MODUL PSIKOLOGI EKSPERIMEN (PSI 321)
MODUL 1
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
DISUSUN OLEH :
ARBANIA FITRIANI, S.PSI, M.SI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2020
SESI 1
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN Sumber:
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B.N. (2015). Psikologi Eksperimen.
Jakarta: PT. Indeks.
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1. Mahasiswa memahami beda pengetahuan dan ilmu pengetahuan serta cara memperoleh ilmu pengetahuan
A. CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Awal pengetahuan ditemukan melalui proses merenung. Saat itulah disebut dengan masa filsafat. Thokoh-tokoh yang terkenal masa itu adalah Plato (327- 347), Aristoteles (284-322), dan Rene Descartes (1596-1650). Ketiganya menggunakan akal dan perenungan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai fenomena alam sekitar, namun pada ketiga tokoh tersebut yang paling menonjol adalah Aristoteles bahkan Aristoteles dijulukan sebagai Father off all psychology.
Helmstadter (dalam Christences, 2001) mengatakan ada 6 cara atau metode yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan yaitu kekukuhan pendapat, otoritas, intuisi, rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah. Paparan tentang keenam cara atau metode tersebut dapat sebagai berikut.
1. Kekukuhan pendapat (Tenacity)
Metode ini berdasarkan pada takhayul (superstition) atau kebiasaan (habit) yang umunya dilakukan di masyarakat tertentu. Metode ini mengarakan kita untuk
terus mempecayai keyakinan tersebut walaupun hal tersebut mungkin saja tidak selalu benar. Maka dapat kekukuhan pendapat ini merupakan kepercayaan yang terus dipercayai pada hal tertentu yang memang hal tersebut sudah menjadi kebiasaan pada lingkungan masyarakat tertentu. Pengetahuan dianggap benar karena kita selalu mempercayainya, dengan adanya pengulangan-pengulanga terkait keyakinan ini dapat memperkuat kepercayaan pada hal tersbeut. Contoh dari kekukuhan pendapat adalah:
Cika saat itu tidak dapat mengendarai sepeda motor, lalu ketika Cika ingin belajar untuk mengendarai sepeda motor, Cika diberikan gelang sakti pemberian dari orang pintar, lalu kendaraan yang akan Cika pakai untuk belajar disiram dengan air kembang yang konon katanya sudah diberikan mantra agar saat mengendarai sepeda motor tidak jatuh.
Maka harapan Cika saat belajar sepeda motor ia tidak terjatuh saat beajar karena Cika sudah mendapatkan gelang sakti dan motor yang sudah disiram dengan air kembang, dan harapan Cika saat belajar sepeda motor Cika akan bisa tanpa terjatuh. Padahal sebelumnya Cika sangat khawatir jika ia akan terjatuh saat belajar untuk mengendarai sepeda motor.
Pada metode ini memiliki dua kelemahan yaitu (1) sering kekukuhan pendapat (pengetahuan) tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti contoh yang diatas, sebetulnya pemberian gelang dan penyiraman air kembang sepeda motornya yang dilakukan oleh orang pintar akan membuat Cika menjadi bisa
untuk mengendarai sepeda motor dan tidak terjatuh, sampai kahirnya cika mencapai keinginannya tersebut dapat mengendarai sepeda motor dan tidak terjatuh. Maka kesimpulan yang dari contoh diatas adalah keberhasilan Cika untuk mengendarai sepeda motor dan tidak terjatuh bukan kerana gelang pemberian dari orang pintar dan penyiraman air kembang pada kendaraannya, melainkan keberhasilan tersebut diraih Cika adalah Cika saat mengendarai sepeda motor ia dengan sangat hati-hati dan mematuhi dari arahan pengajar, dengan dibantu doa yang Cika lakukan serta proses pembelajaran sepeda motor dapat dilakukan oleh Cika. (2) tidak adanya mekanisme yang mengkoreksi takhayul atau kebiasaan yang bertentangan dengan kenyataan, sehingga takhayul atau kebiasaan tersebut semakin diyakini sebagai suatu kebenaran. Contohnya seperti saat Cika sudah mendapatkan gelang dan air kembang untuk disiram ke kedaraannya cika dapat belajar sepeda motor dngan baik dan tidak jatuh, maka hal tersebut dianggap sebuah pembuktian pada masyarakat terkakait dengan takhayul yang semakin diyakini sebagai suatu kebenaran.
Kelemahan pada metode kekukuhan pendapat ini bukan berarti tidak dapat digunakan dalam penelitian ilmiah. Kekukuhan pendapat bisa terjadi akibat keyakinan atau kepercayaan peneliti bahwa pendapat dan hipotesis yang diajukan adalah benar, meskipun mendapat kritikan dari orang lain. Salah satu yang mengguanakan pendekatan kekukuhan pendapat adalah teori Psikoanalisa dari Freud.
2. Otoritas (Authority)
Pada metode otoritas adalah suatu informasi diterima sebagai pengetahuan yang benar karena dinyatakan seseorang atau sumber yang dianggap memiliki otoritas atau kekuasaan. Sering kali penerimaan terhadap pengetahuan tersebut merupakan hasil paksaan atau untuk menghindari hukuman dari penguasa atau sumber yang berkuasa dan memiliki otoriras. Pengetahaun sepert ini tidak selalu benat atau tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Contohnya pada metode ini adalah :
Seorang kepala desa meminta masyarakat di wilayahnya untuk segera mengungsi karena akan datang bencana di desa tersebut dalam waktu dekat. Masyarakat diminta berkumpul dib alai desa dengan membawa barang secukupnya, sambil senantiasa berdoa dan bersiaga. Namun setelah ditunggu beberapa hari bencara tersebut tidak muncul juga.
Pada metode otoritas ini terjadi saat kita mempercayai begitu saja pengetahuan yang dianggap oleh tokoh / pihak otoritas yang belum tentu selalu benar. Seseorang merasa yakin bahwa pengetahuan yang diperoleh merupakan kebenaran karena disampaikan oleh tokoh atau pihak yang dianggap memiliki otoritas.
Kelemahan pada metode otoritas adalah pengetahuan yang didapatkan oleh pihak otoritas belum tentu benar atau sesuai dengan kenyataan. Namun dengan demikian metode ini masih digunakan sebagai metode ilmiah. Contohnya seorang peneliti yang mengkonsultasikan masalah penelitiannya kepada seseorang yang dianggap ahli di bidangnya. Pendapat dari ahli tersebut dianggap sebagai kebenaran yang digunakan sebagai dasar bagi peneliti untuk melanjutkan
penelitiannya tanpa merujuk pada pendapat ahli lain. Literature yang berkaitan atau dengan menggunakan pemikiran logis analitasnya.
3. Intuisi (Intuition)
Pada metode intusi ini sesuai dengan akal sehat (agree with reason) dan mementingkan pengalaman atau kejelasan pribadi (self-evident). Pengetahuan dianggap benar apabila seseorang menganggap hal itu benar tanpa dilandasi oleh alasan yang logis. Biasanay seseorang menyakini pengetahuan sebagai salah satu kebenaran karena memang sesuai dengan yang dipikirkan, namun yang bersangkutan tidak dapat memberikan penjelasan mengapa dirinya bisa memiliki pemikiran seperti itu. Adapun contoh pada metode ini sebagai berikut :
Pada siang hari Tina ingin menghubungi temannnya dengan menelpon yang awalnya menggunakan sudah membuka aplikasi Whatapps untuk menelpon temannya namun baru saja memecet telepon Tina langsung mematikannya dan menelpon dengan telepon biasa tanpa menggunankan whatapps karena Tina beranggapan bahwa teleponnya tidak diangkat jika Tina menggunakan aplikasi wahtapps, setelah Tina telepon temannya tanpa menggunakan aplikasi dan hasilnya temannya menganggkat telepon tina.
Kelemahan pada metode intuisi terdapat dua kelemahan yaitu (1) tidak dapat memisahkan antara pengetahuan yang akurat dengan yang tidak akurat.
Contohnya seperti kasus yang dialami oleh Tina, yaitu ada beberapa kemungkinan pada teman Tina memang menerima telepon Tina justru saat Tina menelpo
dengan aplikasi whatapps akan diangkat dengan temannya, maka pemikiran dari Tina tentang menghubungi temannya bisa benar atau bisa juga salah. (2) Self- evident artinya pembuktian hanya pada diri sendiri dan tidak ada pembuktian dari oranglain. Contoh pada kasus diatas, hal yang dilakukan Tina saat menghubungi temannya tanpa menggunakan aplikasi dan telepon dianggkat oleh temannya hal tersebut menjadi pembuktian Tina namun hal tersebut tidak dapat dibuktikan dengan oranglain.
Metode intuisi juga sering ditemui ketika peneliti menyusun hipotesis, dengan bersumber pada pengalaman pribadi atau pemikiran yang berbesit secara tiba-tiba tanpa bersumber dari teori atau pendapat sebelumnya.
4. Rasionalisme (Rationalism)
Pada metode ini untuk mendapatkan pengetahuan yaitu proses pemikiran rasionalisme dikenal sebagai metode dedukasi karena metode ini mengandalkan pemikiran rasional yang akan dicari pembuktiannya pada suatu hari. Pada pendekatan ini sering digunakan para filsuf karena mengandalkan hasil pemikiran rasional, namun pada pengetahuan ini yang didapatkan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, tidak selalu memberikan informasi yang akurat, dan belum tentu diterima oleh orang lain. Berikut adalah contoh berupa pernyataan yang disampaikan oleh Aristoteles sebagai berikut :
Aristoteles menyatakan bahwa secara logika benda yang lebih berat akan jatuh lebih dahulu daripada benda yang lebih ringan bisa dijatuhkan dari ketinggian yang sama.
Secara logika, hal itu benar dan diterima oleh sebagian orang besar.
Pendapat Aristoteles tersebut secara logika tampak benar, namun setelah melalui uji coba dan pembuktian ternyata pendapat tersebut tidak benar. Meskipun demikian, rasionalisme merupakan suatu elemen penting dalam ilmu. Ketika peneliti inguin menggunakan rasionalisme sebagai landasan teorinya, suatu peneliti dikatakan tidak memiliki dasar ilmiah. Karena rasionalisme tersebut tidak selalu benar, maka perlunya pembuktian melalui penelitian.
Kelemahan pada metode rasionalisme ada tiga yaitu (1) pengetahuan yang didapat tidak selalui sesuai dengan kenyataan, (2) tidak selalu memberikan informasi yang akurat, dan (3) belum tentu diterima oleh orang lain.
5. Empirisme (Empiricism)
Pada metode empirisme ini untuk dapat memperoleh pengeahuan ialah bersumber dari pengalaman atau hasil pengataman atau observasi, karena lebih mengutamakan pengalaman, pada metode rasionalisme dianggap sebagai metode induktif karena membuat kesimpulan mengenai sesuatu bedasarkan pengalaman.
Contoh kasusnya yaitu :
John Locke melakukan percobaan dengan menggunakan tiga ember, ember pertama berisi air hangat, ember kedua berisi air hangat dan air dingin, ember ketiga diisi dengan air dingin. Lock meminja subyek untuk memasukan tangan kanannya pada ember pertama, dan tangan kitinya diember
ke tiga. Setelah kedua tangan dimasukan pada ember kedua secara bersamaan. Menurut subyek, kananya merasa sejuk sednagan tangan kirinya merasa hangat padahal keduanya berada pada ember yang sama dengan kondisi air yang sama.
Maka dapat disimpulkan pada contoh kasus diatas adalah dapat dinyatakan bahwa empirisme juga tidak selalu benar atau sesui dengan kenyataan. Meskipun begitu empirisme sangat diperlukan dalam ilmu pengertahuan sebagai sarana pengumpulan data secara ilmiah, bukan hanya bersumber dari pengalam pribadi seseorang.
6. Metode Ilmiah (Science)
Pada metode ilmiah adalah suatu pengetahuan dengan mendapatkan informasi yang sedekat mungkin dengan kenyataan. Pada metode ini juga diartikan sebagai metode penyelidikan karena menggunakan penyelidikan unruk memperoleh kebenaran, metode ilmiah merupakan perpaduan pada dua metode sebelumnya yaitu metode rasionalime dan empirisme.
Menurut metode ilmiah, suatu kebenaran dapat diperoleh melalui suatu penelitian yang disususn secara sistematis, objektif, terkontrol, dan dapat diuji secara induktif maupun deduktif. Metode ilmiah juga bersifat falsifikasi, artinya pengetahuan yang diperoleh dan diyakini sebagai kebenaran dapat diubah menjadi suatu hal yang tidak benar karena hasil penelitian selanjutnya.
Metode pertama sampai metode kelima dianggap sebagai metode yang non- ilmiah, sedangkan metode ke enak yaitu metode ilmiah dianggap paling llmiah karena mengarah pada keterbentukan ilmu pengetahuan, sedangkan pada metode
non-ilmiah membentuk ilmu pengetahuan berdasarkan akal sehat yang selanjutnya disebut dengan istilah commen sense.
B. PERBEDAAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN AWAM
Kerlinger & Lee (2000) memberdakan science dan commonsense dalam pengertian science adalah pengetahuan manusuai yang diperoleh dengan metode ilmiah melalui serangkaian prosedur yang membentuk konsep tentang sesuatu, sedangkan commonsense adalag pemikiran atau pengeutahuan awam yang diperoleh melalui metode non ilmiah sehingga tidak dpaat dipastikan kebenarannya. Perbedaan tersebut yang kemudian memunculkan istilah pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan menurut Conant (dalam Kelinger & Lee, 2000) adalah sekumpulan konsep dan skema konseptual yang memuaskan kebutuhan praktis dalam kehidupan manusia, namun konsep-konsep dan skema-skeman ini dapat menyesatkan terutama dalam psikologi maupun pendidikan.
Perbandingan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan Ilmu Pengetahuan Karakteristik
Pembeda Pengetahuan Konsep dan teori yang
digunakan bersumber dari penyelidikan yang sistematis dan objektif.
Teori dapat diperoleh dengan membaca buku, jurnal atau hasil penelitian lainnya.
Penggunaan konsep dan teori
Pada dasarnya kedua nya sama-sama mengguanakn konsep dan teori namun perolehan dari konsep dan teori yang bebeda.
Konsep dan teori yang digunakan bersal dari keyakinan seseorang ataupun orang banyak seperti pada metode kekukuhan pendapat, atau pihak yang dihormati seperti pada
Teori yang diperoleh dapat diuji kembali kebenarannya.
metode otoritas.
Proses menguji teori
dan hipotesus
berdasarkan pada ukuran yang lebih pasti, karena untuk memperoleh standar objektivitas
Pengujian teori dan hipotesis.
Hipotesis memang suatu dugaan dalam penelitian yang
memang perlu
dibuktikan kebenarannya.
Dalam proses menguji teori atau hipotesis bersumber pada pemilihan bukti yang sesuai dan menolak atau mengabaikan bukti yang tidak sesuia, seringkali dasar yang digunakan untuk memilik bukti bersifat tidak pasti.
Ilmuwan berusaha secara sistematis berusaha mengontrol penyelidikannya
dengan memisahkan variable yang kemungkinan bisa menjadi penyebab dari bariabel yang diteliti
Control Tidak ada kepedulian untuk mengkontrol penjelasan tentang gejala yang diamati.
Terdapat
kecederuangan untuk menerima penjelasan yang sesuai dengan pendapatnya,
meskipun terkadang terdapat bias.
Secara spontan ilmuan melihat dan menaruh perhatian pada hubungan antar gejala, serta berusaha menguji hubungan antar variable dengan metode
Kemampuan melihat hubungan antar gejala
Menggunakan akal
sehat untuk
menjelaskan antar gejala, tanpa adanya observasi dan pemikiran yang sistematis, objektif dan
yang sistematis dan terkontrol
terkontrol.
Dalam memberikan penjelasan hubungan antar gejala, ilmuwan menghindari penjelasan yang bersifat metafisik, yaitu proposisi yang tidak dapat diuji kebenarannya karena lebih mengutamakan pada haisl oberservasi dan uji public (bersifat objektif)
Penjelasan terhadap gejala yang diobservasi
Seringkali menggunakan
proposisi yang tidak
dapat diuji
kebenarannya secara ilmiah, sehingga dinyatakan bersifat metafisik.
Maka dapat dsimpulkan dari perbedaan ilmu pengetahuan dan pengetahuan awam, perbedaan pada metode ilmiah yang digunakan dalam ilmu pengetahuan.
Hal ini terlihat dari definisi yang dikemukakan McGuigan (1990) bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu kumpulan pengetahuan alam yang terorientasi secara sistematis dan diperoleh melalui metode ilmiah.
C. METODE ILMIAH DALAM ILMU PENGETAHUAN
pada metode ilmiah dapat dirincikan menjadi tiga bagian yang dapat berkaitan dengan metode ilmiah dalam ilmu pengetahuan sebagai berikut :
1. Orientasi metode ilmiah
Pada metode ilmiah ini sebenarnya lebih tepat dilihat sebagai suatu orinetasi dikalangan masyarakat ilmiah yang ditandai dengan adanya sikap kritis terhadap
temuan-temuan dan pertanyaan-pertanyaan. Pada suatu pencarian yang aktif untuk menemukan kesalahan dan adanya sikap skiptis pada pengetahuanyang diperoleh karena didasari pandangan akan adanya kelemahan dan inkonsistensi pemikiran seseorang, serta melihat penjelasan yang ada sebagai tahap-tahap tentatif dari suatu proses yangtidak ada akhirnya.
Pada orientasi metode ilmiah ini ditandai dengan tiga hal yaitu : 1) Toleransi terhadap ambiguitas
Toleransi ini bekerja dengan adanya kemauan walaupun tidak adanya jawaban yang pasti dan memuaskan, serta adanya apresiasi yang dianggap keraguan sebagai kondisi yang tidak menyenangkan dan kepastian adalah hal yang mustahil.
2) Kesediaan dan kemauan untu mempertanyakan sesuatu yang tampaknya sudah tidak perlu ditanyakan.
Pada metode ilmiah ini, tidak begitu saja menerima penjelasan dan hasil penelitian yang ada, karena penjelasan dan hasil tersebut perlunya untuk dikaji ulang untuk memastikan dari penjelasan dan hasil penelitiannya.
3) Keinginan untuk melakukan mengujian terhadap berbagai kemungkinan jawaban yang saling bertentangan satu sama lain.
Pada metode ilmiah ini terbuka dan menerima pendapat yang berbeda dan setiap pendapat tersebut terbuka untuk diuji agar mendapatkan hasil dari perbedaan pendapat tersebut.
2. Karakteristik metode ilmiah
Menurut Christensen (2001), bahwa adanya tiga karekteristik utama pada metode ilmiah ialah :
1) Definisi Operasional
Dengan adanya definisi operasinal dari variabel yang akan diteliti, maka variabel penelitian harus digambarkan secara jelas, termasuk dari cara pengukurannya bila memungkinkan disertai dengan indikator perilaku.
2) Kontrol
Adanya kontrol, dalam metode ini peneliti harus dapat menemukan, memilah dan memilih variabel yang menjadi penyebab yang diteliti sehingga dapat menemukan variabel yang menjadi penyebab utama pada perubahan variabel yang diteliti dan mengkontrol variabel lainnya.
3) Dapat diulang
Metode ilmiah ini dapat diulang, peneliti dengan menggunakan metode ini doaat diuji kembali atau dilakukan oleh peneliti yang lain. Bahasa lain metode ini adalah penelitian replika. Maka dari itu dilakukan untuk memperoleh hasil yang reliabel.
3. Asumsi-asumsi dalam metode ilmiah
Terdapat empat asumsi yang harus dipenuhi dalam metode ilmiah yaitu :
1) Empirisme (Empiricism)
Pada asumsi ini peneliti dilakukan untuk memberikan data atau fakta yang dapat diamati dan diukur, setiap pernyataan harus dapat dibuktikan, dan menghindarkan hal-hal yang bersifat takhayul, desas-desus atau spekulasi.
2) Determinisme (Determinism)
Pada asumsi ini semua gejala di dunia ini mengikuti aturan atau hukum tertentu. Pada asumsi ini dengan mempelajarinya dapat membangun teori dengan mencari faktor-faktor yang ada dari gejala tersebut.
3) Kesederanaan (Parsimony)
Pada asumsi kederhanaan ini ketika peneliti menyusun hipotesis harus memilih pernyataan yang paling sederhana, konkret dan dapat memberikan gambaran yang paling jelas tentang keterkaitan antar variabel lain.
4) Keterujian (Testability)
Pada asumsi keterujian ini dengnan menekankan harus adanya penguji yang dapat dilakukan untuk mengalinasis hipotesis dapat diuji kebenarannya agar terjafa keobjetivitasnya.
D. PANDANGAN MENGENAI ILMU PENGETAHUAN
pandangan mengenai ilmu pengetahuan yang dikemukakan oleh James Bryant Conant, Kerlinger dan Lee (2000)serta McGuigan (1990) ialah ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua padanagan yaitu pandangan statis dan pandangan dinamis
ILMU PENGETAHUAN
Pandangan Stastis Pandangan Dinamis - Aktivitas untuk menambahkan
informsi yang sistematis
- Menemukan fakta-fakta baru dan
menambahkannya pada
sekumpulan informasi yang telah ada seblumnya.
- Penekanan dalam pendangan statis ini pada pengetahuan yang
ada sekarang dan
menambahkannya serta pada sekumpulan hukum, teori, hipotesis dan prinsip yang ada sekarang
- Rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menemukan variabel-variabel yang berperan penting dalam kehidupan, mencari keterkaitan antara variabel-variabel tersebut, serta menemukan aturan yang dapat menjelaskan hubungannya - Membangun hukum-hukum
umum menenai tingkah laku dari kejadian emoiris atau obyek, sehingga dapat menghubungkan pengetahuan mengenai kejadian-kejadian yang belum diketahui
- Penekanan pada pandangan dinamis adalah menekankan pentingnya arti menemukan, maka pengetahuan yang ada sekarang tetap perlu tetapi lebih sebagai dasar untuk teori dan penelitian yang lebih lanjut
Maka dari pandangan statis maupun pandangan dinamis adalah pandangan yang saling berhubungan yang dikembangkan sebagai hasil dari ekperimentasi dan observasi.
E. TUJUAN ILMU PENGETAHUAN
Tujuan dari ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan prinsip yang pada akhirnya dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh manusia dan masalah yang dihadapi oleh manusia alami dapat mengembangkan pengetahuan yang terus-menerut mengenai gejala dari permasalah yang dihadapi oleh manusia.
Tujuan tersebut berlaku untuk semua bidang ilmu pengetahuan bahkan berlaku juga untuk orang awam. Ilmu pengetahuan tidak hanya memahami gejala secara superfisial, namun adanya pengujian yang mendalam tentang gejala tersebut serta dapat membentuk gambaran dan penjelasan tentang gejalan tersebut. Menurut Christensen (2001) menyatakan terdapat empat tujuan dari ilmu pengetahuan, yaitu :
1. Deskripsi (Description)
Pada tujuan deskripsi ini memberikan gambaran atau deskripsi suatu gejala secara tepat melalui prosedur yang sistematis dalam merangkai fakta atau karakteristik gejala yang akan diteliti. Contohnya dalam tujuan ini adalah dalam sebuah penelitian tentang asertivitas. Asertivitas dapat didefinisikan sebagai bentuk kepercayaan diri seseorang untuk menilai bahwa orang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak- hak orang lain. Hal tersebut adalah deskripsi dari asertivitas.
2. Eksplanasi (Explanation)
Pada tujuan eksplanasi ini adalah dapat memberikan penjelasan atau eksplanasi menagapa suatu gejala dapat terjadi, dapat menemukan penyebab dari suatu gejala. Karena pada dasarnya seorang ilmuan tidak akan puas jika hanya mendapatkan gambaran tentang gejala namun tidak mendapatkan penjelasa, maka diperlukan perjelasan mengenai gejala-gejala tersebut mengapa terjadi. Contoh pada tujuan eksplanasi adalah Kepercayaan diri, seorang ilmuwan akan mencari tau mengapa seseoran tidak dapat memiliki kepercayaan diri, maka dari siitu ilmuwan dapat melihat dari kondisi lingkungan, keluarga sehingga dapat melihat penyebab seseorang tidak memiliki kepercayaan diri.
3. Prediksi (Prediction)
Pada tujuan prediksi dalam ilmu pengetahuan adalah dapat memberikan prediksi munculnya gejala di masa yang akan dtaang, berdasakan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan mempertimbangkan penyebab munculnya gejala yang diteliti. Contoh dari tujuan prediksi ini seperti seorang ilmuan sudah mengetahui penyebab dari ketidak percayaan diri seseorang, maka setelah mengetahui penyebab tersebut seorang ilmuwan dapat mengetahui seeorang akan ketidak percayaan diri disebabkan faktor keluarga dan lingkungan, karena merasa dirinya tidak layak dan tidak mampu untuk melakukan sesuatu ditambah tidak adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan.
4. Kontrol (Control)
Pada tujuan kontrol dalam ilmu pengetahuan adalah dapat melakukan kontrol terhadap munculnya gejala atau tingkah laku tertentu. Dengan dilakukannya kontrol maka dapat mengurangi dari gejala atau tingkah laku yang negatif, dna sebaliknya juga hal ini dapat meningkatkan dari gejala atau tingkah laku yang posotif. Contoh pada tujuan kontrol dalam ilmu pengetahuan ini adalah seseorang yang meiliki ketidak percayaan diri maka seorang ilmuwan akan mengurangi dari ketidak percayaan diri menjadi lebih percaya diri dengan memberikan pelatihan asertivitas.
Dari penjelasan dari masing-masing tujuan memiliki manfaat untuk para ilmuwan karena dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh seorang ilmuwan saat melakuakn peneltian, seperti dengan tujuan untuk memberikan gambaran pada gejala, memeceahkan masalah yang saat ini dialami oleh manusia dengan gambaran gejala yang sudah dimiliki, lalu ilmuwan dapat memprediksi akan gejala yang diteliti, jika seseorang mengalami gejala tersebut maka disebabkan karena hal-hal tersebut, dan yang terakhir ilmuwan dapat mengkrontrol dari gejala-gejala yang muncul dengan mengkontrol untuk meningkatkan gejalan atau tingkah laku yang positif dan menurunkan gejala atau tingkah laku yang negatif dengan pemberian perlakuan yang dilakukan oleh ilmuwan.
F. PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
Pada dasarnya pengertian psikologi adalah sebuah studi tentang jiwa ini menjadi pegangan para peneliti pada abad 16, waktu berjalan dengan
perkembangan penelitian istilah psikologi juga bergeser menjadi ilmu tentang pikiran hal tersebut terjadi bagi para peneliti pada abad 18.
Pada perkembangan psikologi diakhir abda 20 ini, psikologi dapat digolongkan sebagai psikologi komtemporer yan terdiri dari 9 bidang spesialis yaitu, psikologi eksperimen, neuro-psikologi, psikologi kepribadian, psikologi sosial, psikologi perkembangan, psikologi industri dan organosasi, psikologi pendidikan dan sekolah, psikologi klinis dan konseling serta psikologi kesehatan (Wortman, Loftus & Weaver, 1999).
pada bidang yang disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang pehamahaman dari tingkah laku, pemahaman tentang memprediksi dan mengkontrol tingkah laku dengan teliti, namun hal tersebut tetapp harus sesuai dengan bidang yang diampu nya.
Contoh pada ilmu pengetahuan psikologi, seperti kepercayaan diri seseorang, seorang peneliti akan kesulitan untuk mengetahui kepercayaan diri seseorang tanpa dilakukan observasi terhadap tingkah laku subyek, maka dapat disimpulkan dengan sebelumnya melakukan observasi pada subyek maka dapat mengetahui tingkat kepercayaan diri subyek apakah subyek berani untuk tampil kedepan kelas dengan diperlihatkan oleh teman sekelas, cara beradaptasi dengan teman sebaya, itu akan terlihat dari tingkah kepercayaan diri seseorang.
G. LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode otoritas ? 2. Apa sajakah yang menjadi kelemahan metode rasionalisme ?
3. Bagaimanakah suatu kebenaran diperoleh dalam metode ilmiah ?
4. Ilmu pengetahuan bertujuan untuk memberikan prediksi, jelaskan apa yang dimaksud dengan tujuan tersebut ?
5. Jelaskan apa saja spesifikasi ilmu psikologi di aad ke 20 ?
H. JAWABAN
1. Metode otoritas adalah suatu informasi diterima sebagai pengetahuan yang benar karena dinyatakan seseorang atau sumber yang dianggap memiliki otoritas atau kekuasaan. Sering kali penerimaan terhadap pengetahuan tersebut merupakan hasil paksaan atau untuk menghindari hukuman dari penguasa atau sumber yang berkuasa dan memiliki otoriras.
2. Kelemahan pada metode rasionalisme ada tiga yaitu (1) pengetahuan yang didapat tidak selalui sesuai dengan kenyataan, (2) tidak selalu memberikan informasi yang akurat, dan (3) belum tentu diterima oleh orang lain.
3. Menurut metode ilmiah, suatu kebenaran dapat diperoleh melalui suatu penelitian yang disususn secara sistematis, objektif, terkontrol, dan dapat diuji secara induktif maupun deduktif. Metode ilmiah juga bersifat falsifikasi, artinya pengetahuan yang diperoleh dan diyakini sebagai kebenaran dapat diubah menjadi suatu hal yang tidak benar karena hasil penelitian selanjutnya.
4. Pada tujuan prediksi dalam ilmu pengetahuan adalah dapat memberikan prediksi munculnya gejala di masa yang akan dtaang, berdasakan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan mempertimbangkan penyebab munculnya gejala yang diteliti. Contoh dari tujuan prediksi ini seperti seorang ilmuan sudah mengetahui penyebab dari ketidak percayaan diri seseorang, maka setelah
mengetahui penyebab tersebut seorang ilmuwan dapat mengetahui seeorang akan ketidak percayaan diri disebabkan faktor keluarga dan lingkungan, karena merasa dirinya tidak layak dan tidak mampu untuk melakukan sesuatu ditambah tidak adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan.
5. Pada perkembangan psikologi diakhir abda 20 ini, psikologi dapat digolongkan sebagai psikologi komtemporer yan terdiri dari 9 bidang spesialis yaitu, psikologi eksperimen, neuro-psikologi, psikologi kepribadian, psikologi sosial, psikologi perkembangan, psikologi industri dan organosasi, psikologi pendidikan dan sekolah, psikologi klinis dan konseling serta psikologi kesehatan (Wortman, Loftus & Weaver, 1999).
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal.2009.Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Lentera Cendikia
Emzir.2009.Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada
Kountur, Ronny.2005.Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.Jakarta: PPM
Nazir, Muh.1999.Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah.2008.Metode Penelitian Kuantitatif: teori dan Aplikasi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Sudjana, Nana dan Ibrahim.2010.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung:
Sinar Baru Algensindo
Suryabrata, Sumadi.2011.Metodologi Penelitian.Jakarta: Rajawali Pers