• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi - IAIN Repository - IAIN Metro

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "skripsi - IAIN Repository - IAIN Metro"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Orang yang tunduk pada hukum wajib, sah untuk melakukan dan tidak dapat melegitimasi shalat Jumat. Orang yang tidak wajib beramal dan tidak dapat melegitimasi shalat Jum'at, tetapi sah jika melakukannya.

Pertanyaan Penelitian

Melihat penjelasan di atas, maka yang ingin penulis ketahui tentang hal tersebut adalah latar belakang atau faktor-faktor yang mempengaruhi para penganut mazhab Syafi'i untuk tidak terlalu ketat dalam mengamalkan amaliyah Syafi'iyah, sedangkan kitab-kitab yang ada di rumah tinggal Islam dipelajari. . kebanyakan adalah kitab-kitab yang ditulis oleh ulama syafi'iyah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “KONSEP MUSTHAUTHIN DALAM PELAKSANAAN SHOLAT JUMAT MENURUT MADZHAB SYAFI'I (Studi Kasus Pondok Pesantren Darusy Syafaah Desa Kauman Kecamatan Kota Gajah)”.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini merupakan sumbangsih peneliti agar pembaca dan peneliti lainnya dapat memberikan wawasan tentang konsep musthauthin dalam shalat jumat mazhab Syafi'i yang diselenggarakan di rumah-rumah warga Islam. Secara praktis merupakan sumbangsih keilmuan dan wawasan bagi santri dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darusy Syafaah Kota Gajah.

Penelitian Relevan

Peneliti melakukan kajian analitik terhadap konsep perlunya santri melaksanakan shalat jumat di pondok pesantren. Pelaksanaan sholat jumat di Pesantren Darusy Syafa'ah, Desa Kauman, Kecamatan Kota Gajah, Desa Kauman, Kecamatan Kota Gajah.

LANDASAN TEORI

Shalat Jum’at

  • Pengertian Shalat Jum’at
  • Syarat Syarat Wajib Jum’at
  • Syarat-Syarat Sahnya Shalat Jum’at

Kemudian syarat sahnya shalat Jum'at, atau dalam bahasa kitab, syarat in'iqad (syarat sah atau tidaknya shalat). Latar belakang tidak ketatnya amaliyah syafi'iyah dalam melaksanakan shalat jumat di pondok pesantren.

Musthauthin Menurut Madzhab Syafi’i

  • Pengertian Madzhab Syafi’i
  • Metode Istimbath Madzhab Syafi’i
  • Mukim Musthauthin Dalam Madzhab Syafi’i

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis, logis, dan terencana untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis data, dan menyimpulkan dengan menggunakan cara atau teknik tertentu untuk menemukan jawaban atas masalah. Penelitian yang berjudul Konsep Musthautin Dalam Pelaksanaan Sholat Jum'at Di Pondok Pesantren, (Studi Kasus Pondok Pesantren Darusy Syafaah Kelurahan Kauman Kecamatan Kota Gajah) akan dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian lapangan (field research). , penelitian lapangan adalah pencarian secara intensif, mendetail dan mendalam terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian lapangan atau field research adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti langsung objek-objek yang ada di lokasi yang akan diteliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian deskriptif diartikan sebagai penelitian yang berusaha menggambarkan secara sistematis suatu fenomena/peristiwa menurut apa adanya. Penelitian deskriptif dengan tujuan mencari informasi faktual yang detail mengidentifikasi gejala-gejala yang ada 3. Dalam penelitian ini penelitian deskriptif berarti memberikan gambaran dan informasi tentang status kependudukan santri dan pelaksanaan sholat jumat di pondok pesantren serta pemahaman mereka tentang konsep pesantren musthauthin.

Sumber Data

Nurul Hidayat sebagai alumni pondok pesantren yang pernah menjadi santri di Al Anwar Sarang Rembang, dan Ustd. Dari data tersebut, penulis mengumpulkan data tentang pemahaman konsep musthauthhin dalam shalat jumat yang dilaksanakan di rumah-rumah penduduk Islam. Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak secara langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen 6 Sumber data sekunder diperoleh dari kepustakaan atau laporan penelitian sebelumnya, yang kemudian akan menghasilkan data sekunder atau disebut juga data yang tersedia.

Data sekunder yang digunakan oleh pengkaji termasuklah: Al-Qur'an, kitab-kitab hadis seperti Bulughul Maram oleh Ibnu Hajar Al-Askalani, Kitab Al-Umm oleh Muhammad Idris As Syafi'i, Kitab Fikh Medzahibul Arba'ah oleh Abdurrahman Al- Jaziri. , Kitab Yaqut An Nafis oleh Sayid Ahmad Ibnu Umar, I'anah at Thilibin oleh Sayid Abi Bakr Satha Adimyati, at- Tausyikh oleh Imam An Newawi Ibnu Umar Al Bantani, Fiqh Popular Terjemahan Fathul Mu'in Jilid 1 oleh Syeikh Zainuddin Bin Aziz , "Bujajromi Ala Khatib" yang ditulis oleh Ahmed. Syarbini, Sunan Abu Daud Ditulis oleh Abu Daud Sulaymani, Fiqh Ibadat karangan Aziz Muhammad Azzam dan Wahab Sayed.

Teknik Pengumpulan Data

Metode ini peneliti gunakan untuk mendeskripsikan konsep Musthauthin menurut Madzhab Syafi'i dalam pelaksanaan sholat Jum'at di Pondok Pesantren Darusy Syafaah Gajah. Jumlah santri Pondok Pesantren yang berjumlah sekitar 150 santri dinilai cocok untuk melaksanakan shalat Jum'at saja di Pondok Pesantren. Syarat wajib dan syarat sah sholat jumat Madzhab Syafi'i menurut civitas akademika Pondok Pesantren Darusy Syafa'ah civitas akademika Pondok Pesantren Darusy Syafa'ah.

Orang yang tidak wajib melaksanakan shalat Jum'at tidak sah ketika melakukannya dan tidak dapat sah shalat Jum'at. Sholat Jum'at yang dilaksanakan di Pesantren Darusy Syafa'ah tidak sah jika mengikuti Madzhab Syafi'i karena tidak memenuhi syarat Mukim Musthauthin yang tertuang dalam syarat sahnya sholat Jum'at menurut Madzhab Syafi'i, statusnya siswa hanya . Situasi akut ini membuat pesantren memilih cara berpikir yang berbeda dalam pelaksanaan shalat Jumat di pesantren.

Sholat Jum'at di Desa Ranah Singkuang Kabupaten Kampar Studi Kasus Penyadap dan Pekerja Karet.

Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah

Pesantren Darusy Syafa’ah adalah pesantren yang dahulu bernama Nurul Ulum, kemudian nama Nurul Ulum diubah menjadi Darusy Syafa’ah pada tanggal 15 Maret 2011, pada tanggal tersebut Pesantren resmi berdiri dan membentuk Yayasan yaitu dengan dengan nama “YAYARAN DARUSY SYAFA' AH KOTAGAJAH“. Pada tanggal 8 Februari 1991 tepatnya pada hari raya Idul Adha masyarakat bermusyawarah dan bersepakat untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yaitu pondok pesantren sebagai wadah santri untuk mengaji dan mempelajari Al-Qur'an. Pembangunan pondok pesantren pada tahap awal dilakukan atas kerjasama antara santri dan masyarakat sekitar.

Tahap pengembangan awal menghasilkan beberapa bangunan antara lain 1 musholla putra, 1 musholla putri dan bangunan induk 2 lantai yang terdiri dari 8 tempat pengajian dan tempat pengajian asatidz dan tempat kegiatan santri, serta 2 tempat mushola. asrama. Kantor sekolah dan perpustakaan. Seiring dengan berjalannya waktu, santri terus bertambah dan bangunan di lingkungan pesantren juga bertambah, sehingga jumlah santri yang saat ini tinggal di pondok pesantren kurang lebih 200 santri putra dan 300 santri putri yang berasal dari berbagai daerah. Visi Pesantren Darusy Syafa'ah adalah: menjadi pusat pendidikan Islam yang unggul dalam kompetensi akademik, Amil, Hafidz, berbudaya Islami, dengan mengutamakan Akhlaqul Karimah.

Misi Pesantren Darusy Syafa'ah adalah memberikan bekal keagamaan yang kuat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh, mencetak generasi muda yang berkualitas di bidang agama dan pengetahuan umum, membekali mereka dengan keterampilan agama, sosial dan teknologi.

Letak Geografis Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah

Di kampung Kauman terdapat sebuah masjid yang digunakan oleh masyarakat sekitar dan seluruh santri putra dari kelima pondok tersebut untuk menunaikan sholat Jum'at. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Sholat Jum'at di Asrama Islam merupakan solusi yang dipilih dari hasil diskusi pengurus masjid dan para wali pesantren di kampung Kauman karena kondisi masjid yang kurang memadai di desa Kauman. desa Kauman. Dengan keadaan dharurot ini maka shalat Jum'at dilaksanakan di Asrama Islam, inilah alasan atau faktor mengapa Shalat Jum'at dilaksanakan di Asrama Islam dan madzhab Syafii tidak diikuti karena status santri yang tidak musthauthin. . .

Orang yang wajib melaksanakan shalat Jum'at tetapi tidak sah shalat Jum'at dan tidak dapat sah. Orang yang tidak wajib melaksanakan shalat Jum'at, tetapi sah jika melakukannya dan dapat melegitimasi shalat Jum'at, yaitu orang yang sakit dan orang yang terkena udzur Jum'at. Diperbolehkan dengan syarat harus mengetahui syarat-syarat dan rukun-rukun shalat jumat madzhab yang akan diikuti.

Salat Jumat yang dilakukan di pesantren hanya bersifat sementara; Jika perbaikan yang dilakukan masjid di desa Kauman sudah selesai dan daya tampungnya mencukupi, maka shalat Jumat tetap dilaksanakan di masjid desa Kauman seperti semula. Namun, selain mengubah mazhab, ada solusi lain, yakni mengikuti pendapat ulama Syafi'iyah tentang qaul qadim yang diperbolehkan salat Jumat berjamaah kurang dari 40 orang. Keadaan tersebut di atas menjadi alasan mereka mengubah mazhab dalam pelaksanaan shalat Jumat yang dilaksanakan di pondok pesantren, ketika perluasan masjid di kampung Kauman selesai, mereka akan kembali melaksanakan shalat Jumat di kampung Kauman. . seperti sebelumnya.

Dewan Asatidz Dan Asatidzah Serta Santri Pondok Pesantren

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah

Melaksanakan sholat jumat di Pesantren Darusy Syafa'ah, Desa Kauman, Kecamatan Kota Gajah.

Pelaksanaan Shalat Jum’at Di Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah

  • Latar Belakang Shalat Jum’at Dilaksanakan Didalam Pondok
  • Syarat Wajib Dan Syarat Sah Shalat Jum’at Madzhab Syafi’i
  • Mukim Musthauthin Menurut Civitas Akademika Pondok
  • Latar Belakang Tidak Ketat Dalam Melaksanakan Amaliyah

Syarat wajib dan syarat sahnya adalah hal yang berbeda, setelah melakukan wawancara dengan narasumber yaitu pengurus pondok pesantren, pengurus pondok pesantren dan dua Alumni yang sudah menjadi Asatidz, semuanya memiliki pendapat yang sama tentang syarat wajib dan syarat sah sholat jumat menurut ke Madzhab Syafi'i. Syarat wajib salat jumat terdiri dari tujuh syarat yaitu Islam, baligh, berakal, mandiri, laki-laki, sehat jasmani dan tinggal di wilayah yang ditempatinya. Ada 40 orang yang melaksanakan shalat Jum'at yang berstatus mukim Musthauthin, yang wajib bagi mereka untuk melaksanakan shalat Jum'at.

Al-Musthauthin adalah orang yang bermukim pada kelahirannya atau bertransmigrasi ke tempat lain dan tidak berniat kembali ke tanah airnya, golongan ini wajib melaksanakan shalat jumat dan dapat melegitimasi shalat jumat, Musthauthin berbeda dengan mukim. Sehingga shalat jumat yang diselenggarakan di pondok pesantren harus mengikuti mazhab lain yang melegitimasi shalat jumat hanya dengan sedikit Mukim Musthauthin, inilah salah satu alasan mengapa pesantren mengubah cara berpikir dalam pelaksanaan hari jumat. doa. Pengalihan pemikiran ini dilakukan karena masjid-masjid di sekitar desa masih dilakukan perluasan atau renovasi agar shalat jumat diadakan di pondok pesantren, guna mengurangi jamaah di masjid kampung agar tetap bisa melaksanakan shalat jumat. .

Maka tidak sah jika tetap mengikuti madzhab Syafi'i yang mensyaratkan musthauthhin harus 40 orang sedangkan dalam pelaksanaan shalat jum'at di pondok pesantren yang berstatus musthauthhin kurang dari 40 orang maka harus berpindah sekolah agar shalat jumat tetap sah.

PENUTUP

Saran

Abdul Haris Naim, "Kesederhanaan Pemikiran Hukum Islam oleh Imam Syafi'I" Jurnal Pemikiran Undang-undang dan Undang-undang Islam, Jil. Anny Nailatur Rohmah dan Ashif Az Zafi, "Jejak Kewujudan Mazhab Syafi`i di Indonesia", Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid (8), Terbitan (1), Julai 2020. Muhammad Bin Idris Asy-Syafi` Saya, Ar-Risalah, Tahqiq dan Syarah Syaikh Ahmad Muhammad Syakir (Perpustakaan Azzam; 1939 M).

Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi`i, zvezek 2 (al-Fiqhu asy-Syafi`i al-Muyassar 2), prevajalec Muhammad Afifi in Abdul Hafiz, (Džakarta: Almahira, 2010) Zubair, Muhammad.

Referensi

Dokumen terkait

yang diasuh oleh K.H. Di pondok pesantren tersebut terdapat kajian kitab Tafsîr Jalâlain secara rutin yang di ikuti oleh santri dan masyarakat setempat. Kampung Tegal