Fajriaty Dwi Rahma - 19021102085
SEJARAH & PRESEDEN ARSITEKTUR - ARS 1142
Dosen Pengampu :
DR. MARIA M. C. SENGKE, ST., M.DES., MT
DEFINISI SEJARAH & PRESEDEN
ARSITEKTUR (REVISI)
Apa itu sejarah dan preseden arsitektur?
Definisi Sejarah :
• Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa pada masa lampau dalam kehidupan manusia melalui bukti tertulis seperti kitab atau dokumen, lisan misalnya tradisi turun- temurun dan mitos, bukti berupa benda-benda seperti artifak dan prasasti serta monumen sejarah.
• Menurut buku Pengertian Sejarah: Beberapa Perbahasan Mengenai Teori dan Kaedah oleh Muhd Yusof Ibrahim, menyatakan sejarah mempunyai banyak pengertian. Ilmu sejarah telah muncul di Barat pada pertengahan kurun kesembilan belas.
• “sejarah adalah proses interaksi yang berkelanjutan antara sejarawan dan fakta-faktanya, dan dialog tanpa akhir antara masa kini dan masa lalu”. (E.H. Carr, 1982 )
• pengertian sejarah juga dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan tentang peristiwa atau kejadian yang telah terjadi padamasa lampau dalam kehidupan manusia.
Definisi Preseden :
Sejarah Arsitektur :
• Pemahaman historiografi arsitektur yang didasari pada dua pembedaan diatas, penerapannya pada permasalahan sejarah, dasar penilaian sejarahnya, dan perbedaan-perbedaan yang timbul.
Seperti raja, paus dan presiden, sejarah arsitektur merencanakan asal, intensi, pengaruh dan akibat dari suatu pemerintahan atau institusi dapa mengasumsikan beberapa karakteristik dari suatu sejarah arsitektural secara biografi. Secara sejarah, teori arsitektural merupakan perangkat untuk mengintelektualisasi aturan dari komposisi, disposisi, bahan, ornamentasi arsitektural dan seterusnya berpikir melampaui batasan arsitektur sebagai seni, disiplin, profesi atau keahlian.
Apa itu sejarah dan preseden arsitektur?
Preseden Arsitektur : Preseden dalam arsitektur adalah salah satu metode penilaian terhadap
arsitektur yang secara mendalam meliputi tiga aspek, yaitu aspek konseptual, aspek programatik,
dan aspek formal.
Sejarah Arsitektur sebagai penjejak perkembangan Teori Arsitektur
“Moreover there are close links between architectural theory and other historical
disciplines, in particular archaeology, the history of architecture and the history of art.
In the nineteenth century in particular, the history of architecture was made into a vehicle of architectural theory, the most extreme
representatives of this programmatic
systematisation being probably Fergusson and Choisy.
Historicism would have been unthinkable wihtout the models provided by the history of architecture; both historical material and historical arguments have been deliberately adduced with contemporary debates in mind, form the so-called ‘battle of styles’ through sigfried Giedion to Post-modernism.”
“Selain itu ada hubungan erat antara teori arsitektur dan disiplin ilmu sejarah lainnya, khususnya arkeologi, sejarah arsitektur dan sejarah seni.
Khususnya pada abad ke-19, sejarah arsitektur dijadikan kendaraan teori arsitektur, perwakilan paling ekstrim dari sistematisasi programatik ini mungkin adalah Fergusson dan Choisy.
Historisisme tidak akan terpikirkan tanpa model yang disediakan oleh sejarah arsitektur; baik materi sejarah maupun argumen sejarah sengaja dikemukakan dengan
mempertimbangkan perdebatan kontemporer, membentuk apa yang disebut 'pertempuran gaya' melalui Giedion sigfried ke Post-
modernisme.”
Terdapat hubungan erat antara sejarah arsitektur dan teori arsitektur. Demikian juga sejarah lainnya seperti arkeologi dan seni juga saling terikat dengan sejarah arsitektur yang menampilkan model arsitektural sebagai bukti sejarah.
Sejarah arsitektur disebut sebagai kendaraan teori arsitektur. Sejarah arsitektur merekam dan menjejak perkembangan teori arsitektur. Tanpa sejarah arsitektur maka teori arsitektur hanya akan dilihat sebagai sebuah teori yang tetap tanpa diketahui perubahan dari pemikiran sebelumnya.
Dan sebaliknya tanpa model arsitektur dan teori yang melandasinya maka sejarah tidak dapat menampilkan sebuah riwayat rekam jejak perubahan arsitektur. Sehingga sejarah menampilkan argumen sejarah dengan mengungkap perdebatan yang terjadi dalam
’pertempuran gaya’ arsitektural sebagai masa transisi peralihan perubahan dari sebelum dan sesudahnya. Sehingga tercatat sebagai sebuah kronologi atau rangkaian peristiwa perubahan yang menjadi perkembangan arsitektur.
Kutipan langsung dari sumber
Refleksi
(Kruft, 1994:Hlm 15)
Teori Arsitektur merupakan representasi fase dalam proses sejarah
•“Today it is hardly possible to deny that the whole of architecture from the Renaissance to Neo-Classicism would have looked completely different had it not been for the influence of Vitruvius. (p.16)
•Vitruvius refers to the need for a knowledge of history, (p.16-17)
•Theories of architecture always belong to a historical context which is in part causative.
New system emerge from debates on older systems; there is no such thing as an entire new system, and if a system claims to be such, it is either stupid or dangerous. Thus architectural theory and the history thereof are synonymous, to the extent that the present position always represents a phase in a historical process.”
(p.16)
“Saat ini hampir tidak mungkin untuk
menyangkal bahwa seluruh arsitektur dari
Renaisans hingga Neo-Klasisisme akan terlihat sangat berbeda jika bukan karena pengaruh Vitruvius. (hal.16)
Vitruvius mengacu pada perlunya pengetahuan tentang sejarah (hal.16-17)
Teori arsitektur selalu termasuk dalam konteks sejarah yang sebagian bersifat kausatif (terjadi karena adanya faktor pendorong).
Sistem baru muncul dari perdebatan tentang sistem lama; tidak ada yang namanya sistem yang sama sekali baru, dan jika suatu sistem mengaku seperti itu, itu bodoh atau berbahaya.
Jadi teori arsitektur dan sejarahnya adalah sinonim, sehingga posisi saat ini selalu
merepresentasikan fase dalam proses sejarah.”
(hal.16)
Vitruvius memiliki pengaruh dalam sejarah perkembangan arsitektur dan teori arsitektur, dari Renaisans sampai Neo-klasisme.
Vitruvius dalam meyampaikan teori arsitektur juga menyatakan perlunya pengatehuan tentang sejarah.
Teori arsitektur bersifat kausatif yakni terjadi karena ada faktor pendorongnya, sehingga konteks sejarah menjadi penting dalam mencatat faktor pendorong lahirnya sebuah pemikiran atau teori arsitektur.
Faktor pendorong tersebut yakni suatu sistem baru yang muncul dari perdebatan terhadap sistem yang lama.
Sehingga teori dan sejarahnya memiliki makna yang mirip yakni posisi teori merupakan fase dalam proses sejarah.
Kutipan langsung dari sumber Refleksi
(Kruft, 1994:Hlm 16-17)
Sejarah Arsitektur sebagai penjejak perkembangan Teori Arsitektur
“Moreover there are close links between architectural theory and other historical
disciplines, in particular archaeology, the history of architecture and the history of art.
In the nineteenth century in particular, the history of architecture was made into a vehicle of architectural theory, the most extreme
representatives of this programmatic
systematisation being probably Fergusson and Choisy.
Historicism would have been unthinkable wihtout the models provided by the history of architecture; both historical material and historical arguments have been deliberately adduced with contemporary debates in mind, form the so-called ‘battle of styles’ through sigfried Giedion to Post-modernism.”
“Selain itu ada hubungan erat antara teori arsitektur dan disiplin ilmu sejarah lainnya, khususnya arkeologi, sejarah arsitektur dan sejarah seni.
Khususnya pada abad ke-19, sejarah arsitektur dijadikan kendaraan teori arsitektur, perwakilan paling ekstrim dari sistematisasi programatik ini mungkin adalah Fergusson dan Choisy.
Historisisme tidak akan terpikirkan tanpa model yang disediakan oleh sejarah arsitektur; baik materi sejarah maupun argumen sejarah sengaja dikemukakan dengan
mempertimbangkan perdebatan kontemporer, membentuk apa yang disebut 'pertempuran gaya' melalui Giedion sigfried ke Post-
modernisme.”
Terdapat hubungan erat antara sejarah arsitektur dan teori arsitektur. Demikian juga sejarah lainnya seperti arkeologi dan seni juga saling terikat dengan sejarah arsitektur yang menampilkan model arsitektural sebagai bukti sejarah.
Sejarah arsitektur disebut sebagai kendaraan teori arsitektur. Sejarah arsitektur merekam dan menjejak perkembangan teori arsitektur. Tanpa sejarah arsitektur maka teori arsitektur hanya akan dilihat sebagai sebuah teori yang tetap tanpa diketahui perubahan dari pemikiran sebelumnya.
Dan sebaliknya tanpa model arsitektur dan teori yang melandasinya maka sejarah tidak dapat menampilkan sebuah riwayat rekam jejak perubahan arsitektur. Sehingga sejarah menampilkan argumen sejarah dengan mengungkap perdebatan yang terjadi dalam
’pertempuran gaya’ arsitektural sebagai masa transisi peralihan perubahan dari sebelum dan sesudahnya. Sehingga tercatat sebagai sebuah kronologi atau rangkaian peristiwa perubahan yang menjadi perkembangan arsitektur.
Kutipan langsung dari sumber
Refleksi
(Kruft, 1994:Hlm 15)
Aspek Konseptual: Filosofi dan gagasan yang mendasari karya. Ada beberapa hal yang dianalisis, pertama bagaimana implikasi konsep filosofis yang dimiliki, kedua bagaimana merumuskan konsep, yaitu gagasan yang dapat menyatukan beberapa elemen dalam satu kesatuan, ketiga bagaimana menanggapi tuntutan programatis, konteks dan berbagai gagasan yang muncul.
Aspek Programatik: Fungsi dan Hubungan antar Fungsi. Ada beberapa hal yang dianalisis;
Pertama bagaimana membuat penzoningan atau pengelompokan fungsional.
Kedua bagaimana menata dan mengkaitkan ruang pakai dengan sirkulasi.
Ketiga bagaimana membentuk ruang dan massa dalam kaitannya dengan program dan fungsi yang di akomodasi.
Aspek Formal: Ruang dan Bentuk (Geometrik) Ada dua hal yang dianalisis:
pertama menganalisis konstruksi geometris.
Kedua menganalisis konfigurasi keruangan (Spatial Configuration). Setiap karya arsitektur memiliki keunggulannya masing-masing, baik karena pengolahan bentuk, karena fungsinya
3 Aspek preseden Arsitektur
Bangunan Museum Fatahillah Jakarta
Museum Sejarah Jakarta, juga dikenal sebagai Museum Fatahillah atau Museum Batavia, terletak di Kota Tua Jakarta, Indonesia. Bangunan ini dibangun pada tahun 1710 dengan nama Stadhuis (balai kota) Batavia.
Museum Sejarah Jakarta dibuka pada tahun 1974
dan menampilkan benda-benda dari masa prasejarah
wilayah kota, berdirinya Jayakarta pada tahun 1527,
dan masa penjajahan Belanda dari abad ke-16 hingga
Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Museum Fatahillah merupakan salah satu daya tarik Kota Tua Jakarta. Museum fatahilah yang dulunya merupakan Balai Kota Jakarta pada jaman Belanda merupakan salah satu museum yang
banyak dikunjungi oleh para wisatawan.
Arsitektur : Neo Klasik Luas Lahan : 13.388 m2 Luas bangunan : 1.300 m2
Fungsi Dulu : Balai Kota Batavia Fungsi Sekarang : Museum
Lokasi : Jl. Taman Fatahillah No. 1
Bangunan Museum
Fatahillah Jakarta
Orientasi utama bangunan menghadap lapangan yang berada pada arah utara, yang agak condong ke arah barat laut. Pada arah hadap itu juga terdapat kantor
Pos yang berorientasi menghadap museum Fatahillah
Oriantasi Bangunan
Denah Museum Fatahillah terdiri dari 3 denah, yaitu lantai dasar, lantai mezanin dan lantai 2.
Denah
Tampak bangunan Museum Fatahillah secara visual jelas memperlihatkan bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan peninggalan jaman kolonial Belanda
Tampak dan Potongan
Fungsi ruang yang terbangun mengikuti fungsi utama bangunan tersebut.
Adanya perubahan fungsi bangunan dari pertama kali bagunan ini dibangun yang merupakan sebuah balaikota pada tahun 1707 hingga perubahan fungsi bangunan menjadi Museum Fatahillah tahun 1974 membuat adanya perubahan-perubahan fungsi ruang.
Perubahan fungsi bangunan mengakibatkan fungsi ruang berubah juga.
Walaupun ada penambahan ruang yang diharuskan untuk memenuhi fungsi ruang yang baru tidak ditemukannya perubahan pola ruang karena penambahan ruang mengikuti pola ruang yang sudah ada
FungsiRuang
Bangunan Pemerintahan kolonial pada umumnya memiliki pola ruang yang tersusun secara linier dengan keseimbangan simetris yang menonjol.
Konsep pola ruang linier tersebut juga diterapkan pada Gedung Balaikota Batavia dulunya yang sekarang menjadi Museum Fatahillah.
Susunan pola ruang pada lantai 1 merupakan beberapa kelompok ruang yang saling bersebelahan. Sedangkan sebagian ruang lainnya terhubung oleh ruang bersama.
Pola Hubungan Ruang
Pada Museum Fatahilllah ini organisasi yang terbentuk secara garis besar ada tiga, yaitu oganisasi ruang grid, organisasi ruang linier dan organisasi ruang radial.
Organisasi Ruang
Pada museum Fatahillah terdapat 3 jenis sirkulasi ruang, yaitu melewati ruang, menembus ruang dan berakhir dalam ruang.
Orientasi ruang-ruang pada bangunan ini memiliki konsep dasar, yaitu dimana ruang pameran tetap mengambil konsep dasar ruang positf dan negatif. Ruang positif dibentuk untuk penempatan benda koleksi pamer dan panel informasi dengan maksud menjadi orientasi pandang mata pengunjung
Sirkulasi Oriantasi Ruang
Museum Fatahillah memiliki tiga masa bangunan yang berbeda bentuk maupun ukurannnya, pada bangunan utama yang bentuk dasar persegi panjang dan persegi yang dikombinasikan menjadi bentuk kuruf kapital L, sedangkan bangunan lainnya memiliki bentuk L dan I yang masing-masing berada dibagian belakang bangunan utama.
Bentuk massa persegi panjang mendominasi bentuk massa Museum Fatahillah.
Susunan ruang terbentuk mengikuti bantuk volume bangunan dengan tatanan linier memanjang dari arah barat ke timur. Sementara sayap bangunan pada bagian kanan dan kiri memanjang ke arah utara-selatan.
Masa Bangunan
Gaya Bangunan
Langgam arsitektur yang diterapkan pada Museum Fatahillah merupakan
langgam arsitektur Barok klasik.
Penggunaan beberapa elemen dengan skala yang monumental masih
menghiasi beberapa sudut bangunan
karena pengaruh gaya Neoklasik.
Museum Fatahillah merupakan bangunan ber lantai 2 dengan semi basement yang dahulu digunakan
sebagai penjara.
Museum fatahillah memiliki tinggi antar lantai yang sama dengan bagian kepala bangunan yang memiliki tinggi sama dengan tinggi satu lantai bangunan.
Pada bangunan Museum wayang memiliki 2 lantai
yang tingginya hampir sama, sedangkan pada bagian kepala tingginya hampir sama dengan tinggi satu lantai bangunan yang terdapat jendela yang digunakan
sebagai pencahayaan alami. Kepala Bangunan
Badan Bangunan
Proposi Skala Bangunan
Museum Fatahillah merupakan bangunan berarsitektur Neo Klasik
Memiliki bentuk jendela dan pintu sama yaitu persegi dengan warna yang sama yaitu hijau
Susunan jendela pun berirama atau memiliki jarak yang sama antar jendela baik jendela lantai satu maupun lantai dua.
Fasade Bangunan
Museum Fatahillah memiliki warna
jendela dan pintu yang sama yaitu hijau dan memiliki warna genteng merah bata.
Material Bangunan
Referensi :
Muhd. Yusof Ibrahim. (1986). “Pengertian Sejarah” dalam Pengertian Sejarah: Beberapa Perbahasan Mengenai Teori dan Kaedah.
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. hlm. 1-36.
https://glosarium.org/arti-preseden/
Frits O. P. Siregar. Vol. 8 No. 1 (2011). Penilaian Terhadap Arsitektur. Jurnal Arsitektur, Sains, Kota Permukiman dan Lingkungan.
Kruft, H, K., 1994, A History of Architectural Theory: From Vitruvius to the Present, Princeton Architectural Press, US https://www.google.co.id/books/edition/History_of_Architectural_Theory/OPTfVyHyVW4C?
hl=en&gbpv=1&dq=sejarah+teori+arsitektur&printsec=frontcover
Adysti, N.L., Antariksa, Suryasari, N. Pelestarian Gedung Merah Putih Balai Pemuda Kota Surabaya. 2011. Arsitektur e-Journal, 4 (2) : 71-84.
116089-ID-pelestarian-bangunan-kolonial-museum-fat.pdf (neliti.com)
Ahkamal Ulyaa, Anisa, Yeptadian Sari. Vol. 2 No. 1 (2017). Arsitektur Kontekstual Bangunan Museum Pada Kawasan Kota Tua Jakarta.
Jurnal Arsitektur, PURWARUPA.
Referensi Foto :
https://id.pinterest.com/pin/799107527648638178/
https://id.pinterest.com/pin/644577765436257795/