Nama : Jenifer Tuerah NIM : 230111040102 Kelas : A6 (C)
Obat system saraf pusat.
Bagian utama dari otak yang berperan dalam sistem saraf pusat adalah
1. Otak Besar (Serebrum) : berperan dalam mengatur gerakan sadar dan merespon rangsangan.
2. dan Otak Kecil (Serebelum) : berperan mengatur koordinasi gerakan, keseimbangan, dan pengaturan reflex.
3. Cerebral hemisphere : masing-masing memiliki fungsi
4. Syaraf tulang belakang : berperan dalam pengiriman sinyal sensorik dan motorik antara otak dan tubuh.
5. Batang otak (brainstem) : untuk mengatur fungsi-fungsi otomatis tubuh.
Cerebral cortex adalah bagian luar dari otak yang terdiri dari empat lobus utama, yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal, dan lobus oksipital.
Lobus frontal : Berperan dalam kontrol pergerakan sukarela
Lobus parietal : berperan dalam hal persepsi sensorik, termasuk persepsi sentuhan, dan rasa sakit.
Lobus tempora : Berperan peran penting dalam pendengaran.
Lobus Oksipital: Berperan Mengendalikan penglihatan
Obat sistem saraf pusat (SSP) adalah kelompok obat yang bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang. Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai macam kondisi. Obat SSP bekerja dengan berbagai cara, tergantung pada kondisi yang diobati. Obat sistem saraf pusat (SSP) berdasarkan farmakodinamikanya dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Merangsang atau Menstimulasi, dan
Menghambat atau Mendepresi. obat yang bekerja terhadap ssp dapat dibagi dalam beberapa golongan besar :
Obat Psikofarmaka (psikotropika) yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu:
Psikoleptika: Menekan atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa, dan tranquillizers, serta antipsikotika.
Psiko-analeptika: Menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva.
Dengan demikian, Psikofarmaka (psikotropika) dapat dibagi menjadi dua golongan besar berdasarkan efeknya terhadap SSP: Psikoleptika yang menghambat fungsi- fungsi SSP dan Psiko-analeptika yang menstimulasi SSP.
Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan penyakit Parkinson, obat-obatan psikofarmaka dapat dibagi menjadi beberapa golongan besar, yaitu:
Antiepileptika: Obat-obat ini digunakan untuk mengobati gangguan epilepsi, seperti kejang-kejang, dengan cara menghambat aktivitas neuron yang tidak normal dan mengurangi frekuensi kejang
Obat untuk Multiple Sclerosis (MS): Obat-obat ini digunakan untuk mengobati MS, suatu gangguan neurologis kronis yang disebabkan oleh kerusakan pada selubung myelin di sekitar akson neuron. Obat-obat ini dapat menghambat proses inflamasi dan mengurangi kerusakan pada sistem saraf.
Parkinson: Obat-obat ini digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson, suatu gangguan neurologis kronis yang disebabkan oleh kerusakan pada neuron dopaminergik di sistem basal ganglia.
obat yang memblokir perasaan sakit dapat dibagi menjadi beberapa golongan besar, yaitu:
Analgetika : Obat ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mengganggu kesadaran. Contoh analgetika adalah:
Paracetamol (acetaminophen)
Ibuprofen
Aspirin
Anestetika umum : Obat ini digunakan untuk mengurangi kesadaran dan rasa sakit. Contoh anestetika umum adalah:
Propofol
Etomidat
Ketamin
Anestetika Lokal: Obat ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada bagian tertentu dari tubuh. Contoh anestetika lokal adalah:
Lidokain
Bupivakain
Tetrakain
Dengan demikian, obat-obat yang memblokir perasaan sakit dapat dibagi menjadi tiga golongan besar berdasarkan cara kerjanya: analgetika, anestetika umum, dan anestetika lokal.
Jenis obat vertigo dan obat migraine :
obat Vertigo: Obat ini digunakan untuk mengatasi vertigo, yaitu gangguan orientasi di ruangan yang disebabkan oleh perasaan berputar. Contoh obat vertigo adalah:
Betaserc (betahistine)
Omedrinat (dimenhydrinate)
Sinral (flunarizine)
VertiGO (herbal)
Obat Migrain: Obat ini digunakan untuk mengatasi migrain, yaitu sakit kepala yang disertai dengan gejala seperti mual, muntah, dan sensitivitas terhadap cahaya, suara, dan bau. Contoh obat migrain adalah: Abortif (analgetik/NSAID)
Analgetika adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau mengurangi peradangan tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Obat analgetik digunakan untuk membantu meredakan rasa sakit, dalam kondisi sadar tidak sadar kita sering menggunakannya contohnya ketika sakit kepala atau sakit gigi.
Analgetika dapat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis nyeri, seperti nyeri radang sendi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, nyeri haid, atau nyeri setelah operasi.
Namun, penggunaan analgetika secara jangka panjang dapat menimbulkan beberapa risiko, seperti kerusakan organ dalam dan ketergantungan fisik dan mental.
Berdasarakan efek farmakologinya analgetiknya dibagi menjadi dua kelompok : 1) Analgetik narkotik adalah obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktur dan kanker. Contoh obat analgetik narkotik adalah morfin, kodein, dan fentanil.
2) Analgetik perifer adalah obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau mengurangi peradangan tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Analgetik perifer terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Nyeri adalah perasaan dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan. Nyeri dapat diatasi dengan
menggunakan obat analgesik atau pereda nyeri. Obat analgesik bekerja dengan cara mengurangi rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. mekanisme umum penghambat nyeri reseptor nyeri.
Analgetik perifer yang bekerja dengan cara merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer adalah obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Contoh obat analgetik perifer yang bekerja dengan cara ini adalah asetosal. Mekanisme kerja asetosal yaitu dengan menghambat siklooksigenase (COX), suatu enzim yang mengkonversi asam arakidonat menjadi prekursor endoperoksida dari prostaglandin dan tromboksan.
Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris dapat dilakukan dengan menggunakan anestetik lokal. Anestetik lokal bekerja dengan cara menghambat transmisi impuls sensorik melalui saraf-saraf sensoris. Berikut beberapa contoh anestetik lokal yang digunakan untuk menghambat penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris:
- Anestetik Lokal: Anestetik lokal seperti lidokain, bupivakain, dan prilokain digunakan untuk menghambat transmisi impuls sensorik melalui saraf- saraf sensoris. Anestetik lokal ini dideponirkan pada ujung saraf terminal kecil, sehingga menghambat penyaluran impuls sensorik dari daerah yang terkena efek anestetik
Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat dengan analgetik sentral (narkotik) atau dengan anestetik umum adalah strategi penghambatan nyeri yang efektif. Analgetik Sentral (Narkotik): Analgetik sentral seperti morfin, kodein, dan heroin bekerja dengan cara menghambat fungsi sistem saraf pusat secara selektif. Mereka digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi, dan kolik usus atau ginjal. Analgetik narkotik ini dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, sehingga mengurangi rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik Opioid: Analgetik opioid adalah golongan analgetik narkotik yang berfungsi menghambat fungsi sistem saraf pusat secara selektif. Contoh analgetik opioid adalah morfin, kodein, dan heroin. Golongan ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi, dan kolik usus atau ginjal. Analgetik sentral (narkotik) dapat digolongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan sifat dan tujuan penggunaannya, seperti analgetik narkotik, analgetik opioid, dan analgetik sentral non opioid.
Reseptor Opioid adalah molekul yang terdapat di otak dan berfungsi sebagai target utama pada pengobatan nyeri dengan opioid. Reseptor opioid juga berperan dalam pengaturan ketergantungan psikis opioid. Aktivasi reseptor opioid mu, delta, dan kappa di otak berhubungan dengan sensasi nyeri, stress, suhu, respirasi, aktivitas endokrin dan gastrointestinal, serta motivasi dan suasana hati.
Antagonis opioid adalah obat yang berfungsi menghambat efek opioid.
Naloksone adalah antagonis opioid murni yang bekerja dengan cara selektif kompetitif berikatan dengan reseptor opioid di sistem saraf pusat (SSP). Naloxone berikatan dengan reseptor μ (mu), δ (delta), dan κ (kappa) dengan afinitas yang berbeda-beda. Naloxone dapat mengembalikan dan menghambat efek opioid yang khas, termasuk analgesia, euforia, sedasi, depresi pernapasan, miosis, bradikardia, dan ketergantungan fisik. Obat analgesik perifer (non-narkotik) adalah golongan obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat-obat ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan efek adiksi pada penggunanya. Contoh obat analgesik perifer adalah paracetamol, ibuprofen, aspirin, dan obat-obat lainnya yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika perifer ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin yang berperan dalam menimbulkan nyeri. Analgesik perifer non-narkotik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit dengan cara memengaruhi reseptor atau mekanisme perifer di tempat sakit. Mereka bekerja dengan menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin, zat yang memicu rasa sakit dan peradangan. Penggunaannya cukup umum dalam pengelolaan nyeri ringan hingga sedang, seperti sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan sebagainya. Penggunaan obat analgesik perifer harus selalu sesuai dengan petunjuk dokter atau petunjuk pada kemasan obat. Jangan melebihi dosis yang direkomendasikan dan perhatikan kemungkinan efek samping serta interaksi dengan obat lain yang mungkin sedang Anda konsumsi.
Aspirin, juga dikenal sebagai asam asetilsalisilat atau asetosal, adalah obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun demam), dan anti-inflamasi (mengobati peradangan). Aspirin dibuat melalui proses esterifikasi, di mana asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrad atau asam asetat glacial, dengan bantuan katalis asam dan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Aspirin memiliki efek farmakodinamik sebagai obat antiinflamasi nonsteroid yang berfungsi menghambat enzim siklooksigenase 1 dan 2. Efek ini terjadi karena aspirin menghambat produksi prostaglandin di seluruh
tubuh, yang berperan meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri. Pemberian aspirin dapat menurunkan produksi dan mencegah pelepasan prostaglandin dalam proses inflamasi, sehingga meredakan keluhan nyeri yang dialami pasien.
Paracetamol
Salsilat:asetosal,salisilamid,dan benorilat Penghambat prostaglandin
Derivat-derivat pirazolinon:aminofenazon
Derivat-derivat antranilat:mefenaminat
Lainnya : benzidamin Penggunaan:
• Efek analgetik
Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi susunan saraf pusat atau menurunkan kesadaran,juga tidak menimbulkan ketagihan(intensitad nyeri ringan sampai sedang)
• Efek antipiretik
Obat-obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam.daya antipiretiknya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengaturnkalor di
hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatadu perifer(dikulit)dan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluar keringat yang banyak
• Efek anti radang atau anti inflamasi
Analgetik juga memiliki daya anti radang,khususnya kelompok NSAID’S(Non- Steroid Anti Inflamasi Drugs)termasuk asetosal Zat-zat ini digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan
Efek Samping
• Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-
usus(salisilat,penghambat prostaglandin,kerusakan darah,hati dan ginjal,dan juga reaksi alergi pada kulit efek sampinh jni terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi
Penggolongan
• Salisilat:asetosal,benorilat dan diflunisal dosis anti radang 2-3 kali lebih tinggi dari pada dosis analgetk.tetapi karena resiko efek samping sehingga jarang
digunakan dalam obat rematik
• asetat:diklofenak,alklofenak,indometasin,sulindac alklofenak jarang digunakan lagi karena menimbulkan reaksi kulit.Indometasin termasuk obat yang terkuat daya anti radangnya.tetapi lebih sering menyebabkan keluhan lambung
• Propionat:ibupropen,ketopropren,naproksen
• Oxicam:piroksikam,tenoxicam,meloxicam
• Antranilat:mefenaminat,nifluminat,dan meclofenamic acid
• Pirazolon:(oxy)fenilbultazon,azapropazon Mekanisme kerja
Cara kerja NSAID’S sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa prostaglandin dimana jenis ciklo-oksigenase diblokir
1. Benzodiazepin
• Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi sekaligus,yakni anciolisis,sedadi,anti konvulsi,relaksasi otot melalui medulla spinalis,dan amnesia retrograde
• Keunggulan bendodiazepin dari berbiturat yaitu rendahnya tingkat toleransi obat,potensi penyalahgunaan yang rendah,margin dosis yang lebar,rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim mikrosom dihati
Mekanisme kerja
• Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid(GABA)sebagai neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membrane sel tidak dapat dieksitasi
• Efek sedative timbul dari aktivasi reseptor GABA sub unit alpha-1 yang merupakan 60% dari reseptor GABA diotak(korteks serebral,korteks
sereblum,thalamus).sementara efrk ansiolitik timbul dari aktifasi GABA sub unit alpha 2(hipokampus dan amigdala)
Efek samping
•kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang biasa pada pengunaan lama bendzodiazepin
•penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan mengganggu tekanan darah,dengur jantung ritme jantung dan ventilasi
2.Barbiturat
•Secara kimia,barbiturate merupakan derivate asam barbiturate.Asam barbiturate Mekanisme kerja
• Golongan barbiturate bekerja pada neurotransmitter penghambat GABA pada sistem saraf pusat.Aktifasi reseptor ini meningkatkan konduktase klorida
transmembran,sehingga terjadi hiperpolarisasi membrane sel pist sinaps
•Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik
Efek Samping
•Golongan barbiturat mempunyai rentang dosis aman sempit
•dapat menimbulkan koma
• Barbiturate tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturate,penyakit hati atau ginjal,hipoksia,penyakit parkinson.barbiturate juga tidak boleh diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu,karena dapat menambah kebingungan dimalam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut
3.Golongan obat nonbarbiturat nonbenzodiazepin
• Propofol
• Ketamin
• Dekstrometrophan Contoh :Ketamine
• Ketamin adalah derivate phencyclidine yang menyebabkan disosiative anesthesida yang talamokortikal dan sistem limbik
• ketamine larut dalam air dan dapat menyebabkan analgesic pada dosis subanestetik
•Mekanisme kerja
ketamin bersifat non-kompetitif phenycyclidine direseptor N-methyl D aspart contoh:Dekstromethorpan
Dekstromethorphan adalah NMDA antagonis dengan afinitas ringan yang paling sering digunakan sebagai penghambat respon batuk disentral.obat ini memiliki efek yang seimbang dengan kedein sebagau antitusif tetapi tidak memiliki efek analgesic tidak seperti kodein,obat ini tidak menimbulkan efek sedasi atau gangguan sistem gastriintestinsl.DMP memiliki efek euphoria sehingga sering disalahkan