MAKALAH SETENGAH PUTARAN
Dosen Pengampu : 1. Drs. M. Coesamin, M. Pd.
2. Dr. Wayan Rumite, M. Si.
Kelompok 5 Nama Anggota Kelompok :
Jihan Muthia Az-zahra 2313021001 Deni Lestari 2313021078 Fauza Azillatin 2313021026 Azzahra Paramita 2313021049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG 2024
ii DAFTAR ISI
PEMBAHASAN ... 1 DAFTAR PUSTAKA ... 8
1
PEMBAHASAN A. Pengertian Setengah Putaran
Setengah Putaran mengelilingi sebuah titik adalah suatu involusi. Suatu setengah putaran mencerminkan setiap titik bidang pada sebuah titik tertentu sehingga disebut juga pencerminan pada suatu titik.
Involusi: Transformasi yang inversnya dirinya sendiri.
Definisi 6.1
Sebuah setengah putaran pada suatu titik 𝐴 adalah suatu padanan 𝑆A yang didefinisikan untuk setiap titik pada bidang sebagai berikut :
a. Apabila 𝑃≠𝐴𝐴 maka 𝑆A(𝑃)=𝑃′ sehingga 𝐴 titik tengah ruas garis 𝑃𝑃′̅̅̅̅̅
b. 𝑆A=𝐴
Pembuktian Definisi 6.1
Setengah putaran adalah suatu transformasi Bukti:
Akan dibuktikan 𝑆A Bijektif.
Untuk membuktikan 𝑆A Bijektif maka harus dibuktikan terlebih dahulu 𝑆A Surjektif dan Injektif.
a. Akan dibuktikan 𝑆A Surjektif
Untuk menunjukkan 𝑆A Surjektif, akan ditunjukkan ∃𝑃′ ∈ 𝑉 ∋ 𝑆A (𝑃)=𝑃′
Ambil sebarang 𝑃′∈ 𝑉 𝑃′ ∈ 𝑉 ∋ 𝑃′= 𝑆A (𝑃)
jika 𝑃=𝐴, maka 𝑆A (𝐴)= 𝐴′ = 𝐴 Jadi, ∀ 𝑃′ ∈ 𝑉 ∃ 𝑃′ =𝑃 = 𝑆A (𝑃) Jika
𝑃≠𝐴 maka A menjadi sumbu ruas garis 𝑃𝑃′̅̅̅̅̅, berarti 𝑆A (𝑃)=𝑃′
Jadi, 𝑆A Surjektif
b.
Akan dibuktikan 𝑆A Injektif Misal 𝐵1 ≠ 𝐵2Kasus I 𝐵1 = 𝐵2 = 𝐴
Untuk 𝐵1 = 𝐴 maka 𝑆A=(𝐵1) = 𝐵1 = 𝐵1′………..(1) Untuk 𝐵2 = 𝐴 maka 𝑆A=(𝐵2) = 𝐵2 = 𝐵2′………..(2)
2
Dari (1) dan (2) maka dapat diperoleh 𝑆A(𝐵1) ≠ 𝑆A(𝐵2) Kasus II
𝐵1 ≠ 𝐵2 ≠ 𝐴
Ambil sebarang 𝐵1, 𝐵2 ∈ 𝑉 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵1 ≠ 𝐵2 𝐵1 ≠ 𝐴, 𝐵2 ≠ 𝐴, 𝐵2, 𝐵2, 𝐴 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 Sehingga 𝑆A(𝐵1) = 𝐵1′ dan 𝑆A(𝐵2) = 𝐵2′ Andaikan 𝑆A(𝐵1) = 𝑆A(𝐵2)
Karena 𝑆A(𝐵1) = 𝑆A(𝐵2)
Maka 𝐵1′ = 𝑆A(𝐵1) = 𝑆A(𝐵2) = 𝐵2′ Sehingga diperoleh 𝐵1′ = 𝐵2′ dan 𝐵1 = 𝐵2
Menurut teorama, “Melalui dua titik hanya dapat dibuat satu garis”
Ini kontradiksi dengan pernyataan bahwa 𝐵1 ≠ 𝐵2
Pengandaian 𝐵1 ≠ 𝐵2 maka 𝑆A(𝐵1) = 𝑆A(𝐵2) tidak benar.
Jadi, 𝑆A(𝐵1) ≠𝑆A(𝐵2) Jadi 𝑆A Injektif
Dari (a) dan (b) maka diperoleh 𝑆A Surjektif dan 𝑆A Injektif Karena 𝑆A Surjektif dan 𝑆A Injektif, maka 𝑆A Bijektif Karena 𝑆A Bijektif, maka 𝑆A adalah suatu transformasi.
Jadi, terbukti bahwa suatu setengah putaran adalah transformasi.
Teorema 6.1
Andaikan 𝐴 sebuah titik, 𝑔 dan ℎ dua garis tegak lurus yang berpotongan di 𝐴. Maka 𝑆𝐴 = 𝑀𝑔𝑀ℎ
Bukti :
Diketahui 𝐴 sebuah titik, 𝑔 dan ℎ dua garis tegak lurus yang berpotongan di 𝐴.
a. Kasus 𝐼 : 𝑃 ≠ 𝐴
Karena 𝑔 ⊥ ℎ maka dapat dibentuk sebuah sistem sumbu orthogonal dengan 𝑔 sebagai sumbu-𝑥 dan ℎ sebagai sumbu-𝑦. 𝐴 sebagai titik asal. Ambil titik 𝑃 ∈ 𝑉 Perhatikan gambar berikut
3
Ditunjukkan bahwa untuk setiap 𝑃 berlaku 𝑆𝐴(𝑃) = 𝑀𝑔𝑀ℎ(𝑃) Andaikan 𝑃(𝑥, 𝑦) ≠ 𝐴 dan 𝑆𝐴(𝑃) = 𝑃′′ (𝑥1𝑦1)
Karena 𝑆𝐴(𝑃) = 𝑃′′ maka titik tengah 𝑃𝑃′ sehingga (0,0) = (𝑥1+𝑥
2 ,𝑦1+𝑦
2 )
Diperoleh 𝑥1+ 𝑥 = 0 ⟺ 𝑥1 = −𝑥 dan 𝑦1+ 𝑦 = 0 ⟺ 𝑦1 = −𝑦 Artinya 𝑆𝐴(𝑃) = (−𝑥, −𝑦) ………..…(1) Komposisi pencerminan
𝑀𝑔𝑀ℎ(𝑃) = 𝑀𝑔[𝑀ℎ(𝑃)]
= 𝑀𝑔(−𝑥, 𝑦) = (−𝑥, 𝑦)
Artinya 𝑀𝑔𝑀ℎ(𝑃) = (−𝑥, 𝑦)……….(2) Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh −𝐴(𝑃) = 𝑀𝑔𝑀ℎ(𝑃) Jadi, 𝑆𝐴 = 𝑀𝑔𝑀ℎ
b. Kasus II : 𝑃 = 𝐴
Menurut Definisi, 𝑆𝐴(𝐴) = 𝐴 ………..(1) 𝑀𝑔𝑀ℎ(𝐴) = 𝑀𝑔(𝐴) = 𝐴 ……….………….. (2) Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh 𝑆𝐴(𝐴) = 𝑀𝑔𝑀ℎ(𝐴) Jadi, 𝑆𝐴 = 𝑀𝑔𝑀ℎ
Dari kasus I dan kasus II terbukti bahwa 𝑆𝐴 = 𝑀𝑔𝑀ℎ
Teorema 6.2
Jika 𝑔 dan ℎ dua garis yang tegak lurus maka 𝑀𝑔𝑀ℎ = 𝑀ℎ𝑀𝑔 Bukti :
4 a. Kasus I : 𝑃 ≠ 𝐴
Jika P ≠A → misal P(𝑥, 𝑦)
garis g sebagai sb Y dan garis h sebagai sb X 𝑀𝑔𝑀ℎ(𝑃) = 𝑀𝑔(𝑥, −𝑦) = (−𝑥, −𝑦)
𝑀ℎ𝑀𝑔(𝑃) = 𝑀ℎ(−𝑥, 𝑦) = (−𝑥, −𝑦) 𝑀𝑔𝑀ℎ(𝑃) = 𝑀ℎ𝑀𝑔(𝑃)
b. Kasus II : 𝑃 = 𝐴
Jika 𝑃 = 𝐴 → 𝑀𝑔𝑀ℎ(𝐴) = 𝐴 𝑀ℎ𝑀𝑔(𝐴) = 𝐴 𝑀𝑔𝑀ℎ = 𝑀ℎ𝑀𝑔
Dari kasus I dan kasus II terbukti bahwa 𝑀𝑔𝑀ℎ = 𝑀ℎ𝑀𝑔
Teorema 6.3
Jika 𝑆𝐴 setengah putaran, maka 𝑆−1𝐴 = 𝑆𝐴. Bukti :
Andaikan 𝑔 dan ℎ dua garis yang tegak lurus maka 𝑀𝑔𝑀ℎ = 𝑆𝐴 dengan 𝐴 titik potong antara 𝑔 dan ℎ.
𝑀𝑔𝑀ℎ−1= 𝑀−1ℎ𝑀−1𝑔 = 𝑆−1𝐴.
Karena 𝑀−1ℎ = 𝑀ℎ dan 𝑀−1𝑔 = 𝑀𝑔 maka 𝑀𝑔𝑀ℎ = 𝑆−1𝐴. Karena 𝑔 ⊥ ℎ, maka menurut teorema 6.3, 𝑀ℎ𝑀𝑔 = 𝑀ℎ𝑀𝑔. Sedangkan menurut teorema 6.2, 𝑆𝐴 = 𝑀𝑔𝑀ℎ
Sehingga diperoleh 𝑆−1𝐴 = 𝑀ℎ𝑀𝑔 = 𝑀ℎ𝑀𝑔 = 𝑆𝐴. Jadi, 𝑆−1𝐴 = 𝑆𝐴
5 Teorema 6.4
Jika 𝐴 = (𝑎, 𝑏) dan 𝑃 = (𝑥, 𝑦) maka 𝑆𝐴(𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑦) Bukti :
a. Kasus I : 𝑃 ≠ 𝐴
Misalkan 𝑃" = 𝑥1𝑦1 dan ( 𝑆𝐴(𝑃) = 𝑃" maka 𝐴 titik tengah 𝑃𝑃" sehingga diperoleh (𝑎, 𝑏) = ((𝑥1+𝑥
2 ) , (𝑦1+𝑦
2 )) Maka 𝑥1+𝑥
2 = 𝑎 dan 𝑦1
2 = 𝑏 sehingga diperoleh
𝑥1+𝑥
2 = 𝑎 ⟺ 𝑥1+ 𝑥 = 2𝑎 ⟺ 𝑥1 = 2𝑎 − 𝑥 ………(1)
𝑦1+𝑦
2 = 𝑏 ⟺ 𝑦1+ 𝑥 = 2𝑏 ⟺ 𝑦1 = 2𝑏 − 𝑦 ………(2) Dari persamaan (1) dan (2) maka (𝑥1, 𝑦1) = (2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑦) Karena 𝑆𝐴(𝑃) = 𝑃", maka 𝑆𝐴(𝑃) = (𝑥1, 𝑦1) = (2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑦) Jadi, 𝑆𝐴(𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑦)
b. Kasus II : 𝑃 = 𝐴
Karena 𝑃 = 𝐴, maka (𝑥, 𝑦) = (𝑎, 𝑏) artinya 𝑎 = 𝑥 dan 𝑏 = 𝑦 𝑆𝐴(𝑃) = 𝑆𝐴(𝐴) = 𝐴 = (𝑎, 𝑏)
(𝑎, 𝑏) = ((2𝑎 − 𝑎), (2𝑏 − 𝑏))
= ((2𝑎 − 𝑥), (2𝑏 − 𝑦)) Jadi, 𝑆𝐴(𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑦).
Dari (a) dan (b) terbukti bahwa 𝑆𝐴(𝑃) = (2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑦)
B. Contoh-Contoh Soal Contoh 1
Diketahui : garis 𝑔 dan titik 𝐴, 𝐴 ∉ 𝑔 Ditanya :
a. Lukisan garis 𝑔1 = 𝑆𝐴(𝑔) dan mengapa 𝑔 sebuah garis?
b. Buktikan bahwa 𝑔′//𝑔.
Jawab : a. 𝑔1 = 𝑆𝐴(𝑔)
6
Karena 𝑔 sebuah garis, maka 𝑆𝐴(𝑔) juga merupakan sebuah garis (isometri).
b. 𝑔′ ∕∕𝑔 Bukti : 𝑃 ∈ 𝑔, 𝑄 ∈ 𝑔
Karena 𝑃 ∈ 𝑔 maka 𝐴 titik tengah PP ′ dengan P ′ = 𝑆𝐴(P ) Karena 𝑄 ∈ 𝑔 maka 𝐴 titik tengah QQ ′ dengan Q ′ = 𝑆𝐴(Q ) Perhatikan ∆𝐴𝑃𝑄′ 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐴𝑄𝑃′
Untuk membuktikan bahwa 𝑔′//𝑔 maka harus ditunjukkan
∆𝐴𝑃𝑄′ 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐴𝑄𝑃′ adalah kongruen.
𝑚(< 𝑃𝐴𝑄′ ) = 𝑚(< 𝑄𝐴𝑃′ ) (sudut bertolak belakang) 𝑃𝐴 = 𝐴𝑃′ (karena A titik tengah PP ′)
𝑄′𝐴 = 𝐴𝑄 (karena A titik tengah QQ ′) Menurut definisi kekongruenan (Sd S S) Sehingga ∆𝐴𝑃𝑄′ ≅ ∆𝐴𝑄𝑃′
Karena ∆𝐴𝑃𝑄′ ≅ ∆𝐴𝑄𝑃′ maka 𝑃𝑄′ = 𝑄𝑃′
Karena 𝑃𝑄′ = 𝑄𝑃′ maka 𝑔′// 𝑔
Contoh 2
Diketahui himpunan H = {(𝑥, 𝑦)|𝑥2+ 4𝑦2 = 16} dan titik 𝐴 = {4,3} dan C= {3,1}, g adalah sumbu X.
a. selidiki apakah 𝐴 ∈ 𝑀𝑔𝑆𝑐 (𝐻) ? b. Carilah persamaan 𝑀𝑔𝑆𝑐 (𝐻) Jawab :
a. 𝐴 ∈ 𝑀𝑔𝑆𝑐 (𝐻) ↔ (𝑀𝑔𝑆𝑐 )-1(A) ∈ H
𝐴 ∈ 𝑀𝑔𝑆𝑐 (𝐻) ↔ (𝑆𝑐𝑀𝑔) (A) ∈ H (1)
7 Jika P (𝑥, 𝑦) → 𝑀𝑔(𝑃) = (𝑥, −𝑦)
𝑆𝑐(𝑃) = (2.3 − 𝑥, 2.1 − 𝑦) = (6 − 𝑥, 2 − 𝑦)
Jadi (𝑀𝑔𝑆𝑐 )-1(𝑃) = 𝑆𝑐𝑀𝑔(𝑃) = 𝑆𝑐{(𝑥, −𝑦)} = (6 − 𝑥, 2 + 𝑦) (2) (𝑀𝑔𝑆𝑐 )-1(A) = 𝑆𝑐𝑀𝑔(A) = (2, −1)
Dari (1) dan (2) diperoleh (2, −1) H berarti A 𝑀𝑔𝑆𝑐 (𝐻) (3) b. 𝑀𝑔{𝑆𝑐 (𝐻)} = 𝑀{𝑆𝑐 (𝑥2+ 4𝑦2 = 16)}
= 𝑀𝑔{(2.3 − 𝑥)2+ 4(2.1 − 𝑦)2 = 16 } = 𝑀𝑔{(6 − 𝑥)2+ 4(2 + 𝑦)2= 16 }
= (6 − 𝑥)2 + 4(2 + 𝑦)2 = 16 Pusat x= 6 dan 𝑦 = −2 Atau 𝑥2+ 4𝑦2− 12x + 16y + 36 = 0
Dari (3) :
P (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑀𝑔𝑆𝑐 (𝐻) ↔ P (𝑥, 𝑦) ∈ |{ (𝑥, 𝑦) 𝑥2+ 4𝑦2− 12x + 16y + 36 = 0}
Ini berarti 𝑀𝑔𝑆𝑐 (𝐻) = 𝑥2+ 4𝑦2 − 12x + 16y + 36 = 0
Contoh 3
Diketahui : 𝐷 = (0, −3) dan 𝐵 = (2,6) Ditanya
a. 𝑆𝐷𝑆𝐵(𝐵)
b. 𝑆𝐷𝑆𝐾(𝐾) apabila 𝐾 = (1, −4) Jawab :
a. 𝑆𝐵(𝐵) =(2.2 − 2, 2.6 − 6)
= (2,6) 𝑆𝐷𝑆𝐵(𝐵) = 𝑆𝐷(2,6)
=(2.0 − 2, 2.(-3) − 6)
= (−2, −12) b. 𝐾 = (1, −4)
𝑆𝐵(𝐾) = (2.2 − 1, 2.6 − (−4)) = (3,16)
𝑆𝐷𝑆𝐵(𝐾) = 𝑆𝐷(3,16)
= (2.0 − 3, 2. (−3) − 16)
= (−3, −22)
8
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho AA, Rahmawati ND dan Kartina. (2018). Geometri Transformasi. Semarang:
UPGRS Press.