• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagian besar pengetahuan orang tua diperoleh melalui mata dan telinga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sebagian besar pengetahuan orang tua diperoleh melalui mata dan telinga"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang mengetahui tentang apa yang sedang dipelajari antara lain menyebutkan, mendeskripsikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Pemahaman diartikan sebagai kemampuan menjelaskan dengan benar tentang objek yang dikenal, dan mampu menafsirkan materi dengan benar. Orang yang mengenal suatu objek atau materi harus mampu menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya mengenai objek yang dipelajari.

Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari dalam situasi atau kondisi nyata (nyata). Penerapan di sini dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan hukum, rumusan, metode, asas, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Analisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi atau suatu objek menjadi komponen-komponen, namun tetap dalam satu struktur organisasi, dan masih berkaitan satu sama lain.

Sintesis mengacu pada kemampuan untuk menempatkan atau menghubungkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk merangkai formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Misalnya saja Anda bisa menyusun, merencanakan, merangkum, mengadaptasi dan sebagainya terhadap teori atau rumusan yang sudah ada.

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan membenarkan atau menilai suatu materi atau objek.

Konsep Orang tua

Pengertian Orang tua

Tanggung Jawab Orang Tua

Membahagiakan anak di akhirat dengan memberikan pendidikan agama yang sesuai dengan aturan Allah adalah tujuan akhir kehidupan umat Islam. Kesadaran akan tanggung jawab membesarkan dan mengembangkan anak harus terus dikembangkan dalam diri setiap orang tua, juga harus dibekali dengan teori-teori pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman.

Pendampingan Dialogis Orang tua

Orang tua juga harus memberikan batasan waktu pada anak dalam menggunakan gadget, misalnya anak hanya boleh bermain gadget selama satu jam per hari, namun tentunya fungsinya menunjang perkembangannya. Sehabis bermain sebaiknya orang tua selalu meletakkan gadgetnya dengan benar, namun jangan meletakkannya di sembarang tempat karena akan membuat anak bisa bermain gadget tersebut tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mengarahkan perhatian anak untuk bermain dengan alat peraga dengan mengajaknya bermain di luar bersama teman-temannya mengenalkan anak pada permainan tradisional dengan cara yang menarik, karena memperkenalkan permainan tradisional hanya di sekolah sangat tidak efektif (Yusmi, 2015).

Konsep Gadget

  • Pengertian Gadget
  • Aplikasi Dalam Gadget
  • Dampak Penggunaan Gadget
  • Waktu Penggunaan Gadget

Aplikasinya bermacam-macam mulai dari game, navigator, wifi, kamera, pemutar musik, video, dan lain sebagainya (jati, 2014). Gadget tersebut diproduksi oleh berbagai perusahaan besar dengan aplikasi canggih yang menyediakan berbagai berita media, jejaring sosial, informasi gaya hidup, hobi dan hiburan yang ditawarkan secara online maupun offline. Penggunaan gadget di kalangan anak semakin memprihatinkan dan tentunya berdampak negatif terhadap tumbuh kembang.

Oleh karena itu, anak-anak seringkali terhibur dengan kecanggihan gadget dan fungsi-fungsi yang ada di dalamnya. Mereka lebih memilih bermain gadget dibandingkan bermain bersama teman di lingkungan tempat tinggalnya. Dokter anak asal Amerika Serikat, Cris Rowan mengatakan, sebaiknya ada larangan penggunaan gadget pada usia dini, yakni anak di bawah 12 tahun.

Satu dari tiga anak yang bersekolah cenderung mengalami disabilitas perkembangan yang berdampak negatif pada kemampuan berbahasa dan prestasi di sekolah. Tidak semua orang tua mengawasi anaknya dalam menggunakan gadget, sehingga sebagian besar anak menggunakan gadget di kamar tidurnya. Sebuah penelitian menemukan bahwa 75 persen anak usia 9-10 tahun yang menggunakan gadget di kamar tidur mengalami gangguan.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan merupakan faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan angka depresi, kecemasan, gangguan defisit perhatian, autisme, gangguan bipolar, dan gangguan perilaku pada anak. Akibat kurangnya perhatian orang tua (yang juga teralihkan oleh gadget), anak menjadi lebih dekat dengan gadgetnya. Selain itu, anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi karena otak dan sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang, sehingga risiko masalah akibat radiasi perangkat lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pendidikan yang bersumber dari gawai tidak akan bertahan lama dalam ingatan anak. Menurut Witarsa ​​​​(2018), karena kemajuan teknologi, banyak permainan kreatif dan menantang yang banyak disukai anak-anak. Dan hal ini secara tidak langsung sangat bermanfaat bagi anak karena sangat mempengaruhi tingkat kreativitas anak.

Perkembangan kemampuan sosial dan bahasa anak terhambat karena mereka diperkenalkan dengan gawai sejak usia dini (terutama di bawah usia 2 tahun). Penggunaan alat yang bersifat adiktif atau adiktif menimbulkan banyak permasalahan sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai kapan alat tersebut sebaiknya digunakan, menurut Unovia (2014), menyatakan bahwa United States and Canadian Pediatric Associations menekankan perlunya anak usia 0-2 tahun tidak boleh menggunakan alat tersebut. terkena perangkat sama sekali.

Konsep Anak Pra Sekolah

  • Pengertian Anak Pra Sekolah
  • Pendidikan Anak Pra Sekolah
  • Tugas Perkembangan Anak Pra Sekolah
  • Tahapan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah .1 Perkembangan fisik/motorik
    • Perkembangan intelektual a. Perkembangan kognitif
    • Perkembangan Emosi dan Sosial

Pendidikan prasekolah merupakan suatu bentuk pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar pertumbuhan dan perkembangan jasmani (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, kreativitas, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku). ), serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahapan perkembangan yang dilalui anak prasekolah (Santi, 2009). Tujuan utamanya: menghasilkan anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai tingkat perkembangannya, sehingga dipersiapkan secara optimal untuk memasuki pendidikan dasar dan mengarungi kehidupan di masa dewasa. Sesuai dengan Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak prasekolah adalah suatu usaha pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan umur enam tahun, yang dilaksanakan dengan memberikan insentif pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, sehingga anak siap memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2013).

Misalnya saja di taman kanak-kanak, setelah anak menyelesaikan program kegiatan seperti mewarnai, anak dianjurkan untuk menyimpan perlengkapan mewarnainya. Belajar memberi, berbagi dan menerima kasih sayang Kemampuan berkompetisi dalam memberi dan menerima kasih sayang antara anak yang satu dengan anak atau pendidik lainnya. Hal ini memberikan bekal bagi anak-anak untuk menghadapi komunitas yang lebih kompleks di sekolah dasar dan kemudian di komunitas.

Anak-anak belajar memahami bahwa ada peran berbeda dalam kehidupan, yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Mengembangkan keterampilan motorik halus dan kasar Anak belajar mengkoordinasikan otot-otot halus untuk melakukan aktivitas menggambar, melipat, mewarnai, memotong dan membentuk. Ekspresikan perasaan positif dengan penuh kasih sayang, baik dengan pendidik, misalnya di taman kanak-kanak, dengan teman sebaya, maupun dengan hewan dan tumbuhan.

Secara umum tahapan perkembangan fisik yang dicapai anak prasekolah adalah mengendarai sepeda roda tiga, kebebasan bergerak, meniru bentuk lingkaran, motorik halus meningkat dengan lebih fokus pada koordinasi. Keterampilan motorik kasar merupakan area perkembangan terbesar anak, dimulai dari kemampuan berjalan, berlari, melompat, dan melempar. Dengan berkembangnya keterampilan motorik halus, anak mulai memperoleh kemampuan menggoyangkan jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, menggambar orang, dan sebagainya (Hidayat, 2009).

Ciri-ciri anak usia ini yang menggambarkan kemampuan kognitifnya adalah selalu bertanya karena didorong oleh rasa ingin tahu yang besar. Anak akan lebih leluasa mengekspresikan kreativitasnya jika pendidik mendukung anak, dibandingkan memaksanya melakukan sesuatu yang diinginkan pendidik. Misalnya, anak-anak akan senang dengan jenis puzzle ini. Kita mengamati tingkah laku anak yang jika melihat sebuah puzzle maka anak akan mengerjakannya.

Perkembangan sosial biasanya diartikan sebagai perkembangan tingkah laku anak dengan cara menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat tempat anak tersebut tinggal. Anak prasekolah diharapkan dapat mengembangkan minat dan sikap terhadap orang lain melalui kegiatan di keas.

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang