• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi komunikasi kelompok sadar wisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "strategi komunikasi kelompok sadar wisata"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI KELOMPOK SADAR WISATA DESA DORO O’O DALAM PEMBANGUNAN WISATA NISA LAMPA

DANA

Oleh : DIAN ASTUTI NIM.170301042

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

(2)

STRATEGI KOMUNIKASI KELOMPOK SADAR WISATA DESA DORO O’O DALAM PEMBANGUNAN WISATA NISA LAMPA

DANA

(Studi Kasus Kelompok Sadar Wisata Desa Doro O’o, Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima)

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi Persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial

Oleh : DIAN ASTUTI NIM.170301042

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Jadilah salah satu dari sekian orang – oarang yang bermanfaat”

(Dian Astuti)

⧫◆





⧫❑⧫

◼

⬧

⧫⧫◆

➔

⧫❑⧫◆

⧫

⬧☺

⬧◆

➔

❑⬧☺



Artinya: “ dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”1

1 Kementrian Agama RI Ar-Rahim, al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Mikraj Khasanah Ilmu, 2016), hlm. 63.

(7)

PERSEMBAHAN :

“Skripsi ini saya persembahkan untuk : Orang tua saya tercinta yang dengan segala harapan dan perjuangannya selama ini tidak pernah berhenti untuk memberikan dukungan dengan cinta dan kasih, yang salalu mengingatkan saya untuk terus menjadi lebih baik dan bermanfaat. Terimakasih yang tak terhingga untuk kalian bapak Abdul Malik dan ibu Rahmi yang senantiasa mengirimkan do’a – do’a baik untuk kami anak – anakmu, saya yakin hal – hal baik yang terjadi dalam hidup saya itu karena hasil pertempuran do’a kalian dilangit Allah.”

(8)

KATA PENGANTAR

Allhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur yang tak hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT satu – satunya tuhan, atas segala limpahan rahmat dan nikmat serta pertolonganya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Komunikasi Kelompok Sadar Wisata Desa Doro O’o Dalam Pembangunan Wisata Nisa Lampa Dana”. Sholawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan umat sang penerang jagat, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang menancapkan bendera Laillahailallah Muhammadarasulullah di atas muka bumi Allah dan Innsya Allah akan tegak sampai akhir zaman.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi untuk diajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Mataram, tepatnya di program studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kepada dosen pembimbing ku bapak Dr. Winengan, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan bapak Dr.Mugni Assafari, M.Pd,.Bi selaku pembimbing 2, terimakasih atas bimbingan, masukan, saran, kritikan, dan respon baiknnya sehingga skripsi ini bisa sampai dititik penyelesaian.

2. Kepada bapak selaku penguji 1, dan ibu penguji 2 yang telah memberikan begitu banyak masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

3. Kepada bapak Najamudin.,M.Si sebagai ketua jurusan;

4. Dr.H.Subhan Abdullah Achim,M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

5. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah member tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan member bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama – lama di kampus tampa pernah selesai.

6. Kepada Jaz Maroonku Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tempatku ditempa, tempatku bertemu orang – orang baik yang bergelar IMMawan dan IMMawati, terimakasih sudah menjadi salah satu rezeki dari Allah, yang senantiasa memberikan semangat, bantuan dan dukunngan.

7. Kepada almamater tercinta terimakasih atas pengalaman selama 4 tahunnya, sedikit banyak memberikan perubahan dalam hidup saya, tidak hanya memberikan tambahan kata di akhir nama saya yang disebut gelar atau titel yang menandakan saya sudah menempuh strata 1 diperguruan tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, tapi lebih memberikan banyak perubahan lewat ilmu – ilmu yang didapatkan.

(9)

8. Kepada pihak lembaga tempat penulis melakukan penelitian terimakasih atas respon baiknnya sehingga peneliti bisa dilancarkan dalam penyusunan hasil penelitian hingga menjadi sebuah bentuk skripsi untuk tugas akhir. Dan yang tidak bisa dilupakan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas dukungannya.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat – lipat dari Allah swt.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, teriring doa semoga skripsi ini dapat membawa kebaikan dan bisa bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Mataram, 11 Januari 2022 Penulis,

Dian Astuti

NIM.170301042

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vi

HALAMAN MOTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumus Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

D. Ruang Lingkup Dan Seting Penelitian ... 14

E. Telaah Pustaka ... 15

F. Kerangka Teori... 20

G. Metode Penelitian... 55

H. Sistematika Pembahasan ... 63

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 67

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67

B. Sejarah dan Perkembangan Nisa Lampa Dana ... 72

C. Profil Kelompok Sadar Wisata Nisa Lampa Dana ... 78 D. Sarana Dan Prasarana Wisata Nisa Lampa Dana Desa Doro O’o86

(11)

BAB III PEMBAHASAN ... 92

A. Komunikasi Kelompok Sadar Wisata dalam Pembangunan Wisata Nisa Lampa Dana ... 92

B. Strategi Komunikasi Yang Dilakukan Kelompok Sadar Wisata Dalam Pembangunan Wisata Nisa Lampa Dana ... 99

C. Faktor Penghambat Kelompok Sadar Wisata Dalam Pembangunan Wisata Nisa Lampa Dana ... 115

BAB IV PENUTUP ... 119

A. Keseimpulan ... 199

B. Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

“STRATEGI KOMUNIKASI KELOMPOK SADAR WISATA DESA DORO O’O DALAM PEMBANGUNAN WISATA NISA LAMPA

DANA”

Oleh:

Dian Astuti Nim.170301042

ABSTRAK

Sejak diresmikan pada tanggal 02 Agustus 2020 sampai dengan tahun 2021 wisata Nisa Lampa Dana tidak ada perubahan yang sangat signifikan dalam segala aspeknnya, baik fisik, non fisik sehingga penelitian ini membahas tentang strategi komunikasi kelompok sadar wisata dalam pembangunan wisata Nisa Lampa Dana dengan mengetahui rencana dan bagaimana tahap pelaksanaan program – program kerja kelompok sadar wisata dalam mewujudkan Nisa Lampa Dana sebagai objek wisata unggulan di Desa Doro O’o.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi kelompok sadar wisata Desa Doro O’o dalam pembangunan wisata Nisa Lampa Dana, dan menganalisis faktor yang menjadi penghambat pembangunan wisata Nisa Lampa Dana. Fenomena tidak adannya perkembangan pada pembangunan Nisa Lampa Dana baik secara fisik dan non fisik melatar belakangi peneliti memfokuskan penelitian pada strategi komunikasi kelompok sadar wisata dalam pembangunan Nisa Lampa Dana.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, Prosedur yang digunakan untuk memperoleh data peneliti melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga peneliti memperoleh sumber data primer selain itu untuk memperkaya data peneliti juga memperoleh data – data tidak langsung berupa laporan – laporan tertulis yang terkait dengan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa penghambat terealisasinya program kerja pokdarwis Nisa Lampa Dana yaitu beberapa pemangku kepentingan dalam pembangunan wisata kurang menjalankan peran sesuai topoksinnya, Pokdarwis Nisa Lampa Dana juga masih kurang maksimal merealisasikan program – program alternatif untuk mengisi kekosongan program akibat beberapa program yang tunda pelaksana akibat kurang anggaran.

Kata Kunci : strategi komunikasi, pembangunan, pokdarwis

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk menjelaskan fenomena tentang pariwisata di Indonesia, bisa mengingatkan kembali di tahun 1997-an, dimana pada tahun itu bangsa Indonesia dilanda krisis multi dimensi. Yang memberikan dampak cukup berat bagi bangsa ini. Dari ukuran ekonomi makro, menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional telah menyebabkan rendahnya penciptaan lapangan kerja. Pada tahun 2002 pengangguran terbuka meningkat menjadi 9,1 juta(Bappenas, 2003) dan ini mengakibatkan penduduk miskin mencapai 28,4 juta jiwa atau 18,20% dari penduduk Indonesia yang disusul dengan angka kemiskinan yang mencapai 37,4 juta atau sebesar 17,42% dari penduduk Indonesia2003(BPS, 2004).2

Posisi daya saing bangsa Indonesia dalam skala global pun cukup memprihatinkan. Pada kondisi yang seperti ini, sektor pariwisata telah tumbuh menjadi sektor alternatif yang mampu mendorong pembangunan daerah ketika pilihan pada sektor lain menghadapi jalan buntu. Sektor pariwisata sebagai salah satu sektor yang sangat berbasis pada potensi lokal (alam, budaya, dan jasa).

Pembangunan pariwisata memiliki peran yang penting dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata

2 Muhamad Zaenuri, “Perencanaan Strategis Kepariwisataan Daerah Konsep dan Aplikasi”, (Yogyakarta; e-Gov Publishing, 2012), hal.01.

(14)

memberi kontribusi devisa dari kunjungan wisatawan mancanegara dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) beserta komponen – komponennya. Dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya bangsa, juga peningkatan jati diri bangsa. Dalam aspek lingkungan,dapat mengangkat produk dan jasa wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional(RPJM 2009 - 2014).3

Dengan menimbang bahwa keadaan alam, flora dan faunasebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan pariwisata untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945; bahwa kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari hak asasi manusia, bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, ter-rencana, terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai – nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional; bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan

3Ibid.,hlm.03

(15)

berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global; maka diperlukan adanya regulasi untuk mengatur pengelolaan pariwisata, sehubung dengan hal tersebut ditetapkan Undang – undang Nomor 10 Tahun 2009 tetang kepariwisataan sebagai basis regulasi pemerintah yang kemudian juga dijadikan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah masing – masing.4

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat diandalkan dalam pembangunan nasional karena pariwisata dapat meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan daerah serta devisa negara (Peraturan Mentri Pariwisata No 8 Tahun 2017) tentang pendapatan Nasional dan pendapatan Daerah. Pariwisata juga berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran hal ini dibuktikan dengan kontribusi sektor pariwisata terhadap tenaga kerja pada tahun 2010 menyumbang 4 juta orang menjadi 12,1 juta orang pada tahun 2015 atau 10,6% dari total tenaga kerja nasional sekaligus menciptakan kesejahteraan masyarakat.5

Dalam realitanya, sektor pariwisata dijadikan sebagai alat untuk menormalkan kembali ekonomi Indonesia yang kurang stabil. Untuk mendukung sektor pariwisata, maka diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat dan keprofesionalan dari pemerintah dalam memberi kebijakan pembangunan sektor pariwisata itu sesuai dengan peraturan dan ketetapan

4Ibid., hlm. 05.

5 Mustamin H. Idris dkk, Upaya Pemerintah Kabupaten Bima Dalam Melibatkan Masyarakat Membangun Wisata Lariti Di Kecamatan Sape Kabupaten Bima

(16)

pemerintah pada undang – undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentanng kepariwisataan.

Menurut Peraturan Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2004, Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia setelah Kanada Peraturan Mentri Pariwisata Tahun 2015 No 545 tentang luas wilayah perairan Indonesia. Tidak heran Indonesia memiliki begitu banyak wilayah pantai dengan pasir putih yang luas dan menjadi objek wisata.

Nusa Tenggara Barat merupakan sektor kepulauan yang terbagi menjadi 2 kawasan pulau besar yaitu, pulau Lombok dan Sumbawa, memiliki destinasi – destinasi pariwisata potensial. Salah satu dari sekian destinasi Nisa Lampa Dana yang terletak di Teluk Waworadadan termasuk dalam lingkup wilayah Desa Doro O’o Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

Objek Wisata Nisa Lampa Dana di Desa Doro O’o Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, sangat potensial dengan daya tarik wisata berupa laut yang terbelah membentuk jalan dari timbunan pasir putih yang terhampardari bibir pantai sampai di pulau sepanjang kurang lebih 300 Meter, jalan ini menjadi penghubungbibir pantai menujusebuah pulau kecil yang masyarakat sekitar kenal dengan sebutan “Nisa Lampa Dana”

yang dalam bahasa Indonesia-nya berarti “Pulau Jalan Kaki”. Nisa (Pulau)

(17)

Lampa Dana (Jalan Kaki).Ya, sesuai Namannya Nisa Lampa Dana (pulau jalan kaki) ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari bibir pantai menuju ketengah pulau saat air laut surut dan tidak bisa dilewati dengan berjalan kaki ketika air laut pasang. Meski begitu pengunjung masih bisa mengunjungi Nisa Lampa Dana saat air laut pasang menggunakan perahu masyarakat dengan biaya sesuai kesepakatan.

Selain laut terbelah, yang menjadi daya tarik Nisa Lampa Dana yaitu berupa pasir putih, hutan mangrove yang mengelilingi pinggir pulau,bukit Savana yang memukau, kondisi alam yang masih alami dan kekayaan hayati yang dimiliki Nisa Lampa Dana.Namun, dari banyak daya jual yang dimiliki Nisa Lampa Danakurang di dukung oleh infastruktur jalan dan infastruktur pendukung wisata. Melihat potensi alam yang melimpah ruah itu, upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Doro O’o berharap agar Pemerintah Pusat dan Daerah mengatensi khusus rencana program aksi nyata Pemerintah Desa setempat agar segera memperbaiki infastruktur (akses jalan) yang memadai yang menuju lokasi wisata yang berjarak 4 km dari jalan utama. Di samping untuk kepentingan pengembangan di sektor pariwisata, infastruktur juga tentu sangat menopang perputaran ekonomi lokal, mengingat potensi alam di Desa Doro O’o sangat melimpah ruah. Hanya saja selama ini belum juga ada perhatian dari pemerintah untuk memperbaiki akses transportasi darat, karena mengangkut hasil panen raya disektor pertanian, kelautan dan

(18)

perikanan seperti budidaya udang faname,budidaya rumput laut, dan sebagainya butuh infastruktur yang memadai.6

Nisa Lampa Dana sudah diresmikan dan ditetapkan sebagai destinasi wisata di Kabupaten Bima oleh Pemerintah Desa, Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Hal itu ditandai dengan pengukuhan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) pada tanggal 02 Agustus 2020.

Acara peresmian dihadiri oleh Camat Langgudu Rizal Ramli, S.sos, Kepala Desa Doro O’o Syamsudin SH, Ketua BPD Doro O’o Rusdin, S.pd, beserta seluruh stake holder.

Pengukuhan kelompok sadar wisata merupakan salah satu upaya pemerintah Desa Doro O’o untuk mengembangkan objek wisata yang adadi Desa. dengan melibatkan partisipasi pemangku kepentingan yakni meliputi 3 pihak; Pemerintah, Swasta dan Masyarakat.Masing – masing pemangku kepentingan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun harus saling bersinegri dan melangkah bersama – sama untuk mencapai dan mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan yang disepakati.

Dalam kerangka pembangunan objek wisata salah satu aspek mendasar bagi keberhasilan pembangunan kepariwisataan adalah dapat diciptakannya lingkungan dan suasana kondusif yang mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suat tempat. Iklim atau

6 Aris Munandar, “Fenomena laut terbelah, pemdes Doro O’o Bima resmi tetapkan Nisa Lampa Dana sebagai Destinasi Unggulan”, dalam https://www.penjuru.id/fenomena-laut-terbelah- pemdes-doro-oo-bima-resmi-tetapkan-nisa-lampa-dana-sebagai-destinasi-wisata-unggulan/, diakses tanggal 24 Maret 2021, 19.29.

(19)

lingkungan kondusif tersebut terutama dikaitkan dengan perwujudan sadar wisata dan sapta pesona yang dikembangkan secara konsisten di kalangan masyarakat yang tinggal di sekitar destinasi pariwisata.

Sapta Pesona, sebagaimana yang disinggu diatas merupakan 7 unsur pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif dan ideal begi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung.

Ketujuh unsur tersebut meliputi :

1. Aman, suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang memberikan rasa tenang, bebas dari rasa takut dan kecemasan bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

2. Tertib, suatu kondisi lingkungan dan pelayanan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan sikap disiplin yang tinggi serta berkualitas fisik dan layanan yang konsisten dan teratur serta efisien sehingga memberikan rasa nyaman dan kepastian bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

3. Bersih, Suatu kondisi Lingkungan serta kualitas produk dan pelayanan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sehat higienis sehingga memberikan rasa nyaman dan senang bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

(20)

4. Sejuk, suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sejuk dan teduh yang akan memberikan perasaan nyaman dan betah bagi wisataan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

5. Indah, suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang indah dan menarik yang akan memberikan rasa kagum dan kesan yang mendalam bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut, sehingga mewujudkan potensi kunjungan ulang serta mendorong promosi ke pasar wisatawan yang lebih luas.

6. Ramah, suatu kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap masyarakat di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang mencerminkan suasana yang akrab, terbuka dan penerimaan yang tinggi yang akan memberikan perasaan nyaman, perasaan diterima dan betah (seperti di rumah sendiri) bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

7. Kenangan, suatu bentuk pengalaman yang berkesan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang akan memberikan rasa senang dan kenangan indah yang membekas bagi

(21)

wisatawan dalammelakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

Dalam hal ini kelompok sadar wisata (Pokdarwis) atau kelompok penggerak pariwisata sebagai bentuk kelembagaan informal yang dibentuk anggota masyarakat (khususnya yang memiliki kepedulian dalam mengembangkan kepariwisataan di daerahnya). Firmansyah, mengilustrasikan posisi dan peran penting kelompok sadar wisata dihubungkan dengan pengembangan kepariwisataan atau destinasi pariwisata dalam gambar berikut;7

.

Gambar 1.1 Diagram Keterkaitan Sadar Wisata dalam Pengembangan Destinasi Pariwisata

Selainposisi dan peran penting pokdarwis dalam pembentukannya dibekali dengan tujuan besar yang dimana tujuan terbentuknya adalah

7Firmansyah Rahim, Pedoman Kelompok Sadar Wisata, (Jakarta: Januari 2012), hlm. 7.

(22)

memperkenalkan, melestarikan dan memanfaatkan potensi daya tarik wisata yang ada dimasing – masing daerah, dengan adanya pokdarwis dapat memperkenalkan budaya kepada wisatawan sehingga wisatawan dapat melihat keunikan objek wisata, meningkatkan posisi dan peran masyarakat sebagai subjek atau pelaku penting dalam pembangunan kepariwisataan, serta dapat bersinegri dan bermitra dengan stake holder yang terkait dalam perkembangan kepariwisataan daerah.

Namun sejak peresmian wisata Nisa Lampa Dana sekaligus pengukuhan pokdarwis pada bulan Agustus 2020 tidak ada pengembangan dan tindak lanjut dari pokdarwis dalam melestarikan dan memanfaatkan potensi wisata Nisa Lampa Dana. itu terlihat dari fisik Nisa Lampa Dana yang terlihat kotor dan tidak ter-urus. Sampah plastik berserakan di pinggir – pinggir pulau, sampah – sampah tersebut merupakan hasil pembuangan masyarakat yang bermukim di desa sekitar Nisa Lampa Dana, dan juga merupakan sampah dari pengunjung pulau. Berkaitan dengan kebersihan pulaupasca peresmin pokdarwis, tercatat 1 kali pada Oktober 2020 pemuda dan pelajar Desa Doro O’o melakukan baksos (bakti sosial) bersih – bersih pantaidi Nisa Lampa Dana, kegiatan baksos ini diinisiasi oleh FORTAS P2D organisasi pemuda dan pelajar Desa Doro O’o yang pada saat itu dibawah kepengurusan Saudara Hamdul selaku ketua umum FORTAS P2D periode 2020/2021.

Selain itu, beberapa sarana yang diadakan peserta KKN sebagai salah satu program kerja berbentuk fisik dari mahasiswa – mahasiswi

(23)

KKN PAR IAI Muhammadiyah Bima angkatan ke V (lima) tahun 2020 di ketuaioleh saudara Bima, pengadaan sarana oleh peserta KKN berlangsung selama satu minggu dari 20 – 27 Agustus 2020, saat ini sarana tersebut beberapa sudah ada yang rusak juga hilang.

Banyaknya masyarakat yang kurang dalam memahami pentingnya pariwisata sehingga kurang mendukung perkembangan wisata Nisa Lampa Dana juga menjadi faktor yang mengakibatkan tidak ada perkembangan yang signifikan dalam pembangunan wisata tersebut.

Berangkat dari permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Kelompok Sadar Wisata Dalam Pembangunan Wisata Nisa Lampa DanaDesa Doro O’o ”

B. Rumusan Masalah a. Identifikasi Masalah

1. Lokasi wisata ini sangat strategis dan memiliki daya tarik untuk memikat wisatawan.

2. Infastruktur jalan menuju wisata Nisa Lampa Dana kurang memadai.

3. Kinerja pokdarwis belum maksimal dalam pengembangan pariwisata.

4. Tidak ada strategi yang jelas dari pokdarwis dalam pembangunan wisatadan pengembangansapta pesona Nisa Lampa Dana.

5. Adanya faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata.

(24)

b. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini peneliti hanya fokus pada apa factor penghambat pembangunan wisata Nisa Lampa Dana dan bagaimana strategi komunikasi kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam pembangunan pariwisata Nisa Lampa Dana di Desa Doro O’o Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.

c. Rumusan Masalah

Berbekal latar belakang diatas menjadi landasan rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana strategi komunikasi kelompok sadar wisata (pokdarwis) dalam pembangunan pariwisata Nisa Lampa Dana di Desa Doro O’o.

2. Apa saja kendala yang jadi penghambat kelompok sadar wisata dalam pembangunan wisata Nisa Lampa Dana di Desa Doro O’o.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana saja strategi komunikasi kelompok sadar wisata dalam pembangunan pariwisata Nisa Lampa Dana di Desa Doro O’o.

(25)

2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang menjadi penghambat kelompok sadar wisata dalam pembangunan wisata Nisa Lampa Dana di Desa Doro O’o

b. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa : 1. Manfaat Akademik

Adapun manfaat akademik pada penelitian ini selain bermanfaat sebagai sarat penunjang kelulusan peneliti di bangku perguruan tinggi adalah:

a) Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan untuk bidang ilmu komunikasikhususnya yang berkaitan dengan pariwisata.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi pihak – pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis khususnya bidang ilmu komunikasi.

2. Manfaat Sosial

Adapun manfaat sosial pada penelitian ini adalah:

a) Penelitian ini diharapkan menambah kajian ilmu komunikasi dan mengembangkan pola komunikasi, serta dapat menjadi salah satu karya tulis yang dapat menerima respon positif dari kelompok sadar wisata Desa Doro O’o Kecamatan Langgudu.

(26)

b) Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi kelompok sadar wisata Desa Doro O’o Kecamatan Langgudu dalam mengembangkan pariwisata.

c) Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan pertimbangan untuk instansi yang terkait dalam pengembangan pariwisata di Desa Doro O’o Kecamatan Langgudu.

D. Ruang Lingkup dan Seting Penelitian a. Ruang Lingkup Penelitian

Supaya dalam pembahasan terhadap permasalahan yang telah dikonsepkan tidak kabur, maka penting dilakukan pembatasan – pembatasan disesuaikan dengan fokus permasalahan, sehingga pembahasan yang disampaikan menjadi lebih terarah.

Kajian akan diawali dengan pemaparan teoritis tentang bagaimana bentuk strategi komunikasi yang dilakukan kelompok sadar wisata Desa Doro O’o dalam pembangunan wisata Nisa Lampa Dana. Jadi, tegasnya penelitian ini hanya membatasi pengamatan terhadap bentuk dan strategi komunikasi kelompok sadar wisata dalam pembangunan pariwisata Nisa Lampa Dana Desa Doro O’o.

(27)

b. Seting Penelitian

Seting penelitian yang dimaksud ialah deskripsi tentang setting alamiah lokasi penelitian ini, disertai penjelasan – penjalasan kenapa memilih lokasi tersebut.

Dalam penelitian ini, Nisa Lampa Dana Desa Doro O’o Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima menjadi lokasi pilihan peneliti melakukan penelitian karena dirasa peran kelompok sadar wisata dalam pembangunan wisata Nisa Lampa Dana sangat penting dalam pengembangan Potensi wisata tersebut. Selain dari itu lokasi penelitian bisa mudah dijangkau peneliti sehingga mempermudah peneliti memperoleh data – data yang terkait.

E. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu menjadi satu acuan peneliti dalam melakukan penelitian sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian yang sebelum – sebelumnya, penulis tidak mendapatkan penelitian dengan judul yang sama seperti penelitian penulis. Namun penulis mengangkat sebagai referensi dengan tujuan memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.

Bagaian ini mencantumkan urauian secara sistematis tentang hasil penelitian terdahulu tentang persoalan yang dikaji dalam penelitian. Hasil – hasil penelitian terdahulu antara lain :

Pertama penelitian yang dilakukan oleh Agustine prodi Ilmu Komunikasi, jurusan Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum,

(28)

Universitas Negeri Surabaya tahun 2019 yang penelitiannya dituangkan dalam bentuk tulisan berupa Jurnal dengan judul “Comunication Betwen Eqsuals Dan Constientizing Dalam Pengembangan Desa Wisata Kampung Durian (studi kasus)”. Dalam penelitian ini memaparkan, kurangnya perhatian dari pemerintah desa saat itu dan akses yang kurang menjadikan potensi lokal Kampung Durian terjama. Faktor lain adalah permainan tengkulak, serta pengetahuan masyarakat terhadap tehnologi dalam pemasyaran menjadikan desa ini hampir tidak bisa berkembang. Namun, dengan kerja keras semua aspek seperti pemerintah, masyarakat, serta badan usaha perlahan namun pasti kampung durian mulai dijalankan dan dikembangkan. Pendekatan yang digunakan peneliti yakni pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus bersifat deskriptif. Dalam memperoleh data peneliti menggunakan tiga tehnik pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Perbedaan yang mendasar antara penelitian yang dilakukan oleh Agustine Wilujeng dan peneliti ialah judul, objek penelitian dan waktu dimana peneliti terdahulu mengangkat judul ““Comunication Betwen Eqsuals Dan Constientizing Dalam Pengembangan Desa Wisata Kampung Durian” objek penelitian di Desa Duyung, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mujokerto, pada tahun 2019.

Sedangkan kesamaan peneliti terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada pendekatan penelitian dan tujuan penelitian, dimana tujuan penelitian terdahulu untuk mendeskripsikan mengenai komunikasi pembangunan partisipatori yang digunakan oleh pengelola desa wisata

(29)

Kampung Durian (Pokdarwis) dalam memberdayakan masyarakat melalui program desa wisata Kampung Durian. Dalam penelitian ini strategi komunikasi pembangunan diperlukan terkait dengan tujuan dari pemberdayaan masyarakat, yaitu perubahan perilaku yang bermakna menjadikan masyarakat yang awalnya tidak mampu menjadi mampu baik itu dari segi ekonomi maupun ilmu pengetahuan sebagai penunjang pemberdayaan masyarakat berbasis kampung durian, yang kaitanya dengan ranah komunikasi8.

Penelitian kedua oleh Roni Firdaus, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember dengan judul “Strategi Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Merdeka Dalam Memperkenalkan Wisata Hablum Minal A’lam”. Menyatakan bahwa, untuk meningkatkan kunjungan wisata tentu membutuhkan strategi – strategi tertentu, yang mana strategi tersebut dirasa mampu meningkatkan kunjungan wisata sesuai dengan yang diinginkan. Teori Difusi Inovasi menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi dikemukakan lewat chanel tertentu sepanjang waktu kepada anggota kelompok dari suatu sistem sosial. Menutut Teguh Adi Suprapto selaku pendiri pokdarwis merdeka strategi yang kurang optimal dan asal – asalan yang dilakukan personil Pokdarwis Merdeka ini bisa membuat organisasi ini mengalami kebangkrutan sebesar kurang lebih Rp 20 juta untuk pembangunan rumah apung yang tidak sukses. Mengingat

8 Agustine Wilujeng, “Communication Between Equals Dan Constientzing Dalam Pengembangan Desa Wisata Kampung Durian”, Comersium, Vol. 02, Nomor 01, Tahun 2019.

(30)

menejemen seperti itu semakin hari organisasi ini mengalami gejolak bahkan bubar. Hal ini bisa dilihat dari halaman facebook pokdarwis yang monoton dalam penyajian konten – kontenya yang disajikan kepada khalayak, tampilan pamflet yang kurang kreatif dan diskusi yang kurang efektif dikarenakan para anggotanya merangkap jabatan diorganisasi lainya. Peneliti memaparkan bahwa di Jember memang memiliki banyak organisasi serupa dengan pokdarwis merdeka. Tetapi peneliti lebih tertarik meneliti pokdarwis yang ada di Desa Andongrejo karena organisasi ini mempunyai ciri khas dalam membangun wisata yang mengedepankan konsep hablum minal a’lam yang mana konsep ini sangat cocok di lakukan di kawasan tersebut mengingat lokasinya termasuk kawasan konserfasi.

Fokus penelitian penulis, 1). bagaimana strategi komunikasi kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Merdeka dalam memperkenalkan wisata hablum minal a’lam di Desa Andongrejo Tempurejo Jember. 2) bagaimana strategi komunikasi pokdarwis dalam menghadapi hambatan – hambatan dalam pengelolaan pariwisata, 3). Bagaimana strategi komunikasi kelompok sadar wisata Merdeka dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Desa Andongrejo. Adapun tujuan penelitian 1). Mendiskripsikan strategi komunikasi strategi komunikasi kelompok sadar wisata (POKDARWIS) Merdeka dalam memperkenalkan wisata hablum minal a’lam di Desa Andongrejo Tempurejo Jember. 2). Mendiskripsikan strategi komunikasi pokdarwis dalam menghadapi hambatan – hambatan dalam pengelolaan pariwisata. 3). Mendiskripsikan starategi komunikasi kelompok sadar

(31)

wisata Pokdarwis Merdeka dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Desa Andongrejo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian merupakan pendekatan kualitatif, dalam pengumpulan data menggunakan obserfasi, dokumentasi dan wawancara, analisis yang digunakan adalah model analisis data interaktif miles dan huberman. Penelitian ini dilakukan di Desa Andongrejo Tempurejo Jember 2019. Persamaan dengan peneliti sama – sama meneliti tentang strategi komunikasi kelompok sadar wisata dan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian. Sedangkan perbedaan peneliti terdahu dengan peneli terletak pada objek, fokus dan tujuan penelitian seperti yang dipaparkan diatas.9

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Agung Suryawan, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Juli 2016, dengan judul “Peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sedang Arum Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata (Studi Kasus Di Desa Wisata Tlahab Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung)”. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa, Pokdarwis Sedang Arum berperan aktif dalam Memperkenalkan, melestarikan, dan memanfaatkan potensi wisata,Mengelola pariwisata,Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota serta masyarakat, juga Menjalin kerja sama dengan organisasi lain. Dalam suksesnya menjalankan peran – peran dalam pengembangan wisata

9 Roni Firdausi, “Strategi Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Merdeka dalam Memperkenalkan Wisata Hablum Minal A’lam Di Desa Andongrejo Tempurejo Jember”, (Skripsi, KPI, FD IAIN Jember, 2019).

(32)

Pokdarwis Sendang Arum tidak terlepas dari dukungan pemerintah kabupaten temanggung, sumber daya alam yang melimpah, sumber daya manusia, peninggalan kebudayaan Mataram Kuno dan kearifan lokal yang tetap dilestarikan. Sedangkan faktor penghambatnya, yaitu : kurangnya partisipasi masyarakat dan kurangnya kesadaran serta aktualisasi masyarakat terhadap sapta pesona. Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif. Persamaan peneliti terdahu dengan penulis sama – sama mengunakan metode penelitian kualitatif dan fokus penelitian pada Pokdarwis, dan yang menjadi perbedaanya peneliti terdahul fokus pada peran pokdarwis dalam pengembangan potensi wisata sedangkan penulis fokus pada strategi komunikasi pokdarwis dalam pembangunan wisata.10

F. Kerangka Teori 1. Komunikasi

a. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan atau pendapat dari setiap partisipasi komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar menusia, dengan berkomunikasi manusia dapat berhubungan satu sama lain dalam

10 Agung Suryawan, “Peran Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Sendang Arum Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata (Studi Kasus Di Desa Wisata Tlahab Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung)”, (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2016)

(33)

kehidupan sehari – hari dimanapun manusia itu berada.

Komunikasi juga merupakan hal yang sangat vital dalam keberlangsungan dan keberhasilan sebuah interaksi, baik dalam lingkungan formal semisal organisasi atau lembaga pendidikan maupun pada tataran interaksi pada organisasi yang bersifat umum.11

Dalam aksioma komunikasi, manusia pasti dalam hidupnya berkomunikasi, aksioma ini memberikan suatu gambaran bahwa sepanjang manusia manusia hidup tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi sejak bangun tidur sampai tidur lagi, baik komunikasi secara verbal maupun komunikasi non verbal.

b. Jenis Komunikasi

Secara umum, jenis komunikasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.

1. Komunikasi Verbal

Verbal communication merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan. Seperti contoh berbicara dengan orang lain, menelpon kawan, presentasi makalah, membacakan puisi, mendengarkan radio. Komunikasi verbal walaupun

11 R. Wayne Pace & Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, terj. Deddy Mulyana (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 41

(34)

lebih kecil presentase keberhasilannya dibandingkan komunikasi nonverbal, komunikasi verbal tetaplah dibutuhkan karena ada beberapa situasi yang tidak bisa disampaikan secara nonverbal.

2. Komunikasi Nonverbal

Bentuk komunikasi nonverbal adalah bentuk komunikasi yang memiliki sifat kurang terstruktur sehingga sulit untuk dipelajari. Apalagi perbedaan daerah, pendidikan, ruang lingkup sosial akan mempunyai latar belakang yang berbeda, bisa menyebabkan penafsiran atas sesuatu yang tidak sama pula sehingga pemahaman akan komunikasi nonverbal tetaplah merupakan suatu kondisi yang harus dipelajari.

c. Hambatan – Hambatan dalam Proses Komunikasi

Dalam pelaksanaan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal seringkali tidak semua pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan.

Beberapa faktor penghambat dalam proses komunikasi adalah : 1. Masalah dalam mengembangkan pesan dikarenakan

munculnya keragu – raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau dengan orang

(35)

yang akan menerima. Disamping itu, dimungkinkan juga adanya pertentangan emosi, atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.

2. Masalah media sebagai alat dalam proses penyampaian pesan.

3. Masalah dalam menerima pesan dapat terdeteksi seperti persaingan antara penglihatan dengan pendengaran, suasana yang tidak nyaman, cahaya yang mengganngu, konsentrasi yang tidak terpusat.

4. Masalah dalam menafsirkan pesan dipengarusi oleh perbedaan latar belakang, penafsiran makna, perbedaan reaksi emosional dan lain sebagainya.

d. Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam konteks sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor diluar orang – orang yang berkomunikasi, yang terdiri atas: pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan. Kedua, aspek psikologis, seperti: sikap, kecendrungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi. Ketiga, aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai

(36)

sosial, dan karakteristik budaya. Dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi.12

Konteks komunikasi adalah lingkungan atau situasi dimana komunikasi sedang terjadi. Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya, konteks komunikasi ini diuraikan secara berlainan. Istilah – itilah lain juga digunakan untuk merujuk pada konteks yang lazim, situasi, keadaan, arena, jenis, cara, pertemuan, dan kategori.

Berdasarkan konteks atau tingkatan analisisnya, teori – teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam lima konteks atau tingkatan yaitu:

1. Intrapersonal Communication adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang melalui system syaraf dan inderanya.

2. Interpersonal Communication atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.

3. Group Communication, memfokuskan pembahasanya pada interaksi di antara orang – orang dalam kelompok – kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi.

12 Zaenal Mukarno, Teori – Teori Komunikasi, (Bandung: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020), hlm 22.

(37)

4. Organizational Communication, menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk – bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk – bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok.

5. Mass Communication adalah komunikasi melalui media massa yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek – aspek komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi.

e. Prinsip – Prinsip Komunikasi

Selain dimensi kontek komunikasi, ada juga prinsip – prinsip komunikasi, setidaknya ada 12 prinsip komunikasi yaitu:

1. Komunikasi adalah proses simbolik.

2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.

3. Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan.

4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesenjangan.

5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.

6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.

7. Komunikasi bersifat sistematik.

(38)

8. Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.

9. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional.

10. Komunikasi bersifat nonsekuensial.

11. Komunikasi bersifat irreversible.

12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.

f. Model – Model Komunikasi

Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur – unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi.

Model sebagai cara menunjukan sebuah objek, yang didalamnya dijelaskan kompleksitas suatu proses, pemikiran dan hubungan antara unsur – unsur yang mendukungnya.

Pada dasarnya model komunikasi juga mempunyai sifat dan fungsi untuk menjelaskan suatu fenomena yang diamati. Adapun model – model komunikasi sebagai berikut:

1. Model komunikasi Linier.

2. Model komunikasi Relational.

3. Model komunikasi Konvergen:

3.1.Model Aristoteles 3.2.Model Laswal

(39)

3.3.Model Shannon & Weaver 3.4.Model schramm

3.5.Model Dance

3.6.Model Noelle Neumann

3.7.Model Komunikasi Intrapribadi 3.8.Model Komunikasi Antar Personal 3.9.Model Newcomb

3.10. Model DeFleur 3.11. Model Rilay & Riley g. Komunikasi Pembangunan

Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Dalam ilmu komunikasi telah berkembang suatu spesialisasi mengenai penerapan teori dan konsep komunikasi secara khusus untuk keperluan program pembangunan yang dikenal dengan sebutan komunikasi pembangunan. Komunikasi pembangunan mencakup studi, analisa, promosi, dan evaluasi teknologi komunikasi untuk seluruh sektor pembangunan.

Beberapa ahli berpendapat tentang komunikasi pembangunan diantaranya ialah:

1. Quebral, merumuskan bahwa komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan

(40)

rencana pembangunan suatu negara. Dikemukakan pula bahwa komunikasi pembangunan merupakan salah satu terobosan (break-through) dilingungan ilmu sosial, dan merupakan inovasi yang harus diusahakan agar diketahui orang dan diterima sebelum ia digunakan.

2. Gomez, merumuskan komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara – negara sedang berkembang, terutama kegiatan komunikasi untuk perubahan sosial yang berencana. Komunikasi pembangunan dimaksudakan untuk secara sadar untuk meningkatkan pembangunan manusiawai, dan itu berarti komunikasi yang akan menghapuskan kemiskinan, pengangguran, dan ketidak adilan.

3. Sementara itu Effendy, mendefinisikan komunikasi pembangunan sebagai proses penyebaran pesan oleh sesorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.

(41)

Berdasarkan pandangan dan kenyataan yang berkembang, pengertian komunikasi pembangunan dapat dirangkum dalam dua perspektif pengertian:

1. Dalam arti luas

Melibatkan masalah yang luas: komunikasi politik, komunikasi sosial-budaya, dan kebijakan komunikasi.

Komunikasi pembangunan dalam arti luas meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktifitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dan pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.

2. Dalam arti sempit

Dalam arti sempit pengertian komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan kepada para pelaku pembangunan berupa penyebaran pesan oleh seseorang atau

(42)

kelompok pada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah untuk mencapai tujuan pembangunan yang manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.

Kajian tentang konsep teoritis komunikasi pembangunan sebenarnya telah dilakukan oleh beberapa ahlimelalui beberapa studi mereka, diantaranya adalah:

1. Studi Daniel Lerner

Lerner dipandang sebagai orang pertama yang melakukan studi mengupas tentang hubungan komunikasi dengan pembangunan. Pada pokoknya,Lener mengungkapkan bahwa ,odernisasi suatu bangsa dimulai dari terjadinya urbanisasi.

Menurutnya, untuk bisa berubah menjadi modern, anggota masyarakat harus memiliki mobilitas baik dalam arti fisik,maupun psikis.

2. Studi Mc. Clelland

Dalam studinya Clelland berkesimpulan bahwa untuk mewujudkan suatu masyarakat harus dimulai dengan merubah sikap mental (atittude) para anggotanya, menurut penelitiannya, sejarah menunjukan bahwa masyarakat yang telah maju ternyata didorong oleh

(43)

kebutuhan untuk pencapaian sesuatu atau need for achievementtersebut.

3. Studi Wilbur Schramm

Studi Schramm terfokus pada kedudukan media massa sebagai komunikasi yang terkait perannya dengan pembangunan. yang pada pokoknya adalah bahwa media massa dapat membantu penyebarluasan informasi tentang pembangunan, sejumlah peran media massa dalam pembangunan yakni: meluaskan wawasan masyarakat, memfokuskan perhatian masyarakat pada pembangunan, meningkatkan aspirasi, membantu merubah sikap dan praktek yang dianut. Menegakan norma – norma sosial, membantu membentuk selera, dan lain – lain.

4. Studi Rogers dan Shoemaker

Rogers dan Shoemaker mengemukakan teori Difusi Inovasi teori ini mengkaji tentang pesan – pesan berupa ide – ide ataupun gagasan yang baru. Yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Difusi inovasi sebagai suatu gejala kemasyarakatan berlangsung seiring dengan perubahan sosial yang terjadi, dan perubahan sosial pun memotivasi orang untuk menemukan dan menyebarluaskan hal – hal yang

(44)

baru. Kehadiran inovasi ke tengah suatu sistem sosial terutama karena terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat ataupun antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Melalui saluran – saluran komunikasi terjadi pengenalan, pemahaman, penilaian, yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi.

Komunikasi pembangunan dikelompokan dalam beberapa pendekatan sebagai berikut:

Pendekatan 1.

Pada akhir tahun 50an dan selama tahun 60an, pendekatan inilah yang dominan, pendekatan ini menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang cepat melalui industrialisasi. Ketika itu diyakini bahwa akumulasi modal melalui mekanisme tabungan dan investasi merupakan mesin penggerak pembangunan.

Karena itu penekanannya dititikberatkan pada industri berat, tehnologi – tehnologi pada modal, dan urbanisasi.

Tapi kemudian pendekatan ini dirasa tidak memenuhi harapan.

Pendekatan 2.

Pengalaman dengan pendekatan I tadi mendorong para ahli komunikasi untuk membentuk

(45)

strategi baru, dan berusaha menjawab permasalahan pokok berikut ini:

1. Bagaimana caranya agar dengan melaksanakan pembangunan dapat dicapai suatu keadilan yang distributive.

2. Bagaimana agar ide – ide kemandirian, pengelolaan sendiri, pembangunan sendiri, dan partisipasi rakyat dapat dipenuhi.

3. Bagaimana agar media komunikasi yang lama dan yang baru dapat secara purposive diterpadukan.

4. Seampuh apakah kebudayaan dapat dijadikan suatu sekutu dan pembantu pembangunan.

5. Bagaimana agar seseorang dapat menyusun suatu model komunikasi pembangunan yang lebih sadar sejarah dan spesifik untuk suatu masyarakat.

6. Bagaimana agar seseorang dapat mempertimbangkan faktor – faktor struktural yang menghambat pembangunan.

(46)

Pendekatan 3.

Menurut pendekatan ini peran komunikasi dalam pembangunan adalah:

1. Pendidikan

2. Strategi komunikasi hendaklah memobilisasi dukungan bagi penataan kembali masyarakat secara struktural.

3. Tekanan pada seluruh komunikasi antarpribadi.

Pendekatan 4.

Pendekatan ini ditandai dengan penekanan yang eksplisit pada gagasan untuk mengandalkan kemampuan diri sendiri. selain itu, pendekatan ini juga pendekatan ini juga sedang menyusun bentuk secara utuh ini mencerminkan keinginan untuk secara strategis memadukan sejumlah ide yang berkaitan dengan pembangunan yang tumbuh belakangan ini. Adapun ide – ide yang dimaksud adalah:

1. Memaksimalkan partisipasi masyarakat.

(47)

2. Memulai dan mendasarkan pembangunan pada masyarakat yang paling bawah.

3. Pembangunan desa secara terpadu.

4. Penggunaan tehnologi tepat guna.

5. Pemenuhan sejumlah kebutuhan dasar.

Berikut ini beberapa teori komunikasi pembangunan yang dikembangkan oleh para ahli, diantaranya adalah:

1. Teori Potensi Sosial

Proses terjadinya pembangunan dalam konteks hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial.

Tahap itu antaranya:

a. Artificial level, yaitu tahapan memulai hubungan.

Bahwa manusia mempunyai kemampuan tertentuuntuk memulai hubungan yang pada tahap ini informasi yang kita dapatkan dari orang lainantara lain, nama, usia, alamat, dan lainnya.

b. Intimate level,yaitu tahapanhubungan yang mengarah kepada hubungan yang lebih mendalam sehingga dapat menentukan status hubungan tersebut. Pada level ini kita telah mempunyai informasi yang lebih lengkap, antaranya hobi, hal yang tidak disukai, hal yang ditakuti, kebiasaan dan lain sebagainya.

(48)

c. Veri intimate level,yaitu tahapan hubungan intim yang sudah lama dan informasi sudah banyak kita dapatkan.

Pada tahapan ini biasanya akan terbentuk negosiasi – negoasiasi atas informasi yang kita dapatkan, misalnya kita membiasakan diri dengan kebiasaan orang lain.

2. Teori kebutuhan

Teori need dikembangkan oleh Mc. Clelland dan Murray. Mereka memaparkan bahwa komunikasi merupakan kebutuhan manusia sebagai cara untuk mencapai keberlangsungan hidup hidup. Apalagi manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup.contoh, jika kita memerlukan makan maka kita pasti membutuhkan orang lain,baik untuk mengadakan makanan secara langsung maupun menyediakan bahan makanan yang lain. Kebutuhan inilah yang merangsang manusia untuk menyampaikan pesan kepada orang lain bahwa ia membutuhkan sesuatu untuk mempertahankan hidupnya.

3. Teori Neurobiologis

Secara Faali, manusia mempunyai proses biologis yang mempengaruhi proses komunikasi manusia. Proses ini melibatkan proses yang terjadi di syaraf – syaraf manusia.

(49)

Syaraf manusia terdiri atas dendrit. Dendrit berfungsi sebagai penerima perintah dari otak untuk menyampaikan informasi. Kemudian dendrite akan meneruskan perintahkepada soma namun yang diterimanya masih secara mentah. Selanjutnya informasi ini akan diterjemahkan dan ditanggapi oleh axon sebagai inti syaraf. disamping itu proses transformasi kultural yang dilakukan oleh daya kognitif yang ditentukan oleh memes. Memes inilah yang mempengaruhi DNA manusia sehingga mempunyai sifat – sifat tertentu dalam kepribadiannya. Bahkan kadang kala memes ini berfungsi sebagai kontak radar untuk menentukan evaluasi (dalam proses komunikasi intrapersonal) terhadap orang lain.

4. Teori Difusi Inovasi

Studi difusi mengkaji pesan – pesan berupa ide – ide ataupun gagasan – gagasan baru. Difusi inovasi sebagai suatu gejala kemasyarakat berlangsung bebarengan dengan perubahan sosial yang terjadi. Berlangsunganya perubahan sosial, diantaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal – hal baru. Hal – hal yang baru tersebut dikenal sebagai inovasi. Masuknya inovasi ketengah suatu sistem sosial terutama karena terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat, Ataupun antara suatu

(50)

masyarakat dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian, komunikasi merupakan faktor yang penting dalam pembentukan sebuah inovasi. Dalam proses penyebar serapan inovasi terdapat unsur –unsur yang terjadi dari suatu inovasi, yanng dikomunikasikan melalui saluran tertentu, dalam suatu jangka waktu, dan diantara para anggota suatu sistem sosial. Dalam pandangan msyarakat yang menjadi klie dalam penyebar serapan inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap gagasan ataupun cara – cara baru yang dimaksud, yaitu: keuntungan – keuntungan relative, keserasian, kerumitan, dapat dicobakan, dan dapat dilihat. Masyarakat yang menghadapi penyebarserapan inovasi dikelompokan dalam beberapa golongan yaitu:

innovator, penerimaan diri, mayoritas dini, mayoritas belakangan, dan langgard. Dalam penerimaan suatau inovasi, biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan, yaitu tahap pengetahuan, tahap bujukan, tahap putusan, tahap iplementasi, dan tahap pemastian.

5. Teori Dependensi

Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara – negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut. Namun lebih banyak ditentukan oleh faktor

(51)

eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan keterbelakangan negera Dunia Ketiga adalah adanya campur tangan dan dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia Ketiga.

Dengan campur tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi,namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan . keterbelakangan jilid dua di negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan negara maju kepada negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus diputus dan biarkan negera Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara mandiri.

2. Pariwisata

a. Pengertia Pariwisata

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pariwisata adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi. Istilah pariwisata pertama kali digunakan pada tahun 1959 dalam Musyawarah Nasional Turismen II di Tretes, Jawa

(52)

Timur. Istilah ini dipakai sebagai pengganti kata Turism sebelum kata pariwisata diambil dari bahasa sansekerta.13

Sebagai dasar untuk mengkaji dan memahami berbagai istilah kepariwisataan, berpedoman pada Bab 1 Pasal 1 UU RI No 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan yanng menjelasakan sebagai berikut:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap oranng dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

13 Ngurah Widyatmaja, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata, (Denpasar: Pustaka Larasa, 2017), hlm. 15.

(53)

5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang atau jasa pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

8. Pengusaha pariwisata adalah orang – orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang terkait dalam rangka menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan penyelenggaraan pariwisata.

10. Kawasan strategi pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi

(54)

untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh dalam suatu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.14

b. Unsur – Unsur Pariwisata

Pada dasarnya bagian – bagian dari gejala pariwisata terdiri dari tiga unsur:

1. Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata).

2. Tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan itu sendiri selama berdiam ditempat tujuan).

3. Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri selama berdiam ditempat tujuan).15

c. Daya Tarik Wisata

Dalam kegiatan wisata, ada pergerakan manusia dari tinggalnya menuju ke destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata, merupakan kawasan geografis yang berada dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata,

14 Ibid, hlm. 18

15 Isdarmanto, Dasar – Dasar Kepariwisataan dan Pengelolaan Destinasi Pariwisata, (Yogyakarta: Gerbang Media Aksara, 2016), hlm. 13.

(55)

fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Setiap destinasi pariwisata memiliki daya tarik berbeda – beda sesuai dengan kemampuan atau potensi yang dimiliki. Ada dua jenis daya tarik wisata yang biasanya ditampilkan di destinasi pariwisata yaitu:

1. daya tarik wisata alam, segala bentuk daya tarik yang dimiliki oleh alam, misalnya: laut, pantai, gunung, danau, lembah, bukit, air terjun, ngarai, sungai, hutan dan lainnya.

2. daya tarik wisata buatan manusia, meliputi: daya tarik wisata budaya misalnya tarian, wayang, upacara adat, lagu, upacara ritual dan daya tarik wisata yang merupakan hasil karya cipta, misalnya; bangunan seni, seni pahat, ukir, lukis, dan lainnya.16

d. Tujuan Pariwisata

Pariwisata memiliki beberapa tujuan, sebagai berikut:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2) Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3) Menghapus kemiskinan.

4) Mengatasi pengangguran.

5) Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya.

16 Ibid, hlm. 14.

(56)

6) Memajukan kebudayaan.

7) Mengangkat citra bangsa.

8) Memupuk rasa cinta tanah air.

9) Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan 10) Mempererat persahabatan antar bangsa.

e. Sifat Pariwisata

Pariwisata merupakan gabungan dari produk dan jasa.

Adapun sifat pariwisata, sebagai berikut:

1) Merupakan perpaduan sifat fana dengan berwujud industri pariwisata menwarkan sesuatu yang tida berbentuk dan tidak dapat dibawa untuk ditunjukkan kepada orang lain. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk memberikan kenyamana yang ditawarkan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang berwujud, kombinasi keduannya menjadi keunikan dan tidak mudah diukur meskipun standarisasi pelayanan telah diterapkan.

2) Sifat tak terpisahkan, kegiatan pariwisata membutuhkan beberapa belah pihak untuk melakukan interaksi yaituantara wisatawan sebagai pengguna jasa dan tuan rumah sebagai penyedia jasa. Wisatawan harus berperan aktif dalam

(57)

memberikan konstribusi kepada penyedia jasa agar apa yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan.

3) Keatsiran, pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pribadi, sosio-budaya, pengetahuan dan pengalaman.

Dengan kata lain faktor internal dan eksternal.

Pengaruh dari internal ataupun eksternal yang mempengaruhi pelayanan terhadap wisatawanmudah menguap atau berubah sehingga penyediaan jasa harus secara rutin dan aktif berinovasi mempengaruhi tawaran jasa wisata kepada wisatawan. Dalam arti sederhana keatsiran artinya adalah sifat pelayanan wisata yang berubah – ubah.

4) Keragaman, bentuk pelayanan di industry pariwisata cukup sulit untuk distandarisasikan wisatawan ingin diperlakukan sebagai pribadi – pribadi yang beragam. Setiap wisatawan memiliki preferensi terhadap apa yang diinginkan dan dibutuhkan.

5) Sifat rapuh, jasa adalah sesuatu yang fana, tetapi dapat memberikan pengalaman menyenangkan dan perasaan puas. Jasa yang ditawarkan dalam pariwisata tidak dapat disimpan untuk dikonsumsi di kemudian hari.

(58)

6) Musiman, merupakan sifat yang paling unik dari kegiatan manusia yang dinamis. Pariwisata mengalami musim ramaiketika jumlah orang yang melakukan perjalanan mencapai titik puncak, namun ada kalanya tidak ada seorangpun melakukan perjalanan wisata.

7) Tak bertuan, wisatawan adalah pembeli, tetapi keunikan yang dimiliki oleh wisatawan tidak dapat memiliki apa yanng telah ia beli dan bayarkan.

Wisatawan membeli tiket dan mendapatkan kursi, tetapi tidak berhak untuk memiliki kursi tersebut.

f. Ciri Pariwisata

Pariwisata mempunyai beberapa ciri, sebagai berikut:

1) Sarat dimensi manusia, manusia bertindak sebagai inisiator, pencetus, pembeli, pengguna, pembuat keputusan dan provokator dalam arti positif. Wisatawan dalam kelompok bertindak sebagai penilai dan mengesahkan inilah yang akan menjadikan kursi tersebut.

2) Pembeda antara konsumen dan pelanggan dalam pelayanan.

Dalam pariwisata dilakukan deskriminasi antara konsumen dan pelanggan karena hal ini berdampak pada proses pelayanan yang diberikan. Penyediaan jasa cenderung mendapatkan pelanggan yang sebanyak – banyaknya karena keloyalitasan yang tidak

(59)

perlu diragukan. Kebutuhan loyalitas untuk menjaga konsumen agar tetap menggunakan jasa yang ditawarkan, sekaligus menjadi keunggulan persaingan.

3) Partisipasi aktif konsumen, keberadaan konsumen adalah penting karena tingginya interaksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Antara pengunjung dan pemandu wisata.17

g. Bentuk Pariwisata

Terdapat beberapa bentuk pariwisata, sebagai berikut:

1) menurut asal wisatawan, sehingga dapat disebut wisatawan asing atau domestik.

2) Menurut akibat terhadap dampak pembayaran, mata uang memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negerisuatu negara yang dikunjungi (pariwisata aktif), sedangkan kepergian warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri.

3) Menurut jangka waktu, pariwisata jangka pendek dan jangka

Gambar

Gambar 1.1 Diagram Keterkaitan Sadar Wisata dalam  Pengembangan Destinasi Pariwisata
Gambar 1.3   Struktur Organisasi Pokdarwis Nisa Lampa Dana
Gambar Kegiatan BBGRM Tingkat Kecamatan di Nisa Lampa Dana  (Senin, 04 November 2019)
Gambar Kondisi Spot Foto Nisa Lampa Dana (September 2020)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dimulai dengan proses dialog oleh orang-orang muda yang memiliki visi yang sama dalam mengembangkan potensi alami gunung api purba

Pelaksanaan P2M dengan judul English Capacity Building Dalam Pengelolaan Pariwisata Pada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Prabawa Giri Wisata Di Desa

Pada aspek obyek dan daya tarik wisata Kelompok Sadar Wisata “Menjemput Impian” telah bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk menata dan membersihkan obyek-obyek

Maksud dari penelitian ini adalah mengidentifikasi, menganalisa, dan mendeskripsikan pengelolaan yang dilakukan oleh kelompok sadar wisata sesuai klasifikasi

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terkait dengan pemberdayaan masyakarat melalui program kelompok sadar wisata di Desa

Kelompok Sadar Wisata di bentuk untuk mengembangkan pariwisata, kelompok sadar wisata ini menggerakkan bebas sampah di Pulau Banyak dan mengerakan ekonomi dari

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis bermaksud memberikan saran-saran di antaranya adalah : (1) Kelompok Sadar Wisata Kabupaten Dompu diharapkan

74 KESIMPULAN Berdasarkan wawancara mendalam yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok sadar wisata pipitan kreatif sudah cukup baik dalam melakukan berbagai