• Tidak ada hasil yang ditemukan

sistem peradilan pidana Indonesia - Unissula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "sistem peradilan pidana Indonesia - Unissula"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Pengertian Sistem Peradilan Pidana

Menurut Kadish, pengertian sistem peradilan pidana dapat dilihat dari perspektif pendekatan normatif, manajerial, dan sosial. Sistem peradilan pidana di Indonesia merupakan penjabaran dan inkarnasi dari sistem peradilan pidana, sistem yang dikembangkan di Amerika. Dengan kata lain, sistem peradilan pidana merupakan istilah yang digunakan padanannya dengan sistem peradilan pidana.

Sistem peradilan pidana merupakan suatu istilah yang menunjukkan suatu mekanisme kerja penanggulangan kejahatan dengan menggunakan pendekatan sistem dasar. Sistem Peradilan Pidana merupakan suatu bentuk yang unik dan berbeda dengan sistem sosial lainnya.

Sejarah Sistem Peradilan Pidana

Lembaga legislatif terlibat dalam pengambilan kebijakan dan memberikan langkah-langkah hukum bagi perumusan kebijakan dan pelaksanaan program kebijakan yang telah dilaksanakan.

Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Sistem Peradilan Pidana

Robert D. Pursley membedakan tujuan sistem peradilan pidana menjadi tujuan utama dan tujuan penting lainnya. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa tujuan sistem peradilan pidana lah yang menentukan keberhasilan sistem tersebut, setiap subsistem peradilan pidana harus mempunyai persepsi yang sama terhadap tujuan tersebut. Walaupun masing-masing komponen subsistem mempunyai fungsi dan kewenangan yang berbeda-beda, namun dalam kerangka sistem peradilan pidana masing-masing subsistem mempunyai tujuan yang sama.

Jadi pada hakikatnya pembentukan sistem peradilan pidana mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan sistem internal dan tujuan eksternal. Dengan demikian, tujuan dari sistem peradilan pidana hanya tercapai bila pelaku telah diintegrasikan kembali ke dalam masyarakat, dan hidup sebagai anggota masyarakat yang taat hukum. c. Menurut Muladi, tujuan sistem peradilan pidana dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Tujuan jangka pendek, yaitu resosialisasi dan rehabilitasi pelaku harus tercapai.

MODEL-MODEL DAN BENTUK-BENTUK

Model-Model Sistem Peradilan Pidana

Dalam praktiknya, model ini mempunyai kelemahan yaitu sering terjadi pelanggaran HAM demi efisiensi. Dalam model due process ini muncul nilai-nilai baru yang sebelumnya kurang mendapat perhatian, yaitu konsep perlindungan hak individu dan pembatasan kekuasaan dalam peradilan pidana. Prinsip yang sangat penting diterapkan dalam model ini, yakni asas praduga tak bersalah.

Model ini berasumsi bahwa proses hukum dipandang bersifat memaksa, membatasi, dan merendahkan martabat manusia. Dalam pandangan Muladi, model pengendalian kejahatan kurang cocok karena model ini menganggap tindakan represif adalah hal yang paling penting dalam pelaksanaan proses peradilan pidana; Sedangkan model Due Process tidak sepenuhnya menguntungkan karena sifatnya.

Bentuk-Bentuk Sistem Peradilan Pidana

Beroperasinya sistem ini timbul dari kewenangan yang diberikan kepada partai; kapan dimulai dan berakhirnya tergantung pada aktor yang bekerja di dalamnya. Selain untuk memitigasi sistem ini, penerapannya juga terbatas, hanya di tingkat kepolisian sehingga harus diterapkan di tingkat berikutnya melalui sistem akuisitorial. Sistem ini mengharuskan pemeriksaan dilakukan secara terbuka sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dalam proses peradilan di semua tingkat pemeriksaan.

Keterbukaan sistem ini membuat ujian dapat disaksikan dan diikuti oleh siapa saja yang mau. Pelaku tindak pidana yang diperiksa bukan sebagai objek, melainkan sebagai subjek pemeriksaan yang berhak, khususnya, untuk dilindungi.

SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

Mengenal Sistem Peradilan Pidana Terpadu

KUHAP Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Penuntut umum membuat surat dakwaan apabila ia yakin bahwa berdasarkan hasil penyidikan, surat dakwaan dapat diajukan (Pasal 140 ayat 1 KUHAP). Asas legalitas mensyaratkan bahwa apabila terjadi suatu tindak pidana maka penuntut umum wajib mengadili setiap orang yang melakukan pelanggaran hukum pidana. Penuntut umum dapat mengajukan keberatan atas putusan tersebut dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari, dan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari pengadilan negeri wajib menyampaikan keberatan tersebut kepada pengadilan tinggi (Pasal 149 ayat 1 huruf d KUHAP Bertindak).

Apabila pengadilan negeri menerima permintaan revisi, maka pengadilan negeri wajib memberitahukan hal itu kepada penuntut umum. Jaksa negara bagian di Amerika, yang disebut jaksa agung, jaksa wilayah, atau pengacara negara bagian, mewakili pemerintah dalam sistem peradilan pidana di Amerika.

SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA

Asas-Asas Dan Dasar Hukum Sistem Peradilan Pidana Indonesia

Secara umum sistem peradilan pidana dapat diartikan sebagai suatu proses dimana berbagai lembaga penegak hukum bekerja melalui suatu mekanisme yang meliputi kegiatan bertahap mulai dari penyidikan, penuntutan, penyidikan pada sidang pengadilan dan pelaksanaan putusan hakim, yang dilaksanakan oleh lembaga pemasyarakatan. . Mekanisme berjalannya lembaga penegak hukum tersebut di Indonesia didasarkan pada aturan hukum acara pidana yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan aturan hukum acara pidana lainnya di luar KUHAP. Asas sistem peradilan pidana (SPP) di Indonesia sebagaimana tercantum dalam ketentuan hukum acara pidana adalah sebagai berikut.

Ketentuan terkait prosedur/acara peradilan perkara pidana di Indonesia harus mengacu pada ketentuan umum yaitu UU No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), selain itu terdapat juga ketentuan hukum acara pidana yang belum tercantum. diatur dalam KUHAP, yang diperluas dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHAP. Lembaga berfungsi sebagai tempat pelaksanaan eksekusi, tempat penghukuman narapidana untuk rehabilitasi dan penyiapan narapidana untuk dikembalikan ke masyarakat. http://indraperdanashmkn.blogspot.com/2009/02/sistem-peradilan-pidana-criminal.html).

Rambu-Rambu Sistem Peradilan Pidana Indonesia

Dalam Pasal 13 KUHAP, penuntut umum adalah jaksa yang berwenang mengadili dan melaksanakan putusan hakim. Melakukan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawabnya sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; Apabila penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan penyidik ​​dapat dituntut, maka harus segera mengajukan tuntutan sesuai dengan Pasal 140 KUHAP.

Jaksa Penuntut Umum harus memahami bahwa surat dakwaan baginya merupakan sebuah mahkota yang harus dijaga dan dijaga kestabilannya. Uraian yang cermat berarti mengupayakan kecermatan Jaksa Penuntut Umum dalam penyusunan surat dakwaan yang akan dikenakan kepada terdakwa. Menurut Pasal 142 KUHAP, apabila penuntut umum menerima berkas berisi beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka, yang tidak termasuk dalam ketentuan Pasal 141 KUHAP, maka ia dapat mengadili masing-masing tersangka. terpisah.

Pengajuan perkara pidana dengan proses singkat oleh Jaksa Penuntut Umum dapat dilakukan pada hari sidang tertentu yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan baik berupa gugatan, banding, atau kasasi, atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam perkara tersebut dan menurut caranya. hukum (Pasal 1 angka 12 KUHAP). Salinan putusan Mahkamah Agung yang diterima Pengadilan Negeri harus diberitahukan kepada terdakwa dan penuntut umum dengan membuat Akta Pemberitahuan Putusan.

Dan kasus-kasus serius disidangkan di Pengadilan Tinggi (tingkat banding) dengan jaksa penuntut umum yang disebut Pengacara. Dalam hal ini, penuntut umum mempunyai kebebasan (diskresi) untuk menghentikan penuntutan, meskipun terdapat cukup bukti kesalahannya. Oleh karena itu, fungsi jaksa sebagai koordinator seluruh sistem peradilan pidana juga ditekankan.

Mereka adalah saksi-saksi yang dipanggil oleh Jaksa Penuntut Umum dan keterangannya diharapkan dapat mendukung dakwaan (saksi yang menuduh). Hak terdakwa atau penuntut umum untuk menolak menerima putusan pengadilan baik berupa gugatan, banding, atau kasasi, atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan pemeriksaan ulang perkara dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang.

Sub Sistem Dari Sistem Peradilan Pidana Indonsia

Proses Peradilan Pidana Menurut Sistem Peradilan Pidana Indonenesia

SEKILAS SISTEM PERADILAN PIDANA DI BEBERAPA NEGARA

Perbandingan Sistem Peradilan Pidana Penganut Sistem Hukum Civil Law (Eropa

Hakim tidak terikat dengan keputusan hakim sebelumnya, sebagaimana halnya dalam sistem hukum common law dengan asas preseden. Sistem hukum yang dianut di semua negara dan berdasarkan “sistem hukum perdata” pada umumnya adalah sistem inkuisitorial. Sistem peradilan pidana yang lazim diterapkan di negara-negara yang menganut sistem hukum perdata terdiri dari hukuman alternatif dan hukuman alternatif kumulatif, dimana undang-undang tersebut mensyaratkan hukuman pidana maksimum dan minimum.

Sistem peradilan juri ini merupakan wujud dari pemikiran lama bahwa keadilan adalah tugas dan tanggung jawab rakyat. Di negara-negara yang menganut sistem hukum Anglo-Saxon atau common law, metode penalarannya menggunakan metode induktif, yaitu proses berpikir dari yang khusus ke yang umum. Tujuan hakiki asas preseden dalam sistem peradilan yang menggunakan juri adalah untuk mewujudkan hakikat “kepastian hukum” sebagai salah satu tujuan hukum sekaligus menegakkan aspek fleksibilitas dan presisi.

Sistem hukum common law juga mengandung kelemahan, yaitu perlunya berkonsultasi dengan hakim dan juri yang dapat menimbulkan penilaian negatif, serta kemungkinan adanya ketidakakuratan data dalam banyak kasus. Kekuasaan hakim dalam sistem common law sangat luas dalam hal memberikan penafsiran terhadap ketentuan hukum. Sistem hukum Inggris dan negara-negara common law tidak mengenal perbedaan antara kejahatan dan pelanggaran, seperti yang terjadi di negara-negara civil law.

Sistem peradilan pidana yang berlaku di negara-negara common law pada prinsipnya sesuai dengan sistem “menuduh”. Sistem pidana yang umumnya berlaku di negara-negara yang menganut sistem common law bersifat kumulatif. Dengan demikian, di negara-negara yang menganut “civil legal system”, pengadilan merupakan lembaga yang dibentuk oleh peraturan perundang-undangan, sedangkan di negara-negara yang menganut “common law system”, hukum dibentuk oleh pengadilan.

Sistem Peradilan Pidana Di Beberapa Negara

Dalam sistem hukum Inggris, benar atau salahnya terdakwa ditentukan oleh juri yang berasal dari masyarakat biasa. Perubahan ini dilihat dari konteks keberadaan sistem hukum yang ada di dunia (civil law dan common law). Tampaknya sudah bukan saatnya lagi memperdebatkan secara tajam perbedaan kedua sistem hukum tersebut. http://gocampus.blogspot.com/2010/02/sistem-peradilan-pidana-perbandingan.html). Pihak-pihak yang berperan dalam proses peradilan pidana di Belanda, selain polisi, jaksa penuntut umum, juga merupakan pejabat yang disebut hakim.

Meskipun Amerika adalah negara yang memiliki ikatan sejarah dengan Inggris, Inggris dan Amerika memiliki sistem peradilan pidana yang sedikit berbeda. Sistem peradilan pidana di Amerika cukup kompleks, tidak ada bentuk baku sistem peradilan pidana di Amerika karena setiap negara mempunyai sistem peradilannya masing-masing, walaupun secara umum terdapat kesamaan. Keputusan paling penting yang diambil seorang petugas mengenai tersangka adalah apakah akan melakukan penangkapan atau tidak, yang akan mengakibatkan tersangka lolos ke sistem peradilan pidana AS.

Model terpadu dalam penyelenggaraan peradilan pidana dapat dikaji pada sistem peradilan pidana di Jepang yang mempunyai karakteristik. Konsep “exact justice” ini nampaknya merupakan kritik orang Jepang terhadap model peradilan pidana di Amerika Serikat, yang menurut mereka hanya mengikuti apa yang disebut dengan keadilan sekuler (secular justice); Tingginya partisipasi masyarakat disebabkan oleh tingkat profesionalisme aparat penegak hukum di Jepang. Selain itu, profesionalisme penegakan hukum berdasarkan model rehabilitasi dan kehadiran relawan (anggota masyarakat yang membantu narapidana) telah menurunkan angka residivisme. http://indraperdanashmkn.blogspot.com/2009/02/sistem-peradilan-pidana-criminal.html).

Mien Rukmini, Perlindungan Hak Asasi Manusia Melalui Asas Praduga Tak Bersalah dan Asas Kesetaraan Status dalam Hukum dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Bandung, Alumni, 2003. Rusli Muhammad, Sistem Peradilan Pidana Indonesia dilengkapi dengan 4 undang-undang dalam bidang Sistem Peradilan Pidana, Yogyakarta, UII Press, 2011. Suryono Sutarto dan Sudarsono, Hukum Acara Pidana Jilid II, Kudus, Badan Penerbitan, Fakultas Hukum Universitas Muria Kudus, 1999.. http://gocampus.blogspot. com/2010/02/sistem-peradilan- pidana-perbandingan.html .. http://id.shvoong.com/law-and-politics/criminal-law /2027069-pengertian-sistem -criminal-justice/#ixzz1PHi0KDiW) .

Pedoman Administratif dan Teknis Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana Khusus Buku II Edisi 2007, Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 2008. Atau dengan kata lain yang dimaksud dengan sistem peradilan pidana terpadu adalah sinkronisasi atau simultanitas dan keselarasan antar sub-bagian. -subsistem. yang merupakan mata rantai dalam satu rantai, kesatuan untuk mencapai suatu tujuan.

Referensi

Dokumen terkait

Eksistensi Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia dapat dilihat dari adanya Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi yang menyatakan

undang hukum acara pidana merupakan peraturan yang mengatur beracara dalam proses peradilan pidana memberikan tempat khusus pada tersangka atau.. terdakwa tetapi tidak

Sesuai dengan ketentuan Pasal 25 angka 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, proses hukum pelaku tindak pidana terorisme dalam sistem peradilan pidana di Indonesia

Penyusunan proposal tesis yang berjudul Konsep Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana Upaya Pembaharuan Hukum Acara Pidana Indonesia ini membutuhkan data, baik data

SISTEM PERADILAN ANAK SEBAGAI PELAKU DAN KORBAN DALAM HUKUM PIDANA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN ANAK.. Sistem peradilan pidana

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Hak atas perlindungan dan pemulihan kepentingan hukum dalam proses peradilan pidana sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang

Dalam kaitannya dengan politik hukum, upaya positivisasi ketentuan pidana dalam Rancangan Undang-Undang Hukum Materiil Peradilan Agama merupakan kepercayaan pihak

Kata Kunci: Pertanggung Jawaban Pidana, Penodaan Agama, Media Sosial Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan hukum penodaan agama berdasarkan sistem peradilan pidana