• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satya Kencana III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Satya Kencana III"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Penyajian Data a. Perusahaan

Dalam skripsi ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum objek penelitian sesuai dengan judul skripsi ini yaitu “Persiapan Car Deck saat Melakukan Bongkar Muat”. Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum objek penelitian ini, pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas kapal KM. Satya Kencana III. Kapal KM.

Satya Kencana III merupakan kapal yang di miliki oleh sebuah perusahaan PT Dharma Lautan Utama.

b. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian dilakukan di KM. Satya Kencana III, yang jenis kapalnya adalah Kapal Roro/Passanger. Rute Pelayaran Surabaya - Banjarmasin - Kumai. KM. Satya Kencana III memiliki data-data kapal sebagai berikut :

Gambar 3.1 KM. Satya Kencana III

(2)

Gambar : 3.2 SHIP PARTICULAIRS OF MV. SATYA KENCANA III

Di atas kapal KM Satya Kencana III memiliki 27 awak kapal termasuk juga Nahkoda. Awak kapal terdiri dari 5 orang officer, 5 orang engginer 1 orang markonis, 1 orang electrician, 1 orang bosun, 1 orang mandor, 4 orang

(3)

juru mudi, 4 orang oiler, 3 orang kelasi, 1 orang medis, 1 orang satpam, 6 cadet deck, 3 cadet engine.

2. Kronologis Kejadian

Pada tanggal tanggal 20 Februari 2017 saat kapal KM. Satya Kencana III selesai kegiatan di pelabuhan Kumai, kapal dari pelabuhan Kumai menuju ke pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Saat itu pada jam 08.00 WIB posisi kapal pada saat itu sedang melewati pulau Bawean dengan keadaan hujan yang sangat deras dan ombak setinggi ± 2m mengakibatkan jarak pandang sangat terbatas akan tetapi kapal tetap dapat berlayar dengan baik. Keesokan harinya pada tanggal 20 Februari, seperti biasa bosun, juru mudi, kelasi dan cadet bekerja harian. Tapi sebelum kerja, Nahkoda menginstruksikan untuk memeriksa lashingan muatan. Namun setelah dilakukan pemeriksaan lagi, terdapat kendaraan truk besar miring menimpa truk besar sampingnya dan lashingan yang copot pada kendaraan truk besar tersebut mengakibatkan muatan pada truk itu rusak dan berceceran di car deck, akhirnya dengan kondisi muatan miring kapal tetap berlayar menuju pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Pada saat kapal sandar di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan melakukan kegiatan bongkar muat, muatan tersebut miring yang diakibatkan pelashingan dan pemasangan sabuk pengaman yang kurang optimal.

Pada saat melakukan pembongkaran muatan di pelabuhan Kumai, salah satu truk yang dimuat oleh KM. Satya Kencana III hampir terbalik. Hal tersebut dikarenakan jarum keras yang digunakan untuk melashing truk tersebut sudah berkarat. Akibatnya jarum keras tersebut patah dan tidak kuat untuk menahan truk tersebut. Untungnya pada saat itu sabuk pengaman yang

(4)

digunakan masih dalam keadaan bagus, sehingga dapat menahan truk tersebut tidak sampai terbalik.

Gambar : 3.3 Saat melakukan pembongkaran di pelabuhan Kumai

3. Analisis Hasil Penelitian

Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi. Dalam metode wawancara peneliti memberi pertanyaan kepada beberapa responden diantaranya adalah Chief officer, bosun dan awak kapal lainnya perihal terjadi kerusakan muatan di atas kapal KM.

Satya Kencana III. Berikut akan dijelaskan penelitian tentang kurang optimalnya persiapan ruang muat yang menyebabkan kerusakan muatan yang terjadi di kapal KM. Satya Kencana III di dekat perairan pulau Bawean.

a. Kerusakan muatan yang terjadi di dekat perairan pulau Bawean berdasarkan hasil wawancara

(5)

1. Chief Officer

Berikut ini penuturan Chief Officer saat terjadi kerusakan muatan di dekat perairan pulau Bawean. Kurang optimalnya pelashingan dan sabuk pengaman yang sering terjadi pada waktu bongkar muat. Benturan-benturan muatan yang terjadi pada saat cuaca buruk yang dapat menyebabkan rusaknya lashingan dan sabuk pengaman. Dalam hal ini pemasangan lashing dan sabuk sering dipasang satu lashing di depan dan di belakang serta pemasangan sabuk pengaman hanya pada satu sisi, Bagian-bagian yang paling sering merusak muatan karena pemasangan jarum keras hanya satu sisi saja.

Bila mana hal ini terjadi maka perwira kapal harus segara membuat laporan tertulis dan meminta tanggung jawab dari stevedor yang mengakibatkan kerusakan pada muatan.

2. Bosun

Berikut ini penuturan bosun saat terjadi kemiringan kendaraan di dekat perairan pulau Bawean. Kemungkinan lain karena kurang pengoptimalan pada pelasingan bisa disebabkan oleh ABK. Hal ini terjadi karena tidak hati-hati, tidak memeriksa dengan cermat apakah jarum keras sudah terkunci ketat dan sabuk pengaman masih bagus atau rusak atau cara melasingnya kurang tepat. Kerusakan ini terjadi pada umumnya oleh karena crew yang tidak berpengalaman, kelelahan, kurang tidur, kondisi yang sakit.

(6)

3. Awak Kapal

Berikut ini penuturan awak kapal saat terjadi kemiringan kendaraan yang terjadi di dekat perairan pulau Bawean. Sebab-sebab lain yang mengakibatkan kemiringan kendaraan adalah pada saat memasang jarum keras dan sabuk pengaman pada kendaraan.

Kesimpulan hasil wawancara dari terjadi kemiringan kendaraan yang terjadi di dekat perairan pulau Bawean berasal dari dua faktor yaitu faktor internal dan external. Faktor internal yaitu tidak dilakukan pengecekan secara menyeluruh setelah kapal selesai melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan dan faktor external karena kurang diperhatikannya perawatan alat-alat lashing yang akan digunakan.

b. Berdasarkan Observasi 1. Divisi Jaga

Dalam keadaan ini divisi jaga, terjadi karena tidak hati-hati, tidak memeriksa dengan cermat, apakah jarum keras, sabuk pengaman dan wayer masih bagus atau rusak atau cara lashing yang kasar.

Kerusakan ini terjadi pada umumnya oleh karena crew yang tidak berpengalaman, kelelahan, kurang tidur, dan kondisi yang sakit

2. Bosun

Dalam hal ini bosun bertanggung jawab penuh dalam perawatan atau penanggulangan pada saat terjadi kerusakan muatan di car deck.

Namun dalam permasalahan ini bosun tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena di dalam kerusakan tersebut tidak terdapatnya alat dan spare part yang memadai untuk melakukan perawatan.

(7)

4. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pembahasan alternatif pemecahan masalah ini, penulis mencoba untuk memberi penjelasan dan menarik garis besar dari hasil gambaran umum dijelaskan di atas, maka di dalam karya ilmiah terapan ini penulis akan membahas tentang penanganan dan faktor apa saja yang diakibatkan oleh kurangnya persiapan car deck saat melakukan bongkar muat.

a. Persiapan pemuatan

Persiapan pemuatan pada KM. Satya Kencana III kurang efisien karena dilakukan dengan sekedarnya, setelah kapal tiba di pelabuhan tujuan langsung dilakukan kegiatan bongkar muat.

Setelah selesai bongkar muatan crew kapal hanya mempunyai waktu terbatas untuk melakukan persiapan bongkar muat, crew hanya membersihkan sisa kotoran dari muatan dan menyiapkan alat-alat lashing saja sehingga pembersihan dan pemeriksaan car deck kurang begitu diperhatikannya karena terbatasnya waktu saat kegiatan bongkar muat. Kemudian langsung dilanjutkan dengan kegiatan muat.

b. Mengatasi kemiringan kendaraan di car deck

Pemeriksaan terhadap alat-alat lashingan secara rutin oleh ABK sebenarnya perlu dilakukan karena ini merupakan salah satu keharusan untuk mengurangi terjadinya kemiringan pada kendaraan yang mengakibatkan rusaknya muatan dan harus diperiksa setiap kali selesai pembongkaran kendaraan. Harus kita ingat pentingnya merawat alat-alat lashingan, karena dari sini sering terjadi kecelakaan kapal tenggelam karena tidak memperhatikan perawatan alat-alat lashing yang digunakan yang

(8)

mengakibatkan jarum keras berkarat dan tidak optimalnya dalam melasing kendaraan oleh karena itu ABK kapal harus selalu memperhatikan pada saat melakukan pelatihan.

Sistem pelashingan kendaraan pada KM. Satya Kencana III dengan cara memasang jarum keras pada sisi depan kendaraan biasanya dikaitkan dipegas kendaraan dan di sisi belakang kendaraan dikaitkan pada rangka kendaraan dan sabuk pengaman dipasang di sisi bagian bila kendaraan di sisi kiri sabuk pengaman dipasang di samping kiri kendaraan dan bila di kanan sabuk pengaman dipasang di kanan kendaraan. Sistem ini harus selalu diperhatikan dalam melaksanakan pelashingan pada kendaraan agar aman. Jarum keras dan sabuk pengaman harus selalu diperhatikan bila ada yang bengkok atau berkarat akibatnya role pada jarum keras tidak dapat diputar dan mengunci. Cara pengetesannya ialah dengan cara dilihat jarum keras tersebut bengkok atau tidak dan role pada jarum keras dapat diputar atau tidak. Semua itu adalah tanggung jawab dari ABK untuk memelihara peralatan lashingan seperti jarum keras, wayer dan sabuk pengaman.

(9)

BAB V PENUTUP

Sebagai akhir dari penulisan karya ilmiah terapan ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran yang semoga dapat bermanfaat untuk pengetahuan dan masukan tentang persiapan car deck saat melakukan bongkar muat di atas kapal KM. Satya Kencana III.

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian permasalahan, maka dapat kita simpulkan beberapa hal yang penting yang mempengaruhi kerusakan muatan. Berikut ini kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis antara lain :

1. Dalam mempersiapkan car deck saat bongkar muat, seluruh ABK belum melalaksanakan pekerjaan masing-masing dengan sepenuh hati dan belum sesuai dengan prosedur atau peraturan yang ada.

2. Jika persiapan car deck kurang efisien dan kurang maksimal, maka, kemungkinan yang akan terjadi adalah kecelakaan pada saat berlayar maupun pada waktu bongkar muatan.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran yang dibahas pada bab sebelumnya, yang mana saran ini semoga bisa bermanfaat dalam melakukan penyelesaian terhadap permasalahan pada bab sebelumnya sebagai berikut :

(10)

1. Crew kapal yang bertugas mempersiapkan car deck serta peralatan lashing seharusnya lebih memperhatikan atau mengikuti prosedur maupun peraturan yang ada sehingga tidak mengakibatkan kerusakan pada muatan.

2. Untuk meminimalisir kerusakan pada muatan ataupun pada kapal, maka harus lebih diwaspadai dan ditingkatkan lagi dalam memeriksa alat-alat lashing apakah masih layak dipakai atau tidak, serta merawat alat-alat lashing secara berkala agar tidak terjadi kerusakan pada alat-alat lashing.

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi proses bongkar muat peti kemas dapat membantu mengetahui performansi utama proses bongkar muat, waktu rata-rata optimal, untuk dibandingkan dengan standar waktu