SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“TERAPI BERMAIN PADA ANAK DENGAN DOWN SYNDROME DI SLBN KOTA AMBON”
OLEH:
ELS PARINUSSA KRISTINA HINAKAI GETREDA GERKORA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU 2025
LATAR BELAKANG
Down Syndrome adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya salinan tambahan pada seluruh atau sebagian kromosom 21, yang dikenal sebagai trisomi 21. Kondisi ini pertama kali dideskripsikan oleh dokter Inggris, John Langdon Down, pada tahun 1866, dan hubungan dengan kromosom 21 ditemukan oleh Jérôme Lejeune pada tahun 1959.
Secara global, Sindrom Down merupakan kelainan kromosom yang paling umum, terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 kelahiran bayi. Di Indonesia, prevalensi Down syndrome menunjukkan peningkatan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi sebesar 0,13% pada anak usia 24 hingga 59 bulan, sementara pada tahun 2018, prevalensi mencapai 0,21% dari total bayi yang lahir dengan cacat bawaan. Anak dengan Sindrom Down seringkali memiliki ciri fisik khas seperti wajah datar, leher pendek, mata sipit dengan sudut mata yang naik, lidah besar yang cenderung menjulur, telinga kecil dan letaknya lebih rendah, serta jari tangan dan kaki yang pendek. Selain itu, mereka juga berisiko mengalami kelainan jantung bawaan, yang umumnya dapat ditangani jika terdeteksi dini. Tingkat disabilitas intelektual pada individu dengan down syndrome bervariasi, mulai dari ringan hingga sedang.
Faktor risiko utama untuk memiliki anak dengan Sindrom Down adalah usia ibu yang lebih dari 35 tahun. Oleh karena itu, penting bagi wanita hamil di usia tersebut untuk menjalani skrining prenatal, seperti pemeriksaan darah dan ultrasonografi pada trimester pertama kehamilan, guna mendeteksi kemungkinan adanya kelainan ini. Meskipun hingga saat ini belum ada metode pengobatan yang dapat menyembuhkan Sindrom Down, intervensi dini melalui terapi fisik, wicara, dan okupasi dapat membantu anak mencapai potensi tumbuh kembang yang optimal. Dukungan dari keluarga, tenaga medis, dan masyarakat sangat penting dalam membantu individu dengan Sindrom Down menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan : Terapi bermain anak down syndrome Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain anak down syndrome
Tujuan :
 Umum : Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktivitas , kognitif dan kreativitass melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif dengan orang lain.
 Khusus : setelah mengikuti permainan selama 60 menit anak mampu:
1) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya 2) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan 3) Beradaptasi dengan lingkungan
Tempat : SLB Negeri Kota Ambon Waktu : Jumat, 21 Februari 2025
Sasaran : Anak usia
Metode : Bermain
Media :
Pembagian tugas kelompok:
Pemandu : Els Parinussa, Kristina.Hinakai, Getreda Gerkora Notulis : Els Parinussa, Kristina.Hinakai, Getreda Gerkora Fasilitator :
PENDAHULUAN Rencana Pelaksanaan:
No .
Terapis Waktu Subjek Terapis
1. Persiapan
a. Menyiapkan ruangan b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak dan keluarga
5 menit Ruangan, alat, anak dan keluarga
2. Proses:
a. Membuka proses terapi bermain dengan mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang tujuan terapi bermaim
d. Menjelaskan cara permainan e. Mengajak anak bermain
f. Mengevaluasi respon anak dan keluarga
50 menit Menjawab salam, memperkenalkan
diri dan
memperhatikan
Bermain bersama dengan antusias dan
mengungkapkan perasaannya
3. Penutup:
Menyimpulkan dan mengucapkan salam
5 menit Memperhatikan dan menjawab salam
MATERI TERAPI BERMAIN
A. KEUNTUNGAN BERMAIN ANAK DOWN SYNDROME
Keuntungan Terapi Bermain pada anak dengan Down Syndrome.Terapi bermain memiliki banyak keuntungan bagi anak dengan Down Syndrome, karena membantu mereka dalam aspek fisik, kognitif, sosial, dan emosional.
Berikut adalah beberapa manfaat utama terapi bermain bagi anak dengan Down Syndrome:
1. Meningkatkan Keterampilan Motorik
Bermain yang melibatkan gerakan (seperti bermain bola, puzzle, atau permainan sensorik) membantu meningkatkan koordinasi, keseimbangan, dan kekuatan otot. Anak-anak Down Syndrome sering mengalami hipotonia (tonus otot rendah), sehingga aktivitas fisik dalam bermain dapat membantu mengembangkan kekuatan otot mereka.
2. Meningkatkan Keterampilan Kognitif
Bermain dengan permainan edukatif, seperti puzzle atau permainan berbasis aturan, membantu meningkatkan memori, perhatian, dan kemampuan pemecahan masalah. Bermain peran juga dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap situasi sosial dan aturan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan Kemampuan Sosial dan Komunikasi
Anak dengan Down Syndrome sering mengalami kesulitan dalam komunikasi verbal. Bermain dalam kelompok membantu mereka belajar cara berinteraksi, berbagi, dan memahami ekspresi wajah serta bahasa tubuh. Permainan interaktif, seperti permainan peran atau boneka tangan, dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi dan kosakata mereka.
4. Meningkatkan Regulasi Emosi dan Kepercayaan Diri
Bermain memberikan ruang yang aman bagi anak untuk mengekspresikan emosi mereka, mengatasi kecemasan, dan belajar mengelola stres. Ketika anak berhasil menyelesaikan suatu permainan atau tantangan, mereka akan merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk mencoba hal baru.
5. Memfasilitasi Proses Belajar dengan Cara yang Menyenangkan Anak-anak dengan Down Syndrome dapat mengalami kesulitan dalam metode pembelajaran konvensional. Terapi bermain membuat proses belajar lebih menarik dan interaktif. Contohnya, menggunakan lagu atau permainan berbasis gerakan untuk mengajarkan konsep angka dan huruf dapat membuat anak lebih mudah memahami dan mengingat informasi.
6. Meningkatkan Hubungan dengan Orang Tua dan Terapi Dukungan Melalui terapi bermain, orang tua dapat lebih memahami kebutuhan dan minat anak mereka, sehingga hubungan emosional antara anak dan orang tua menjadi lebih erat. Bermain juga membantu anak merasa lebih nyaman dalam sesi terapi lainnya, seperti terapi wicara atau terapi okupasi.Terapi bermain bisa dilakukan dengan berbagai metode, seperti bermain sensorik, bermain peran, seni dan musik, serta permainan berbasis gerakan. Dengan pendekatan yang tepat, anak dengan Down Syndrome dapat lebih mudah mengembangkan potensi mereka secara optimal.
B. MACAM-MACAM BERMAIN
Berikut adalah beberapa macam permainan yang sesuai:
1. Bermain Sensorik
Contoh: Mainan pasir kinetik, slime, air berwarna, atau permainan dengan tekstur berbeda (kain, bola berbulu, playdough).Manfaat:
Membantu stimulasi sensorik, meningkatkan fokus, serta melatih keterampilan motorik halus dan koordinasi tangan.
2. Bermain Motorik Kasar
Contoh: Berjalan di atas papan keseimbangan, bermain bola, melompat di trampolin, atau bermain kejar-kejaran.Manfaat: Meningkatkan
keseimbangan, koordinasi, serta memperkuat otot dan keterampilan motorik kasar.
3. Bermain Motorik Halus
Contoh: Menyusun balok, memasukkan kancing ke dalam lubang, menggambar, mewarnai, dan bermain puzzle.Manfaat: Melatih kekuatan dan koordinasi jari serta meningkatkan keterampilan memegang benda.
4. Bermain Peran (Role Play)
Contoh: Bermain dokter-dokteran, pura-pura memasak, menjadi kasir, atau bermain boneka. Manfaat: Membantu anak memahami konsep sosial, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan membangun imajinasi.
5. Bermain Musik
Contoh: Bernyanyi, bermain drum, piano, atau alat musik sederhana lainnya.Manfaat: Merangsang perkembangan bahasa, meningkatkan koordinasi tangan, serta membantu anak dalam mengekspresikan emosi.
6. Bermain Interaktif dan Sosial
Contoh: Permainan kartu, permainan kelompok seperti petak umpet, atau permainan meniru ekspresi wajah. Manfaat: Mengajarkan anak cara berinteraksi, berbagi, menunggu giliran, dan memahami ekspresi sosial.
7. Bermain Edukatif
Contoh: Flashcard huruf dan angka, permainan mencocokkan warna dan bentuk, atau aplikasi edukatif di tablet. Manfaat: Meningkatkan kemampuan kognitif, melatih ingatan, dan memperkenalkan konsep akademik secara menyenangkan.
8. Bermain di Alam Terbuka
Contoh: Berjalan di taman, bermain pasir di pantai, bermain di taman bermain, atau berkebun. Manfaat: Membantu anak lebih aktif, menstimulasi eksplorasi lingkungan, dan memberikan stimulasi sensorik alami.
C. ALAT PERMAINAN EDUKATIF
Anak dengan Down Syndrome dapat belajar lebih efektif melalui permainan edukatif yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan kognitif, motorik, sosial, dan komunikasi. Berikut adalah beberapa alat permainan edukatif yang cocok untuk mereka:
1. Alat Permainan Motorik Halus
Balok susun (Lego, Mega Bloks) → Melatih koordinasi tangan dan kreativitas. Puzzle besar dengan pegangan → Membantu anak memahami bentuk dan meningkatkan keterampilan problem solving. Mainan memasukkan benda ke dalam lubang (shape sorter) → Melatih koordinasi mata dan tangan serta pengenalan bentuk.
2. Alat Permainan Motorik Kasar
Bola sensorik atau bola keseimbangan → Meningkatkan keseimbangan dan kekuatan otot. Trampolin kecil → Membantu anak melatih kekuatan kaki dan keseimbangan tubuh. Terowongan merangkak → Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan eksplorasi sensorik.
3. Alat Permainan Sensorik
Pasir kinetik atau playdough → Merangsang indra peraba dan melatih kreativitas.Botol sensorik berisi cairan berwarna dan glitter → Membantu anak mengatur emosi dan fokus. Mainan air (mengisi dan menuang air) → Mengembangkan keterampilan motorik halus dan pemahaman konsep sebab-akibat.
4. Alat Permainan Edukasi Kognitif
Flashcard huruf, angka, dan warna → Membantu anak mengenali konsep dasar akademik.Buku interaktif dengan gambar dan suara → Meningkatkan minat membaca dan pemahaman bahasa. Aplikasi edukatif berbasis tablet (seperti Khan Academy Kids, ABCmouse) → Memfasilitasi pembelajaran interaktif dan menarik.
5. Alat Permainan Sosial dan Komunikasi
Boneka tangan atau boneka jari → Membantu anak dalam mengekspresikan diri dan berlatih komunikasi. Permainan role-play (seperti set dokter-dokteran atau kasir-kasiran) → Mengembangkan keterampilan sosial dan imajinasi. Permainan kartu ekspresi wajah → Mengajarkan anak mengenali dan memahami emosi.
6. Alat Permainan Musik
Alat musik sederhana (drum, tamborin, marakas, xylophone) → Meningkatkan koordinasi dan ekspresi emosional. Lagu interaktif dengan gerakan tangan (seperti lagu anak-anak yang mengajak menari) → Membantu anak belajar melalui ritme dan gerakan.
D. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermain dengan anak down syndrome Saat bermain dengan anak Down syndrome, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pengalaman bermain menjadi menyenangkan dan bermanfaat:
1. Bersikap Sabar dan Fleksibel
Anak dengan Down syndrome mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami aturan permainan. Bersikaplah sabar dan jangan terburu-buru saat memberi instruksi.
2. Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Jelas
Gunakan kalimat pendek dan sederhana. Gunakan isyarat atau demonstrasi untuk membantu pemahaman.
3. Pilih Permainan yang Sesuai dengan Kemampuan
Pilih permainan yang melatih motorik halus dan kasar, seperti menyusun balok atau bermain bola. Hindari permainan yang terlalu rumit atau membutuhkan reaksi cepat.
4. Dorong Interaksi Sosial
Bermain bersama teman sebaya dapat membantu meningkatkan keterampilan sosialnya. Ajak anak untuk berbagi, bergiliran, dan berkomunikasi dengan orang lain.
5. Perhatikan Keamanan
Pastikan lingkungan bermain aman dan bebas dari benda tajam atau berbahaya.Jika bermain di luar ruangan, pastikan ada pengawasan ekstra.
6. Gunakan Metode Positif untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Beri pujian atau penghargaan atas usaha anak, bukan hanya hasilnya.
Hindari kritik yang terlalu keras agar anak tetap termotivasi.
7. Sesuaikan dengan Kebutuhan Sensorik
Beberapa anak Down syndrome mungkin memiliki sensitivitas sensorik tertentu, seperti terhadap suara keras atau tekstur tertentu. Pilih permainan yang nyaman bagi mereka dan hindari hal yang membuat mereka cemas.
8. Libatkan Aktivitas yang Menyenangkan dan Edukatif
Aktivitas seperti bernyanyi, menari, atau menggambar bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk belajar. Gunakan permainan yang membantu meningkatkan keterampilan kognitif, seperti mencocokkan bentuk atau warna. Dengan memahami kebutuhan dan karakteristik anak Down syndrome, bermain bisa menjadi sarana yang efektif untuk mendukung perkembangan mereka.
E. BENTUK-BENTUK PERMAINAN BERDASARKAN USIA
Bentuk-bentuk permainan berdasarkan usia pada anak dengan down syndrome Permainan untuk anak dengan Down Syndrome sebaiknya disesuaikan dengan usia dan kemampuan perkembangan mereka. Berikut adalah bentuk permainan berdasarkan usia:
1. Usia Bayi (0-1 Tahun)
Fokus: Stimulasi sensorik dan motorik awal Mainan berbunyi (rattle, lonceng) → Merangsang pendengaran dan respons motorik Cermin bayi
→ Membantu mengenali diri sendiri Sentuhan tekstur berbeda (kain lembut, bola berduri halus) → Stimulasi sensorik
2. Usia Balita (1-3 Tahun)
Fokus: Koordinasi motorik dan interaksi sosial Permainan memasukkan benda ke dalam wadah → Melatih koordinasi tangan Buku kain atau buku bergambar → Menstimulasi bahasa dan kognitif Bermain gelembung sabun → Meningkatkan koordinasi tangan-mata Bermain cilukba → Melatih interaksi sosial
3. Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Fokus: Keterampilan motorik halus, bahasa, dan interaksi sosial Menyusun balok atau puzzle sederhana → Meningkatkan keterampilan kognitif Bernyanyi dan menari → Meningkatkan kemampuan komunikasi dan keseimbangan Bermain peran (dokter-dokteran, masak- masakan) → Mengembangkan imajinasi dan interaksi sosial
4. Usia Sekolah (6-12 Tahun)
Fokus: Kemandirian, koordinasi tubuh, dan interaksi sosial lebih kompleks Bermain sepeda roda tiga atau skuter → Melatih keseimbangan dan motorik kasar Permainan kartu sederhana atau ular tangga → Mengembangkan keterampilan sosial dan kognitif Melukis, mewarnai, atau bermain plastisin → Meningkatkan kreativitas dan motorik halus
5. Usia Remaja (12 Tahun ke Atas)
Fokus: Keterampilan sosial, kreativitas, dan aktivitas fisik Olahraga ringan (berenang, yoga, senam) → Meningkatkan kebugaran dan koordinasi tubuh. Bermain musik atau karaoke → Meningkatkan ekspresi diri dan percaya diri Game edukatif (tebak kata, monopoli sederhana) → Mengasah keterampilan berpikir dan sosialisasi Permainan ini membantu anak dengan Down Syndrome dalam mengembangkan kemampuan fisik, sosial, dan kognitif sesuai dengan tahap perkembangannya.
F. KEGIATAN UNTUK KESADARAN DAN CITRA DIRI
Kegiatan untuk kesadaran dan citra diri pada anak dengan down syndrome Kesadaran dan citra diri merupakan aspek penting dalam perkembangan anak dengan Down Syndrome. Kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan citra diri mereka mencakup aktivitas yang mendorong eksplorasi tubuh, emosi, dan identitas diri. Berikut beberapa kegiatan yang bisa dilakukan:
1. Mengenali Diri Sendiri
Bermain Cermin → Anak diminta melihat dirinya di cermin, mengenali bagian tubuh, dan meniru ekspresi wajah. Permainan Nama → Anak diajak menyebutkan nama sendiri sambil melihat gambar atau foto dirinya. Buku "Tentang Aku" → Membuat buku berisi foto diri, nama, usia, anggota keluarga, dan hal yang disukai.
2. Mengenali Bagian Tubuh
Lagu dan Gerakan (Kepala, Pundak, Lutut, Kaki) → Membantu anak mengenali tubuhnya dengan cara menyenangkan. Menyusun Puzzle Tubuh → Menyusun gambar tubuh manusia agar anak memahami bagian tubuhnya. Permainan Sentuh Bagian Tubuh → Anak diminta menyentuh bagian tubuh tertentu sesuai instruksi (misalnya, "Sentuh hidungmu!").
3. Mengekspresikan Perasaan dan Emosi
Kartu Emosi → Menggunakan gambar wajah dengan ekspresi berbeda (senang, sedih, marah) untuk mengenali emosi.Bermain Peran (Drama Sederhana) → Anak meniru ekspresi wajah dan perasaan tertentu dalam situasi tertentu. Mewarnai atau Menggambar Emosi → Anak menggambar atau mewarnai wajah sesuai dengan perasaannya hari ini.
4. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Menceritakan Hal yang Disukai → Anak diajak berbicara tentang hal yang mereka sukai, misalnya makanan favorit atau hobi. Tugas Sederhana dengan Pujian → Memberikan tugas kecil seperti merapikan mainan dan memberi pujian untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Bernyanyi dan Menari di Depan Cermin atau Teman → Melatih keberanian dan meningkatkan citra diri positif.
5. Mengenalkan Identitas Diri dalam Sosial
Permainan "Siapa Aku?" → Anak mengenalkan dirinya kepada teman- temannya dengan menyebut nama dan hal yang ia sukai. Bermain dengan Boneka atau Wayang → Menggunakan boneka untuk berbicara tentang diri sendiri dan perasaan. Berinteraksi dengan Teman dalam Kelompok Kecil → Melakukan aktivitas kelompok seperti bermain bersama untuk membangun rasa percaya diri dan interaksi sosial.
G. EVALUASI
Setelah mengikuti terapi bermain, peserta terapi mampu:
1. Menyebutkan nama permainan 2. Mencocokan objek
3. Membedakan warna dan mengidentifikasi gambar yang sama 4. Mencocokan warna sesuai dengan objek yang diberikan
MATERI DOWN SYNDROME
A. Defenisi Down Syndrome
Down Syndrome adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh keberadaan salinan tambahan, baik penuh maupun sebagian, dari kromosom 21. Kondisi ini mengakibatkan keterlambatan perkembangan, disabilitas intelektual ringan hingga sedang, serta ciri-ciri fisik khas. Orang tua dari individu dengan Down Syndrome biasanya memiliki profil genetik normal.
Insiden sindrom ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia ibu, dari kurang dari 0,1% pada ibu berusia 20 tahun hingga 3% pada usia 45 tahun.
Biasanya, bayi menerima 23 kromosom dari masing-masing orang tua, total 46 kromosom. Namun, pada Down Syndrome, terdapat kromosom ke-21 tambahan. Kromosom ekstra ini hadir sejak konsepsi saat sel telur dan sperma bergabung. Pada 1–2% kasus, kromosom tambahan ini ditambahkan pada tahap embrio dan hanya mempengaruhi beberapa sel dalam tubuh; ini dikenal sebagai Mosaic Down Syndrome. Translocation Down Syndrome adalah jenis langka lainnya. Down Syndrome dapat diidentifikasi selama kehamilan melalui skrining prenatal, diikuti dengan tes diagnostik, atau setelah lahir melalui observasi langsung dan tes genetik.
B. Faktor Resiko Down Syndrome
Faktor risiko utama Down Syndrome meliputi:
1. Usia Ibu yang Lebih Tua.
Risiko melahirkan bayi dengan Down Syndrome meningkat seiring bertambahnya usia ibu. Pada usia 25 tahun, risiko sekitar 1 dari 1.250 kelahiran.Pada usia 35 tahun, risiko meningkat menjadi sekitar 1 dari 350.Pada usia 40 tahun, risiko menjadi sekitar 1 dari 100.Pada usia 45 tahun, risiko bisa mencapai 1 dari 30.Hal ini terjadi karena sel telur wanita yang lebih tua memiliki peluang lebih tinggi mengalami nondisjunction (kesalahan pembelahan kromosom).
2. Riwayat Keluarga dengan Down Syndrome.
Jika salah satu orang tua adalah pembawa translokasi kromosom 21, kemungkinan memiliki anak dengan Down Syndrome meningkat. Namun, sebagian besar kasus Down Syndrome terjadi secara spontan tanpa riwayat keluarga. Kehamilan Sebelumnya dengan Down SyndromeJika seseorang telah melahirkan anak dengan Down Syndrome sebelumnya, risiko memiliki anak berikutnya dengan kondisi serupa meningkat.
3. Faktor Genetik (Translokasi Kromosom 21)
Sebagian kecil kasus Down Syndrome (sekitar 3-4%) disebabkan oleh translokasi kromosom 21, yang dapat diturunkan dari orang tua. Jika salah satu orang tua memiliki translokasi seimbang (tanpa gejala Down Syndrome), mereka tetap memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan Down Syndrome.
C. Manifestasi Klinis
Individu dengan Down Syndrome hampir selalu memiliki disabilitas fisik dan intelektual. Sebagai orang dewasa, kemampuan mental mereka biasanya setara dengan anak usia 8 atau 9 tahun, meskipun kesadaran emosional dan sosial mereka sangat tinggi. Mereka mungkin memiliki fungsi kekebalan tubuh yang lemah dan umumnya mencapai tonggak perkembangan pada usia yang lebih lambat. Mereka juga memiliki peningkatan risiko sejumlah masalah kesehatan, seperti cacat jantung bawaan, epilepsi, leukemia, dan penyakit tiroid.
Beberapa ciri fisik yang umum meliputi :
1. Dagu kecil
2. lipatan epikantus, tonus otot rendah 3. Fleksibilitas sendi yang berlebihan
4. Ruang ekstra antara jari kaki pertama dan kedua
5. lipatan tunggal di telapak tangan, dan jari-jari yang pendek.
6. Jembatan hidung datar 7. lidah yang menonjol.
Lidah yang menonjol disebabkan oleh tonus rendah dan otot wajah yang lemah, dan sering dikoreksi dengan latihan myofungsional. Beberapa karakteristik saluran napas dapat menyebabkan obstructive sleep apnea pada sekitar setengah dari mereka dengan Down Syndrome.
DAFTAR PUSTAKA
National Institute of Child Health and Human Development (NICHD). "Who is at risk for Down syndrome?" Diakses dari: nichd.nih.gov
Malik, S., & Vashist, M. (2022). "Down Syndrome." StatPearls [Internet].
Diakses dari: ncbi.nlm.nih.gov
World Health Organization (WHO). "Genes and human disease: Down Syndrome."Diaksesdari:https://www.who.int/genomics/public/geneticdise ases/en/index1.html
Masduki, A. (2019) “Kelahiran Down Syndrome Di Indonesia Capai 3.000 Kasus.” Artikel diakses pada 20 Februari 2025 dari https://daerah.sindonews.com/artikel/jatim/8519/kelahiran-down-
syndrome-diindonesia-capai-3000-kasus
Utami, R. F. (2019). "Terapi Bermain Puzzle Berpengaruh terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Down Syndrome di SLB Kota Bukittinggi." Human Care Journal, 4(3). Diakses dari:
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare/article/view/2097
American Academy of Pediatrics. (2020). Caring for Children with Down Syndrome. American Academy of Pediatrics.