• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selamat Datang - Digital Library

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Selamat Datang - Digital Library"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTHETIC (VAK) TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK

DI KELAS IV SD METHODIST 1 PALEMBANG

(Skripsi)

Oleh

CHARIS CLAUDIA PUTRI HASIAN LUBIS 1853053015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(2)

1 ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTHETIC (VAK) TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK

DI KELAS IV SD METHODIST 1 PALEMBANG

Oleh

CHARIS CLAUDIA PUTRI HASIAN LUBIS

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar tematik peserta didik yang optimal di kelas IV sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) Terhadap Hasil Belajar Tematik di Kelas IV SD Methodist 1 Palembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain penelitian non equivalent control group design. Penelitian ini menggunakan teknik sampling non probability sampling dengan jenis teknik purposive sampling dan populasi sebanyak 70 peserta didik dengan sampel sebanyak 50 peserta didik. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes dan non tes. Analisis data yang digunakan adalah uji regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) terhadap hasil belajar tematik di kelas IV SD Methodist 1 Palembang tahun pelajaran 2021/2022.

Kata Kunci : hasil belajar, visualization auditory kinesthetic

(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF VISUALIZATION AUDITORY KINESTHETIC (VAK) MODEL ON THEMATIC LEARNING OUTCOMES

IN CLASS IV SD METHODIST 1 PALEMBANG

By

CHARIS CLAUDIA PUTRI HASIAN LUBIS

The problem in this research is the low thematic learning outcomes of fourth grade elementary school student. The study aim for knowing the influence and analyze the effect of Visualization Auditory Kinesthetic model on thematic learning outcomes for fourth grade students of SD Methodist 1 Palembang. The research method is a quasi-experimental research design with a non-equivalent control group design. The population of this study were all fourth grade students, totaling 70 students, with a sample of 50 students. Data collection techniques used tests and non-tests. Analysis of the data used simple linear regression test. The results of the study showed that there was a significant effect of the Visualization Auditory Kinesthetic model on thematic learning outcomes of fourth grade students of SD Methodist 1 Palembang.

Keywords : thematic learning outcomes, visualization auditory kinesthetic

(4)

3

(5)
(6)

5

(7)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTHETIC (VAK) TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK

DI KELAS IV SD METHODIST 1 PALEMBANG

Oleh

CHARIS CLAUDIA PUTRI HASIAN LUBIS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2022

(8)

7

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Charis Claudia Putri Hasian Lubis lahir di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 10 April 2001. Peneliti merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Bahtar Lubis dan Ibu Salome Berliana Simanungkalit.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh peneliti :

1. Sekolah Dasar Methodist 1 Palembang lulus pada tahun 2012

2. Sekolah Menengah Pertama Methodist 1 Palembang lulus pada tahun 2015 3. Sekolah Menengah Atas Methodist 1 Palembang lulus pada tahun 2018 Pada tahun 2018, peneliti diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui jalur Seleksi Mandiri.

Pada tahun 2021, peneliti melaksanakan Pengenalan Lapangan Persekolahan di UPT SD Negeri 2 Sukoharjo III, Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukoharjo I, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu dan pada awal tahun 2022 peneliti melakukan penelitian di SD Methodist 1 Palembang untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

(9)

MOTTO

“Setiap kali kau merasa lelah, ingatlah betapa sulit kau memulainya.”

(Yang Chan Mi)

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan ia memberikan kekekalan dalam hati mereka”

Pengkhotbah 3 : 11a

(10)

i PERSEMBAHAN

Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan limpahan-Nya yang selalu menyertai dalam kehidupan, keluarga dan orang-orang terdekat yang selalu mengasihi saya dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan sebuah

karya ini kepada:

Orang tuaku tercinta Bapak Drs. Bahtar Lubis dan Mama Pdt. Salome B.

Simanungkalit yang tiada henti memberikan doa yang tulus dari hati untuk semua proses dalam kehidupanku, memberikan nasehat, selalu menyemangatiku dalam mengejar cita-cita, mengajarkanku untuk selalu bersabar dalam menjalani setiap langkah dalam kehidupan juga mengajarkan akan pentingnya menyelesaikan

sebuah tanggung jawab yang dipercayakan kepadaku.

Ompung boruku tersayang Ny. Pdt. J.P. Simanungkalit yang selalu memberikan doa yang terbaik untuk cucu- cucunya, memberikan nasihat dan selalu

menyemangatiku dalam setiap proses kehidupanku.

Almamater tercinta Universitas Lampung

(11)

SANWACANA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas lampung.

Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) Terhadap Hasil Belajar Tematik di Kelas IV SD Methodist 1 Palembang ”. Peneliti berharap karya ini dapat memberikan manfaat di kemudian hari.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini peneliti ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed. Plt. Rektor Universitas

Lampung yang mengesahkan ijazah dan gelar sarjana kami sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan FKIP.

3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang sudah memberikan ajaran dan arahan kepada seluruh

mahasiswa PGSD

4. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu dan motivasi kepada seluruh mahasiswa PGSD

(12)

iii

5. Ibu Dr. Sowiyah, M.Pd., Ketua Penguji yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Handoko, S.T., M.Pd., Sekretaris Penguji yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Penguji Utama yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dayu Rika Perdana, M.Pd Pembimbing Akademik yang memberikan arahan serta masukan sehingga dapat menyelesaikan studi kuliah.

9. Ibu D. Situmeang, selaku Kepala Sekolah SD Methodist 1 Palembang, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10. Ibu Siska Purba, Bapak Johnson Purba dan Ibu Niantalita Pardede, S.Pd selaku wali kelas IV A, IV B dan IV C yang membantu dalam pelaksanaan penelitian di SD Methodist 1 Palembang.

11. Peserta didik kelas IV SD Methodist 1 Palembang yang telah berpartisipasi dalam proses penelitian.

12. Kakak-kakakku tersayang Basa Natalia Angelia Lubis dan Tabita Magdalena Lubis yang banyak memberikan masukan, motivasi, dan selalu memberikan yang terbaik bagiku. Terimakasih untuk doa, dukungan dan menjadi tempat berkeluh kesah dalam perjalanan hidupku.

13. Kakak sepupuku Febriani Rotua Manullang yang telah memberikan semangat dan membantu banyak hal sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

14. Sahabat-sahabatku kosan “Putri Biru” Jehak, Tipal, Wanda, Rezka, Mba Rani, Ipeh dan Dina terimakasih selalu memberikan semangat, canda tawa ditengah penyelesaian skripsi ini terimakasih juga sudah mendengarkan keluh kesah tentang per-skripsian ini.

15. Sahabat – sahabatku Eva, Ami, Valen, Vina dan Sheina yang sudah memberikan semangat ditengah penyelesaian skripsi ini.

16. Sahabat-sahabatku Neiska, Remon dan Kemal yang menemani peneliti dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

(13)

17. Teman-teman KKN di Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Ka Tirza, Ka Yufi, Bang Kelvin, Neiska, Amin dan Mila terimakasih untuk tiap hal berharga dan kebersamaannya selama 40 hari

18. Teman – teman Ruang baca Caca, Devista dan Kiki terimakasih selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

19. Teman – teman PGSD Angkatan 2018 terima kasih atas kebersamaannya dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

20. Almamater tercinta Universitas Lampung.

21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih.

Bandar Lampung, 20 Oktober 2022 Peneliti,

Charis Claudia Putri Hasian Lubis 1853053015

(14)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Belajar dan Pembelajaran ... 8

B. Model Pembelajaran... 11

C. Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic... 12

D. Pembelajaran Tematik ... 18

E. Penelitian yang Relevan ... 20

F. Kerangka Pikir ... 21

G. Hipotesis Penelitian ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Prosedur penelitian ... 24

C. Setting Penelitian ... 25

D. Populasi dan Sampel ... 25

E. Variabel Penelitian ... 27

F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 28

G. Teknik dan Alat Pengumpulan data ... 29

G. Instrumen Penilaian ... 30

H. Uji Prasyarat Instrumen Tes ... 32

I. Teknik Analisis Data ... 39

(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Pelaksanaan Penelitian ... 44

B. Hasil Penelitian ... 45

C. Uji Prasyarat Analisis Data ... 53

D. Uji Hipotesis ... 55

E. Pembahasan ... 57

F. Keterbatasan Penelitian ... 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 65

(16)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Peserta Didik Kelas IV SD Methodist 1

Palembang ... 3

2. Data Jumlah peserta didik kelas IV SD Methodist 1 ... 26

3. Kisi-kisi instrumen Tes Hasil Belajar Tema 7 Subtema 1 Pembelajaran 1 ... 31

4. Kisi-Kisi Instrumen Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic 32 5. Rekapitulasi Hasil uji Validitas Instrumen Soal ... 34

6. Kriteria tingkat reliabilitas ... 35

7. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal ... 36

8. Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal... 37

9. Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal ... 37

10. Klasifikasi Daya Beda Soal ... 38

11. Hasil Analisis Daya Pembeda Instrumen Soal ... 39

12. Jadwal dan Kegiatan Pengumpulan Data ... 44

13. Distribusi Nilai Pretest Tematik Kelas Eksperimen... 46

14. Distribusi Nilai Posttest Tematik Kelas Eksperimen ... 47

15. Deskripsi Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 48

16. Distribusi Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 49

17. Distribusi Nilai Posttest Tematik Kelas Kontrol ... 50

18. Deskripsi Nilai Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol ... 51

19. Rekapitulasi Aktivitas Peserta Didik ... 52

20. Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest ... 53

21. Uji Homogenitas Data pretest dan posttest ... 54

22. Hasil Uji N-Gain Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 55

23. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 56 .

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka konsep variabel ... 22

2. Desain Eksperimen... 23

3. Histogram nilai pretest kelas eksperimen ... 46

4. Nilai posttest kelas eksperimen ... 48

5. Histogram Nilai pretest kelas Kontrol... 50

6. Histogram nilai posttest kelas kontrol ... 51

(18)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 66

2. Surat Balasan Izin penelitian ... 67

3. Surat Izin Uji Coba Instrumen ... 68

4. Surat Balasan Uji Coba Instrumen ... 69

5. Surat Izin Penelitian ... 70

6. Surat Balasan Penelitian ... 71

7. Surat Validasi Instrumen Soal ... 72

8. RPP Kelas Eksperimen ... 73

9. RPP Kelas Kontrol ... 80

10. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 86

11. Kisi-kisi Soal (Blue Print) ... 92

12. Soal Uji Coba Instrumen ... 94

13. Dokumentasi Jawaban Peserta Didik ... 106

14. Hasil Uji Coba Soal ... 107

15. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas ... 108

16. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas ... 109

17. Rekapitulasi Hasil Uji Daya Beda... 110

18. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Soal ... 111

19. Soal Pretest dan Posttest ... 112

20. Dokumentasi Jawaban Peserta Didik ... 122

21. Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest ... 125

22. Hasil Observasi Peserta Didik ... 129

23. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest ... 133

24. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Posttest ... 136

25. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelas Eksperimen ... 145

26. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelas Kontrol ... 146

27. Uji N-Gain Kelas Eksperimen ... 147

28. Uji N-Gain Kelas Kontrol ... 148

29. Perhitungan Uji Regresi Linear Sederhana ... 149

30. Tabel nilai-nilai r Product Moment ... 153

31. Tabel Z Distribusi Normal ... 156

32. Tabel Distribusi F ... 158

33. Foto Aktivitas Peserta Didik ... 160

(19)
(20)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan dan dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu melalui kegiatan pengajaran dan atau pelatihan, yang berlangsung sepanjang hidup diberbagai lingkungan belajar dalam rangka mempersiapkan manusia agar dapat memainkan peran secara tepat (Nanang : 2014, 27). Seperti yang tercantum dalam Undang-undang No.

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2003: 8)

Tercapainya tujuan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik. Proses belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Belajar adalah proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi di sekitar peserta didik sedangkan mengajar merupakan suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar (Rachmawati dan Joko, 2013).

(21)

Berkaitan dengan pendidikan tentu ada proses yang dinamakan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pada pembelajaran terjadi komunikasi yang intensif antara pendidik dan peserta didik dalam belajar sehingga terjadi kegiatan secara psikis dan fisik yang dilakukan peserta didik dalam belajar dan pendidik dalam memfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu ditunjang adanya

pembaharuan di bidang pendidikan. Pada saat ini terdapat banyak macam- macam model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Model mengajar dikatakan relevan jika dalam prosesnya mampu mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran namun dalam kenyataannya masih banyak pendidik yang mengajar secara monoton yaitu hanya fokus pada satu metode saja.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 740) model adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Sudjana dalam Adang Heriawan dkk (2012: 73) model mengajar adalah cara yang dipergunakan pendidik dalam mengadakan hubungannya dengan peserta didik pada saat

berlangsungnya pengajaran, peranan model mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Sebuah proses belajar mengajar pada kurikulum 2013, materi yang digunakan bersifat pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu (integrated learning) pada jenjang taman kanak-kanak atau sekolah dasar untuk kelas awal yang didasarkan pada tema-tema tertentu yang kontekstual dengan dunia anak. Integrasi dalam pembelajaran diharapkan memberikan pemahaman yang komprehensif pada diri peserta didik dan lingkungannya (Prastowo, 2019:1). Hal ini terkait dengan pemahaman bahwa diri manusia adalah bagian dunia yang lebih luas, sehingga peserta didik mampu

(22)

3

memahami pengetahuan yang diterimanya melalui kurikulum beserta implementasi dan perkembangannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya proses pembelajaran saat ini, pendidik hanya memberikan teori dan peserta didik akan cenderung menghafalkannya (Ekapti, 2016). Ada beberapa permasalahan yang muncul saat kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu pembelajaran yang didominasi oleh pendidik atau metode konvensional yang selalu diterapkan oleh pendidik. Peserta didik cenderung pasif dan banyak peserta didik yang merasa tidak tertarik sehingga tidak fokus pada materi yang diajarkan oleh pendidik. Hal ini disebabkan karena kurangnya daya tarik dari kegiatan pembelajaran dan kurangnya keragaman strategi, sarana dan model, serta kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri (Wahyuni & Evriani, 2016).

Berdasarkan hasil observasi penelitian pendahuluan yang dilakukan SD Methodist 1 Palembang diperoleh hasil belajar yang dicapai siswa kelas IV umumnya relatif rendah. Data yang diperoleh pada hasil belajar pada Ujian Tengah Semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022 seperti tabel berikut:

Tabel 1. Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Peserta Didik Kelas IV SD Methodist 1 Palembang

Kelas KKM Jumlah peserta didik

Peserta didik tuntas

Siswa belum tuntas

Persentase (%) peserta didik tuntas

Persentase (%) peserta didik belum

tuntas

IV A 72 25 8 17 32% 68%

IV B 72 25 11 14 44% 56%

Sumber : Dokumentasi Wali Kelas IV SD Methodist 1 Palembang

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar peserta didik kelas IV di SD Methodist 1 Palembang, masih tergolong cukup rendah. Peserta didik yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai ≥72 ada sebanyak 19 dari 50 peserta didik. Adapun peserta didik dengan

(23)

nilai <72 sebanyak 31 dari 50 peserta didik. Rendahnya nilai hasil belajar peserta didik pada pembelajaran tematik dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Salah satunya adalah interaksi dalam pembelajaran yang didominasi pendidik.

Pendidik diharapkan mampu mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan dan efektif untuk meningkatkan pemahaman mengenai konsep dan motivasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran tematik. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran VAK. Model pembelajaran VAK menerapkan tiga modalitas belajar yaitu visual, auditori, dan kinestetik, sehingga peserta didik memiliki kesempatan belajar secara langsung dengan menggunakan metode pembelajarannya memanfaatkan cara belajar yang dimilikinya agar dapat memperoleh pemahaman dan pembelajaran yang efektif (Shoimin, 2014). Model Pembelajaran VAK menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut dengan memanfaatkan potensi yang telah dimiliki siswa (Hartanti, 2014). Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas yang sudah dimiliki oleh manusia yang bertujuan untuk membuat belajar menjadi nyaman bagi peserta didik.

Bersumber pada hasil penelitian dari Purbawa (2018 : 69) dalam jurnalnya menunjukkan bahwa model pembelajaran VAK efektif digunakan dalam pembelajaran IPS pada peserta didik kelas IV SD di SD Gugus Srikandi Denpasar. Dibuktikan dengan hasil yang menunjukkan hasil FA = 7,25> F tabel (α = 0,05; 1;61))= 4,00. Hal ini berarti secara keseluruhan terdapat interaksi antara model pembelajaran VAK dengan motivasi terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus Srikandi Denpasar Timur. Dilihat dari kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran VAK dan memiliki motivasi tinggi memperoleh nilai rata-rata kelompok 82,30.

Dari berbagai uraian di atas maka adapun penelitian berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) Terhadap Hasil

(24)

5

Belajar Tematik di Kelas IV SD Methodist 1 Palembang”. Model pembelajaran VAK diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih bermakna, sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar peserta didik di SD Methodist 1 Palembang.

2. Belum optimalnya penggunaan model pembelajaran di kelas 3. Pemanfaatan media yang belum maksimal

4. Pembelajaran yang masih berpusat pada pendidik (teacher centered) C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (x) 2. Hasil belajar tematik (y)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran VAK Terhadap Hasil Belajar Tematik di Kelas IV SD Methodist 1

Palembang?”.

E. Tujuan penelitian

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model Pembelajaran VAK Terhadap Hasil Belajar Tematik di Kelas IV SD Methodist 1 Palembang.

(25)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi untuk mengembangkan penelitian dibidang pendidikan untuk bahan kajian penelitian berikutnya terutama dalam bidang pendidikan yang berkaitan tentang pengaruh model pembelajaran VAK terhadap hasil belajar peserta didik di kelas IV sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis a. Peserta Didik

Penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran di kelas.

b. Pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi pendidik dalam proses pembelajaran yang diterapkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran.

c. Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat direfleksikan dan menjadi

masukan bagi kepala sekolah agar setiap pendidik dapat menggunakan model pembelajaran VAK dalam proses pembelajaran selanjutnya.

d. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi peneliti dalam menambah wawasan mengenai model pembelajaran VAK

khususnya dalam pembelajaran tematik.

(26)

7

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah model pembelajaran VAK dalam hasil belajar tematik.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu peserta didik Kelas IV SD Methodist 1 Palembang berjumlah 50 peserta didik.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Methodist 1 Palembang, Sumatera Selatan.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Methodist 1 Palembang pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dengan lama waktu 1 bulan.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas perubahan tingkah laku dan kemampuan dalam dirinya yang berlangsung seumur hidup. Susanto (dalam Siti 2016 : 16) Menjelaskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang

berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersikap relatif konstan dan berbekas.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil ataupun tujuan. Belajar juga bukan hanya mengingat, namun memiliki jangkauan yang lebih jauh lagi yaitu mengalami.

Menurut Kurniawan (2011: 8) belajar merupakan sebagai proses aktif internal individu dimana melalui pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif permanen. Belajar merupakan suatu aktivitas perubahan tingkah laku dan kemampuan dalam dirinya yang berlangsung seumur hidup. Suprijono (2012: 4) belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Belajar adalah tempat yang mengalir, dinamis, penuh risiko, dan

menggairahkan. Belajar adalah istilah kunci (key term) yang paling vital dalam usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan (DePorter, 2014: 62) . Sebagai suatu proses, belajar hampir

(28)

9

selalu mendapatkan tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.

Menurut pendapat ahli di atas belajar merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru. Hal ini dapat

mengubah perilaku seseorang yang relatif tetap baik dalam pikiran, emosi, maupun dalam perilaku.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dari pembelajaran. Hasil belajar diterima peserta didik setelah mengikuti evaluasi terhadap semua kegiatan yang terstruktur dan sistematis. Hasil belajar juga merupakan perubahan dalam berpikir dan berperilaku sebagai akibat dari proses belajar dan pembelajaran. Kunandar (2013: 62) menyatakan hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Menurut Susanto (2014: 5) hasil belajar yaitu perubahan - perubahan yang terjadi pada peserta didik, baik yang menyangkut aspek afektif, kognitif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Kurniawan (2011: 13) hasil belajar adalah kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu yang dipelajari.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik diartikan adanya perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah dilakukan proses pembelajaran yang mencakup perubahan di bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar terlihat setelah proses belajar dan pembelajaran dilakukan.

(29)

3. Pengertian Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran memiliki keterkaitan yang saling

mempengaruhi satu sama lain karena belajar merupakan bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Faturohman (2017 : 41) Pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Menurut Susanto (2014: 19)

Pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Zusnaini (2013: 11) pembelajaran dapat diartikan sebagai pengorganisasian atau pengaturan atau penciptaan kondisi

lingkungan sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar terhadap peserta didik. Terdapat dua komponen dalam belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan, yaitu antara pendidik dan peserta didik yang saling berinteraksi. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik belajar.untuk itu harus dipahami bagaimana siswa

memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya.

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli di atas pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk membuat peserta didik belajar, perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang belajar.

Perubahan yang dialami bisa berupa perubahan pemahaman, sikap dan keterampilan. Pembelajaran juga merupakan rangkaian kegiatan yang mendorong terjadinya interaksi antara peserta didik, pendidik dan lingkungan. Kegiatan ini merupakan upaya melatih peserta didik sesuai

(30)

11

dengan rencana dan desain yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.

B. Model Pembelajaran

Pendidik dalam melaksanakan suatu pembelajaran yang terkonsep dan disajikan serta mudah dipahami oleh peserta didik adalah dengan

menggunakan model pembelajaran. Konsep model pembelajaran menurut Trianto (2010: 51), menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran.

Menurut Hanafiah (2010: 41) menyatakan bahwa model pembelajaran

merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan tingkah laku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Model pembelajaran erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya

mengajar guru (teaching style).

Huda (2014: 144) menyebutkan bahwa ada 15 model pembelajaran, yaitu 1. Model Pembelajaran Mandiri George Betts

2. Model Proses Pemecahan Masalah Kreatif Osborn-Parne 3. Model Tipologi Renzulli

4. Model Berpikir Lateral dan Kreatif De Bono 5. Model Kecerdasan Beganda Gardner

6. Model Talenta Beganda Taylor 7. Model Hasrat Besar Dabrowski 8. Model Taksonomi Afektif Krathwohi 9. Model Taksonomi Psikomotor Simpson 10. Model Taksnomi Kognitif Bloom 11. Model Eksperensial Kolb

12. Model Honey dan Momford 13. Model Gregorc

(31)

14. Model Sudbury

15. Model Visualization Auditory Kinesthetic (VAK)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu proses yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar pendidik. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran VAK untuk diterapkan dalam penelitian, dikarenakan pada model pembelajaran VAK mencakup tiga kategori utama pembelajaran dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang gaya belajar didik.

C. Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic

1. Pengertian Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic Model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran yang

menekankan bahwa pembelajaran membutuhkan penggunaan indera yang ada pada peserta didik. Pembelajaran dengan model pembelajaran VAK merupakan pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar peserta didik dapat terpenuhi.

Menurut Shoimin (2014: 226) “Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si belajar merasa nyaman”. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran dengan gaya belajar multisensorik dimana guru tidak hanya mendorong siswa untuk menggunakan satu modalitas saja, namun berusaha mengombinasikan semua modalitas tersebut untuk memberikan kemampuan yang lebih besar dan menutupi kekurangan yang dimiliki masing-masing siswa. Menurut Huda Gaya belajar VAK adalah gaya belajar multi-sensorik yang melibatkan ketiga unsur gaya belajar, yaitu penglihatan, pendengaran, dan gerakan.

Rusman (2013: 133) mengemukakan bahwa model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki peserta didik. Pembelajaran dengan model pembelajaran VAK adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan

(32)

13

gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar peserta didik akan terpenuhi. Menurut Ngalimun (2013: 138) model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan melatih dan mengembangkannya.

Menurut Sumantri (2015: 87) ada tiga gaya belajar yang ada pada peserta didik, yaitu:

1) Visual

Peserta didik yang belajar dengan cara melihat, ciri-cirinya yaitu:

teratur, mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan, dan mengingat apa yang dilihat.

2) Auditory

Peserta didik yang belajar dengan cara mendengar, ciri-cirinya yaitu:

perhatiannya mudah terpecah, berbicara dengan pola berirama, belajar dengan cara mendengarkan.

3) Kinesthetic

Peserta didik yang belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh, ciri-cirinya yaitu: menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan melakukan.

Aqib (2011: 70) menyebutkan cara belajar peserta didik sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, yaitu:

1) Visual

a. Catatan dan hands-out.

b. Buku berilustrasi.

c. Menggunakan warna untuk tulisan yang dianggap penting.

d. Menghafal dengan asosiasi gambar 2) Auditory

a. Mengutamakan pendengaran dalam kegiatan belajar.

b. Merekam lebih efektif.

c. Membaca dengan bersuara, merangkai materi dengan musik.

d. Menulis dan menghafal dengan bersuara.

3) Kinesthetic

a. Melakukan aktivitas fisik selama menghafal atau belajar.

b. Membaca sambil menunjuk tulisan dengan jari c. Lebih menyukai praktikum dan bermain peran.

d. Menerima pembelajaran dari global ke detail.

Herdian berpendapat model pembelajaran VAK merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut (visual, auditori, kinestetik) dan dapat

(33)

diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi peserta didik yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya.

Adapun potensi yang dimiliki peserta didik dan harus dikembangkan dari ketiga gaya belajar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Visual

Gaya belajar ini menyerap citra terkait dengan visual, warna, gambar, peta, dan diagram. Model pembelajar visual menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata

2) Auditori

Model pembelajar auditori adalah model dimana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Penjelasan tertulis akan lebih mudah ditangkap oleh para pembelajar auditori.

3) Kinestetik

Model pembelajaran kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) untuk setiap individu dengan cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya agar semua kebiasaan belajar peserta didik terpenuhi. Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara langsung dan bebas menggunakan gaya belajar yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan menciptakan pembelajaran yang efektif, variatif dan menyenangkan

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran VAK

Model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya memerlukan prosedur yang matang oleh karena itu pendidik harus memahami langkah-langkah model pembelajaran VAK.

Langkah-langkah model pembelajaran VAK menurut Russel (2011: 45) sebagai berikut:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan, pendidik memberikan motivasi untuk membangkitkan minat peserta didik dalam belajar dan meningkatkan motivasi peserta didik.

(34)

15

2) Tahap penyampaian dan pelatihan (kegiatan inti pada eksplorasi dan elaborasi)

Pada kegiatan inti. pendidik mengarahkan peserta didik untuk ikut aktif dalam pembelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera yang sesuai dengan gaya belajar Visualization Auditory Kinesthetic (VAK), misalnya:

a. Visual

1. Pendidik menggunakan materi visual.

2. Pendidik menggunakan aneka warna agar lebih menarik.

3. Peserta didik melihat gambar yang ditampilkan pendidik.

4. Pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk mengemukakan ide-idenya terhadap suatu gambar.

b. Auditory

1. Pendidik menggunakan variasi vokal dalam mengajar.

2. Pendidik menyanyikan lagu yang berhubungan dengan materi.

3. Pendidik dan peserta didik bersama-sama menyanyikan lagu tersebut.

4. Peserta didik melihat dan mendengarkan video.

5. Pendidik menjelaskan materi yang ada pada video pembelajaran.

c. Kinesthetic

1. Pendidik menggunakan alat bantu mengajar untuk menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik.

2. Pendidik memperagakan materi, kemudian peserta didik menebak gerakan yang dilakukan oleh pendidik.

3. Peserta didik secara berkelompok menampilkan gerakan yang berhubungan dengan materi pembelajaran,kemudian meminta kelompok lain untuk menebak gerakan tersebut.

4. Pendidik memberikan kebebasan pada peserta didik untuk belajar sambil berjalan-jalan.

3) Tahap Akhir

Pada tahap akhir, pendidik memberikan penguatan kesimpulan tentang materi pembelajaran, pendidik memberikan informasi tentang materi yang akan datang kemudian pendidik mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.

Langkah-langkah model pembelajaran VAK menurut Shoimin (2014: 227) adalah sebagai berikut:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan pendidik memberikan motivasi untuk membangkitkan minat peserta didik dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada peserta didik, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan peserta didik lebih siap dalam menerima pelajaran.

(35)

2) Tahap penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Pada kegiatan inti, pendidik mengarahkan peserta didik untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri,

menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.

3) Tahap pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada kegiatan pelatihan, pendidik membantu peserta didik untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.

4) Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang pendidik membantu peserta didik dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan

maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian para ahli di atas, peneliti menggunakan langkah - langkah pembelajaran VAK sesuai dengan pendapat Shoimin (2014: 227), karena menyesuaikan dengan situasi dalam proses pembelajaran yang peneliti laksanakan. Berikut langkah-langkah model pembelajaran VAK yang telah peneliti sesuaikan pada proses pembelajaran:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini pendidik memberikan pendahuluan atau apersepsi dan memotivasi peserta didik agar membangkitkan minat peserta didik dalam belajar pada saat pembelajaran.

2. Tahap Penyampaian

Dalam tahap ini pendidik memberikan materi pada metode pengajaran dan menampilkan gambar dalam bentuk alat peraga atau melalui LCD.

3. Tahap Latihan

Dalam tahap ini pendidik memberikan aktivitas fisik berupa

keterampilan atau latihan langsung yang memungkinkan peserta didik mengembangkan potensinya melalui berbagai gerakan yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

4. Tahap Penampilan Hasil

Dalam tahap ini, pendidik mengajak peserta didik untuk

menyampaikan hasil pengetahuan yang telah mereka peroleh dan keterampilan baru dari untuk meningkatkan hasil belajar mereka.

(36)

17

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran VAK

Dalam setiap model pembelajaran terdapat kelebihan serta kekurangan masing-masing model pembelajaran, termasuk model pembelajaran VAK.

Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan model pembelajaran VAK menurut Ngalimun (2012: 8) :

a. Kelebihan model pembelajaran VAK

1. Saat proses pembelajaran berlangsung, perhatian peserta didik dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pendidik, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

2. Gerakan dan proses pembelajaran dipertunjukkan, sehingga tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

3. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

4. Peserta didik distimulus untuk aktif mengamati,menyesuaikan antara teori dengan kenyataan.

5. Membiasakan pendidik dapat berpikir kreatif dalam setiap proses pembelajaran.

b. Kekurangan Model Pembelajaran VAK

1. Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang maksimal

2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

3. Model pembelajaran ini memerlukan keterampilan pendidik secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses

pembelajaran tidak akan efektif.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran VAK menurut Shoimin (2014: 228 ) diantaranya adalah:

a. Kelebihan model pembelajaran VAK

1. Pembelajaran akan lebih efektif karena mengombinasikan ketiga gaya belajar.

2. Mampu melatih dan mengembangkan potensi peserta didik yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.

3. Memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik.

4. Mampu melibatkan peserta didik secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik, seperti demonstrasi, percobaan, observasi dan diskusi aktif.

5. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran peserta didik.

6. Peserta didik yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kemampuan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.

b. Kekurangan model pembelajaran VAK

1. Tidak banyak orang mampu mengombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Dengan demikian, orang yang hanya mampu menangkap

(37)

materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka bisa disimpulkan bahwa model pembelajaran VAK memiliki lebih banyak kelebihan yang dapat dioptimalkan seperti memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik, dapat menjangkau berbagai gaya belajar peserta didik agar dapat memunculkan pembelajaran yang lebih baik, menarik serta efektif.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran VAK adalah memerlukan kesiapan dan perencanaan yang maksimal dan fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.

D. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah sebuah konsep pembelajaran yang mengelompokkan beberapa mata pelajaran yang dipadukan menjadi satu topik untuk memudahkan peserta didik menerima dan memahami keseluruhan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Kadarwati dan Malawi (2017: 3) yang menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan

beberapa materi pembelajaran dari berbagai kompetensi dasar atau beberapa mata pelajaran.

Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang mencakup beberapa mata pelajaran yang berkaitan antara satu dan yang lainnya.

Menurut Trianto (2012: 147) pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya, tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Adapun menurut Rusman (2015: 254) pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.

(38)

19

Permendikbud (2014: 220) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik memiliki ciri khas, antara lain:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

2. Aktivitas yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan peserta didik.

3. Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

4. Memberi penekanan pada keterampilan berpikir peserta didik.

5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik dalam

lingkungannya.

6. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang mencakup beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan. Pembelajaran tematik merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang menggabungkan beberapa bidang studi sehingga peserta didik dapat memadukan

beberapa konsep yang berbeda dengan tujuan agar materi lebih mudah dipahami.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebelum menerapkan Pembelajaran tematik kepada peserta didik, pendidik terlebih dahulu memahami karakteristik dari pembelajaran tematik. Sumantri (2015: 179) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.

a. Berpusat pada peserta didik

Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences). Dengan pengalaman

(39)

langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Pada pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada

pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (eksibel) dimana pendidik dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta didik berada.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki tujuh ciri, yaitu: berpusat pada peserta didik, pemberian pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran penyajian konsep dari mata pelajaran yang berbeda, pembelajaran yang fleksibel, hasil belajar sesuai minat Kebutuhan peserta dan prinsip belajar yang

menyenangkan.

E. Penelitian yang Relevan

1. Guniasari (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Visual Auditory Kinesthetic (VAK) efektif digunakan pada pembelajaran mengidentifikasi cerita anak kelas V SD Gugus Ahmad Yani, Kecamatan Kota Kudus.

(40)

21

2. Siti (2019) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa model Visual Auditory Kinesthetic (VAK) efektif digunakan pada pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 1 Sumber Agung.

3. Ni Luh Km Ayu Suwandewi (2020) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran VAK berbantuan media audio visual terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus III Kecamatan Mengwi tahun ajaran

2019/2020.

4. Yessy Latifatul Lutfianasari, dkk (2018) Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) berpengaruh terhadap hasil belajar tema 4 subtema 2 siswa kelas VA SD Negeri Sampangan 02 Semarang tahun pelajaran 2018/2019.

5. Ika dewi, dkk., (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) dapat meningkatkan pemahaman konsep energi panas dan bunyi pada siswa kelas IV SDN 01 Suruhkalang Karanganyar tahun ajaran 2016/2017.

F. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur penelitian. Menurut Sugiyono (2015: 60) kerangka pikir adalah sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Seperti yang telah diungkapkan dalam latar

belakang masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar peserta didik, peserta didik kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran yang menjadikan peserta didik mudah memahami materi yang mengoptimalkan tiga modalitas pembelajaran dan memudahkan peserta didik untuk memahami apa yang telah diajarkan oleh pendidik. Model pembelajaran VAK merupakan model

pembelajaran yang menggabungkan aktivitas fisik serta intelektual yang

(41)

memanfaatkan seluruh indra peserta didik sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran VAK dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar peserta didik. Hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka konsep variabel Keterangan:

X = Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic Y = Hasil Belajar peserta didik

= Pengaruh

Berdasarkan gambar 1 alur kerangka berpikir dapat dapat dideskripsikan bahwa model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung dapat memudahkan peserta didik untuk memahami dan menguasai materi pelajaran. Apabila model pembelajaran VAK sering dilakukan saat proses pembelajaran dapat memungkinkan terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka pikir di atas, peneliti menetapkan rumusan hipotesis penelitian yang diajukan adalah:

“Terdapat pengaruh model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) terhadap hasil belajar tematik di kelas IV SD Methodist 1 Palembang.

(42)

23 III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2013: 109) menjelaskan bahwa metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkontrol (terkendali). Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerik (angka) yang diolah dengan menggunakan metode statistika. (angka) yang diolah dengan metode statistika. Metode penelitian eksperimen terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu pra eksperimen, eksperimen, dan

eksperimen semu (quasi experiment). Dalam penelitian ini penulis menggunakan eksperimen semu (quasi eksperiment) design dengan jenis nonequivalent control group design.

Desain ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelompok yang mendapat perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic sedangkan kelas kontrol adalah kelompok pengendali yaitu kelas yang tidak mendapat perlakuan. Menurut Sugiyono (2016: 79) bahwa non-equivalent control group design digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Desain Eksperimen

(43)

(Sumber: Sugiyono, 2015: 79) Keterangan :

O1 = nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen) X = Perlakuan model Visualization Auditory Kinesthetic O2 = nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen) O3 = nilai pretest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol) O4 = nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol)

B. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian berguna untuk memberikan gambaran serta memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian eksperimen ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi sekolah, jumlah kelas dan peserta didik yang akan dijadikan subjek penelitian di SD Methodist 1 Palembang

2. Memilih subjek penelitian yaitu peserta didik kelas IV A dan IV B SD Methodist 1 Palembang

3. Menggolongkan subjek penelitian menjadi 2 kelompok pada kelas IV A dan IV B SD Methodist 1 Palembang yaitu kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan diberikan perlakuan berupa model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic, adapun kelas kontrol diberikan perilaku biasa.

4. Menyusun kisi-kisi dan instrumen pengumpul data dalam pembuatan instrumen pretest dan posttest.

5. Menguji coba instrumen pretest dan posttest pada subjek uji coba soal yaitu kelas IV SD Methodist 1 Palembang.

6. Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk memperoleh instrumen penelitian yang telah valid dan reliabel.

7. Mengadakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

8. Menganalisis hasil pretest yang dilakukan oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol agar mengetahui bahwa kedua kelas tidak ada perbedaan yang signifikan.

(44)

25

9. Melaksanakan pembelajaran dengan memberi perlakuan berupa model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic dalam pembelajaran pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol tidak memberi perlakuan dan menggunakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh pendidiknya.

10. Melaksanakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol peserta didik kelas IV SD Methodist 1 Palembang

11. Menganalisis data hasil test dengan menghitung perbedaan antara hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok.

12. Membandingkan perbedaan tersebut untuk menentukan apakah penggunaan model Visualization Auditory Kinesthetic berpengaruh secara signifikan pada kelas eksperimen. Menghitung dan menganalisis data dilakukan dengan bantuan Ms. Excel.

13. Interpretasi hasil penghitungan data.

C. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Methodist 1 Palembang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dengan lama waktu 1 bulan.

3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Methodist 1 Palembang yang berada di Kecamatan Kemuning, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen yang akan dijadikan wilayah generalisasi. Menurut Sugiyono (2020: 126), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek ataupun subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar

(45)

jumlah yang ada pada objek ataupun subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluurh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek dan objek tersebut. Menurut Zuriah (2009: 116), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Methodist 1 Palembang yang berjumlah 70 peserta didik. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Data Jumlah peserta didik kelas IV SD Methodist 1 Palembang tahun pelajaran 2021/2022

No Kelas Jumlah Siswa Laki –laki

Jumlah Siswa

Perempuan Jumlah

1 IV A 13 12 25

2 IV B 12 13 25

3 IV C 11 9 20

Jumlah 36 34 70

(Sumber: Dokumentasi wali kelas IV SD Methodist 1 Palembang)

2. Sampel

Menurut Salim (2018 : 113-114) Sampel dalam penelitian adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel secara harfiah adalah contoh). Menurut Sugiyono (2020: 127) dalam penelitian kuantitatif sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penentuan atau pengambilan sampel dari populasi mempunyai aturan, yaitu sampel representatif (mewakili) terhadap populasinya. Menurut Sugiyono (2020:127), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto, (2008: 131) Sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi yang akan diteliti. Dalam penentuan atau pengambilan sampel dari populasi mempunyai aturan, yaitu sampel representative (mewakili) terhadap populasinya. Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan jenis teknik purposive sampling atau teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

(46)

27

tertentu. Menurut Sugiyono (2016: 85) teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel diambil berdasarkan nilai terendah yang dimiliki oleh peserta didik.

Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah kelas IV A dan IV B.

pertimbangan dipilihnya 2 kelas tersebut dikarenakan pada data persentase nilai ujian tengah semester, kelas IV A dan IV B memiliki persentase tinggi peserta didik yang belum tuntas. IV A sebagai kelas eksperimen dikarenakan pada kelas ini memiliki persentase belum tuntas paling tinggi yaitu 94% yang berjumlah 24 peserta didik dari 25 peserta didik. Sedangkan kelas IV B persentase belum tuntas adalah sebesar 90%.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2015: 61).

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas sering disebut juga sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Sugiyono, (2013: 61) menjelaskan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penerapan model Visualization Auditory Kinesthetic (X).

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel terikat.

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar tematik (Y).

(47)

F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah penarikan batasan yang menjelaskan suatu konsep secara singkat, jelas dan tegas. Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Model Pembelajaran VAK

Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) untuk setiap individu dengan cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya agar semua kebiasaan belajar peserta didik terpenuhi. Pendidik

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara langsung dan bebas menggunakan gaya belajar yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan menciptakan pembelajaran yang efektif, variatif dan menyenangkan.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar peserta didik diartikan adanya perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah dilakukan proses pembelajaran yang mencakup perubahan di bidang kognitif, afektif dan psikomotor.

Hasil belajar terlihat setelah proses belajar dan pembelajaran dilakukan.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional dalam penelitian ini menunjukkan mengenai model Pembelajaran VAK terhadap hasil belajar. Definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Model Pembelajaran VAK

Model pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) untuk setiap individu dengan cara memanfaatkan potensi

(48)

29

yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya agar semua kebiasaan belajar peserta didik terpenuhi. Adapun langkah – langkah model pembelajaran VAK meliputi : Tahap Persiapan yaitu memberikan pendahuluan atau apersepsi dan memotivasi peserta didik agar membangkitkan minat peserta didik dalam belajar pada saat pembelajaran. Tahap Penyampaian yaitu memberikan materi pada metode pengajaran dan menampilkan gambar dalam bentuk alat peraga atau melalui LCD. Tahap Latihan yaitu memberikan aktivitas fisik berupa keterampilan atau latihan langsung yang memungkinkan peserta didik mengembangkan potensinya melalui berbagai gerakan yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Tahap

Penampilan Hasil yaitu mengajak peserta didik untuk menyampaikan hasil pengetahuan yang telah mereka peroleh dan keterampilan baru dari untuk meningkatkan hasil belajar mereka.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar tematik peserta didik. Hasil Belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh dari pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun hasil

belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif.

G. Teknik dan Alat Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah langkah awal yang akan dilakukan dari suatu penelitian karena pada hakikatnya penelitian adalah mengumpulkan data yang sebenarnya secara objektif. Teknik dan alat yang akan digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan keseluruhan data yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu teknik nontes dan tes.

1. Teknik Nontes

A. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang mengumpulkan dan menganalisis dokumen berupa dokumen tertulis, gambar, atau

(49)

elektronik untuk menyempurnakan data penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengetahui nilai hasil belajar seorang siswa dan untuk memperoleh foto/foto dan data empiris lainnya dari kejadian selama kegiatan penelitian

2. Teknik Tes

Menurut Margono, (2010: 170) tes ialah seperangkat stimuli atau rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Bentuk tes yang diberikan adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda atau pilihan jamak. Soal pilihan jamak adalah suatu bentuk tes yang mempunyai satu alternatif jawaban yang benar atau paling tepat.

3. Teknik Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan mengamati peserta didik secara langsung saat pembelajaran terhadap aktivitas peserta didik dalam

penerapan model pembelajaran VAK. Observasi dilaksanakan di SD Methodist 1 Palembang dengan bantuan lembar pengamatan.

G. Instrumen Penilaian 1. Uji Coba Instrumen Tes

Sebelum soal tes diujikan kepada peserta didik, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah uji coba instrumen. Uji coba instrumen dilakukan kepada peserta didik kelas IV C SD Methodist 1 Palembang. Hal ini dilakukan untuk menentukan instrument butir soal yang valid untuk diujikan di kelas yang dijadikan sampel penelitian. Peneliti memilih kelas tersebut untuk melakukan uji instrument dikarenakan kelas tersebut tidak dijadikan sampel penelitian.

Gambar

Tabel 1. Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil Peserta Didik Kelas IV SD       Methodist 1 Palembang
Gambar 1. Kerangka konsep variabel   Keterangan:
Tabel 2.  Data Jumlah peserta didik kelas IV SD Methodist 1   Palembang tahun pelajaran 2021/2022
Tabel 3. Kisi-kisi instrumen Tes Hasil Belajar Tema 7 Subtema 1     Pembelajaran 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) langkah-langkah penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia dalam peningkatan keterampilan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dapat

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa: melalui penerapan model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) berbasis eksperimen dapat meningkatkan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinesthetic (VAK) dapat

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP ENERGI

1) Model Pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar siswa berupa gaya belajar visual, audio

Pada model pembelajaran Visualization Auditory Kinesthetic (VAK) peserta didik dapat melatih dan mengembangkan potensi yang dimiliki pribadi masing-masing, memberikan

Secara teoretis, penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang penerapan model visualization, auditory, kinesthetic (VAK) dengan multimedia