Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Andi Sukri Syamsuri, M.Si. Hum, Ketua Program Studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Andi Adam S.P.d., M.Si., Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan Aliem Bahri, S.P.D., M.Si., Pembimbing I dan Pembimbing II yang bersedia memberikan waktu dari pihak persiapan proposal hingga penyelesaian tugas ini dr. Hidayah Quraisy, M.Pd dan Aliem Bahri, S.Pd, M.Pd, Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknologi Pendidikan yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak. Sallahu, S.Pd, Kepala SMP PGRI Desa Bonto Jaya Kecamatan Bissappu Kab. Bantaeng beserta para guru yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP PGRI Desa Bonto Jaya Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.
Kajian Pustaka
Pengertian Implementasi
Manajemen pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Perencanaan adalah kegiatan mengarahkan atau menggunakan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Implementasi adalah kegiatan mewujudkan rencana menjadi tindakan nyata guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Penyelenggaraan manajemen sekolah yang efektif dan efisien memerlukan terselenggaranya empat fungsi utama manajemen secara terpadu dan terpadu dalam pengelolaan wilayah kegiatan manajemen pendidikan. Melalui pengelolaan sekolah yang efektif dan efisien diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu pengajaran secara keseluruhan.
Tujuan pendidikan
Pembelajaran Yang Berkualitas a. Meningkatkan kualitas belajar siswa
Tidak mengherankan jika lembaga-lembaga ikut serta dalam pengajaran, karena lembaga-lembaga tersebut merespons untuk memperdalam pemahaman terhadap beragam mata pelajaran. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah mengapa sekolah kalah dalam meningkatkan pemahaman mata pelajaran bagi siswanya dibandingkan dengan lembaga asuh? Ini yang menjadi dilema sistem pendidikan kita. Sangat jeli. Tugas utama seorang guru profesional adalah mengenalkan konsep dasar mata pelajaran yang dipelajari, dimulai dari sisi yang paling mudah dan menarik.
Guru yang benar-benar menguasai materi pelajaran tentu akan mencari banyak cara agar siswanya memahami materi pelajaran dan membuat metafora jika diperlukan, terutama untuk mata pelajaran yang bersifat abstrak. Pada saat kegiatan pembelajaran hendaknya guru mulai mengeksplorasi penguasaan materi pelajaran, misalnya melalui kuis, cuplikan atau pertanyaan acak lainnya.
Hasil Belajar Siswa a. Hasil belajar
Begitu pula dengan penetapan batasan pada istilah hasil panen, hasil penjualan, pengembangan, termasuk hasil pembelajaran. Dalam konteks demikian, hasil belajar adalah hasil proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan melestarikan lingkungan alam, siswa akan belajar dengan tenang sehingga akan meningkatkan prestasi akademik siswa.
Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat bergantung pada tujuan pendidikan. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar sudah efektif dalam mencapai hasil pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan kognisi meliputi aktivitas mulai dari menerima rangsangan sensorik dari luar, penyimpangan dan pengolahan di otak terhadap informasi hingga mengingat kembali informasi ketika diperlukan untuk memecahkan masalah.
Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkatan yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, pengorganisasian dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara berjenjang dari tingkat yang paling sederhana sampai yang tertinggi dan paling kompleks. Hasil belajar diurutkan dari tingkat hasil belajar yang paling rendah dan paling sederhana sampai dengan tingkat hasil belajar yang paling tinggi dan paling kompleks.
Hasil belajar diukur untuk mengetahui tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk keperluan pengukuran hasil belajar, domain disusun secara hierarkis dalam tingkatan mulai dari yang terendah dan paling sederhana hingga yang tertinggi dan paling kompleks.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis sekolah diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi (wewenang dan tanggung jawab) yang lebih besar kepada sekolah, memberikan keleluasaan, keleluasaan bagi sekolah dan mendorong partisipasi langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, pegawai) dan masyarakat (orang tua). ). siswa). Otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dan sumber pendanaan dengan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan lokal. Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat nasional dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dituangkan dalam GBHN.
Meningkatkan mutu sekolah dengan memperkuat pemberdayaan melalui kemandirian, kreativitas, inisiatif dan inovasi dalam pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya sekolah. Dengan otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi MBS sesuai kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru dengan lebih baik sehingga dapat lebih fokus pada tugasnya. Manajemen sekolah yang menawarkan keleluasaan dalam menjalankan sekolah mempunyai potensi besar dalam pembentukan kepala sekolah, guru, dan pengelola sistem pendidikan yang profesional.
Untuk itu partisipasi masyarakat diperlukan dan ini merupakan aspek penting dalam manajemen berbasis sekolah, orang tua dan masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengambil berbagai keputusan. Manajemen berbasis sekolah memerlukan perubahan perilaku pimpinan sekolah, guru dan staf administrasi dalam mengoperasikan sekolah. Ciri-ciri MBS antara lain dapat dilihat dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, manajemen personalia, serta pengelolaan sumber daya dan administrasi.
Memilih dan melatih guru dan tokoh masyarakat yang terlibat langsung dalam penerapan tata kelola sekolah. Penyelenggaraan MBS akan berhasil dan sukses apabila didukung oleh tenaga profesional dalam operasional sekolah, tersedianya dana yang cukup bagi sekolah untuk mampu menggaji pegawai sesuai fungsinya, tersedianya sarana prasarana yang memadai untuk menunjang proses belajar mengajar, serta dukungan yang kuat dari masyarakat (orang tua). tinggi. b) model MBS. Upaya kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolah terhadap hasil belajar siswa.
Upaya Kepala Sekolah dalam Menjalankan Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini, yaitu; Pengembangan kurikulum harus memenuhi kebutuhan siswa. Bagaimana mengembangkan kemampuan manajemen untuk menyajikan kurikulum kepada peserta didik seefektif dan seefisien mungkin dengan memperhatikan sumber daya yang ada. Sekolah yang berhasil menerapkan manajemen berbasis sekolah adalah SMP Negeri 5 Bissappu Kabupaten Bantaeng.
Penulis menelusuri sekolah tersebut dan sekolah tersebut menerapkannya secara efektif karena mencapai peningkatan mutu pendidikan, dibandingkan dengan SMP PGRI di Kabupaten Bantaeng. SMP Negeri 5 Bissappu Kabupaten Bantaeng melaksanakan STC dengan efektif karena kepala sekolah mampu mengelola sekolah dengan sebaik-baiknya, meskipun sekolah tersebut baru berdiri 5 tahun namun sekolah tersebut memiliki fasilitas yang lengkap. Misalnya laboratorium komputer, laboratorium IPA, perpustakaan dan lain sebagainya agar siswa SMP Negeri 5 Bissappu Kabupaten Bantaeng memanfaatkan fasilitas yang ada agar hasil belajar siswa meningkat.
Kerangka Fikir
Hipotesis Penelitian
Jenis Penelitian
Variabel dan desain penelitian
Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan fenomena sebenarnya dari objek yang diteliti yaitu penerapan manajemen berbasis sekolah dalam pembelajaran siswa sekolah menengah PGRI di Kabupaten Bantaeng.
Populasi dan Sampel
Definisi Operasional Variabel
Teknik Pengumpulan Data
Penulis akan melakukan wawancara kepada kepala sekolah di SMA PGRI Wilayah Bantaeng untuk memperoleh informasi segala hal yang berkaitan dengan penerapan manajemen sekolah dalam pembelajaran siswa. Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mencatat data-data yang ada, yaitu data pelaksanaan manajemen sekolah dalam pembelajaran siswa di SMA PGRI Kabupaten Bantaeng.
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Untuk item “setelah diterapkannya MBS di sekolah ini, sekolah tidak berusaha untuk meningkatkan siswanya” dari 30 responden yang sangat setuju, tidak ada atau 0%, 1 orang menjawab setuju atau 3,33%, 4 orang menjawab tidak yakin . atau 13,33%, dan yang menjawab kurang setuju sebanyak 25 orang atau 83,33%. Untuk item “penyelenggaraan MBS akan efektif dan efisien apabila didukung oleh tenaga profesional dalam menjalankan sekolah”. Untuk item 'peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak harus didukung oleh kemampuan kepemimpinan direktur sekolah.
Intinya “untuk melaksanakan MBS secara efektif dan efisien, guru perlu kreatif dan meningkatkan pengelolaan kelas”. 28 orang menjawab sangat setuju atau 93,33%, 1 orang menjawab setuju atau 3,33%, 1 orang menjawab kurang yakin atau 3,33% dan tidak ada yang menjawab kurang setuju atau 0%. Maksudnya “tugas seorang guru adalah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya melalui proses belajar mengajar”.
Untuk butir “tanggung jawab siswa sebagai pelajar adalah belajar dengan baik, menyelesaikan tugas sekolah, disiplin dan mentaati peraturan sekolah”. Untuk item “melalui pendidikan, guru hendaknya dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir siswanya”. Untuk butir “tugas kemanusiaan seorang guru adalah tugas membantu siswa memenuhi tugas pokok dan kemanusiaannya dengan sebaik-baiknya di masa yang akan datang”. Dari 30 responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 orang menjawab atau 16,67%, 20 orang menjawab setuju atau 66,67%, 5 orang menjawab ragu-ragu atau 16,67% dan tidak ada yang menjawab tidak setuju atau 0%.
Poin 1, MBS telah diterapkan di sekolah ini (SMP PGRI Kabupaten Bantaeng) dengan kategori sangat setuju. Butir 14, tugas guru adalah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa melalui proses belajar mengajar, dengan kategori sangat setuju. Butir 17 Tanggung jawab siswa sebagai siswa adalah belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang diberikan kepadanya, disiplin dan menaati peraturan sekolah, dengan kategori sangat setuju.
Pembahasan
Terlepas dari pernyataan tersebut, E Mulyasa (2004:24) mengatakan bahwa MBS merupakan suatu bentuk reformasi pendidikan yang menawarkan sekolah untuk memberikan pendidikan yang lebih baik dan memadai kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa otonomi dalam manajemen merupakan potensi sekolah untuk meningkatkan kinerja pegawai, menawarkan partisipasi langsung kepada kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Menurut Nanang Fatah (2003: 8), MBS mengatakan bahwa MBS adalah suatu pendekatan kebijakan yang bertujuan untuk mendesain ulang manajemen sekolah dengan memberdayakan pimpinan sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kinerja sekolah, yang meliputi guru, siswa, komite sekolah, orang tua dan masyarakat. .
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam pembelajaran siswa SMA PGRI Kabupaten Bantaeng sudah memadai meskipun belum mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, SMA PGRI Kabupaten Bantaeng diharapkan melakukan upaya peningkatan kompetensi guru dan perbaikan lingkungan belajar. Diharapkan kepada Kepala Sekolah SMA PGRI Kabupaten Bantaeng untuk melakukan pengawasan terhadap para guru terkait kelengkapan peralatan mengajar.