• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur'an di MI Darts Jl Qura'an Ledok Sari Wonosari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Skripsi Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur'an di MI Darts Jl Qura'an Ledok Sari Wonosari"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan

Disusun Oleh:

Pethit Asriyati NIM : 11480023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2017

(2)
(3)
(4)

PENGESAHAN SKRIPSI Nomor: B-488AJa.02|DT lPP.00.9 12/2017 Skripsi/Tugas Akhir dengan Judul .

METODE PEMBELAJARAN TAHFIZ AL.QTIR'AN (STUDI KASUS DI KELAS

III MI

DARTJL QUR'AN LEDOKSARI KEPEK WONOSARI

201sDAt6) Yang dipersiapkm

Nama NIM Telah

Nilai Munaqasyah dan dinyatakan Sunan Kalijaga

NIP. 19630728 199103 1 002 NrP. 19620407 t99403

|

002 Yogyakarta

0 3

MAR 2017

tv

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya maka akan dipakaikan kepada kedua orangtuanya mahkota yang sinarnya lebih terang daripada sinar matahari di dunia pada hari kiamat nanti,

kalaulah sekiranya ada bersama kalian, maka apa perkiraan kalian tentang orang yang mengamalkannya (Al-Qur’an)?”

(HR. Ahmad, Abu Daud, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim)

1

1 Az-Zawawi, Yahya Abdul Fattah, Revolusi Menghafal Al-Qur’an: Cepat Menghafal, Kuat Hafalan Dan Terjaga Seumur Hidup, (Solo: AL-Andalus, 2015), hlm. 29.

(9)

ix

Skripsi Ini Peneliti Persembahkan Untuk:

Almameter Tercinta

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri

Yogyakarta

(10)

x

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2016.

Latar belakang penelitian ini adalah pendidikan Islam secara operasional menjadi tugas dan kewajiban bagi umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara Al-Qur‟an, salah satunya dengan menghafalkannya. Diperlukan metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an yang sistematis untuk menunjang keberhasilan siswa dalam menghafal Al-Qur‟an.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang objektif, faktual, akurat, dan sistematis dengan rumusan masalah mengenai : (1) Metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an apa saja yang dipakai di kelas III MI Darul Qur‟an Wonosari Gunungkidul? (2) Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an di kelas III MI Darul Qur‟an Wonosari Gunungkidul? (3) Bagaimana prestasi dalam pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an yang dicapai siswa di kelas III MI Darul Qur‟an Wonosari Gunungkidul? Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis melalui tiga cara, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an di kelas III MI Darul Qur‟an sudah cukup baik. Hal ini dapat diketahui dari prestasi yang dicapai siswa bernama Athiyya ketika maju lomba MHQ di tingkat nasional, 8 siswa mendapat piagam penghargaan pada wisuda taḥfiẓ 5 juz tingkat MI se- DIY pada bulan Desember tahun 2015 dan ada 4 siswa yang hafal 9 juz selama 3 tahun pelajaran sesuai dengan target madrasah. Metode pembelajaran Taḥfiẓ Al- Qur‟an yang dipakai yaitu : (1) Wadah (menghafal satu persatu terhadap ayat- ayat yang dihafal). (2) Jama‟ (ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif dipimpin oleh instruktur). (3) Bin-naar (membaca dengan cermat ayat-ayat yang akan dihafal dengan melihat mushaf). (4) Tafiẓ (menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat yang telah dibaca berulang-ulang secara Bin-naar). (5) Talaqqi (menyetorkan hafalan kepada seorang hafidz). (6) Takrir (mengulang hafalan atau menyima‟kan hafalan). (7) Tasmi’ (mendengarkan hafalan kepada orang lain, baik kepada perseorangan maupun jama‟ah). (8) Metode patneran untuk sima‟an.

Faktor pendukung: memperbaiki bacaan sebelum menghafal, menentukan target hafalan, melazimi halaqah taḥfiẓ, mengetahui mekanisme pembelajaran taḥfiẓ, memanfaatkan berbagai kesempatan untuk menghafal, usia siswa yang ideal, manajemen waktu dengan adanya pengaturan jadwal khusus. Faktor penghambat : tidak semua siswa memulai belajar taḥfiẓ dari kelas I, tenaga pengajar taḥfiẓ Al- Qur‟an masih kurang 4 guru taḥfiẓ putra dan 4 guru taḥfiẓ putri, tempat untuk istirahat bagi siswa putra kurang kondusif, Al-Qur‟an yang digunakan belum diseragamkan, hanya beberapa siswa yang menggunakan Al-Qur‟an pojok.

Kata kunci : metode pembelajaran taḥfiẓ Al-Qur‟an

(11)

xi

ِبّ ر لله ح ش ، ِ ر ل ع ت ، ع

، ع ي س ر ح ش ك ش لله لاّ

ح ِ س ل ِل س ِ ص ل

ٍ . ع ّ ، ع ح ص ل

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Metode Pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an (Studi Kasus di Kelas III MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016)” ini meskipun dalam prosesnya banyak sekali halangan. Sungguh peneliti menyadari tanpa pertolongan-Nya skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik dalam segala aspek kehidupan begitu juga dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan Islam. Peneliti juga menyadari terselesainya skripsi ini tidak luput dari bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Ahmad Arifi, M.Ag selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

(12)

xii yang selalu memberikan arahan.

3. Bapak Sigit Prasetyo, M.Pd.Si, selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama menempuh program Strata Satu (S1).

4. Ibu Dra. Siti Johariyah, M. Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memotivasi terselesainya skripsi ini dengan penuh keikhlasan.

5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman.

6. Segenap staf Tata Usaha yang telah memberikan pelayanan yang terbaik serta kesabarannya demi kelancaran segala urusan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Anwarudin, S.Pd.I selaku guru taḥfiẓ Al-Qur‟an dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di madrasah yang bapak pimpin.

8. Bapak Nur Ahmadi, S.Pd.I, Ibu Ria Fidyawati S.Pd.I, dan Ibu Asti Dwi Astuti selaku guru taḥfiẓ Al-Qur‟an yang dengan tulus ikhlas mau bekerja sama dan meluangkan waktu untuk membantu kelancaran penelitian.

9. Keluarga besar Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari Gunungkidul yang telah mendukung peneliti dalam melakukan penelitian.

(13)

xiii

putra di pondok pesantren dan Mbak Barokah selaku pendamping siswi Madrasah Ibtidaiyah di pondok pesantren.

12. Yang paling istimewa teruntuk Ayahanda tercinta M. Sadimin yang selalu mendoakan yang terbaik, mendukung dan memberikan motivasi peneliti dalam meraih impian dan Almh. Ibunda Parti, peneliti sangat merindukanmu dan tidak akan lupa untuk selalu mendoakanmu.

13. Kakak-kakakku tersayang Eko Sri Lestari, Nur Hayati Rosidah, M. Catur Rohman, Yusron Al-Amin, dan Ratna Utami Sari, serta ponakan-ponakan tercinta, canda tawa bersama kalian selalu aku rindukan.

14. Keluarga besar bapak ibu Toto Kamto, teh Dewi Ismaya, dan kelurga besar bapak Teguh Sutrisno, ibu Pramu Marjiatun, mbak Pramudita, dek Erizka, dan dek Irham yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan tempat tinggal untuk peneliti selama kuliah di Yogyakarta.

15. Sahabat-sahabat tersayang Alfina, bu Fitri, mbak Ari, mas Rofi, Novembri, mas Iyan, Anna Fitarina, Nurul Dwi, Kikin, Mar‟atus, Tutik, Rahajeng, Putri Maretno, Partini, Mentari, Kelik, Al-fian, Tari, Fendi, Faisal, Mida, Meme, Hafidzoh, yang selalu memberikan semangat dan selalu ada untuk saling berbagi.

(14)

yang

\

telah berbagi dalam suka maupun duka. Semoga ukhuwah kita akan selalu terjaga sampai kelak kita akan menjalani kehidupan rrasing-masing.

17. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat ridho dan balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan mendapat limpahan rahmat dui-Nya. Jazakumullohu khairan katsir. Amiin.

Yogyakarta, 16 Desember 2016 Peneliti,

)t

CIW{" -cr

Pethit AsVvati NIM. 1148b023

xtv

(15)

xv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii

HALAMAN PENGESAHAN………... iv

SURAT PERNYATAAN BERJILBAB……… v

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI I... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI II... vii

HALAMAN MOTTO……… viii

HALAMAN PERSEMBAHAN……… ix

HALAMAN ABSTRAK……… x

KATA PENGANTAR……… xi

DAFTAR ISI……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ……… xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 8

C. Tujuan Penelitian………. 8

D. Manfaat Penelitian………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori………. 10

1. Pengertian Metode………. 11

2. Metode Belajar dalam Perspektif Islam………. 11

3. Belajar dan Pembelajaran………... 12

4. Taḥfiẓ Al-Qur‟an……….. 17

5. Tinjauan Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah………. 40

B. Kajian Penelitian yang Relevan………... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian……….. 54

(16)

xvi

F. Teknik Analisa Data………. 66

G. Sistematika Pembahasan………... 71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Metode Pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari………. 78

B. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an kelas III di MI Darul Qur‟an Wonosari………. 98

C. Prestasi atau hasil pencapaian hafalan dari metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an yang dicapai oleh siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari ……… 111

BAB V PENUTUP A. Simpulan………. 143

B. Saran………... 145

DAFTAR PUSTAKA……….... 148

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 153

(17)

xvii

4. Pengajuan Penyusunan Skripsi ... 182

5. Penunujukan Pembimbing Skripsi ... 183

6. Bukti Seminar Proposal ... 184

7. Permohonan Izin Penelitian ... 185

8. Surat Izin Penelitian ... 186

9. Surat Keterengan Telah Melakukan Penelitian ... 189

10. Kartu bimbingan skripsi ... 190

11. Sertifikat SOSPEM ... 191

12. Sertifikat PPL I... 192

13. Sertifikat PPL-KKN Integratif ... 193

14. Sertifikat ICT ... 194

15. Sertifikat TOEC ... 195

16. Sertifikat IKLA ... 196

17. Sertifikat Al-Qur‟an ... 197

18. Daftar Riwayat Hidup ... 198

(18)

xviii

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.1

Konsonan Tunggal Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak

dilambangkan

Tidak dilambangkan

بّ

Ba‟ b Be

Ta‟ t Te

ث

Sa‟ Es (dengan titik di atas)

ج

Jim j Je

ح

Ḥa‟ Ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha‟ kh Ka dan Ha

د

Dal d De

Ẑal Zet (dengan titik di atas)

ر

Ra‟ r Er

ز

Zai z Zet

س

Sin s Es

ش

Syin sy Es dan Ye

ص

Ṣad Es (dengan titik di bawah)

ض

Ḍaḍ De (dengan titik di bawah)

ط

Ṭa‟ Te (dengan titik di bawah)

Ẓa‟ Zet (dengan titik di bawah)

ع

„ain Koma terbalik di atas

غ

Gain g Ge

ف

Fa‟ f Ef

ق

Qaf q Qi

ك

Kaf k Ka

ل

Lam l El

Mim m Em

1 Soenarto Saputro dkk, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Program Studi Strata Satu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012), hlm. 69-70.

(19)

xix

ي

Ya‟ y Ye

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke kawasan ini. Pendidikan Islam tersebut pada mulanya berlangsung secara tradisional, dilaksanakan di surau, masjid, meunasah, rangkang, dayah ataupun pesantren. Pendidikan di tempat tersebut dipimpin langsung oleh ulama yang di Jawa disebut sebagai Kiai, di Minangkabau disebut dengan Abuya atau Inyik, di Aceh disebut dengan Tengku.1

Para ahli pendidikan bersepakat bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran bukan hanya memenuhi otak para pelajar dengan berbagai pengetahuan sehingga mereka mengajar apa yang belum mereka ketahui, tetapi tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian dan akhlak mulia. Maka dari itu tujuan utama pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak dan jiwa. Imam Ghozali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena kekuasaan pangkat, dan bukan pula untuk menyombongkan diri kepada teman-teman.2

Bermula dari kondisi yang demikian ternyata pesantren telah mampu melahirkan ulama-ulama, pemimpin-pemimpin masyarakat yang banyak berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia ini. Sebab ternyata para ulama dan pemimpin masyarakat lulusan pesantren mampu mengembangkan jangkauan

1 Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), hlm. 1.

2 Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren, (Yogyakarta: Alief Press, 2004), hlm. 64.

(21)

pemikirannya sehingga menunjukkan keluasan pandangan dan kemampuan memimpin dengan skala nasional bahkan internasional.

Memang seperti yang kita ketahui bersama, pihak pesantren dewasa ini dipaksa untuk mempertaruhkan namanya menghadapi gempuran modernisasi.

Sebagian masih bertahan dalam status tradisional, sebagian lagi sudah memasuki pelajaran umum dan ketrampilan di samping pelajaran agama, sebagian lagi dengan setia melaksanakan kurikulum pemerintah yaitu 30% pelajaran agama dan 70% pelajaran umum. Bahkan ada beberapa pesantren yang akhir-akhir ini yang memadukan antara sistem pendidikan pemerintah dan sistem pesantren dengan memodifikasi kurikulum pemerintah yang disesuaikan dengan nilai-nilai pendidikan pesantren dan orientasinya.

Mereka terus mencari sistem yang tepat bagaimana mengajar ilmu dan agama secara integral. Tetapi bagaimana pun juga pesantren telah berubah dan dalam proses penyempurnaan sistem pendidikannya agar lebih mampu memberi respon tentang modernisasi. Esensi pesantren tetap tidak berubah yaitu dengan adanya : Ulama atau Kiai, lengkap dengan kharismanya, santri, masjid, pondok, sistem yang kolektif atau terpadu, integrasi penuh dengan masyarakat pendukungnya, dan memandang kehidupan sebagai peribadatan. Suatu hal yang membesarkan hati kita semua ialah betapapun banyak keragaman dalam pesantren, namun masing-masing berusaha keras menjadikan dirinya sendiri sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia.3

3 Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), hlm. 65-66.

(22)

Menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1946 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 7 tahun 1950, serta Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri tahun 1975, tentang peningkatan mutu madrasah, dapat disimpulkan bahwa suatu lembaga pendidikan yang diatur seperti sekolah, dengan memberikan pengetahuan agama Islam sebagai pokok, di samping itu juga diajarkan mata pelajaran umum.4

Seperti halnya pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Darul Qur‟an Wal Irsyad yang dalam pendiriannya berproses pula untuk mempunyai lembaga pendidikan formal berupa sekolah. Dalam rangka memenuhi permintaan dari masyarakat untuk tersedianya sebuah lembaga pendidikan tingkat dasar yang memiliki ciri khas perpaduan mutiara pesantren dan pendidikan formal yang dikhususkan untuk mencetak para penghafal Al-Qur‟an, maka didirikanlah Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an pada tahun 2013. Seiring berjalannya waktu, perkembangan MI Darul Qur‟an semakin menunjukkan eksistensi dirinya. Dari segi kuantitas, jumlah siswa dari tahun ke tahun semakin bertambah.

Meningkatnya jumlah tersebut karena kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi, dan program yang ditawarkan mampu menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya di MI Darul Qur‟an.5

Implementasi pembelajaran di MI Darul Qur‟an menerapkan kurikulum berupa pengkhususan Taḥfiẓ Al-Qur‟an dan Tahsin Al-Qur‟an. Kedua program tersebut bertujuan untuk menghasilkan bibit-bibit unggul yang Qur‟ani, tanpa mengesampingkan juga kurikulum dari Kementerian Pendidikan Nasional

4 Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren…, hlm. 85

5 Majalah Darul Qur‟an Edisi 2, Februari 2016, hlm. 10.

(23)

(Kemendiknas) dan Kementerian Agama (Kemenag), sehingga diharapkan terwujud generasi muda yang memiliki tiga aspek kecerdasan (IQ, EQ, dan SQ) yang tangguh.6

Kaitannya dengan implementasi pembelajaran di MI Darul Qur‟an yang menerapkan kurikulum berupa pengkhususan taḥfiẓ Al-Qur‟an dan tahsin Al- Qur‟an tersebut merupakan suatu upaya untuk membaca dan menghafal Al- Qur‟an. Karena ada keistimewaan bagi orang yang hafal Al-Qur‟an. Ahlul Qur‟an adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya. Dalam sebuah hadits disebutkan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari masusia.” Para sahabat bertanya kepada beliau, “Siapakah mereka?” Kemudian beliau bersabda:

ْزُقْلا ُلْهَا ْنُه ا

َا ِى ُلْه اَخ َو ِللها

ُهُتَصّ

“Ahlul Qur‟an adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.”

(Shahih Ibni Majah).7

Selain itu orang-orang yang mau mempelajari, membaca atau menghafal Al-Qur‟an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur‟an.8 Sebagaimana Allah berfirman :

6 Majalah Darul Qur‟an…, hlm. 10.

7 Majdi Ubaid Al-Hafizh, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Qur‟an, (Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2014), hlm. 44-45.

8 Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, Cet. Ketiga, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 29.

(24)

 











































“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan [715]9 dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS. Fathir / 35:32)10

Dalam dunia pendidikan pada umumnya dikenal ada beberapa komponen pendidikan. Dalam konteks komponen pendidikan ini para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda. Misalnya, Soetri Imam Bernadib berpendapat bahwa ada lima macam komponen pendidikan yaitu tujuan, pendidik, anak didik, alat dan lingkungan. Marimba tidak memasukkan lingkungan sebagai komponen pendidikan. Ia berpendapat bahwa komponen pendidikan ialah tujuan, pendidik, anak didik, alat dan kegiatan atau usaha. Selanjutnya, Sudjana mengajukan pendapat bahwa komponen pendidikan ialah tujuan, pendidik, anak didik, materi pendidikan, metode, evaluasi, waktu penyelenggaraan, jenjang pendidikan, dan penyelenggaraannya.11

Metode pendidikan sebagai cara-cara yang ditempuh guru untuk memudahkan siswa memperoleh ilmu pengetahuan, menumbuhkan pengetahuan

9 [715] Mendholimi diri sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan.

10Imam Ghazali Maskur, dkk., ALMUMAYYAZ Al-Qur‟an Tajwid Warna Transliterasi Per Kata Terjemah Per Kata, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2014), hlm. 438.

11 Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), hlm.1.

(25)

ke dalam diri penuntut ilmu, dan menerapkannya dalam kehidupan. Untuk memahami cara-cara itu, maka tidak dapat mengabaikan ilmu pengetahuan dan cara memperolehnya.12

Dalam rangkaian sistem pengajaran, metode menempati urutan sesudah kurikulum. Penyampaian materi apapun tanpa melibatkan metode akan berjalan kurang baik. Metode selalu mengikuti materi, dalam menyesuaikan dengan bentuk dan corak, sehingga mengalami transformasi bila materi yang disampaikan berubah. Akan tetapi, materi yang sama dapat memakai metode yang berbeda- beda.13 Karena pada dasarnya juga metode jauh lebih penting dari materi, seperti halnya dalam bukunya Ismail dalam pembelajaran PAIKEM yaitu:

َا

َطل

َداَوْلا َيِه ُّ نَهَا ُتَقْيِز

ِة

“Metode jauh lebih penting di banding materi.”14

Hal ini juga dapat dilakukan dalam menghafal Al-Qur‟an pada usia yang masih terbilang masih dini yang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda.

Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa dengan melihat mushaf sedikitpun.15

Memiliki kemampuan menghafal Al-Qur‟an secara lengkap (30 juz), jelas merupakan harapan yang paling tidak pernah melintas di hati setiap muslim.

12 Muhammad Dian Nafi‟, dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: ITD, 2007), hlm. 66.

13 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga 2005), hlm. 141.

14 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 2.

15 Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), hlm.

52.

(26)

Betapa tidak, selain memiliki kemuliaan sebagai penjaga (al-hafiẓ) Kalamullah, ternyata para penghafal Al-Qur‟an juga mendapatkan berbagai anugerah. Mulai dari jaminan syafaat di akhirat kelak, hingga derajat sebagai Ahlullah, yakni mereka yang memilki kedudukan sangat dekat di sisi Allah.16

Selain itu juga adanya keutaman Al-Qur‟an dan ahlul Qur‟an dalam hadits nabawi. Mu‟adz bin Anas RA., menyebutkan bahwa Rasulullah saw., bersabda :

“Barangsiapa yang membaca Al-Qur‟an dan mengamalkannya maka akan dipakaikan kepada kedua orangtuanya mahkota yang sinarnya lebih terang daripada sinar matahari di dunia pada hari kiamat nanti, kalaulah sekiranya ada bersama kalian, maka apa perkiraan kalian tentang orang yang mengamalkannya (Al-Qur‟an)?” (HR. Ahmad, Abu Daud, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim).17

Perlu adanya pengajaran Al-Qur‟an, terlebih untuk anak-anak dalam memperkenalkan Al-Qur‟an sejak usia dini baik dalam membaca maupun menghafal dengan berbagai metode yang tepat untuk usia anak-anak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya anak-anak membutuhkan pengajaran Al-Qur‟an, terlebih untuk anak-anak dalam memperkenalkan Al- Qur‟an sejak dini baik dalam membaca maupun menghafal dengan berbagai metode yang tepat. Berdasarkan latar belakang di atas serta keingintahuan yang lebih dalam tentang pembelajaran taḥfiẓ Al-Qur‟an di MI Darul Qur‟an Wonosari, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Metode Pembelajaran Tafi Al-Qur’an (Studi Kasus di Kelas III MI Darul Qur’an

16 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur‟an, (Solo: Al-Andalus, 2015), hlm. 5.

17 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur‟an, (Solo: AL-Andalus, 2015), hlm. 29.

(27)

Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an apa saja yang dipakai di kelas III MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an di kelas III MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul?

3. Bagaimana prestasi dalam pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an yang dicapai oleh siswa di kelas III MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an yang dipakai di Kelas III MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul.

2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an di kelas III MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul.

(28)

3. Untuk mengetahui prestasi dalam pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an yang dicapai oleh siswa di kelas III MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dan memiliki kepentingan dengan masalah yang diteliti yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam usaha peningkatan metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an di MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul.

2. Peneliti memperoleh tambahan wawasan dan pengalaman khususnya berkenaan dengan metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an.

3. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pengembang ilmu yang terkait dengan pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an.

(29)

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Macam-macam metode menghafal Al-Qur‟an yang dipakai di kelas III

Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari Gunungkidul sudah tersusun dan direncanakan serta sudah terbiasa untuk dilaksanakan oleh pihak guru taḥfiẓ dan siswanya hanya tinggal mengikuti saja pada metode yang telah diterapkan.

Pembelajaran taḥfiẓ Al-Qur‟an melalui metode waḥdah (menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafal). Metode jama‟ (ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif dipimpin oleh seorang instruktur). Bin-naẓar (membaca dengan cermat ayat-ayat Al-Qur‟an yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-Qur‟an). Taḥfiẓ (menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah dibaca berulang-ulang secara bin-naar). Talaqqi (menyetorkan hafalan kepada seorang ḥafiẓ Al-Qur‟an). Takrir (mengulang hafalan atau menyima‟kan hafalan). Tasmi‟ (mendengarkan hafalan kepada orang lain, baik kepada perseorangan maupun kepada jama‟ah). Serta metode patneran untuk sima‟an.

2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran taḥfiẓ Al-Qur‟an di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an terdiri dari : Memperbaiki bacaan sebelum menghafal. Menggunakan ukuran mushaf yang mudah untuk dibawa.

Menentukan target hafalan setiap hari. Menghafal dari surat yang disukai.

143

(30)

Melazimi halaqah taḥfiẓ. Mengetahui mekanisme pembelajaran taḥfiẓ.

Memanfaatkan berbagai kesempatan untuk menghafal. Usia siswa yang ideal.

Manajemen waktu dengan adanya pengaturan jadwal khusus untuk menghafal.

Tempat menghafal siswa yang dipisah antara siswa putra dan putri.

Faktor penghambatnya seperti tidak semua siswa memulai belajar taḥfiẓ dari kelas I, karena ada beberapa siswa mutasi dari pindahan. Tenaga pengajar atau guru taḥfiẓ Al-Qur‟an yang masih kurang. Sarana dan prasarana pembelajaran yang lain seperti tempat untuk istirahat bagi siswa putra kurang kondusif karena di masjid pondok putra. Al-Qur‟an yang digunakan sebaiknya diseragamkan agar lebih mudah untuk belajar. Jadi, tidak hanya beberapa siswa saja yang menggunakan Al-Qur‟an pojok.

3. Prestasi atau hasil pencapaian hafalan yang dicapai oleh siswa kelas III putra yang masuk di kelompok taḥfiẓ Al-Qur‟an ada sepuluh siswa. Satu siswa mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 5. Dua siswa hafal juz 30 dan 1 sampai 4. Enam siswa hafal juz 30 dan 1 sampai 2. Serta satu siswa hafal juz 30 dan 1.

Sedangkan 12 siswa yang lain masuk kelompok tahsin Al-Qur‟an menghafalkan juz 30 dan surat pilihan. Untuk siswa kelas III putri berjumlah 16 siswa, yang masuk kelompok taḥfiẓ ada 15 siswa, karena ada 1 siswa yang masih iqro‟ 4 dan memiliki tingkat kecerdasan yang paling berbeda dan paling rendah dibandingkan teman yang lain. Capaian yang diperoleh dari ke-15 siswa tersebut yaitu : Dua siswa mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 9. Dua siswa mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 8. Tiga siswa mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 7. Dua siswa mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 6. Satu siswa

(31)

mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 5. Satu siswa mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 4. Satu siswa mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 3. Dua siswa mencapai hafalan juz 30 dan 1 sampai 2. Satu siswa mencapai hafalan juz 30 dan surat Yasin. Serta ada 1 siswa masih iqro‟ 4 dan hafalannya baru surat An- Nass sampai Al-Qori‟ah.

B. Saran-saran

Ada beberapa saran yang peneliti sampaikan setelah mengadakan penelitian tentang METODE PEMBELAJARAN TAḤFIẒ AL-QUR‟AN (STUDI KASUS DI KELAS III MI DARUL QUR‟AN LEDOKSARI KEPEK WONOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016) yaitu :

1. Bagi Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari

Hal ini khusus ditujukan kepada Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari sebagai lembaga formal hendaknya:

a. Lembaga ini lebih meningkatkan personil opproach (pendekatan individu) terhadap guru dan siswa, sehingga mudah memperoleh informasi tentang perkembangan dan gaya belajarnya. Dengan demikian akan mudah diketahui permasalahan-permasalahan yang timbul serta menghambat pelaksanaan pendidikan terutama yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran taḥfiẓ Al-Qur‟an.

b. Lebih meningkatkan hubungan dengan orangtua siswa dan masyarakat sehingga akan membantu memperlancar pembelajaran taḥfiẓ Al-Qur‟an

(32)

dengan metode yang bervariasi. Jadi, tidak hanya diterapkan di madrasah saja, namun di rumah orangtua siswa juga harus mencoba.

2. Bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari

Hal ini khusus ditujukan kepada seluruh guru taḥfiẓ Al-Qur‟an di Madrasah Ibtidaiyah Darul Qur‟an Wonosari hendaknya:

a. Dapat menerapkan pembelajaran taḥfiẓ Al-Qur‟an sebaik mungkin dan berusaha menciptakan metode yang benar-benar sesuai dengan keinginan dan gaya belajar siswa.

b. Menambah wawasan baru tentang metode-metode pembelajaran yang efektif, penuh kekreatifan dalam mengaktifkan siswa dan menjadikan siswa merasa senang dalam belajar.

c. Menyeragamkan metode yang digunakan oleh guru taḥfiẓ. Sebagaimana yang telah diterapkan oleh bu Ria Fidyawati dalam pembuatan buku harian siswa sebagai laporan kegiatan deresan dan sholat fardhu.

d. Sebaiknya diadakan rapat koordinasi antara guru taḥfiẓ dan guru tahsin Al- Qur‟an dari kelas I sampai kelas III setiap setengah semester untuk memantau jalannya proses pembelajaran baik taḥfiẓ maupun tahsin Al- Qur‟an.

C. Kata Penutup

Alhamdulillahirabbil „alamin, puji syukur yang terdalam peneliti lantunkan pada Dzat Maha Pengasih dan Penolong. Yang telah menitipkan setetes kekuatan dalam menyusun skripsi ini. Yang selalu menunjukkan bahwa dengan usaha dan doa Dia akan hadir dengan kelembutan cinta-Nya, membantu dan

(33)

memberikan kemudahan. Mudah-mudahan kita semua tergolong sebagai umat yang sabar. Aamiin.

Peneliti merasa dengan segenap jiwa dan raga bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka penelitian skripsi ini belum tentu dapat terselesaikan. Maka dari itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada pihak-pihak yang banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan para pihak yang membantu dengan kebaikan yang berlipat ganda dan mendapat pahala yang banyak.

Peneliti juga menyadari bahwa betapa banyak kekurangan dan kesalahan yang masih ada dalam penelitian skripsi ini, hal itu disebabkan oleh ketidaktahuan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan dalam penelitian skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, peneliti berdoa dan berserah diri semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan semua pihak pada umumnya, Amin.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Fattah Az-Zawawi, Yahya. 2015. Revolusi Menghafal Al-Qur’an. Solo: Al- Andalus.

Abdurrahman, Emose. 2009. The Amazing Stories Of AL-Qur’an Sejarah Yang Harus Dibaca!. Bandung: Salamadani.

Abidin, Zainal. 1992. Seluk Beluk al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta.

Agus Sugiyanto, Ilham. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. Bandung:

Mujahid Press.

Al-Hafidz, Ahsin W. 1994. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta:

Bumi Aksara.

Al-Hafidz, Ahsin W. 2005. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Cet. Ketiga, Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, H.M. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, H.M. 1976. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga Sebagai Pola Pengembangan Metodologi. Jakarta:

Bulan Bintang.

Arikunto, Suharmisi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an.

Yogyakarta: Diva Press.

Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bungin, H.M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

DEPDIKBUD RI. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamaludin dan Abdullah Aly. 1998. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung:

Pustaka Setia.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar, cet. I. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Agama RI. 1993. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV.

ALWAAH.

(35)

Ghazali Maskur, Imam dkk. 2014. ALMUMAYYAZ Al-Qur’an Tajwid Warna Transliterasi Per Kata Terjemah Per Kata. Bekasi: Cipta Bagus Segara.

Harun, Nasrun. 1997. Ushul Fiqh. Jakarta: Logos.

Hurlock, Elisabet. 2008. Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elisabet. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang:

Rasail Media Group.

Izzaty, Rita Eka. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Jaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodologi Riset. Bandung: Mandar Maju.

Kasiram, H. Moh. 2010. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman Dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press.

Khalil Jum’ah, Ahmad. 1999. Al-Qur’an dalam Pandangan Sahabat Nabi.

Jakarta: Gema Insan Press.

Kuncaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Lutfiyanto, Lukman. 2011. Pendidikan Karakter Bagi Anak: Kajian Terhadap Novel Dengan Judul Totto Chan Gadis Cilik Di Jendela Karya Tetsuko Kuroyanagi. (Skripsi). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Maghfiroh, Lailatul. 2009. Upaya Pondok Pesantren Wahid Hasyim Mengatasi Kejenuhan Santri Dalam Menghafal Al-Qur’an di Asrama MI Wahid Hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. (Skripsi).

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.

Machmudah, Umi. 2008. Aktive Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab.

Malang: UIN-MALANG PRES.

Moloeng, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(36)

Muhammad At-Toumy AL-Asyabany, Omar. 1979. Falsafah Pendidikan Islam.

Jakarta: Bulan Bintang.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progressif.

Munawwir, Achmad Warson. dan M. Fairuz. 2007. Kamus Indonesia Arab.

Surabaya: Pustaka Progresif.

Musbikin, Imam. 2014. “MUTIARA” Al-QUR’AN, Khazanah Ilmu Tafsir & Al- Qur’an. Madiun: Jaya Star Nine.

Mussen, Paul Henry. 1984. Perkembangan Dan Kepribadian Anak. Jakarta:

Erlangga.

Nafi’, Muhammad Dian. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta:

Instite For Training and Developmen.

Nazarudin, Mgs. 2007. Manajemen Pembelajaran (Implementasi Konsep, Karakteristik, Dan Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum). Yogyakarta: Teras.

Putra Daulay, Haidar. 2007. Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Qomar, Mujamil. 2005 Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahmad, Lisya Nur. 2013. Sistem Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Putri Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. (Skripsi).

Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.

Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sa’dulloh. 2008. 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.

Sa’dulloh. 2008. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.

Shihab, M. Quraish. 1995. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

(37)

Shihab, M. Quraish. 1998. Mukjizat Al-Qur’an: Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan.

Sholahuddin, Mahfudz. 1996. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT.

Bima Ilmu.

Sopiatin, Popi. 2011. Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam, Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suismanto. 2004. Menelusuri Jejak Pesantren. Yogyakarta: Alief Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sumanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriyono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar Dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.

Ubaid Al-Hafizh, Majdi. 2014. 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Qur’an. Solo:

Aqwam Media Profetika.

Wahid, Wiwi Alwiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Menghafal AL-Qur’an.

Yogyakarta: Diva Press.

(38)

Wahyudin, Arif. 2009. Tahfidzul Qur’an Siswa MTs Wahid Hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.

Yusuf, Syamsul. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

Rosda Karya.

(39)

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA Pedoman Wawancara

A. Kepala Madrasah MI Darul Qur‟an

1. Bagaimana sejarah dan latar belakang didirikannya MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul ?

2. Bagaimana perkembangan siswa-siswi MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul ?

3. Berapa jumlah siswa-siswi MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul ?

4. Bagaimana letak geografis MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul ?

5. Bagaimana struktur organisasi yang ada di MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul ?

6. Bagaimana sarana dan prasarana MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul ?

7. Prestasi apa saja yang pernah diraih MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul ?

(40)

B. Wali kelas III MI Darul Qur‟an

1. Apa dasar dan tujuan Taḥfiẓ Al-Qur‟an di MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul ?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an ? 3. Materi apa saja yang diberikan kepada siswa-siswi ?

4. Metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an ?

5. Bagaimana hasil yang telah dicapai ?

6. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an ?

7. Bagaimana usaha untuk mengatasi faktor penghambat tersebut ? C. Pengampu atau guru Taḥfiẓ Al-Qur‟an

1. Bagaiamana proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran program Taḥfiẓ Al-Qur‟an ?

2. Problem apa yang Ibu hadapi dalam pelaksanaan pembelajaran program tersebut ?

3. Apa saja faktor yang mendukung pelaksanaan pembelajaran program Taḥfiẓ Al-Qur‟an ?

4. Usaha-usaha apa yang dilakukan pihak madrasah untuk dapat mencapai target dari program Taḥfiẓ Al-Qur‟an ?

5. Bagaimana hasil dari pelaksanaan pembelajaran program Taḥfiẓ Al- Qur‟an ?

(41)

Pedoman Dokumentasi

1. Letak dan Keadaan Geografis

2. Sejarah Berdiri dan Proses Perkembangannya 3. Struktur dan Tujuan Pendidikan

4. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan 5. Rumusan Kurikulum MI DarulQur‟an 6. Keadaan Sarana dan Prasarana Pedoman Observasi

1. Keadaan dan letak geografis MI Darul Qur‟an 2. Penyampaian materi Taḥfiẓ Al-Qur‟an

3. Penggunaan metode pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an 4. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran Taḥfiẓ Al-Qur‟an

(42)

Catatan Lapangan 1

Metode Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Hari / Tanggal : Jum‟at, 20 Mei 2016

Jam : 12.30 WIB

Lokasi : Kantor Guru MI Darul Qur‟an Sumber Data : Ibu Yuyun Khumaidati, S.Pd.I Deskripsi Data :

Peneliti datang untuk menyerahkan surat izin penelitian dari KPMPT Kabupaten Gunungkidul. Berbincang-bincang dengan guru sekaligus bidang kurikulum Ibu Yuyun Khumaidati, S.Pd.I tentang MI Darul Qur‟an.

Interpretasi :

Peneliti berbincang-bincang mengenai bagaimana prosedur penelitian yang akan dilaksanakan di MI Darul Qur‟an. Pada kesempatan ini peneliti tidak dapat bertemu langsung dengan kepala madrasah dikarenakan beliau ada kunjungan dari pondok ke pusat pendidikan bahasa Inggris di Pare Kediri. Peneliti diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan penelitian di MI Darul Qur‟an Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul oleh Bapak pengasuh pondok pesantren Darul Qur‟an Wal Irsyad Drs. KH. A. Kharis Masduki, M.SI serta Bapak Anwarudin, S.Pd.I selaku kepala madrasah.

Catatan Lapangan 2

Metode Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Hari / Tanggal : Jum‟at, 20 Mei 2016

Jam : 16.00 WIB

Lokasi : Masjid Putri Pondok Darul Qur‟an Wal Irsyad Sumber Data : Ibu Ria Fidyawati, S.Pd.I

Deskripsi data:

Peneliti datang ke Masjid putri Pondok Pesantren Darul Qur‟an Wal Irsyad guna bertemu dengan Ibu Ria Fidyawati, S.Pd.I selaku guru taḥfiẓ kelas III putri

(43)

dan sebagai wali kelas III putri. Peneliti melalukan wawancara bebas terpimpin mengenai pelaksanaan taḥfiẓ al-Qur‟an di MI Darul Qur‟an. Terutama pada pelaksanaan pembelajarannya baik di kelas MI maupun di kelas sore.

Interpretasi :

Mengutip secara singkat apa yang beliau sampaikan bahwa kegiatan belajar di MI Darul Qur‟an itu menggunakan sistem full day school yang dilaksanakan dari jam 07.00 sampai dengan 16.00 WIB. Dengan rangkaian pembelajaran yang juga banyak diselengi waktu untuk siswa istirahat, makan, bermain, bahkan tidur siang pun ada waktunya. Hal ini menunjukkan bahwa hak anak tidak dikorupsi oleh pihak manapun. Kebanyakan orangtua justru malah senang ketika anaknya dititipkan untuk belajar di madrasah ini, dengan pertimbangan anak dapat belajar ngaji dan berada di lingkup suasana pesantren dan ada pengawasan dari guru. Namun siswa yang tinggal di asrama pondok justru lebih sedikit dibandingkan siswa yang nglajo, karena tidak banyak siswa yang berasal dari luar kabupaten Gunungkidul. Ibu Ria Fidyawati biasa dipanggil oleh anak-anak dengan sebutan Ibu Afid. Beliau menyampaikan bahwa dalam menghafal al-Qur‟an itu diperlukan ketekunan dan keseriusan. Selain itu kunci dari hafalan adalah mengulang-ulangnya atau muroja‟ah pada hafalan yang telah lalu agar tidak lupa. Contohnya apabila sudah hafal sampai juz lima, maka harus ada waktu untuk mengulang kembali hafalan tersebut dari juz 1. Tujuan dari mengulang-ulang hafalan adalah untuk menjaga hafalan agar tidak lupa.

Catatan Lapangan 3

Metode Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Hari / Tanggal : Senin, 23 Mei 2016

Jam : 14.30 WIB

Lokasi : Masjid Putra Pondok Darul Qur‟an Wal Irsyad Sumber Data : Bapak Anwarudin, S.Pd.I

Deskripsi data:

(44)

Bertemu dengan Bapak Anwarudin, S.Pd.I selaku kepala madrasah, lurah pondok pesantren, pendamping siswa putra kelas III, serta guru taḥfiẓ al-Qur‟an kelas III putra. Peneliti berbincang-bincang dengan beliau mengenai program taḥfiẓ al-Qur‟an di madrasah dan beliau menjelaskan siapa saja guru taḥfiẓ yang ada di madrasah dalam menghafal Al-Qur‟an. Menanyakan bagaimana keadaan guru yang khusus membimbing dalam embelajaran taḥfiẓ al-Qur‟an ini. Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran taḥfiẓ al-Qur‟an pada hari itu. Semua siswa melakukan murajaah bersama di masjid pondok. Beberapa siswa ada yang murajaah dengan bin nadhar, sebagian juga ada yang dengan tanpa melihat mushaf. ḥafiẓ

Interpretasi :

Peneliti mendapat izin untuk mengamati sementara proses pembelajaran taḥfiẓ al-Qur‟an pada siswa putra MI Darul Qur‟an di masjid pondok. Program taḥfiẓ al-Qur‟an ini tidak diikuti oleh semua siswa putra kelas III. Karena sebagian ada yang masuk pada kelompok tahsin yaitu agar siswa mampu membaca Al-Qur‟an dengan bacaan mujawwad. Jadi konsentrasi pembelajarannya tidak hanya pada ranah taḥfiẓ saja, tetapi tahsin juga diperhatikan dalam perkembangannya.

Catatan Lapangan 4

Metode Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Hari / Tanggal : Selasa, 24 Mei 2016

Jam : 11.00 WIB

Lokasi : Kantor Guru MI Darul Qur‟an Sumber Data : Bapak Nur Ahmadi, S.Pd.I Deskripsi data:

Peneliti bertemu dengan Bapak Nur Ahmadi, S.Pd.I selaku guru mengaji di kelompok tahsin dan taḥfiẓ al-Qur‟an. Beliau seorang guru ngaji yang juga sudah ḥafiẓ al-Qur‟an. Peneliti menanyakan kegiatan pembelajaran taḥfiẓ di madrasah ini. Apa perbedaan pembelajaran dalam kelompok tahsin dan taḥfiẓ.

(45)

Pembelajaran siswa kelas III putra terdiri dari 10 siswa masuk pada kelompok taḥfiẓ dan 12 siswa lainnya masuk pada kelompok tahsin bersama dengan bapak Nur Ahmadi. Bapak Nur Ahmadi menyampaikan bahwa program taḥfiẓ pada awal kelas I dulu diawali dengan guru membacakan ayat secara berulang-ulang kemudian ditirukan oleh siswa. Kemudian pada taḥfiẓ sore diawali dengan murajaah dan deresan bersama-sama sekaligus membimbing siswa yang belum bisa membaca al-Qur‟an dengan lancar atau masih iqra‟. Metodenya dengan cara bimbingan secara klasikal atau bersama-sama karena keterbatasan guru. Karena khusus guru taḥfiẓ di madrasah ini adalah mereka yang telah ḥafiẓ atau ḥafiẓah.

Antar siswa saling berpasangan atau metode patner satu sama lain untuk saling menyimak. Dengan adanya tugas menghafalkan maka siswa wajib melakukan setoran kepada guru taḥfiẓ sesuai dengan capaian hafalan masing-masing. Awal- awalnya dengan deresan misalnya surat pada juz 30 atau juz‟ama sebanyak setengah juz atau 10 halaman dengan menggunakan al-Qur‟an pojok. Proses pembelajaran berikutnya adalah siswa melakukan setoran hafalan disesuaikan dengan pencapaian hafalannya masing-masing.

Deresan secara klasikal bertujuan untuk menyeragamkan bacaan dan lagunya. Pada saat deresan pun lagunya juga sama seperti itu. Selanjutnya adalah tes hafalan. Tes hafalan dilakukan setelah beberapa fase atau setelah beberapa kali pertemuan. Misalnya setiap satu hari siswa telah menghafalkan ¾ baris, ketika sudah sampain 1 halaman siswa tersebut di tes. Apabila salah atau lupa lebih dari lima kali maka harus diulang-ulang lagi agar tidak lupa dan tidak menjadi beban bagi siswa. Karena apabila kesalahan tersebut semakin menumpuk maka akan semakin berat bagi siswa untuk memperbaiki dan mengulangnya dikemudian hari.

Kelompok tahsin yang beliau bimbing terdiri dari 12 siswa kelas III putra.

Konsentrasi pada kelompok ini adalah membaca al-Qur‟an dengan cara iqra‟

binadhar yaitu dengan melihat mushaf secara baik dan benar disesuaikan dengan bacaan mujawwad. Meskipun demikian, kelompok tahsin juga ada materi hafalannya yang terdiri dari surat pada juz 30 serta surat pilihan seperti Yasin, Ar- Rahman, Al-Waqiah, dan Al-Mulk.

(46)

Interpretasi :

Kelompok taḥfiẓ terdiri dari 10 siswa dan tahsin terdiri dari 12 siswa kelas III putra. Pembelajaran taḥfiẓ dilakukan pada jam pagi dan sore. Awal mula kelas I taḥfiẓ pagi dilakukan dengan guru membacakan berulang-ulang lalu para siswa menirukannya. Kemudian taḥfiẓ sore diawali dengan murajaah dan deresan bersama-sama. Bagi kelompok tahsin ditujukan agar siswa mampu membaca al- Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan mujawwad serta konsentrasi hafalannya pada juz 30 dan surat pilihan Yasin, Ar-Rahman, dan Al-Waqiah.

Catatan Lapangan 5

Metode Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Hari / Tanggal : Rabu, 25 Mei 2016

Jam : 07.00 WIB

Lokasi : Halaman Madrasah dan Ruang Kelas III putri Sumber Data : Siswa kelas III putri dan Ibu Ria Fidyawati, S.Pd.I Deskripsi data:

Sebelum masuk kelas masing-masing, siswa melakukan upacara di halaman madrasah dengan membaca asmaul husna, doa kepada kedua orang tua dan doa mau belajar. Kemudian peneliti masuk pada kelas III putri. Siswa membuka pelajaran dengan berdoa bersama, dipimpin oleh salah satu siswa bernama Athiya. Pemimpin doa setiap harinya digilir sesuai dengan urutan absen.

Siswa memulai pelajaran dengan membaca surat Al-Fatihah yang ditujukan kepada para leluhur yang sudah mendahuluinya dan untuk diri mereka sendiri, dilanjutkan doa untuk orangtua.

Bu guru mengabsen siswa, kemudian menanyakan sudah sampai mana hafalannya. Jawaban masing-masing siswa berbeda-beda, karena memang tingkat hafalan masing-masing siswa itu berbeda. Berbarengan dengan guru mengabsen siswa, siswa maju ke depan kelas untuk mengumpulkan tugas rumah. Kemudian bu guru mengingatkan bahwa kemarin sudah ngaji sore selama tiga hari yaitu hari Sabtu, Senin, dan Selasa.

(47)

Bu Ria menunjuk Zulfia dan Bila untuk membuka Al-Qur‟an untuk membaca dan menyimak teman-temannya yang murajaah hafalan juz 1. Sambil mengiri lagu siswa yang qiroati pada jam pelajaran pagi, bu Ria juga turut membaca juz 1 tanpa mushaf sambil mengetuk meja dengan spidol agar bacaan siswa dapat kompak dan senada. Dalam menghafal itu bu Ria juga mengingatkan dan memperhatikan siswa yang hanya diam tidak mau mengikuti hafalan atau yang kurang mampu mengikuti hafalan. Tugas siswa yang menyimak adalah membenarkan apabila ada bacaan yang salah.

Sesekali bu Ria juga mengingatkan siswanya, misalnya hafalan sambil main-main atau mengganggu teman sebangkunya, maka bu Guru akan memperingatkan dengan memanggil namanya. Contoh dengan menyebut nama Raina, jangan disambi main-main! Namun tidak dengan bentakan, hanya cukup dengan memanggil namanya berserta nasehat secukupnya.

Hafalan pagi dilalui dengan cara guru dan siswa-siswanya menghafal atau membaca tanpa melihat mushaf secara bersama-sama, bu Ria menyebutnya dengan deresan. Kali ini hafalannya sudah kembali pada juz 1. Bu Ria menyampaikan bahwa mengulang hafalan atau murajaah untuk deresan pagi itu berurutan dari juz 1 sampai juz 8. Setelah selesai pada juz 8, ya akan diulangi lagi dari juz 1. Hal ini bertujuan agar siswa tidak lupa pada hafalan sebelumnya dan dapat sebagai cara untuk menjaga hafalan. Selain itu juga bertujuan untuk memanggil kembali memori lama untuk mengingat pada hafalan yang telah lampau, karena materi hafalan juz 1 itu telah dihafalkan pada saat kelas 1.

Mengulang hafalan yang telah lalu adalah kunci dari menghafal agar tetap terjaga hafalannya. Bu Ria juga menyampaikan bahwa khusus bagi siswa pindahan seperti Neti yang baru masuk MI Darul Qur‟an pada pertengahan tahun pelajaran 2015/2016 harus mengawali hafalannya dari juz 30 dan seterusnya.

Karena siswa baru yang dari pindahan sekolah juga membutuhkan waktu untuk penyesuaian diri pada lingkungan madrasah yang baru serta ia harus tinggal di pondok karena dari luar kabupaten Gunungkidul. Apabila Neti langsung ditujukan pada materi hafalan sesuai dengan target madrasah pada kelas III yaitu juz 6 sampai juz 8, maka hal itu sudah pasti akan memberatkan diri siswa.

(48)

Interpretasi:

Peneliti melihat secara langsung proses pembelajaran di madrasah, yang dimulai dari upacara di halaman madrasah sampai pada proses pembelajaran taḥfiẓ di kelas III putri. Para siswa deresan bersama dengan maksud untuk murajaah pada hafalan yang telah lalu agar tidak lupa.

Catatan Lapangan 6

Metode Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Hari / Tanggal : Kamis, 26 Mei 2016

Jam : 07.00 WIB

Lokasi : Halaman Madrasah dan Ruang Kelas III putri Sumber Data : Siswa kelas III putri dan Ibu Ria Fidyawati, S.Pd.I Deskripsi data:

Peneliti turut serta dalam pembelajaran yang berlangsung di kelas. Para siswa membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan membaca bersama surat Al-Baqarah ayat 1 sampai dengan 76. Sebagian anak yang belum hafal juz 1 yaitu Alfi.

Menurut apa yang disampaikan oleh bu Ria, bahwa Alfi memang berbeda dari siswa yang lain, dimana ada permasalah pada perkembangan intelegensinya dan orangtuanya pun mengakui akan hal ini. Ada keterlambatan dalam berfikirnya.

Alfi memang baru sampai iqra, namun ia juga menghafalkan materi hafalan surat- surat pendek pada juz 30. Meskipun demikian, ia tetap memperhatikan dan mendengarkan teman-temannya yang sedang deresan. Dalam artian Alfi tidak ramai atau mengganggu temannya. Ketika deresan itu, dalam pemberhentian pada tengah-tengah ayat dan dari mana siswa memulai kembali bacaannya itu siswa sudah tahu.

Pada sela-sela deresan, peneliti mendengar bu Ria mengatakan,

“tangannya diem, Raina!” Guru tidak banyak menasehati, hanya sesekali bila dirasa perlu. Karena jika terlalu banyak menasehati akan mengganggu konsentrasi siswa. Setelah mengaji sekitar 50 menit, siswa diperbolehkan istirahat sebentar untuk minum. Tentu mereka juga lelah dan haus ketika mengaji sampai 50 menit tanpa jeda itu. Hal ini dilakukan agar siswa tidak bosan dan jenuh dalam mengaji.

(49)

Metode hafalan yang digunakan adalah beberapa siswa ada yang melakukan patneran atau berpasang-pasangan untuk saling menyimak satu sama lain. Ada pula beberapa yang menghafal sendiri. Siswa melakukan tugas setoran hafalannya sesuai dengan tingkat hafalannya masing-masing. Hal ini dilakukan karena tidak semua siswa mempunyai kapasitas hafalan yang sama. Salah satu siswa bernama Imun menyampaikan kepada peneliti bahwa deresan pagi biasanya sampai ¼ juz atau lima halaman. Biasanya deresan yang tidak pakai Al-Qur‟an atau tidak dengan membaca itu pada juz 30, 1, 2, dan 3, karena kebanyakan sudah pada hafal mbak.

Interpretasi :

Peneliti melihat proses pembelajaran taḥfiẓ di kelas III putri yang berjalan dengan baik dan lancar. Karena sebelum bu guru masuk kelas, siswa sudah mengkondisikan diri dengan baik. Beberapa metode yang diterapkan oleh bu Ria adalah dengan deresan bersama untuk murajaah, kemudian melanjutkan hafalan baru. Siswa yang akan memperdengarkan hafalannya kepada bu guru dipersilahkan untuk menyetorkan hafalannya kepada bu guru.

Catatan Lapangan 7

Metode Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Hari / Tanggal : Jum‟at, 27 Mei 2016

Jam : 07.00 WIB

Lokasi : Halaman Madrasah dan Ruang Kelas III putri Sumber Data : Siswa kelas III putri dan Ibu Ria Fidyawati, S.Pd.I Deskripsi data:

Peneliti mengikuti proses pembelajaran taḥfiẓ di kelas III putri. Guru dan siswa membaca tanpa mushaf pada juz 1 halaman 11 sampai 20 yaitu surat Al- Baqarah ayat 77 sampai 141. Sebagian siswa ada yang membuka mushaf Al- Qur‟an yang bertujuan untuk menyimak apabila ada bacaan yang salah. Siswa yang menyimak dan membaca dengan mushaf adalah Raina, Yumna, dan Imun.

(50)

Hal ini atas perintah dari bu guru. Siswa kelas III putri terdiri dari 16 siswa. Kemudian siswa istirahat sebentar setelah melakukan deresan tersebut.

Setelah itu bu Ria mengintruksikan kepada siswa untuk tahsin atau membaca pada halaman tahsin berikutnya yaitu pada juz 12 halaman pertama tepatnya pada surat Hud ayat ke enam dan seterusnya. Bu Ria bertanya siapa yang akan maju membaca pada bu guru, lalu siswa membacanya secara bergantian di meja bu guru dan bu Ria menyimaknya.

Interpretasi:

Proses pembelajaran taḥfiẓ yang ada di kelas III putri berjalan dengan kondusif dan baik. Setiap siswa sudah ada kesadaran diri untuk mandiri membaca Al-Qur‟an. Pada saat bergantian untuk membaca atau tahsinul qur‟an tidak saling berebut. Pengkondisian pada siswa putri lebih mudah.

Catatan Lapangan 8

Metode Pengumpulan Data : Observasi dan Wawancara Hari / Tanggal : Jum‟at, 27 Mei 2016

Jam : 14.00 WIB

Lokasi : Masjid Pondok Darul Qur‟an putri Sumber Data : Ibu Ria Fidyawati, S.Pd.I

Deskripsi data:

Peneliti melanjutkan penelitian dengan berbincang-bincang bersama Ibu Ria Fidyawati, S.Pd.I selaku guru taḥfiẓ kelas III dan wali kelas III putri. Beliau menyampaikan bahwa pada saat murajaah dan qira‟ati dari jam 07.00 sampai 07.50 WIB, siswa diberi jeda untuk istirahat dan minum secukupnya. Kemudian bagi siswa yang tahsinnya dengan Bu Asti maka melanjutkan belajar untuk tahsin al-Qur‟an bersama bu Asti yaitu Maulidina, Nurul Jannati, dan Amelia. Salah satu siswa yang masih iqra‟ 4 di kelas ini adalah Alfi. Alfi merupakan siswa pindahan yang harusnya sudah kelas IV. Akan tetapi waktu pindah di MI Darul Qur‟an ini

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Alhamdulillah, atas izin dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Implementasi Pembiasaan Kegiatan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur‟an)

Berdasarkan hasil observasi peneliti mengenai penerapan metode menghafal al- Qur´an di Sekolah Dasar Muhammadiyah Palangka Raya, guru menggunakan beberapa metode yaitu:

Tahfizh Al-Qur`an diPondok Pesantren Rafah sudah sangat baik, karena faktor- faktor penghambat yang ada bukan disebabkan oleh metode yang diterapkan melainkan

Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah: 1) Untuk mengetahui metode menghafal Al- Qur‟an pada santri putri studi kasus di Rumah Tahfidh Darul Ilmi

Sebelum mengulang dengan metode ini, Huffazh harus memilih teman yang juga hafal Al-Qur‟an. Lalu, membuat kesepakatan waktu, surat, dan metode pengulangan yang

Perencanaan program tahfidz al qur`an di MI Syirkah Salafiyah wonojati jenggawah Dalam melakukan aktivitas manajerial, kepala madrasah memiliki kedudukan sebagai manajer di lembaga

3 Problematik yang dihadapi metode sa‟adah dalam menghafal Al-Qur‟an sebagai implementasi Q.S An-Nahl ayat 78 di MI Unggulan Nuris Jember yaitu a kurangnya guru tahfidz, b terdapat