3,75 507,61

6 PDRB Atas Dasar

Harga Konstan 46.199,31 47.933,5

2 3,75

7 PDRB Per Kapita 24.838 25.615 3,13

8 Ketimpangan Pendapatan (Gini

Ratio) 0,334 0,343 2,69

Sumber: Badan Pusat Statistik 2022

1. Indikator Pembangunan Manusia

IPM merupakan indeks komposit yang menggabungkan tiga komponen essensial kualitas hidup yaitu kesehatan melalui indikator Angka Harapan Hidup (AHH), pengetahuan melalui gabungan indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan ekonomi melalui indikator Pengeluaran Per Kapita yang disesuaikan (PPP). Oleh karena itu, IPM sering dijadikan sebagai salah satu indeks acuan pembangunan suatu daerah untuk memonitoring dan mengevaluasi kinerja pemerintah daerah. Perbandingan IPM Kabupaten Sukabumi, IPM Jawa Barat terhadap Target IPM Kabupaten Sukabumi tahun 2016-2021 dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini :

IPM Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021

IPM Target Realisasi %

2016 64,75 65,13 100,59

2017 65,08 65,49 100,63

2018 65,42 66,05 100,96

2019 65,96 66,87 101,38

2020 66,08 66,88 101,21

2021 66,41 67,07 100,99

Sumber: Kabupaten Sukabumi Dalam Angka, 2022

Gambar 1. Grafik Perbandingan IPM Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dan Target Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021 (poin)

Sumber: Badan Pusat Statistsik Jawa Barat,2022

IPM Kabupaten Sukabumi mengalami trend yang meningkat dari 65,13 poin pada tahun 2016 menjadi 67,07 poin pada tahun 2021.

Namun demikian, apabila dibandingkan dengan rata-rata Jawa Barat, IPM Kabupaten Sukabumi masih berada di bawah IPM Jawa Barat. IPM Jawa Barat sebesar 70,05 poin pada tahun 2016 dan meningkat menjadi 72,45 poin pada tahun 2021. IPM Kabupaten Sukabumi berada diatas target yang ditentukan dalam RPJMD Kabupaten Sukabumi tahun 2016-2021, dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021, dimana target yang diharapkan pada tahun 2021 sebesar 66,41 poin, sedangkan realisasi IPM Kabupaten Sukabumi sebesar 67,07 poin. Grafik Perbandingan IPM Kabupaten Sukabumi dengan IPM Kabupaten/Kota se-Jawa Barat tahun 2021 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Sumber:Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Gambar 2. Grafik Perbandingan IPM Kabupaten Sukabumi dengan IPM Kabupaten/Kota se-Jawa Barat Tahun 2021

BPS mengelompokkan tingkat pembangunan manusia menjadi empat kelompok, yaitu tingkat pembangunan rendah ((IPM<60), sedang (60<IPM>70), tinggi (70<IPM>80), dan sangat tinggi (IPM>80), sehingga Kabupaten Sukabumi termasuk kedalam kelompok pembangunan manusia yang sedang. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sukabumi berada diposisi keempat terbawah apabila dibandingkan dengan kabupaten kota lain di Jawa Barat. Dan Kabupaten Sukabumi menempati peringkat ke lima terbawah dengan pertumbuhan IPM sebesar 0,28 persen pada tahun 2021.

1.1. Harapan Lama Sekolah

Harapan lama sekolah didefinisikan sebagai lamanya waktu sekolah yang dirasakan oleh anak pada umur tertentu, digunakan untuk mengidentifkasi kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang pendidikan. Angka harapan lama sekolah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, dan target Kabupaten Sukabumi. dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

HLS Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021

HLS Target Realisasi %

2016 12,52 12,18 97,28

2017 12,72 12,19 95,83

2018 12,92 12,20 94,43

2019 13,12 12,22 93,14

2020 13,32 12,23 91,82

2021 13,52 12,24 90,53

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Gambar 3. Harapan Lama Sekolah Kabupaten Sukabumi tahun 2016- 2021

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Data di atas menunjukkan angka harapan lama sekolah Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan, namun perubahannya tidak signifikan dan cenderung stagnan. Sepanjang tahun 2016 sampai 2021 HLS Kabupaten Sukabumi belum mencapai target yang ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021, peningkatan HLS dari tahun sebelumnya hanya sebesar 0,08 persen, dan angka tersebut berada dibawah rata-rata HLS kabupaten/kota di Jawa Barat. Target Kabupaten Sukabumi setiap tahunnya bergerak secara linier dan meningkat secara signifikan, sedangkan realisasi dari persentase harapan lama sekolah bergerak secara tidak signifikan.

Rata-rata penduduk yang masuk jenjang pendidikan formal di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2021 memliki peluang untuk bersekolah selama 12,24 tahun. Artinya, rata-rata penduduk Kabupaten Sukabumi memiliki peluang untuk menamatkan sekolah hingga lulus Sekolah Menengah Atas atau D1. Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Sukabumi yang cenderung stagnan dapat disebabkan oleh kesamaan antara proporsi peningkatan jumlah penduduk dan jumlah penduduk yang bersekolah pada usia tertentu, sehingga menyebabkan angka harapan lama sekolah mengalami peningkatan yang rendah. Harapan lama sekolah Kabupaten Sukabumi berada di peringkat 18 dari kabupaten/kota di Jawa Barat pada tahun 2021, dengan angka HLS paling tinggi yaitu Kota Bandung sebesar 14,21 tahun, seperti terlihat pada gambar berikut.

(3)

Gambar 4. Grafik Perbandingan HLS Kabupaten Sukabumi dengan HLS Kabupaten/Kota se-Jawa Barat Tahun 2021

Su

mber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022 1.2. Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah (RLS) merupakan indikator yang menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Indikator ini menjadi acuan utama untuk melihat keberhasilan pembangunan pendidikan di Kabupaten Sukabumi. Upaya-upaya pembangunan pendidikan yang direpresentasikan dalam program dan kegiatan pada Urusan Pendidikan. Trend perkembangan RLS Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 hingga tahun 2021 dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini:

RLS Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021

Sumber: BadanPusat Statistik Jawa Barat, 2022

Gambar 5. Trend Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2016 – 2021.

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

RLS Kabupaten Sukabumi terus mengalami trend yang meningkat dari 6,74 tahun pada tahun 2016 menjadi 7,10 tahun pada tahun

2021. RLS Kabupaten Sukabumi masih berada dibawah rata-rata RLS Jawa Barat, namun perkembangan indikator RLS telah melebihi target Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021. Sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJMD Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021, target RLS Kabupaten Sukabumi pada tahun 2021 sebesar 6,71 tahun sedangkan realisasi atau capaian RLS sebesar 7,10 tahun. Hal tersebut menggambarkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Sukabumi hanya hingga kelas satu Sekolah Menengah Pertama.

Apabila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Barat, RLS Kabupaten Sukabumi masih berada pada peringkat 3 terbawah, dan lebih baik dari Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu. Melihat kondisi ini, penguatan program dan kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan indikator RLS Kabupaten Sukabumi perlu ditingkatkan dengan beberapa cara seperti, penguatan program-program pendidikan masyarakat, beasiswa transisi serta beasiswa rawan DO.

Selain itu, mengingat populasi yang menjadi sampel adalah masyarakat dengan usia 25 tahun ke atas (diluar usia sekolah), penguatan program diarahkan pada pendidikan non formal (PNF).

Perbandingan RLS Kabupaten Sukabumi dengan RLS Kabupaten/Kota lain di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar berikut.

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2022,

Gambar 6. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota se-Jawa Barat Tahun 2021

1.3. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir merupakan rata- rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Trend Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 hingga 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

AHH Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021

AHH Target Realisasi %

2016 69,79 70,14 100,50

2017 69,82 70,26 100,63

2018 69,85 70,49 100,92

2019 69,88 70,73 101,22

2020 69,91 70,97 101,52

2021 69,94 71,21 101,82

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Gambar 7. Trend Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2016 – 2021

Angka harapan hidup Kabupaten Sukabumi meningkat setiap tahunnya dan melampaui target dalam RPJMD Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021. Pada tahun 2016 tercatat angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Sukabumi sebesar 70,14 tahun dan meningkat menjadi 71,21 tahun pada tahun 2021. Namun demikian, angka harapan hidupmasyarakat Kabupaten Sukabumi masih berada di bawah rata-rata angka harapan hidup Jawa Barat. Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 72,44 tahun dan meningkat menjadi 73,23 tahun pada tahun 2021.

Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Sukabumi berada diatas target Angka Harapan Hidup Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021.

Gambar 8.

Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota se Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Angka Harapan Hidup Kabupaten Sukabumi berada di posisi keenam terbawah dibandingkan dengan kabupaten/kota se-Jawa Barat pada tahun 2021. Dengan AHH tertinggi yaitu Kota Bekasi dengan nilai 75,19 tahun dan AHH terendah adalah Kabupaten Tasikmalaya dengan nilai 69,67 tahun (Gambar 8).

Menurut ketentuan UNDP Angka Harapan Hidup dikelompokkan sebagai berikut:

- Status Rendah : IHH < 50

RLS Target Realisasi %

2016 6,46 6,74 104,33

2017 6,51 6,79 104,30

2018 6,56 6,80 103,66

2019 6,61 7,02 106,20

2020 6,66 7,07 106,16

2021 6,71 7,10 105,81

(4)

- Status Menengah Bawah : 50 < IHH < 66 - Status Menengah Atas : 66 < IHH < 80 - Status Tinggi : IHH > 80.

Berdasarkan kriteria di atas, maka bisa diketahui bahwa Harapan Hidup masyarakat di Kabupaten Sukabumi sudah masuk kategori Status Menengah Atas.

1.4. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (Purchasing Power Parity)

Trend perkembangan PPP Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 hingga tahun 2021, serta perbandingannya dengan rata-rata PPP Jawa Barat dan PPP Kabupaten/Kota lain di Jawa Barat secara rinci dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :

PPP Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021 (Ribu Rupiah/Orang/Tahun)

PPP Target Realisasi %

2016 7.894 8.077 102,32

2017 7.929 8.263 104,21

2018 7.964 8.618 108,21

2019 7.999 8.973 112,18

2020 8.034 8.823 109,82

2021 8.069 8.850 109,68

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Gambar 9.

Trend Perkembangan Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (PPP) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Dan Target Sukabumi Tahun 2016-

2021 (Ribu Rupiah)

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Pengeluaran per kapita disesuaikan atau Purchasing Power Parity (PPP) merupakan indikator ekonomi yang dapat menggambarkan standar hidup layak penduduk. PPP dijadikan sebagai besaran daya beli masyarakat di suatu daerah, upaya pembangunan di sektor ekonomi, pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat agar kualitas kehidupan masyarakat lebih baik. Pada

tahun 2016 daya beli masyarakat Kabupaten Sukabumi sebesar Rp8,07 juta per kapita per tahun. Besaran ini terus meningkat sampai tahun 2019 menjadi Rp8,97 juta per kapita per tahun, tetapi menurun pada tahun 2020 menjadi Rp8,82 juta per kapita per tahun. Dan pada Tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi Rp8,85 juta per kapita per tahun atau mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen dari tahun sebelumnya.

Gambar 10

Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (PPP) Kabupaten/Kota se-Jawa Barat tahun 2021

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Daya beli Kabupaten Sukabumi masih berada di bawah rata-rata daya beli Jawa Barat, dimana pada tahun 2016 daya beli masyarakat Jawa Barat berada pada level Rp10,04 juta per kapita per tahun dan meningkat menjadi Rp10,93 juta per kapita per tahun pada tahun 2021. PPP Kabupaten Sukabumi berada di atas target yang diharapkan dari RPJMD Kabupaten Sukabumi tahun 2016 sampai dengan tahun 2021. Disamping itu, jika dibandingkan dengan daya beli masyarakat di Kabupaten/kota lain di Jawa Barat pada tahun 2021, daya beli masyarakat Kabupaten Sukabumi masih berada pada kelompok di bawah rata-rata Jawa Barat, yaitu peringkat 5 terbawah.

Dan untuk 3 daerah yang memiliki daya beli yang sangat tinggi, yaitu Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Depok.

2. Angka Kemiskinan

Menurut BPS penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan yang ditetapkan, atau ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Persentase penduduk miskin Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan target Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Angka Kemiskinan Kabupaten Sukabumi Tahun 2016- 2021

Angka

Kemiskinan Target Realisas

i %

2016 8,31 8,13 102,17

2017 8,08 8,04 100,50

2018 7,88 6,76 114,21

2019 7,70 6,22 119,22

2020 7,55 7,09 106,09

2021 7,43 7,70 96,37

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022 Gambar 11

Perbandingan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Sukabumi Dengan Jawa Barat, dan Target Sukabumi Tahun 2016-2021 (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Data pada Gambar 11 menunjukkan trend tingkat kemiskinan Kabupaten Sukabumi mengalami penurunan dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Pada tahun 2016 tingkat kemiskinan sebesar 8,13 persen dan mengalami penurunan menjadi sebesar 6,22 persen pada tahun 2019. Namun pada Tahun 2020 mengalami kenaikan yaitu menjadi 7,09 persen, dan pada tahun 2021 menjadi 7,70 persen, artinya, masih banyak masyarakat yang terdampak pandemi dari sisi pendapatan. Angka tersebut belum mencapai target RPJMD Kabupaten Sukabumi pada tahun 2021 yaitu 7,43 persen. Namun lebih unggul dari tingkat kemiskinan Provinsi Jawa Barat yang masih tinggi. Badan Pusat Statistik mencatat tingkat garis kemiskinan Kabupaten Sukabumi sebesar Rp.342.094 per kapita per bulan pada tahun 2021, atau sebesar 7,70 persen penduduk Kabupaten Sukabumi memiliki pengeluaran kurang dari Rp.342.094 per kapita per bulan yang dikategorikan sebagai penduduk miskin.

Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Besaran indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 12

Perbandingan Tingkat Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2016-2021 (%)

(5)

Su

mber: Badan Pusat Statistik Jawa Barati, 2022

Data menunjukkan indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Sukabumi mengalami penurunan dari tahun 2016 sampai dengan 2019 dan mengalami peningkatan pada tahun 2020 dan 2021. Hal tersebut menunjukkan gap atau kesenjangan pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan semakin melebar pada tahun 2021.

Pengeluaran penduduk yang tergolong miskin cenderung menurun, sehingga kemiskinan akan semakin sulit dientaskan

.

Namun nilai indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Sukabumi lebih baik dibandingkan dengan rata-rata Jawa Barat dari tahun 2016 - 2021.

Gambar 13

Perbandingan Tingkat Keparahan Kemiskinan Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat Tahun 2015-2021 (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Indeks keparahan kemiskinan menggambarkan ketimpangan pendapatan antara penduduk miskin, atau penyebaran pengeluaran penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Data menunjukkan perubahan indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat yang mengalami penurunan dari tahun 2016 sampai tahun 2019, namun pada tahun 2020 dan 2021 mengalami peningkatan baik untuk keparahan kemiskinan dan kedalaman kemiskinan. Hal tersebut menunjukkan diantara kelompok

penduduk miskin ketimpangan pengeluarannya mulai menurun dari tahun 2016 hingga tahun 2019. Namun kondisi tersebut meningkat pada tahun 2020 dan tahun 2021. Kondisi tersebut sejalan dengan tingkat persentase kemiskinan Kabupaten Sukabumi yang meningkat pada tahun 2021.

3.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang termasuk kedalam angkatan kerja, dimana persentase TPAK didapatkan dari perbandian jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun keatas dikalikan dengan 100 persen. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Sukabumi tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel berikut.

TPAK Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021

TPAK Target Realisasi %

2016 55-70 63,75 100,00

2017 55-70 63,75 100,00

2018 55-70 62,71 100,00

2019 55-70 62,65 100,00

2020 55-70 61,56 100,00

2021 55-70 64,93 100,00

Sumber: Kabupaten Sukabumi Dalam Angka, 2022

Tingkat partisipasi angkatan kerja digunakan untuk mengidentifikasi besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di Kabupaten Sukabumi. Semakin tinggi nilai TPAK suatu daerah maka semakin tinggi kesempatan kerja yang tersedia di daerah tersebut.

Data menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Sukabumi menurun pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2020, dan mengalami kenaikan pada tahun 2021 yaitu 64,93 persen, angka te rsebut masih dalam range target Kabupaten Sukabumi sebesar 55-70 persen.

Gambar 14. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021 (%)

Sumber:Provinsi Jawa Barat dalam Angka 2022

Tingkat partisipasi angkatan kerja Kabupaten Sukabumi berada dalam range target, namun bergerak secara konvergen dengan TPAK Jawa Barat. Tingkat partisipasi angkatan kerja Kabupaten Sukabumi cenderung menurun setiap tahunnya, sebaliknya rata-rata Jawa Barat menunjukkan pergerakan yang meningkat sampai tahun 2019.

Namun pada tahun 2020 TPAK Jawa Barat mengalami penurunan 64,53 persen, dan meningkat menjadi 64,95 persen pada tahun 2021.

Hal tersebut menunjukkan, baik lapangan pekerjaan, kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Sukabumi selalu lebih rendah dan tertinggal dari kondisi rata-rata kabupaten/kota di Jawa Barat.

4.

Tingkat Pengangguran Terbuka

Perbandingan tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, dan target dalam RPJMD Kabupaten Sukabumi tahun 2016 sampai dengan 2021 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

TPT

Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021

TPT Target Realisasi %

2016 9,00 7,66 100,00

2017 9,00 7,66 100,00

2018 9,00 7,77 100,00

2019 9,00 7,79 100,00

2020 9,00 9,60 93,33

2021 9,00 9,51 94,33

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2022

Gambar 15. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021 (%)

(6)

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja, TPT didapatkan dari perbandingan jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja dikalikan dengan 100 persen. Tingkat pengangguran terbuka digunakan untuk mengidentifikasi besaran persentase angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat banyaknya angkatan kerja yang tidak terserap kedalam pasar kerja suatu daerah. Berdasarkan data, persentase tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Sukabumi setiap tahun mengalami peningkatan, sehingga terdapat banyak penduduk usia angkatan kerja yang tidak terserap dalam lapangan pekerjaan di Kabupaten Sukabumi. Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusia atau rendahnya tingkat pendidikan sehingga tidak dapat memenuhi kualifikasi persyaratan perkerjaan. Sebesar 9,51 persen penduduk Kabupaten Sukabumi termasuk kedalam kelompok pengangguran, dimana angka tersebut lebih kecil dari angka tingkat pengangguran Jawa Barat pada tahun 2021 sebesar 9,82.

Secara angka, periode tahun 2016 hingga 2019 TPT Kabupaten Sukabumi berada dalam range target yaitu sebesar 7-9 persen, namun pada tahun 2020 TPT Kabupaten Sukabumi meningkat menjadi 9,60 berada di luar range target Kabupaten Sukabumi. Dan TPT Kabupaten Sukabumi kondisi tahun 2021 9,51 persen atau turun 0,94 persen jika dibandingkan tahun lalu, namun masih berada di luar range target Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan data time series TPT Sukabumi setiap tahunnya cenderung meningkat berbanding lurus dengan penurunan TPAK.

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan persentase TPT Jawa barat dari tahun 2016 hingga 2019 menunjukkan pergerakan yang membaik dan terus menurun setiap tahunnya, tetapi pada tahun 2020 baik TPT Jawa Barat maupun Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Dan pada tahun 2021 baik TPT Jawa Barat dan Kabupaten Sukabumi menurun. Hal tersebut menunjukkan lapangan kerja di Kabupaten Sukabumi membaik meskipun belum sepenuhnya pulih.

5.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Salah satu titik tolak pembangunan suatu daerah yaitu dengan melihat pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat menjadi syarat utama atau indikator keberhasilan sebuah pembangunan. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi dan perbandingannya dengan target indikator makro Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 hingga tahun 2021 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 2.10

LPE Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021

LPE Target Realisasi %

2016 5,58 5,85 104,84

2017 5,63 5,75 102,13

2018 5,68 5,81 102,29

2019 5,73 5,64 98,43

2020 5,78 -0,92 -15,92

2021 5,83 3,75 64,32

Sumber: Kabupaten Sukabumi Dalam Angka 2022

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 hingga tahun 2019 cenderung stabil namun tetap mengalami pelambatan dan peningkatan pertumbuhan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi dari tahun 2011 hingga tahun 2016 cenderung mengalami trend yang fluktuatif dengan gap peningkatan dan pelambatan pertumbuhan yang cukup tinggi. Laju ekonomi Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 hingga tahun 2019 cenderung stabil, memiliki trend pertumbuhan yang fluktuatif dengan gap perubahan yang cukup kecil apabila dibandingkan dengan rentang tahun 2011 hingga 2016.

Gambar 16

Trend Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sukabumi dan Jawa Barat

tahun 2016-2020

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2022

Pada awal tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi sebesar 4,42 persen, kemudian menguat menjadi 6,38

persen pada tahun 2012, namun melambat kembali pada tahun berikutnya hingga 5,51 persen. Perekonomian Kabupaten Sukabumi tumbuh rata-rata sebesar 5,44 persen per tahun pada rentang tahun 2011 hingga tahun 2015. Perekonomian Kabupaten Sukabumi pada rentang tahun 2016 hingga tahun 2019 tumbuh rata-rata sebesar 5,79 persen per tahun, pencapaian tersebut didorong oleh pertumbuhan berbagai sektor ekonomi. Apabila dibandingkan dengan Kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat LPE Kabupaten Sukabumi berada diatas rata-rata Jawa Barat, dan pada tahun 2019 berada pada posisi ke-13. Hal tersebut menunjukkan, perekonomian Kabupaten Sukabumi telah stabil dan berada diatas rata-rata kabupaten/kota di Jawa Barat.

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 hingga tahun 2019 cenderung stabil, namun pada tahun 2020 perekonomian Kabupaten Sukabumi mengalami kontraksi hingga minus 0,92 persen, sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang mulai menyebar secara nasional dan di daerah pada triwulan I tahun 2020.

Perekonomian Kabupaten Sukabumi pada tahun 2021 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 4,67 persen (yoy) dari tahun sebelumnya, atau tercapai 3,75 persen. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat sebesar 3,74 persen (yoy) dan nasional sebesar 3,69 persen (yoy).

6. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator kinerja pembangunan perekonomian daerah yang menunjukkan suatu besaran atau nilai tambah bruto (kotor) dari keseluruhan barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di Kabupaten Sukabumi yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel di bawah.

Sumber: Kabupaten Sukabumi Dalam Angka 2022

(7)

Gambar 17

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Kabupaten Sukabumi Tahun 2016-2021 (Miliar

Rupiah)

PDRB atas dasar harga konstan dapat digunakan untuk mengidentifikasi laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor lapangan usaha dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dapat menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kinerja perekonomian Kabupaten Sukabumi secara riil.

Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 hingga 2019 meningkat setiap tahunnya, dan berada diatas target yang ditetapkan. Pada tahun 2016 nilai PDRB sebesar Rp39,45 triliun, dan meningkat menjadi Rp46,63 miliar pada tahun 2019. Dan pada tahun 2020 angka tersebut melandai sebesar -0,92% atau menjadi Rp46.20 triliun, hal ini disebabkan oleh melemahnya 11 sektor lapangan usaha di Kabupaten Sukabumi, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Adapun nominal PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga konstan pada tahun 2021 sebesar Rp47,93 triliun. Angka ini melebihi nilai kondisi PDRB tahun 2019 (Rp46,63 triliun), yaitu kondisi pada saat belum dilanda Pandemi Covid-19. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa ekonomi di Kabupaten Sukabumi sudah mulai beranjak normal.

Secara year on year, dari sisi produksi hampir semua lapangan usaha tumbuh positif kecuali Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar minus 1,52 persen. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan selaku lapangan usaha utama di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2021 memiliki kontribusi 18,88 persen, mampu tumbuh 2,15 persen.

Pada tahun 2021 sektor yang memiliki nilai tambah barang dan/jasa tertinggi dibandingkan sektor lain, diantaranya sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar Rp9,05 triliun, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar Rp8,60 triliun, dan sektor industri pengolahan sebesar Rp8,37 triliun. Nilai lapangan usaha yang paling tinggi pada rentang tahun 2016 hingga 2021 adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Lapangan usaha tersebut mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam yang merupakan benda atau barang yang hidup, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan untuk kegiatan penjualan. Nilai lapangan usaha yang paling kecil

yaitu Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang sebesar Rp17,68 miliar.

Pada tahun 2021, di Kabupaten Sukabumi tercatat tiga lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif tertinggi di masa pemulihan ekonomi pada saat pandemi Covid-19, yaitu sektor Real Estat dengan pertumbuhan sebesar 9,93 persen, diikuti pengadaan Listrik dan Gas dengan pertumbuhan sebesar 9,86 persen, kemudian jasa pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 9,53 persen. Laju pertumbuhan setiap sektor berdasarkan lapangan usaha di Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel di bawah

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Sukabumi menurut Lapangan Usaha tahun 2016-

2021

Sumber: Kabupaten Sukabumi Dalam Angka 2022

Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan menjadi landasan penentuan laju pertumbuhan ekonomi, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kinerja perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi pada tahun 2021 tercatat 3,75 persen, mengalami peningkatan dari laju pertumbuhan tahun sebelumnya.

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha real estat sebesar 9,93 persen. Sementara lapangan usaha yang terkontraksi adalah Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar minus 1,52 persen.

7. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita dapat menjadi ukuran kesejahteraan dan kemakmuran penduduk di suatu wilayah. PDRB per kapita didapatkan dengan perbandingan dari nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi terhadap jumlah penduduk. PDRB per kapita Kabupaten Sukabumi dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut.

PDRB Per Kapita (harga berlaku) Kabupaten Sukabumi Tahun 2016- 2021

(Ribu Rupiah)

PDRB Per

Kapita Target Realisasi %

2016

18.714,34 21.041,34 112,43

2017

19.614,34 22.825,34 116,37 2018

20.514,34 25.040,34 122,06 2019

21.414,34 26.968,34 125,93 2020

22.314,34 24.838,34 111,31 2021

23.214,34 25.615,34 110,34 Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2021

Gambar 18

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Sukabumi

tahun 2016-2021 (Juta Rupiah)

Su

mber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2021

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk di Kabupaten Sukabumi. PDRB per kapita mengalami peningkatan sejak tahun 2016 hingga 2019, namun pada tahun 2020 menurun, yaitu di angka Rp24,83 juta. Dan pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi Rp25,61 juta. Artinya, satu orang penduduk Kabupaten Sukabumi selama setahun pada tahun 2021 dapat memproduksi barang dan jasa atau memiliki pendapatan senilai Rp25,61 juta rupiah.

Kenaikan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku belum mencerminkan kondisi ekonomi secara nyata atau yang sebenarnya, karena masih dipengaruhi oleh faktor inflasi. PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan pertumbuhan nyata ekonomi penduduk di Kabupaten Sukabumi. Badan Pusat Statistik Jawa Barat mencatat PDRB per kapita atas dasar harga konstan dari tahun 2014 hingga tahun 2019 terus mengalami peningkatan, dan pada tahun 2020

(8)

menurun dengan nilai Rp17,00 juta. Namun pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi Rp17,35 juta, meningkat sebanyak Rp5,23 juta dari tahun 2010 sebagai tahun dasar perhitungan. Namun nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2021 lebih rendah dari PDRB atas dasar harga berlaku karena mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

8. Ketimpangan Pendapatan (Indek Gini)

Indeks gini menunjukkan ketimpangan pendapatan antar masyarakat di suatu daerah. Angka Koefisien Gini kurang dari 0,4 tingkat ketimpangan rendah, antara 0,4-0,5 tingkat ketimpangan sedang, dan lebih dari 0,5 tingkat ketimpangan tinggi. Pada tahun 2010, indeks gini Kabupaten Sukabumi sebesar 0,25 dan mengalami peningkatan pada Tahun 2021 yaitu 0,343. Selama periode 2010 sampai dengan 2020, indeks gini Kabupaten Sukabumi masuk kategori ketimpangan rendah karena kurang dari 0,4 poin.

Apabila nilai rasio gini berada pada rentang 0,20-0,35 poin, maka daerah/negara tersebut memiliki distribusi pendapatan yang cenderung merata (Todaro dan Smith, 2004:226). Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2021 ketimpangan pendapatan penduduk Kabupaten Sukabumi cenderung merata meskipun hampir menyentuh angka 0,343 poin. Namun dengan kondisi tingkat kedalaman, dan keparahan kemiskinan yang relatif sedang menuju rendah dibandingkan kabupaten/kota lain, maka pendapatan penduduk Kabupaten Sukabumi cenderung merata pada level pendapatan yang rendah atau menengah. . Perkembangan indeks gini Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010-2021 dapat dilihat pada Gambar 17, serta indeks gini Kabupaten/Kota se Jawa Barat Tahun 2021 dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 2.19.

Trend Perbandingan Ketimpangan Pendapatan/Gini Rasio Kabupaten Sukabumi dengan Jawa Barat Tahun 2010 – 2021 (poin)

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2022 Gambar 20.

Ketimpangan Pendapatan/Gini Rasio Kabupaten/Kota se-Jawa Barat tahun 2021

Pada tahun 2021, indek gini Kabupaten Sukabumi sebesar 0,343, angka ini meningkat 0,009 poin jika dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar 0,334. Bila dibandingkan dengan Jawa Barat, indeks gini Kabupaten Sukabumi memiliki angka lebih rendah. Indeks gini Jawa Barat pada Tahun 2021 sebesar 0,412. Bila dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat, maka posisi indeks gini Kabupaten Sukabumi Tahun 2021 berada pada posisi 9 dari 27 Kabupaten/kota. Dimana posisi kesatu adalah Kabupaten Pangandaran dengan 0,320 poin, kemudian Kabupaten Indramayu dengan 0,321 poin, dan Kabupaten Subang dengan 0,329 poin C. RINGKASAN CAPAIAN KINERJA URUSAN PELAYANAN DASAR

DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI HASIL (OUTCAME)

NO URUSAN INDIKATOR KINERJA KUNCI

(IKK) CAPAIAN

KINERJA

(1) (2) (3) (4)

1 Pendidikan 1. Tingkat partisipasi warga negara usia 5-6 tahun yang berpartisipasi dalam PAUD

100 %

2. Tingkat partisipasi warga negara usia 7-12 tahun yang berpartisipasi dalam pendidikan dasar

100 %

3. Tingkat partisipasi warga negara usia 13-15 tahun yang berpartisipasi dalam pendidikan menengah pertama

100 %

4. Tingkat partisipasi warga negara usia 7-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah yang berpartisipasi dalam pendidikan kesetaraan

100 %

2 Kesehatan 1. Rasio Daya Tampung Rumah Sakit Rujukan

0,05 %

2. Persentase RS Rujukan Tingkat kabupaten/kota yang terakreditasi

77,78 %

3. Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan ibu hamil

96,52 %

4. Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan

96,56 %

5. Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir

100 % 6. Cakupan pelayanan

kesehatan balita sesuai standar

94,42 %

7. Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar

97,63 %

8. Persentase orang usia 15- 59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar

31,15 %

9. Persentase warga negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar

82,51 %

10. Persentase penderita hipertensi yang

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar

85,17 %

11. Persentase penderita DM yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar

76,31 %

12. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar

100 %

13. Persentase orang terduga TBC mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar

100 %

14. Persentase orang dengan resiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan deteksi dini HIV sesuai standar

100 %

3 Pekerjaan

Umum 1. Rasio luas kawasan permukiman rawan banjir yang terlindungi oleh infrastruktur pengendalian

0

( Kewenan gan Provinsi )

(9)

banjir di WS Kewenangan Kab/Kota

2. Rasio luas kawasan permukiman sepanjang pantai rawan abrasi, erosi, dan akresi yang terlindungi oleh infrastruktur

pengaman pantai di WS Kewenangan Kab/Kota

0,001 %

3. Rasio luas daerah irigasi kewenangan

kabupaten/kota yang dilayani oleh jaringan irigasi

60,31 %

4. Persentase jumlah rumah tangga yang mendapatkan akses terhadap air minum melalui SPAM jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi terhadap rumah tangga di seluruh

kabupaten/kota

85,38 %

5. Persentase jumlah rumah tangga yang memperoleh layanan pengolahan air limbah domestik

79,81 %

6. Rasio kepatuhan IMB kab/

kota

100 % 7. Tingkat Kemantapan Jalan

kabupaten/kota

72,82 % 8. Rasio tenaga operator/

teknisi/ analisis yang memiliki sertifikat kompetensi

12 %

9. Rasio proyek yang menjadi kewenangan

pengawasannya tanpa kecelakaan konstruksi

100 %

4 Perumaha

n Rakyat 1. Penyediaan dan rehabilitasi rumah layak huni bagi korban bencana kabupaten/ kota

100 %

2. Fasilitasi penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat terdampak relokasi program

100 %

3. Persentase kawasan permukiman kumuh dibawah 10 ha di kab/ kota yang ditangani

97,61 %

4. Berkurangnya jumlah unit 4,34 %

RTLH (Rumah Tidak Layak Huni)

5. Jumlah perumahan yang sudah dilengkapi PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum)

71,84 %

5 Ketentram an dan Ketertiban Umum

1. Persentase Gangguan Trantibum yang dapat diselesaikan

100 %

2. Persentase Perda dan Perkada yang ditegakkan

100 % 3. Jumlah warga negara yang

memperoleh layanan informasi rawan bencana

70

4. Jumlah warga negara yang memperoleh layanan pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap bencana

120

5. Jumlah warga negara yang memperoleh layanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana

390

6. Persentase pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran

85,40 %

7. Waktu tanggap (response time) penanganan kebakaran

13 Menit 6 Sosial 1. Persentase penyandang

disabilitas terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar dan gelandangan pengemis yang terpenuhi kebutuhan dasarnya di luar panti (indikator SPM)

81,71 %

2. Persentase korban bencana alam dan sosial yang terpenuhi kebutuhan dasarnya pada saat dan setelah tanggap darurat bencana daerah kabupaten/kota

100 %

7.

Ketenagak erjaan

1. Persentase kegiatan yang dilaksanakan yang mengacu ke rencana tenaga kerja

93,33 %

2. Persentase Tenaga Kerja

Bersertifikat Kompetensi 16,19 % 3. Tingkat Produktivitas

Tenaga Kerja

4.177.624.0 53.351 4. Persentase Perusahaan 100 %

yang menerapkan tata kelola kerja yang layak (PP/PKB, LKS Bipartit, Struktur Skala Upah, dan terdaftar peserta BPJS Ketenagakerjaan) 5. Persentase Tenaga Kerja

Yang Ditempatkan (Dalam Dan Luar Negeri) Melalui Mekanisme Layanan Antar Kerja Dalam Wilayah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) daerah provinsi

24,89 %

8 Perlindung an Perempuan

&

Perlindung an Anak

1. Persentase ARG pada

belanja langsung APBD 0,16 %

2. Persentase anak korban kekerasan yang ditangani instansi terkait

Kabupaten/Kota

0,02 %

3. Rasio kekerasan terhadap perempuan, termasuk TPPO (per 100.000 penduduk perempuan)

5,81 %

9 Pangan Persentase ketersediaan pangan (Tersedianya cadangan beras/ jagung sesuai

kebutuhan)

23,33 %

10 Pertanaha

n 1. Persentase pemanfaatan tanah yang sesuai dengan peruntukkan tanahnya diatas izin lokasi

dibandingkan dengan luas izin lokasi yang diterbitkan

100 %

2. Persentase Penetapan Tanah Untuk Pembangunan Fasilitas Umum

100 %

3. Tersedianya Lokasi Pembangunan Dalam Rangka Penanaman Modal

100 %

4. Tersedianya Tanah Obyek Landreform (TOL) yang siap diredistribusikan yang berasal dari Tanah

Kelebihan Maksimum dan Tanah Absentee

100 %

5. Tersedianya tanah untuk 100 %

(10)

masyarakat

6. Penanganan sengketa tanah garapan yang dilakukan melalui mediasi

100 %

11 Lingkunga

n Hidup 1. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten/

Kota

63.02 %

2. Terlaksananya Pengelolaan Sampah di Wilayah Kab/Kota

46,02 %

3. Ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan, izin PPLH dan PUU LH yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kab/Kota

0,79 %

12 Administra si

Kependudu kan dan Capil

1. Perekaman KTP Elektronik 99,27 %

2. Persentase anak usia 01-7 tahun kurang 1 (satu) hari yang memiliki KIA

32,86 %

3. Kepemilikan akta kelahiran 96,66 % 4. Jumlah OPD yang telah

memanfaatkan data kependudukan berdasarkan perjanjian kerja sama

100 %

13 Pemberday aan Masyaraka t dan Desa

1. Persentase Pengentasan

Desa Tertinggal 100 %

2. Persentase Peningkatan

Status Desa Mandiri 29,10 % 14 Pengendali

an Penduduk dan KB

1. TFR (Angka Kelahiran Total) 2,24

2. Persentase pemakaian kontrasepsi modern (Modern Contraceptive Prevalence Rate/mCPR)

70,12 %

3. Persentase kebutuhan ber KB yang tidak terpenuhi (unmet need)

10,64 % 15 Perhubung 1. Rasio konektivitas 85

an Kabupaten/Kota

2. V/C Ratio di Jalan

Kabupaten/Kota 0,35

16 Komunikas i dan Informatik a

1. Persentase Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terhubung dengan akses internet yang disediakan oleh Dinas Kominfo

3.66 %

2. Persentase Layanan Publik yang diselenggarakan secara online dan terintegrasi

64,87 %

3. Persentase Masyarakat Yang Menjadi Sasaran Penyebaran Informasi Publik, mengetahui Kebijakan Dan Program Prioritas Pemerintah Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

71,99 %

17 Koperasi

dan UKM 1. Meningkatnya Koperasi

yang berkualitas 33,92 % 2. Meningkatnya Usaha Mikro

yang menjadi wirausaha 80 % 18 Penanama

n Modal Persentase peningkatan

investasi di Kabupaten /Kota 23,90 % 19 Kepemuda

an dan Olahraga

1. Tingkat partisipasi pemuda dalam kegiatan ekonomi mandiri

31,03 %

2. Tingkat partisipasi pemuda dalam organisasi

kepemudaan dan organisasi sosial kemasyarakatan

42,92 %

3. Peningkatan prestasi

olahraga 0

20 Statistik 1. Persentase Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menggunakan data statistik dalam menyusun perencanaan

pembangunan daerah

100 %

2. Persentase perangkat daerah yang menggunakan data statistik dalam melakukan evaluasi pembangunan daerah

100 %

21 Persandian Tingkat keamanan informasi

pemerintah 39,38 %

22 Kebudayaa Terlestarikannya Cagar Budaya 81,87 %

n

23 Perpustaka

an 1. Nilai tingkat kegemaran

membaca masyarakat 42,17 % 2. Indeks Pembangunan

Literasi Masyarakat 29,12 % 24 Kearsipan 1. Tingkat ketersediaan arsip

sebagai bahan

akuntabilitas kinerja, alat bukti yang sah dan pertanggungjawaban nasional) Pasal 40 dan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

47,25 %

2. Tingkat keberadaan dan keutuhan arsip sebagai bahan

pertanggungjawaban setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk kepetingan negara, pemerintahan, pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat

16,10 %

25 Perikanan Jumlah Total Produksi Perikanan (Tangkap dan Budidaya) dari seluruh kabupaten/ kota di wilayah provinsi (sumber data: one data KKP)

42,775 ton

26 Pariwisata 1. Persentase pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara per kebangsaan

-

87,56 %

2. Persentase peningkatan perjalanan wisatawan nusantara yang datang ke Kab/Kota

-

30,73 %

3. Tingkat hunian akomodasi 32,75 % 4. Kontribusi sektor

pariwisata terhadap PDRB harga berlaku

47,53 %

5. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD

0,08 % 27 Pertanian

1.

Produktivitas pertanian per

hektar per tahun

631,066 ton/ha

2.

Persentase Penurunan Kejadian dan Jumlah Kasus Penyakit Hewan Menular

-25 %

28 Energi dan Persentase perusahaan 100 %

(11)

Sumber Daya Mineral

pemanfaatan panas bumi yang memiliki ijin di kab/kota 29 Perdagang

an 1. Persentase pelaku usaha yang memperoleh izin sesuai dengan ketentuan (IUPP/SIUP Pusat

Perbelanjaan dan IUTM/IUTS/SIUP Toko Swalayan)

100 %

2. Persentase kinerja realisasi pupuk

27,81 % 3. Persentase alat-alat ukur,

takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) bertanda tera sah yang Berlaku

20,20 %

30 Perindustri

an 1. Pertambahan jumlah industri kecil dan menengah di Kabupaten/Kota

2,11 %

2. Persentase pencapaian sasaran pembangunan industri termasuk turunan indicator pembangunan industri dalam RIPIN yang ditetapkan dalam RPIP

30 %

3. Persentase jumlah hasil pemantauan dan pengawasan dengan jumlah Izin Usaha Industri (IUI) Kecil dan Industri Menengah yang

dikeluarkan oleh instansi terkait

100 %

4. Persentase jumlah hasil pemantauan dan pengawasan dengan jumlah Izin Perluasan Industri (IPUI) bagi Industri Besar yang dikeluarkan oleh instansi terkait

0

5. Persentase jumlah hasil pemantauan dan pengawasan dengan jumlah Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) dan Izin Perluasan Kawasan Industri (IPKI) yang lokasinya di Daerah Kab/Kota

100 %

6. Tersedianya informasi 100 %

industri secara lengkap

dan terkini Informasi

industri secara lengkap : - waktu 0-6 bulan 43 - waktu 7- 12 bulan 17 - Tidak menyamp aikan informasi 116 31 Transmigra

si Jumlah kawasan transmigrasi yang difasilitasi penetapannya 5

kawasan

NO URUSAN INDIKATOR KINERJA

KUNCI CAPAIAN

KINERJA

(1) (2) (3) (4)

1 Fungsi Penunjang Urusan Pemerintaha n

(Perencanaa n dan Keuangan)

1. Rasio Belanja Pegawai Di Luar Guru dan Tenaga

Kesehatan

17,06 %

2. Rasio PAD 15,44 %

3.

Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Level 3

4. Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

Level 2

5. Rasio Belanja Urusan Pemerintahan Umum (dikurangi transfer expenditures)

69,43 %

6. Opini Laporan Keuangan

10 [sepuluh], Tujuh kali berturut turut mendapat predikat WTP [Wajar Tanpa Pengecualian]

2 Fungsi Penunjang Urusan Pemerintaha

1. Persentase jumlah total proyek konstruksi yang dibawa ke tahun

0 %

n

(Pengadaan) berikutnya yang ditandatangani pada kuartal pertama 2. Persentase Jumlah

Pengadaan yang Dilakukan Dengan Metode Kompetitif

100 %

3. Rasio nilai belanja yang dilakukan melalui pengadaan

93,54 % 3 Fungsi

Penunjang Urusan Pemerintaha n

(Kepegawaia n)

1. Rasio Pegawai Pendidikan Tinggi dan Menengah/

Dasar (%) (PNS tidak termasuk guru dan tenaga kesehatan)

199,62 %

2. Rasio pegawai Fungsional (%) (PNS tidak termasuk guru dan tenaga

kesehatan)

18,28 %

3. Rasio Jabatan Fungsional bersertifikat

Kompetensi (%) (PNS tidak termasuk guru dan tenaga

kesehatan)

7,73 %

4 Fungsi Penunjang Urusan Pemerintaha n

(Manajemen Keuangan)

1. Budget execution:

Deviasi realisasi belanja terhadap belanja total dalam APBD

0,51 %

2. Deviasi realisasi PAD terhadap anggaran PAD dalam APBD

3,78 %

3. Assets Management Ya (4) 4. Rasio Anggaran Sisa

Terhadap Total Belanja Dalam APBD Tahun Sebelumnya

0,38 %

5 Fungsi Penunjang Urusan Pemerintaha n

(Transparansi dan

Partisipasi

1. Informasi tentang sumber daya yang tersedia untuk pelayanan

93,57 %

(12)

Publik)

2. Akses publik terhadap informasi keuangan daerah (Public access to fiscal information)

100 %

D. HASIL EPPD DAN OPINI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN SEBELUMNYA

1) Hasil Evaluasi Penyelenggaraan pemerintahan Daerah (EPPD)

Berdasarkan hasil Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2020 yang dilaksanakan pada tahun 2021 oleh Kementrian Dalam Negeri, bahwa nilai LPPD Kabupaten Sukabumi belum dikeluarkan, sehubungan ada beberapa daerah yang belum mengisi capaian kinerjanya pada aplikasi SILPPD sampai dengan Bulan Maret 2022, Kementrian Dalam Negeri melalui Direktorat Peningkatan Kapasitas Daerah rencananya akan mengumumkan pada tanggal 25 April 2022 berkaitan dengan hari Otonomi Daerah.

2) Opini Atas Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah Tahun Sebelumnya

Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2021 belum dapat disajikan, hal tersebut karena masih dalam proses penilaian, sehingga opini BPK pada tahun 2021 menyajikan data tahun 2020, Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Sukabumi ( Tujuh kali berturut-turut WTP dari tahun 2014 s.d. tahun 2020 Pemerintah Kabupaten Sukabumi mendapatkan WTP ).

E. REALISASI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN DAERAH 1. Realisasi Pendapatan menurut Jenis Pendapatan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2021 mengalami perubahan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 10 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2021 dan dijabarkan dengan Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 77 Tahun 2020 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2021, Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 15 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bupati Nomor 77 Tahun 2020 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2021, Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 19 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Nomor 77 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2021, Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 42 Tahun 2021 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Bupati Nomor 77 Tahun 2020 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2021.

Pendapatan Daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana pemerintah daerah. Sumber pendapatan daerah dikelompokkan atas:

a. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD yang Sah;

b. Pendapatan Transfer, terdiri dari Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana Desa) dan Pendapatan Transfer antar Daerah (Pendapatan Bagi Hasil, Bantuan Keuangan); dan

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, terdiri dari Pendapatan Hibah dan Lain-laian Pendapatan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

Pada tahun 2021, Pendapatan Daerah tercapai sebesar 100,40% dari target, dengan rincian:

- Pendapatan Asli Daerah (PAD) tercapai 103,78%

- Pendapatan Transfer tercapai 100,88%

- Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah tercapai sebesar 89,52%.

Tabel Target dan Realisasi Pendapatan

Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2021 (unaudited)

Kode Rekening Uraian

Jumlah Lebih/ (Kurang)

Anggaran Realisasi Rupiah %

4 PENDAPATAN

DAERAH 4,167,904,8

26,238.00 4.184.601.211.

603,00 16,696,3 89,035.0 0

100.40

4 1 PENDAPATAN

ASLI DAERAH (PAD)

651,923,20 6,231.00

676.557.376.0

24,00 24,634,1 69,793.0

0 103.78

4 1 1 Pajak Daerah 269,732,00

0,000.00 285,479,188,4 26.00

15,747,1 88,426.0 0

105.8 4

4 1 2 Retribusi

Daerah 19,593,435,

000.00 16,182,957,67 4.00

(3,410,4 77,326.0

0) 82.59

4 1 3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

10,343,000,

000.00 10,368,839,76

3.00 25,839,7 63.00 100.2

5

4 1 4

Lain – Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

352,254,77

1,231.00 364,526,390,1 61.00

12,271,6 18,930.0 0

103.4 8

4 2 PENDAPATAN

TRANSFER 3,174,519,6

04,375.00 3,202,381,017, 614.00

27,861,4 13,239.0

0 100.88

4 2 1

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat

2,800,584,3

08,445.00 2,846,669,136, 411.00

46,084,8 27,966.0

0 101.65

4 2 1 1 Dana

Perimbangan 2,385,692,5

00,445.00 2,431,777,328, 411.00

46,084,8 27,966.0

0 101.93

4 2 1 2 Dana Insentif

Daerah (DID) 37,507,793,

000.00 37,507,793,00

0.00 0.00 100.00

4 2 1 5 Dana Desa 377,384,01

5,000.00 377,384,015,0

00.00 0.00 100.00

4 2 2 Pendapatan

Transfer Antar Daerah

373,935,29

5,930.00 355,711,881,2 03.00

(18,223,4 14,727.0

0) 95.13

4 2 2 1 Pendapatan

Bagi Hasil 269,055,99

5,170.00 255,156,092,6 63.00

(13,899,9 02,507.0

0) 94.83

Kode Rekening Uraian Jumlah Lebih/ (Kurang)

Anggaran Realisasi Rupiah %

4 2 2 2 Bantuan

Keuangan 104,879,30

0,760.00 100,555,788,5

40.00 (4,323,51 2,220.00) 95.88

4 3

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

341,462,01

5,632.00 305,662,817,9 65.00

(35,799,1 97,667.0

0) 89.52

4 3 1 Pendapatan

Hibah 55,880,305,

632.00 36,032,011,66 3.00

(19,848,2 93,969.0

0) 64.48

4 3 2

Lain-lain Pendapatan Sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan

285,581,71

0,000.00 269,630,806,3 02.00

(15,950,9 03,698.0

0) 94.41

Sumber : BPKAD Kabupaten Sukabumi

2. Realisasi Belanja menurut Belanja

Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota. Kebijakan belanja disusun dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan berpedoman pada prinsip- prinsip penganggaran. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan.

Belanja dikelompokan kedalam Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL). Kelompok BTL merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari belanja pemerintah daerah yang meliputi belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Sedangkan kelompok BL merupakan belanja yang dianggarkan berhubungan langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terkait langsung dalam mewujudkan visi dan misi daerah. Uraian belanja tersebut terdiri dari, belanja barang/jasa dan belanja modal. Dalam belanja langsung terdapat program yang sifatnya mendukung program yang berhubungan langsung dengan kinerja RPJMD. Program yang dimaksud adalah program yang membiayai kegiatan rutin seperti program pelayanan administrasi perkantoran, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur, program peningkatan disiplin aparatur, program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur dan program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan Dalam tahun 2021, jumlah belanja secara keseluruhan terealisasi sebesar 96,15% dari anggaran yang ditetapkan, sebagaimana tergambarkan pada table berikut:

Tabel Target dan Realisasi Belanja

Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2021 (unaudited)

Referensi

Dokumen terkait

1) Menurunnya jumlah kasus kematian bayi yaitu 119 kasus di tahun 2012 menjadi 118 kasus di tahun 2013. 3) Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Subang tahun 2013

Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EPPD) Kabupaten Bangka Tengah tahun 2019 di tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendapat peringkat

RLPPD Kabupaten Grobogan Tahun 2020 2 Selanjutnya, kinerja penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Grobogan selama tahun 2020 yang meliputi Capaian Kinerja Makro,

Pada Tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Grobogan menerima Tugas Pembantuan dari Pemerintah Pusat, melalui 5 (lima) Kementerian, yang meliputi: Kementerian Kesehatan,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kabupaten Rembang Tahun 2016-2021 telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten Rembang

Sasaran ini dapat diukur dengan 2 (dua) indikator kinerja. Mengacu kepada target kinerja yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Kampar Tahun 2011-2016 dan

Naskah Kerjasama Antar Daerah yang telah disepakati dan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015 adalah Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Kabupaten Purworejo

Berdasarkan Indikator Kinerja Kunci yang tercantum dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2020 Kabupaten Cirebon, berikut ialah capaian kinerja