SERTIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
A. Latar Belakang
Indonesia telah sepakat untuk turut serta, memasuki babak baru yang dikenal dengan globalisas. Indonesia memasuki globalisasi sejak dimulainya Asean Free Trade Area (AFTA) pada Januari 2003 dan berlanjut dengan Free Trade Area (FTA) Asean-China yang berlaku pada tanggal 1 Januari 2010. Saat ini Indonesia juga bersiap untuk memasuki ASEAN Economic Community (AEC) yang merupakan integrasi regional negara ASEAN, dengan tujuan meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan dipasar dunia, mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota Asean. AEC disepakati pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura Novemer 2007 silam.
KTT ini menghasilkan AEC Blueprint, sebagai acuan negara anggota dalam mengimplementasikan koitmen AEC yang ditargetkan tercapai pada tahun 2015.
Globalisasi membuka peluang bagi kita untuk berkiprah didunia dimanapun kita kehendaki, pada sisi lain “rumah kita Indonesia” menjadi terbuka bagi bangsa-bangsa lain. Dengan demikian globalisasi menimbulkan persaingan pada berbagai bidang, bukan hanya pada bidang ekonomi tetapi hampir pada semua sektor dan sendi kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.
1
Prof. Muhammad Ali menyatakan “ kunci kemenangan suatu negara dalam kompetisi era global adalah kemampuannya mengelola dan memberdayakan SDM dalam menguasai sains dan teknologi.
(http://beritapendidikan.com.15-01-2014), pada sisi lain kemampuan mengelola dan memberdayakan SDM di Indonesia tampaknya masih belum seperti yang diharapkan, hal ini dapat kita lihat dari hasil penelitian badan- badan dunia seperti United Nation Development Program (UNDP), United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) dan Wordl Economic Forum. Ketiga badan dunia tersebut menempatkan Indonesia pada posisi yang rendah untuk Indeks Pengembangan Manusia, Education development index (EDI) dan peringkat daya saing. Peringkat yang rendah ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah
Organisasi memerlukan keunggulan untuk tetap dapat bertahan diindustri dimana ia berada, demikian juga organisasi pendidikan memerlukan kinerja unggul untuk dapat bertahan dan bersaing. Kinerja organisasi akan ditentukan oleh kinerja sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Dalam organisasi pendidikan, sumber daya manusia yang utama adalah guru dan dosen.
Komponen esensial dalam sistem pendidikan di sekolah/perguruan tinggi adalah Guru dan Dosen, Peranan, tugas, dan tanggungjawab mereka sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia, meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut, diperlukan guru dan dosen yang profesional.
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan guru dan dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Bab 1 Pasal 1 ayat 2). Sementara itu, profesional dinyatakan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %.
Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan program sertifikasi. Dengan adanya program sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru/dosen akan meningkat dan pada gilirannya mutu pendidikan nasional akan meningkat pula.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang akan menjadi fokus pembahasan dalam tulisan ini, adalah apakah upaya pemerintah melaksanakan program sertifikasi merupakan jawaban untuk peningkatan mutu pendidikan
C. Pembahasan.
1. Mutu Pendidikan Nasional
Mutu pendidikan nasional yang tercermin dalam kompetensi lulusan satuan-satuan pendidian dipengaruhi oleh berbagai komponen seperti proses, isi, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
Mutu pendidikan dicerminkan oleh kompetensi lulusan yang dipengaruhi oleh kualitas proses dan isi pendidikan. Pencapaian kompetensi lulusan yang memenuhi standar harus didukung oleh isi dan proses pendidikan yang juga memenuhi standar. Perwujudan proses pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, kualitas pengelolaan, ketersediaan dana, dan sistem penilaian yang valid, obyektif dan tegas. Oleh karena itu perwujudan pendidikan nasional yang bermutu harus didukung oleh isi dan proses pendidikan yang memenuhi standar, pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi agar berkinerja optimal, serta sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan yang memenuhi standar.
Kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya guru, selain ditentukan oleh kualifikasi akademik dan kompetensi juga ditentukan oleh kesejahteraan, karena kesejahteraan yang memadai akan memberi motivasi kepada guru agar melakukan tugas profesionalnya secara sungguh-sungguh.
Kesungguhan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan sangat menentukan perwujudan pendidikan nasional yang bermutu, karena selain berfungsi sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, guru juga berfungsi sebagai pembimbing kegiatan belajar peserta didik dan sekaligus sebagai teladan bagi peserta didiknya, baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.
Selain ditentukan oleh kinerja guru, upaya peningkatan mutu pendidikan nasional juga akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan penilaian yang valid, obyektif dan tegas, baik penilaian oleh guru dan satuan
pendidikan maupun penilaian oleh pemerintah. Khusus penilaian oleh guru dan satuan pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan, karena selain bertujuan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan, juga bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam rangka memelihara kontinuitas proses belajar peserta didik.
Jika kita mencermati UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, jelas bahwa undang-undang tersebut berintikan peningkatan kesejateraan guru yang ditandai oleh adanya tunjangan khusus, tunjangan fungsional dan tunjangan profesi pendidik. Namun harus disadari bahwa peningkatan kesejahteraan guru yang diamanatkan undang-undamg ini bukan merupakan tujuan, tetapi lebih sebagai instrumen untuk meningkatkan kinerja guru agar berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional. Peningkatan kesejahteraan bagi guru yang telah memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi akan berfungsi meningkatkan kinerja, tetapi peningkatan kesejahteraan bagi guru yang kualifikasi akademik dan kompetensinya belum memenuhi standar sulit diharapkan untuk berdampak terhadap peningkatan kinerja sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, khusus untuk tunjangan profesi pendidik hanya akan diterima oleh guru profesional yang ditandai dengan kepemilikan sertifikat profesi guru melalui program sertifikasi.
2. Apakah Yang dimaksudkan dengan Sertifikasi Guru ?
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru.
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetesi, dan sertifikat pendidik. Kualifikasi akademik guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (S1/D-IV). Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam UU GD Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi.
Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru yaitu berupa pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang memiliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku untuk semua guru, baik guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta).
3. Apakah lulusan LPTK tidak profesional sebagai Guru ?
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga yang menghasilkan guru. Lulusan LPTK dianugrahi gelar Sarjana Pendidikan (S.pd), asumsi masyarakat mereka pastilah seorang guru yang profesional. Namun pada kenyataan hal tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini ditandai oleh adanya lulusan LPTK yang belum Memiliki kualitas sebagai seorang guru yang profesional.
Kemudian menjadi sorotan masyarakat adalah kenapa lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dapat menghasilkan tenaga kependidikan yang kurang bermutu dan tidak menghasilkan guru yang handal dan profesional.
Salah satu penyebabnya adalah adanya anggapan bahwa lulusan LPTK (S.Pd) yang mengajar otomatis adalah guru yang professional, anggapan ini kurang tepat sebab SPd. adalah gelar akademik, bukan gelar profesi. (M Nuh, Mendikbud, 12/2/2014). Lebih lanjut M.Nuh menyatakan, hal ini sama dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.) yang belum menunjukkan kualifikasi seseorang sebagai dokter, begitu juga halnya dengan sarjana farmasi, tidak identik dengan apoteker.
Dengan demikan lulusan LPTK wajib memiliki sertifikat untuk dapat mengajar secara profesional
4. Landasan Hukum Sertifikasi Guru
Beberapa landasan hukum untuk penyelenggaraan sertifikasi guru ini adalah sebagai berikut :
1. UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional :
a. Pasal 42 ayat (1), Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Pasal 43 ayat (2), Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
2. UU RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
a. Pasal 8, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3. Peraturan Mendiknas RI No 18 Tahun 2007 : Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan
4. Keputusan Mendiknas Nomor 057/O/2007 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan yang sedang dalam proses perubahan Kepmendiknas yang baru
4. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru
Terdapat setidaknya tiga tujuan sertifikasi guru yaitu untuk :
(1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) peningkatan proses dan mutu hasil pendidikan, dan
(3) peningkatan profesionalitas guru.
Adapun manfaat sertifikasi guru dapat dirinci sebagai berikut:
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
c. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
d. Meningkatkan kesejahateraan guru.
5. Apakah Sertifikasi Menjamin Peningkatan Kualitas Guru ?
Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua fihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas.
Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai kualitas.
6. Sertifikasi Guru Dengan Penilaian Portofolio
Pelaksanaan sertifikasi guru dimulai pada tahun 2007 berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional guru. Standar profesioanal guru tercermin dari uji kompetensi. Uji kompetensi dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio.
Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profeisonal guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Sertifikasi guru dalam bentuk penilaian portofolio ini menimbulkan polemik. Banyak pengamat pendidikan yang menyangsikan keefektifan pelaksanaan sertifikasi dalam rangka meningkatkan kinerja guru. Bahkan ada yang berhipotesis bahwa sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan kinerja guru, apalagi dikaitkan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio tidak akan berdampak sama sekali terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional terasa akan menjadi kenyataan bila dibandingkan dengan pelaksanaan sertifikasi di beberapa negara maju, khusunya dalam bidang pendidikan. Hasil studi Educational Testing Service (ETS) yang dilakukan di delapan negara menunjukkan bahwa pola-pola pembinaan profsesionalisme guru di negara-negara tersebut dilakukan dengan sangat ketat (Samami dkk., 2006:34).
Sebagai contoh, Amerika Serikat dan Inggris yang menerapkan sertifikasi secara ketat bagi calon guru yang baru lulus dari perguruan tinggi.
Di kedua negara tersebut, setiap orang yang ingin menjadi guru harus mengikuti ujian untuk memperoleh lisensi mengajar. Ujian untuk memperoleh lisensi tersebut terdiri dari tiga praksis, yaitu tes keterampilan akademik yang dikenakan pada saat seseorang masuk program penyiapan guru, penilaian terhadap penguasaan materi ajar yang diterapkan pada saat yang bersangkutan mengikuti ujian lisensi, dan penilaian performance di kelas yang diterapkan pada tahun pertama mengajar.Mereka yang memiliki lisensi mengajarlah yang berhak menjadi guru.
7. Sertifikasi Guru melalui PLPG
Melengkapi dan menyempurnakan sertifikasi dengan portofolio, pemerintah mejalankan program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang merupakan pola sertifikasi dalam bentuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon LPTK untuk memfasilitasi terpenuhinya standar kompetensi guru peserta sertifikasi.
Beban belajar PLPG adalah 90 jam pembelajaran dengan waktu 10 hari dan dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan dan workshop. PLPG menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) dengan meminimalkan ceramah. Perkuliahan dilaksanakan untuk penguatan materi bidang studi, model-model pembelajaran, dan karya ilmiah. Workshop dilaksanakan untuk mengembangkan dan mengemas perangkat pembelajaran serta menulis karya ilmiah. Pada akhir PLPG dilaksanakan uji kompetensi.
Peserta sertifikasi pola PLPG adalah guru yang bertugas sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor, serta guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memilih: (1) sertifikasi pola PLPG, (2) pola PF yang berstatus tidak mencapai
passing grade penilaian portofolio atau tidak lulus verifikasi portofolio (TLVPF), dan (3) PSPL yang berstatus tidak memenuhi persyaratan (TMP) tetapi lulus Uji Kompetensi Awal (UKA).
8. Sertifikasi Guru melalui PPG
Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan yang selanjutnya disebut Program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S-1 Kependidikan dan S-1 / D-IV Non Kependidikan agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan (Permendiknas No. 8 Tahun 2009 tentang PPG).
Dari pengertian ini jelas bahwa PPG lebih diarahkan untuk para sarjana profesional untuk bisa memiliki sertifikat pendidik agar bisa menjadi guru dan tenaga pengajar lainnya sesuai yang disyaratkan oleh pemerintah. PPG juga dapat di ikuti oleh guru dalam jabatan dengan persyaratan tertentu. Secara rinci yang dapat menjadi calon peserta program PPG adalah ;
S- 1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh;
S- 1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
S- 1/ D- IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
S- 1/ D- IV Non Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
S- 1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan menempuh matrikulasi.
Ada dua tujuan dari program PPG yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum program PPG adalah Menghasilkan guru yang memiliki kemampuan mewujudkan fungsi pendidikan nasional , yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memiliki kemampuan mewujudkan tujuan bangsa, dan memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan khusus PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, menilai pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik, serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
9. Perbedaan program PLPG dan PPG
Pada dasarnya program PPG dan PLPG) sama-sama merupakan program untuk meningkatkan kualitas dalam kompetensi guru di bidangnya masing-masing sehingga menjadi tenaga yang profesional yang dibuktikan dengan mendapat sertifikat sebagai pendidik (sertifikasi).
Perbedaan diantara keduanya adalah PLPG hanya dapat diikuti oleh guru dalam jabatan yang statusnya sebagai guru PNS maupun guru tetap yayasan (GTY). Sedangkan PPG dapat diikuti oleh guru pra jabatan, yaitu mereka yang telah mengajar sebagai guru namun belum memiliki status sebagai PNS maupun GTY. Perbedaan lain adalah pada PLPG, guru hanya membutuhkan 100 jam tatap muka selama 10 hari. Sementara program PPG akan ditempuh selama dua semester. Kecuali, guru PAUD, TK dan SD PPG hanya butuh satu semester. Dengan program PPG ini diharapkan kompetensi dan profesionalisme guru benar-benar lebih terjamin dibandingkan melalui PLPG yang pelaksanaannya tak sampai dua minggu,
Secara penuh program PPG baru akan diselenggaeakan pada tahun 2015, hal ni berarti pada tahun 2015 PPG akan menjadi satu-satunya program untuk mendapatkan sertifikasi. Program PPG yang saat ini srdang berlangsung adalah program PPG-SM3T. Program ini ditujukan bagi mereka
yang telah mengikuti Program Sarjana Mengajar di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (SM3T) yang dilaksanakan selama satu tahun. .
D. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut;
Pelaksanaan sertifikasi guru merupakan komitmen pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional, untuk mengimplementasikan amanat Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Keberhasilan pelaksanaan sertifikasi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, juga menjadi harapan nyata bagi pembangunan pendidikan, dan pembangunan guru yang profesional menuju pembangunan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”.
Program sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kesejahteraannya yang berujung pada peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan. Keberhasilan pelaksanaan sertifikasi guru sangat bergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguh-sungguh dari segenap unsur pelaksana program.
Program pelaksanaan sertifikasi telah dimulai sejak tahun 2007 yaitu pemberian sertifikat dengan uji kompetensi melalui portofolio. Program ini menimbulkan polemik dan dirasakan kurang bermanfaat untuk meningkatkan profesionalisme guru karena guru tidak mendapat tambahan pengetahuan dan keterampilan baru,
Program sertifikasi berikutnya dilakukan melalui program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Pada program ini peserta yang merupakan guru dalam jabatan diberikan pelatihan selama 100 jam dalam 10 hari Pada akhir PLPG dilaksanakan uji kompetensi. Program ini dirasakan lebih bermanfaat dibandingkan dengan sertifikasi melalui portofolio
Program sertifikasi berikutnya dilakukan melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG). PPG bersifat lebih terbuka karena ditujukan bagi sarjana kependidikan maupun non kependidikan yang ingin menjadi guru, Program ini berlangsung selama dua semester atau satu tahun. Pada semester pertama peserta mengikuti perkuliah dan pada semester dua peserta diharuskan untuk praktek mengajar pada sekolah-sekolah yang menjadi mitra.
E. Saran-saran
Berdasarkan program sertifikasi guru yang telah berjalan maka tampaknya PPG akan menjadi bentuk akhir yang akan dijalankan pemerintah dalam kerangka sertifikasi guru, beberapa saran penulis sampaikan sebagai berikut;
Perlu dirancang secara hati-hati pola pembiayaan untuk ptogram PPG ini, karena program ini akan berjalan selama satu tahun, diharapkan peserta tidak/sesedikit mungkin memikul beban biaya. Perlu di ingat program sertifikasi pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan guru, maka jangan sampai program ini malah akan menurunkan tingkat kesejahteraan mereka
Perlu di perhatikan efek psikologis program ini bagi sarjana lulusan LPTK.
Minat menjadi guru saat ini memang mulai berkembang, terbukti dari banyaknya lulusan SMA yang ingin masuk LPTK agar dapat menjadi guru, maka jangan sampai minat tersebut kembali meredup, saran kami untuk sarjana kependidikan program PPG cukup ditempuh dalam waktu satu semester (6 bulan)
Perlu diperjelas status lulusan PPG, apakah mereka otomatis menjadi pegawai negeri sipil (PNS) sehingga program PPG juga berfungsi sebagai progam pra jabatan.
Daftar Isi
Hal
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A Latar Belakang 1
B Permasalahan 3
C Pembahasan
1. Mutu Pendidikan Nasional 3
2. Apakah Yang dimaksudkan dengan Sertifikasi Guru ? 5 3. Apakah lulusan LPTK tidak profesional sebagai Guru ? 6
4. Landasan Hukum Sertifikasi Guru 7
5. Apakah Sertifikasi Menjamin Peningkatan Kualitas Guru ? 8 6. Sertifikasi Guru Dengan Penilaian Portofolio 8
7. Sertifikasi Guru melalui PLPG 10
8. Sertifikasi Guru melalui PPG 10
9. Perbedaan program PLPG dan PPG 12
D Kesimpulan 12
E Saran-saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
Daftar Pustaka
Ali Idrus, 2006, Analisis kebijakan sertifikasi guru dan dosen, makalah tidak dipublikasikan, FKIP Universitas Jambi.
BSNP. Standar Kualiifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta, BSNP 2007
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tenaga pendidik dan Dosen. Jakarta : Depdiknas.
Ditjend PMPTK dan World Bank, The Teacher Certification Impact Evaluation, Preliminery Base Line Survay Result Jakarta, Ditjend PMPTK 2010
Djauzak, Ahmad, Peningkatan Mutu Pendsdikan Sebagai Sarana Pembangunan Bangsa, Jakarta: Balai Pustaka, 2004
Sutjipto, 2005 Standarisasi Pengembangan Dan Pelayanan Pendidikan Tenaga Kependidikan, makalah seminar FIP/JIP se Indonesia, Bukit Tinggi september 2005.
………. (http://nasional.sindonews.com/sertifikasi-guru-hanya-lewat-ppg)
……….. http://www.biosanjaya.com/2013/03/ppg-sertifikasi
………. ttp://edukasi.kompas.com/read/2013/10/21/1851014/Lewat.SMT Semangat.Mengabdi.Membangun.Negeri.
MAKALAH
SERTIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
Corry Yohana
1
1 Dosen FE UNJ
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2014
Abstrak
Saat ini, Indonesia seperti halnya negara lain tidak dapat melepaskan atau menutup diri dari negara lain. Situasi ini kita kenal dengan istilah globalisasi. Globalisasi membuka peluang Indonesia untuk berkiprah didunia dimanapun kita kehendaki, pada sisi lain “rumah kita Indonesia” menjadi terbuka bagi bangsa-bangsa lain. Dengan demikian globalisasi menimbulkan persaingan pada berbagai bidang, bukan hanya pada bidang ekonomi tetapi hampir pada semua sektor dan sendi kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.
Kunci kemenangan suatu negara dalam kompetisi era global adalah kemampuannya mengelola dan memberdayakan SDM dalam menguasai sains dan teknologi. Untuk memberdayakan SDM diperlukan pendidikan yang berkualitas. Sementara pendidikan di Indonesia berdasarkan penelitian badan-badan dunia seperti UNDP, UNESCO) dan WEF menempatkan Indonesia pada posisi yang rendah, yang berarti juga mutu pendidikan Indonesia yang rendah.
Komponen esensial dalam sistem pendidikan di sekolah adalah Guru, hal ini berarti peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari peningkatan mutu guru dan kesejahteraan mereka. Salah satu bentuk upaya pemerintah untuk menngkatkan mutu guru dan kesejahteraan mereka adalah dengan pemberian sertifikasi yang akan menjadi suatu bukti bahwa guru tersebut professional dan berhak untuk mendapat tunjangan atas profesionalitas mereka.
Tulisan ini mencoba mengetengahkan upaya-upaya pemerintah meningkatkan mutu pendidikan melalui sertifikasi..
Abstract
Currently, Indonesia as well as other countries can not detach or shut down from another country. The situation we are familiar with the term globalization. Globalization opened up opportunities Indonesia to take part in the world wherever we want, on the other side "of our home Indonesia" be open to other nations. Thus globalization raises competition in various fields, not only in economics but in nearly all sectors and walks of life, including in the field of education
The key to the victory of a country in the era of global competition is its ability to manage and empowering human resources in science and technology to master. To empowering human resources, required quality education. While education in Indonesia, research based international agencies such as UNDP, UNESCO) and the WEF ranks Indonesia is low, which means also the low quality of education in Indonesia.
Essential component in the education system in schools is teacher, this means improving the quality of education is inseparable from improving the quality of teachers and their welfare. One form of government efforts for scaling up the quality of teachers and their welfare is by providing of certification that will be a proof that the professional teacher and is entitled to receive the allowance for their professionalism.
This paper attempts to set forth the government's efforts to improve the quality of education through certification.