• Tidak ada hasil yang ditemukan

scribd.vdownloaders.com laporan kasus knf

N/A
N/A
Farhani Miftahurrahmi

Academic year: 2023

Membagikan "scribd.vdownloaders.com laporan kasus knf"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Saat ini pasien juga mengeluhkan keluar cairan encer dan encer, namun hidung pasien tidak tersumbat. Telinga kiri pasien terasa penuh dan berdenging, tidak ada gangguan pendengaran sejak 2 minggu. Nyeri saat menelan disangkal, pasien masih bisa makan makanan lunak seperti bubur, sedangkan pasien tidak bisa menelan makanan keras.

Perkusi: Batas kanan atas jantung: SIC II LPSD Batas kiri atas jantung: SIC III LPSD Batas kanan bawah jantung: SIC III LPSD Batas kiri bawah jantung: SIC V LMCS. Mulut Mulut Mukosa mulut basah merah muda Lidah Permukaan lidah kotor (-), tidak ada deviasi lidah Faring 1/3 faring superior, 2/3 faring tidak dapat dinilai Faring Tidak dapat dinilai, ditutupi massa berwarna merah muda.

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan Histologi Faring

  • Definisi dan Epidemiologi
  • Definisi dan Epidemiologi
  • Etiologi dan Faktor Predispoisisi
  • Klasifikasi
  • Patogenesis Molekular
    • Jalur Sinyal Wnt
    • Jalur Sinyal PI3K-Akt
    • Jalur Sinyal Mitogen-Activated Protein Kinase (MAPK)
    • Jalur Epidermal Growth Factor Receptors (EGFR)
    • Jalur Apoptosis
  • Manifestasi Klinis
  • Diagnosis
    • Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
    • Pemeriksaan Pencitraan Radiologi
    • Biopsi Nasofaring
    • Pemeriksaan Histopatologi A. Gambaran Makroskopis

15 terdapat peran faktor geografis, ras, genetik, sosial dan lingkungan dalam penyebaran kasus NPC (Adham et al., 2012). Karsinoma nasofaring di Indonesia menduduki peringkat keempat kanker terbanyak setelah kanker serviks, kanker payudara, dan kanker kulit (Adham et al., 2012). Berdasarkan wilayah, prevalensi KNF di Indonesia tertinggi berada di Malang, disusul Denpasar, Surabaya, dan Bandung (Adham et al., 2012).

Merupakan tumor ganas kepala dan leher yang menempati urutan pertama, hampir 90% tumor ganas kepala dan leher adalah karsinoma nasofaring (Boeis p. 430). Karsinoma nasofaring terjadi karena kombinasi faktor predisposisi genetik, faktor lingkungan dan infeksi virus Ebstein-Barr (Adham, 2009 & Wolden, 2001). Infeksi EBV-1 dan EBV-2 telah dikaitkan dengan terjadinya karsinoma nasofaring di Tiongkok bagian selatan, Asia Tenggara, Mediterania, Afrika, dan Amerika Serikat.

Berbeda dengan jenis karsinoma kepala dan leher lainnya, karsinoma nasofaring (NPC) jarang dikaitkan dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, namun lebih sering dikaitkan dengan virus Epstein-Barr, kecenderungan genetik, dan pola makan tertentu. Disregulasi jalur pensinyalan Wnt ditemukan pada beberapa jenis kanker, seperti kanker paru-paru, kanker kolorektal, leukemia, dan kanker kepala dan leher (Chou et al., 2008; Tulalamba dan Janvilisri, 2012). Selain itu, β-catenin juga berinteraksi dengan protein lain yang berhubungan dengan karsinogenesis NPC, seperti interleukin-8 (IL-8) yang berperan dalam angiogenesis, tumor suppressor RAS Association family 1A (RASSF1A) yang berperan dalam transformasi sel NPC. , dan E-cadherin (Chou et al., 2008; Tulalamba dan Janvilisri, 2012).

Hal ini juga didukung oleh Bruce dkk. 2015), yang tergabung dalam American Society of Clinical Oncology, menyatakan bahwa VEB, yang mengkode LMP1/LMP2A, yang mengaktifkan AKT (protein kinase B), mencegah transkripsi beberapa gen proapoptosis seperti BCL-6 dan TNF-α dan memungkinkan BCL-2 untuk menghambat apoptosis. Penelitian lain yang dilakukan oleh Poh et al. 2016) juga mengidentifikasi peran VEB dalam patogenesis NPC, antara lain: 1) peningkatan titer antibodi virus sebelum berkembangnya neoplasma; Selain itu, metilasi yang menyimpang dan beberapa penurunan regulasi miR-218 pada NPC dapat menyebabkan peningkatan regulasi survivin (Bruce et al., 2015).

Gejala karsinoma nasofaring dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu gejala pada nasofaring itu sendiri, gejala pada telinga, gejala pada mata dan saraf, serta gejala metastasis. Bukan hal yang aneh bagi pasien gangguan pendengaran untuk menyadari bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring (Adham, 2007). Nasofaringoskopi menunjukkan adanya massa pada nasofaring paling sering pada fossa Rosenmuller atau asimetri pada atap nasofaring seperti terlihat pada Gambar 2.4 (Wang et al., 2011).

Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk membantu memastikan diagnosis, menentukan lokasi pasti massa, melihat luasnya massa dan menilai ada tidaknya metastasis (Chan et al., 2012). Stadium lanjut memerlukan pemeriksaan radiologi tambahan seperti skintigrafi tulang untuk mencari metastasis tulang, radiologi dada konvensional untuk mencari metastasis tulang, dan tomografi emisi positron (PET)-CT (PET/CT) untuk mengevaluasi metastasis kelenjar getah bening/KGB dan skrining untuk menilai kekambuhan. (Goh dan Lim, 2009; King dan Bhatia, 2010; King dkk., 2011).

Gambar 3.1 Anatomi Nasofaring
Gambar 3.1 Anatomi Nasofaring

Gambaran Mikroskopis

  • Staging
  • Komplikasi
  • Prognosis

Pola pertumbuhan kedua adalah pola Schmincke yang terlihat pada Gambar 2.7 dimana sel-sel neoplastik tersusun secara difus dan bercampur dengan sel inflamasi, limfosit dan plasma seperti terlihat pada Gambar 2.8. Diagnosis KNF dapat ditegakkan dengan pemeriksaan imunohistokimia p63 dan sitokeratin, terutama keratin dengan berat molekul tinggi (Rosai, 2011; Franchi, 2016; Petersson, 2017). Tumor terbatas pada nasofaring atau meluas ke orofaring dan/atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring.

Tumor dengan perluasan intrakranial dan/atau mengenai saraf kranial, hipofaring, orbita, atau dengan perluasan ke fosa infratemporal atau ruang pengunyahan. Terdapat metastasis kelenjar getah bening serviks unilateral, diameter terbesar ≤6 cm, di atas fossa supraklavikula, dan/atau unilateral atau bilateral. Lesi yang lebih dalam, seperti pada lidah atau kelenjar getah bening, memerlukan penetrasi yang lebih besar, misalnya dengan sinar kobalt atau elektron.

Komplikasi terkait terapi radiasi dapat dibagi menjadi komplikasi awal dan komplikasi akhir. Komplikasi lanjut terdiri dari rongga mulut yang kering dan efek radiasi pada tulang di bawahnya. Reseksi tumor primer dengan pembedahan leher seringkali mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang besar, sehingga diperlukan flap lokal yang terdiri dari flap miokutaneus pectoralis mayor, flap dahi, flap lidah lokal, dan flap kulit serviks untuk memperbaiki defek tersebut.

Pada karsinoma nasofaring, metastasis serviks yang dapat dipalpasi tidak menunjukkan drainase kelenjar getah bening primer, karena biasanya yang terkena pertama kali adalah kelenjar getah bening yang mengalami retrofiring, oleh karena itu pembedahan jarang dilakukan, operasi yang dilakukan adalah pembedahan radikal leher jika lesi primer dan limfe kelenjar getah bening disterilkan tetapi metastasis serviks masih terjadi. 32 - Kelenjar getah bening yang teraba secara klinis diduga metastasis - Tumor primer di daerah yang berhubungan dengan insiden tinggi. Kelenjar getah bening serviks yang teraba secara klinis dicurigai sebagai keganasan pada leher kontralateral pada pasien dengan riwayat keganasan primer pada kepala dan leher.

Pengobatan operatif dengan diseksi radikal leher dilakukan terhadap benjolan di leher yang tidak hilang selama radiasi (residu) atau muncul kembali setelah radiasi berakhir, dengan syarat tumor aslinya telah hilang melalui pemeriksaan radiologi dan serologis dan tidak terdeteksi adanya metastasis jauh. Tumor padat di daerah kepala dan leher umumnya resisten terhadap agen kemoterapi yang ada saat ini, meskipun protokol percobaan dan penelitian menunjukkan tingkat respons dini terhadap rejimen tertentu. Untuk karsinoma sel skuamosa, produk kemoterapi yang lebih umum digunakan, termasuk metotreksat, 5FU (fluoracil), dan cisplatin. Obat-obatan ini, kecuali metotreksat, diberikan melalui infus intravena.

Gambar 2.6 Undifferentiated nonkeratizing squamous cell carcinoma  nasofaring tipe Regaud dimana sel-sel neoplastic membentuk  sarang-sarang sel berbatas tegas dikelilingi jaringan ikat fibrous dan sel limfoid
Gambar 2.6 Undifferentiated nonkeratizing squamous cell carcinoma nasofaring tipe Regaud dimana sel-sel neoplastic membentuk sarang-sarang sel berbatas tegas dikelilingi jaringan ikat fibrous dan sel limfoid

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Gambar 3.1 Anatomi Nasofaring
Gambar 2.3. Patogenesis Molekular Karsinoma Nasofaring (KNF)  Gambaran patogenesis  molekular KNF
Gambar 2.4. Nasofaringoskopi Menunjukkan Adanya Massa pada Atap Nasofaring
Gambar 2.5 Karsinoma nasofaring tipe keratinizing squamous cell  carcinoma disertai gambaran intercellular bridges dan keratinisasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Klasifikas Tumor Otak Berdasarkan Asal Sel Tumor (Cushing in WHO, 2000)2. Diffuse Astrocytoma (grade

Fluor albus &isiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina dan albus &isiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks),

IP merupakan tumor jinak yang berasal dari pseudostratified ciliated columnar epithelium regio sinonasal, umumnya dinding lateral rongga hidung kebanyakan pada meatus media,

Dengan jalan menuju salah satu pori dari dinding luar (exine) yang telah pecah, maka lapisan dalam (intine) bersama protoplasma dapat tumbuh memajang keluar menjadi

Gambaran klinis bermula sebagai bercak/patch eritematosa yang gatal dan lama kelamaan semakin meluas dengan tepi lesi yang aktif (peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah

Pasien mengeluh mimisan yang keluar dari kedua lubang hidung sudah 2 hari, awalnya pada hari minggu sore setelah pasien berpergian jauh, perdarahan yang keluar sedikit,

Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thoraks yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thoraks ataupun isi dari cavum thoraks yang