• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi pemerintah desa gelangsar dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "strategi pemerintah desa gelangsar dalam"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMERINTAH DESA GELANGSAR DALAM

PENGEMBANGAN BUKIT ELEN MENJADI OBYEK TUJUAN WISATA DI DUSUN GRIPAK, DESA GELANGSAR, KECAMATAN GUNUNG,

SARI, LOMBOK BARAT

Oleh :

RAMLI SANDI PUTRA IRJA WARHANGAN NIM. 170503031

PRODI PARIWISATA SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2021

(2)

STRATEGI PEMERINTAH DESA GELANGSAR DALAM

PENGEMBANGAN BUKIT ELEN MENJADI OBYEK TUJUAN WISATA DI DUSUN GRIPAK, DESA GELANGSAR, KECAMATAN GUNUNG,

SARI, LOMBOK BARAT

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Agama Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi

Oleh :

RAMLI SANDI PUTRA IRJA WARHANGAN NIM. 170503031

PRODI PARIWISATA SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2021

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

MOTTO

Bukan Ilmu Yang Semestinya Mendatangimu, Tapi Kamulah Yang Seharusnya Mendatangi Ilmu Itu. (Imam Malik)1

1 tobakonis.com, Imam Malik, Moto Islami, di akses tgl. 27 Maret 2021, Pukul 02:59

(9)

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibuku Misrohainingsih dan Bapakku Muhamad Said, Dosen Pembimbingku 1 dan 2, almamaterku, teman kampusku, semua guru dan dosenku yang berada di kampus UIN Mataram.”

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, juga kepada keluarga, sahabat. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaikan skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.

1. Bpk. Dr. Muhammad Saleh Ending, M.A. sebagai Pembimbing I dan Ibuk.

Syukriati, S.Pd.,M.Hum. sebagai Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terusmenerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;

2. Bpk. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag. dan Bpk. Dr. Sanurdi, M.Si. sebagai penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini;

3. Bpk. Ma’ruf M.AG. sebagai ketua jurusan;

4. Bpk. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam;

5. Bpk. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah swt. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin.

Mataram,15 juni 2021 Penulis,

Ramli Sandi P.I.W

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAM LOGO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABLE ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat ... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 7

E. Kajian Teori ... 8

F. Telaah Pustaka ... 22

G. Kerangka Teori... 29

H. Metode Penelitian... 36

I. Sistematika Pembahasan ... 47

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Temuan Umum ... 48

1. Gambaran umum lokasi penelitian ... 49

B. Temuan Khusus ... 51

1. Gambaran umum obyek wisata Bukit Elen ... 51

2. Gambaran Master Plan obyek wisata Bukit Elen ... 52

3. Strategi Pengembangan wisata Bukit Elen ... 53

4. Tambahan Promosi ... 56

5. Pembentukan Pengurus Tetap ... 57

6. Koordinasi Dengan Sektor Pendukung Pariwisata ... 59

(12)

7. Pelatihan Pemandu Wisata ... 60

BAB III PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan wisata Bukit Elen ... 69

B. Implementasi Strategi sebagai Rencana ... 76

C. Kendala Dalam Pengembangan Wisata Bukit Elen ... 81

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 87 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian, 4 4

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Master Plan pembangunan obyek wisata Bukit Elen, 48

(15)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Berita Acara Seminar

Lampiran 2 Surat Pengantar Observasi/Penelitian

Lampiran 3 Balasan Surat Pengantar Observasi/Penelitian Lampiran 4 Kartu Konsiltasi Pembimbing Satu

Lampiran 5 Kartu Konsiltasi Pembimbing Dua

Lampiran 6 Photo Wawancara Bpk. ABD. Rahman.,S.Pdi selaku Kepala Desa Glangsar

Lampiran 7 Photo Wawancara Bpk. Suhad S, Pdi selaku Kepala Perencana pembangunan Desa Glangsar

Lampiran 8 Photo Wawancara Bpk. Anwar selaku Ketua POKDARWIS Desa Glangsar

Lampiran 9 Photo Wawancara Ibu. Istiqomah selaku Ketua BUMDES Desa Glangsar

Lampiran 10 Photo Wawancara Bpk. Sapri selaku Masyarakat Desa Glangsar Lampiran 11 Photo Wawancara Bpk. Safi’i selaku Masyarakat Desa Glangsar Lampiran 12 Photo Lokasi Penelitian

Lampiran 13 Photo Struktur Desa Glangsar

(16)

STRATEGI PEMERINTAH DESA GELANGSAR DALAM PENGEMBANGAN BUKIT ELEN MENJADI OBYEK WISATA DI DUSUN GRIPAK, DESA GLANGSAR KECAMATAN GUNUNG SARI,

LOMBOK BARAT Oleh:

Ramli Sandi Putra Irja Warhangan NIM 170503031

ABSTRAK

Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang terwujud, antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, tradisi dan seni budaya. Salah satunya Bukit Elen yang berada di Desa Glangsar, kec. Gunung Sari, Lombok Barat. Pada kawasan Bukit Elen ini terdapat prasarana yang masih belum memadai dan juga fasilitas yang bisa dikatakan belum lengkap.

Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang harus dibenahi, pemerintah Desa Glangsar harus mampu membuat strategi agar pariwisata di Desa Glangsar banyak dikunjungi wisatawan. Maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pengembangan obyek wisata Bukit Elen yang berada di Desa Glangsar, kec. Gunung sari, Lombok Barat. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 informan.

Analisis data yang peneliti gunakan untuk mengalisis data-data yang didapati dari penelitian ini yakni menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dan disamping itu dikemukakan juga saran-saran yang menurut peneliti dapat berguna untuk Strategi Pengembangan Obyek Wisata Bukit Elen yang berada di Desa Glangsar, kec. Gunung sari, Lombok Barat.

Kesimpulan dari penelitian ini yakni : Secara keseluruhan strategi yang dilakukan Pemerintah Desa Glangsar belum maksimal. Maka dari itu diperlukan pengelolaan obyek wisata yang baik, agar fasilitas dan aksesibilitas dapat digunakan secara efektif dan akan berdampak terhadap minat kunjungan wisatawan.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan, Obyek Wisata

(17)

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF ELEN HILL TO BE A TOURIST OBJECT IN GRIPAK HAMLET, GLANGSAR VILLAGE, GUNUNG

SARI DISTRICTS, WEST LOMBOK By:

Ramli Sandi Putra Irja Warhangan NIM 170503031

ABSTRACT

Tourism development is essentially an effort to develop and utilize materialized tourist objects and attractions, among others in the form of beautiful natural wealth, diversity of flora and fauna, traditions and cultural arts. One of them is Elen Hill which is located in Glangsar Village, Gunung sari Districts, West Lombok. In the Elen Hill area, there are inadequate infrastructure and facilities that can be said to be incomplete. This is of course a problem that must be addressed, the village government of Glangsar must be able to make a strategy so that tourism in Glangsar Village is visited by many tourists. So the goal to be achieved from this research is to determine the strategy for developing the tourism object of Elen Hill in Glangsar Village, Gunung sari Districts, West Lombok.

There are 5 informants in this study.

Data analysis that researchers use to analyze the data found from this research is using qualitative descriptive analysis. The conclusion of this research, besides that, also put forward suggestions which according to the researcher can be useful for the Development Strategy of the Bukit Elen Tourism Object in Glangsar Village, Gunung sari Districts , West Lombok.

The conclusions of this study are: Overall, the strategy carried out by the Glangsar Village Government has not been optimal. Therefore, good management of tourism objects is needed, so that facilities and accessibility can be used effectively and will have an impact on the interest in tourist visits.

Keywords: Strategy, Development, Tourism Object

(18)

ناتاماكيك ، رازجنلاج ةيرق ، كابيرغ نوسود يف اًيحايس اًفده نوكتل نيليإ تيكوب ريوطت ةيجيتارتسا تاراب كوبمول ، يراس جنونوج

ةطساوب

Ramli Sandi Putra Irja Warhangan NIM 170503031

ةصلاخ

نيب نم ، ةيداملا ةيحايسلا ملاعملاو ءايشلأا مادختساو ريوطتل ةلواحم ساسلأا يف يه ةيحايسلا ةيمنتلا ةيعيبط ةورث لكش يف ىرخأ رومأ دحاو .ةيفاقثلا نونفلاو ديلاقتلاو ، تاناويحلاو تاتابنلا عونتو ، ةليمج

ةيرق يف عقي يذلا نيلإ ليه وه مهنم ةقطنم يف .كوبمول برغ ، يراس جنونوج .تاعطاقملا ، راسجنلاج

بجي ةلكشم عبطلاب هذه .ةلمتكم ريغ اهنإ لوقلا نكمي ةيفاك ريغ قفارمو ةيتحت ةينب دجوت ، نيليإ تيكوب ةحايسلا ةرايز متت ىتح ةيجيتارتسإ عضو ىلع ةرداق راسجنلاج ةيرق ةموكح نوكت نأ بجي ، اهتجلاعم جنلاج ةيرق يف ديدحت وه ثحبلا اذه نم هقيقحت بجي يذلا فدهلا نإف اذل .حايسلا نم ديدعلا لبق نم راس

، يراس جنونوج .كيشتلا ةيروهمج ، راسجنلاج ةيرق يف نيلإ تيكوبل يحايسلا فدهلا ريوطت ةيجيتارتسا كانه .كوبمول برغ

5 .ةساردلا هذه يف نيربخم

حابلا اهمدختسي يتلا تانايبلا ليلحت مدختسي يفصولا ليلحتلا ثحبلا اذه يف ةدوجوملا تانايبلا ليلحتل نوث

ثحابلل اًقفو ةديفم نوكت نأ نكمي تاحارتقا ثحبلا اذه ةمتاخ تمدق ، كلذ ىلإ ةفاضلإاب .يعونلا .كوبمول برغ ، يراس جنونوج .راسجنلاج ةيرق يف يحايسلا نيليإ تيكوب نئاكل ةيمنتلا ةيجيتارتسلا

اردلا هذه تاجاتنتسا يه راسجنلاج ةيرق ةموكح اهتذفن يتلا ةيجيتارتسلاا نكت مل ، ماع لكشب :يه ةس

ةيناكمإو قفارملا مادختسا نكمي ثيحب ، ةيحايسلا ءايشلأل ةديج ةرادإ ىلإ ةجاح كانه ، كلذل .لثملأا .ةيحايسلا تارايزلاب مامتهلاا ىلع ريثأت اهل نوكيسو لاعف لكشب لوصولا

يحايس فده ، ةيمنت ، ةيجيتارتسا :ةيحاتفملا تاملكلا

(19)
(20)

BAB I

PENDAHULUAN A.Latar belakang

Perkembangan pariwisata di dunia semakin pesat yang dimana menjadi factor pendorong minat setiap negara untuk mendapatkan penambahan devisa negaranya dari sektor kepariwisataan. Dilihat dari tahun-tahun yang lalu banyak negara mulai memperhatikan pembangunan sektor pariwisata yang berpeluang baik untuk menambah pendapatan negaranya.2 Di samping itu krisis ekonomi global juga mengancam yang menjadikan setiap negara harus mulai memprioritaskan pembangunan sektor pariwisata sebagai upaya penambah devisa serta penstabilan ekonomi negaranya. Selain itu sector pariwisata juga telah membuat setiap negara saling terhubung antara satu dengan yang lainnya yang biasa di kenal dengan pariwisata global atau internasional, yang dimana telah menjadikan pariwisata sebagai kerja sama bisnis yang memberikan dampak positif dan signifikan terkait pertumbuhan ekonomi negaranya.3

Perkembangan pariwisata saat ini yang lebih terfokus terhadap prekonomian atau bisa dikatan juga dengan pendekatan advocacy yang terkenal ditahun 60an, dimana hampir semua negara sadar bahwasannya pariwisata mempunyai potensi yang cukup besar untuk meningkatkan pertumbuhan

2 Deddy Prasetya Maha Rani, Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, Jurnal Politik Muda, Vol. 3 No. 3, Desember 2014, hlm. 23

3Yuli, Aditya, City Branding Sebagai Strategi Pengembangan Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Hukum Merek. Jurnal Ilmu Hukum QISTI Vol. 5 No. 1 Januari 2011, hlm. 54

(21)

ekonomi.4 Oleh karena itu berbagai potensi pariwisata mulai dicari dan dimanfaatkan untuk mendukung berbagai macam potensi yang menghasilkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru serta memperoleh devisa.

Pendekatan ini memiliki tujuan utama untuk menggali dan mengembangkan potensi sumber daya alam dan social budaya sebagai daya tarik wisata. 5

Dalam hal ini langkah yang harus diambil terkait pengembangan kepariwisataan adalah menciptakan strategi pembangunan wisata. Langkah ini menjadi harus dikarenakan wisatawan yang melakukan perjalanan ke suatu tempat pada dasarnya didorong oleh ketertarikan wisatawan terhadap suatu obyek wisata. Pada dasarnya proses perkembangan obyek wisata berlangsung secara nyata dan alamiah tanpa melibatkan perencenaan yang matang, oleh karena itu diperlukan beberapa tahap untuk melakukan identifikasi wisata yaitu tahap discovery, local response, dan institutionalized.6

discovery yaitu yang dimana seseorang menemukan salah satu lokasi yang memiliki kemampuan untuk menjadi obyek wisata yang biasanya terjadi secara kebetulan oleh orang-orang yang memiliki jiwa berpetualang dan kegemaran untuk melakukan penjelajahan atau bisa di sebut pecinta alam.

local response yaitu tahap dimana mulai ada tanggapan atau inisiatif masyarakat lokal yang menjadi lanjutan dari tahap Discovery. Pada tahap ini suatu obyek wisata mulai terexpost yang dikarenakan adanya promosi yang dilakukan oleh seseorang yang menemukan lokasi obyek wisata tersebut.

4 Ibid.1

5 Ibid.1

6C, Fandeli, Dasar-dasar Managemen Kepariwisataan Alam, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1995), hlm 13.

(22)

Karena alasan ini minat wisatawan untuk berkunjung mnjadi meningkat baik wisatawan local maupaun mancanegara. Karnanya peluang ini kemudian dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk mendirikan berbagai fasilitas kepariwisataan, akan tetapi fasilitas yang disediakan biasanya bersifat suwadaya.

Institutionalized atau instistusionalisasi yaitu terusan dari tahap-tahap diatas yang dimana discovery dan juga local response. Pada tahap ini minat wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut melunjak tinggi karnanya semua fasilitas kepariwisataan ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Demikian pula pengelolaan obyek wisata mulai bekerjasama dengan kelembagaan pemerintah dan swasta. Jadi pada tahap ini perkembangan suatu obyek wisata sudah benar-benar mencapai puncaknya.7

Dari sejumlah definisi diatas dapat dipahami bahwa obyek wisata pada dasarnya adalah sesuatu yang berkaitan dengan minat wisatawan untuk berkunjung ketempat wisata dan bisa pahami bahwa obyek wisata adalah alam dan juga budaya masyarakat serta kreatifitas masyarakat yang intinya menarik minat wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut.

Khususnya di Indonesia, pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 5.435 km2, merupakan daerah yang kaya akan potensi wisata yang unik dan budaya yang kental dalam menerapkan perkembangan pariwisata.

Kearifan lokalnya yang kental dan keindahan alamnya yang eksotis menjadikan pulau Lombok mempunyai daya tarik tersendiri untuk dikunjungi

7 Ibid.2

(23)

oleh wisatawan-wisatawan local maupun mancanegara. Dengan menyumbangkan dua penghargaan di ajang World Halal Travel Awards di Unites Arab Emirates 2015, pulau Lombok menjadi pulau yang dijadikan tempat mengembangkan pariwisata halal8. Selain itu,tahun 2019 Nusa Tenggara Barat dinobatkan sebagai destinasi Wisata Halal terbaik di Indonesia, versi Indonesia Muslim Travel Index.

Mengingat Lombok merupakan pulau kecil, maka segala pembangunan dan pengembangan termasuk pengembangan pariwisatanya harus menitikberatk an pada aspek pembangunan dan pengembangan jangka panjangnya, baik itu dalam aspek ekonomi, sosial budaya, maupun lingkungan.

Kepariwisataan di Lombok secara umum masih belum berkembang khususnya di Lombok Barat jika dibandingkan dengan kepariwisataan di Lombok Timur yang merupakan barometer kepariwisataan di Lombok.

Pengembangan kepariwisataan di Lombok Barat sangat perlu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendukung perkembangan kepariwisataan di Lombok secara menyeluruh. Mengingat kepariwisataan di Lombok Barat masih belum berkembang dilihat dari banyaknya potensi wisata yang terbengkalai maka sangat perlu untuk dilakukan kajian tentang pengembangan yang lebih baik lagi dengan tetap melakukan pembangunan dan pengembangan yang lebih memfokuskan di sektor pariwisata.9

8 M. Setyo Nugroho & I Wayaan Suteja, Eksploraassi Potensi Pulaua Lombok Sebagai Wisata Halal Di Nusa Tenggara Barat, Media Bina Ilmmiah 1337, Vol.13 No.7 Februari 2018. Diaksess Pada Tanggal 19 Februari, Pukul 14.00 Wita.

9 Ibid.2

(24)

Salah satu potensi destinasi wisata yang dimiliki Lombok barat yaitu Bukit Elen yang bertempat di Dusun Gripak, Desa Gelangsar, kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Sama halnya dengan bukit- bukit yang ada di Lombok khususnya di Lombok timur seperti Bukit Pergasingan, Bukit anak Dara, dan juga Bukit Nanggi yang menawarkan keindahan pemandangan kota sembalun yang dapat di lihat dari atasnya,10 tidak menutup kemungkinan dengan Bukit Elen yang berada di Lombok Barat yang memberikan pesona yang sama dengan pemandangan kota mataram, adapun keunggulan yang dimiliki Bukit Elen yaitu tidak memakan banyak waktu untuk sampai di daerah ini hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 mnt dari pusat kota mataram kita bisa merasakan sensai yang sama seperti di tempat-tempat wisata bukit di Lombok Timur.

Hanya saja tempat ini ( Bukit Elen ) masih belum ada pengembangan baik itu dalam sector fasilitas maupun aksebilitas. Hal ini dikarenakan belum adanya gambaran secara sepesifik terkait potensi dan pengembangan apasaja yang harus di lakukan di tempat ini ( Bukit Elen )11, karnanya penelitian ini akan terfokus pada apa saja potensi yang dimiliki Bukit Elen dan juga wisata seperti apa yang baik di kembangkan di Bukit Elen bertujuan sebagai obyek tujuan wisata yang mnejadikan keselarasan pengembangan wisata Lombok secara umum dan juga bisa menambah jumlah destinasi wisata yang dimiliki pulau Lombok.

10 Ibid.1

11 Wawancara Bpk. Anwar selaku ketua Pokdarwis Desa Glangsar 15 Desember 2020

(25)

B.Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja strategi Pemerintah Desa Glangsar dalam pemgembangan bukit elen menjadi obyek tujuan wisata.?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan bukit elen sebagai obyek tujuan wisata.?

C.Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan dan kegunaan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui setrategi apasaja yang dilakukan pemerintah Desa Glangsar terkait pembangunan dan pengembangan wisata Bukit elen.

b. Untuk mengetahui kendala apasaja yang dihadapi pemerintah Desa Glangsar terkait pembangunan dan pengembangan wisata Bukit elen.

2. Manfaat Penelitian Teoritis Dan Praktis a. Teoritis

1. Bagi pihak pengelola penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang tepat, dalam strategi pengembangan potensi objek wisata Bukit Elen.

(26)

2. Bagi pemerintah dan instansi terkait sebagai bahan informasi dalam merumuskan kebijakan pengembangan dan pembangunan obyek wisata.

b. Praktis

1. Bagi peneliti lainnya diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan petimbangan dan informasi pada obyek kajian yang sama, dan bagi teman-teman yang melakukan penelitian dengan judul yang sama diharapkan penelitian ini bisa menjadi acuan dalam penelitiannya.

D.Ruang lingkup Dan Seting Penelitiann 1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah peneliti terfokus pada permasalahan yang terkait Strategi Pengembangan Bukit Elen Menjadi Obyek wisata. Berdasarkan pokok pembahasan tersebut peneliti membatasi penelitian mengenai beberapa masalah yakni: Pertama, Apasaja strategi dalam pemgembangan bukit elen menjadi obyek tujuan wisata. Kedua, Apasaja kendala yang dihadapi dalam pengembangan bukit elen sebagai obyek tujuan wisata.

2. Seting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bukit Elen, khususnya di Desa Glangsar, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan Januari-Februari.

(27)

E.Kajian Teori

Kajian teori pada sebuah laporan artinya adalah segala macam bentuk dari informasi yang telah tertulis dan juga berbagai macam bentuk dari hasil penelitian yang akan dianggap relevan dengan variable maupun masalah yang telah dilakukan peneliti, yang digunakan untuk menjadi sebuah rujukan pada penentuan dari sebuah masalah maupun kerangka berfikir sekaligus menjadi landasan dalam sebuah penelitian.12 Terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, teori pertama yang digunakan adalah teori perencanaan dan teori yang kedua adalah teori pengembangan.

1. Teori Perencanaan

Perencanaan adalah sebuah proses pemikiran tentang suatu kegiatan yang dimana dengan usaha yang kuat dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pengertian diatas maka dapat dipahami bahwa sebuah perencanaan merupakan sebuah visi yang di pikirkan dan melalui proses yang mendalam bisa mencapai hasil yang ingin di capai dimasa depan.

Hal penting sebelum dilakukannya perencanaan pariwisa yaitu terlebih dahulu untuk mengetahui beberapa aspek yang ada pada perencanaan pariwisata yaitu :

a. Memfokuskan kepada kebijakan nasional pembangunan pariwisata b. Rencana struktur tata ruang pariwisata yang mencakup lokasi prioritas

12 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2019), Cetakan KeSatu, hlm 195.

(28)

c. Adanya fasilitas transportasi yang memadai demi menfasilitasi kunjungan wisatawan domestik dan internasional. 13

Pembangunan pariwisata harus berada pada tingkat nasional, wilayah daerah , dan tingkat provinsi. Dalam pengembangan objek wisata harus terdapat fasilitas pendukung yang dimana adanya penentuan lokasi daya tarik wisata walaupun termasuk kawasan konservasi, lokasi hotel, pertokoan, tempat rekreasi, sistem jaringan transportasi, terminal dan prasarana pendukung lainnya.14

Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam perencanaan pariwisata:

a. Pendekatan berkelanjutan yaitu suatu proses dalam melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan agar bisa mendapatkan umpan balik dalam upaya mempertahankan tujuan dan kebijakan pengembangan pariwisata.

b. Pendekatan sistem yaitu suatu system kepariwisataan yang dimana saling berhubungan dan harus digunakannya teknik analisis sistem.

c. Pendekatan komprehensif yaitu semua aspek pengembangan pariwisata termasuk dampak lingkungan dan sosio-economic harus dianalisa dan direncanakan secara komprehensif.

d. Pendekatan terintegrasi yaitu suatu sistem kepariwisataan yang direncanakan dan dikembangkan demi mengembangkan suatu wilayah secara keseluruhan.

13 Sefira Ryalita Primadany, Mardiyono, Riyanto, Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 4, Hal. 135-140.

14Kartini La Ode Unga, I Made Benyamin, dkk, Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda, 2011.

(29)

e. Pendekatan pengembangan lingkungan yang berkelanjutan yaitu suatu tempat wisata yang dikelola dengan baik agar dapat terus menjaga sumber daya alam dan budaya agar tidak rusak atau punah dan terus terjaga secara keberlanjutan untuk masa depan.

f. Pendekatan masyarakat yaitu partisipasi masyarakat dalam upaya melakukan suatu perencanaan dengan cara pengambilan keputusan secara bersama dan mengelola pariwisata secara kemasyarakatan.

g. Pendekatan implementasi yaitu suatu kebijakan dalam melakukan perencanaan daerah tujuan wisata dengan melalui program pengembangan yang tepat. Aplikasi proses perencanaan yang sistematis yaitu suatu proses perencanaan kepariwisataan yang dilakukan atas urutan yang diutamakan oleh masyarakat atau pemerintah setempat.15

2. Teori Pengembangan

Pengembangan berasal dari kata dasar kembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe - dan - an sehingga menjadi pengembangan yang artinya proses, cara atau pembuatan secara bertahap. Jadi pengembangan merupakan suatu proses bertahap demi mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai agar lebih sempurna.16

15 Ibid.

16 http://digilib.iainkendari.ac.id/124/3/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 15 Februari 2019 pukul 02:20

(30)

Terdapat beberapa tingkatan dalam pengembangan pariwisata yang meberikan dampak yang berbeda-beda secara teori dijelaskan sebagai berikut:

a. Exploration (eksplorasi/penemuan), yang dimana penemuan sebuah daerah wisata yang dikunjungi secara terbatas, khususnya bagi wisatawan petualang.

b. Involvement (keterlibatan) adalah meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan maka sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang khusus bagi wisatawan.

c. Development (Pembangunan), investasi dari luar mulai masuk, serta mulai munculnya pasar wisata secara sistematis. Daerah wisata semakin terbuka secara fisik, dan promosi semakin intensif, fasilitas lokal sudah mulaidigantikan oleh fasilitas yang benar- benar berstandar internasional, dan atraksi buatan sudah mulai dikembangkan, menambahkan atraksi yang asli alami.

d. Consolidation (konsolidasi), Pariwisata sudah dominan dalam struktur ekonomi daerah, dan dominasi ekonomi ini dipegang oleh jaringan internasional atau major chains and franchises. Jumlah kunjungan wisatawan masih naik, tetapi pada tingkat yang lebih rendah. Pemasaran semakin gencar dan diperluas untuk mengisi fasilitas yang sudah dibangun, fasilitas lama sudah mulai ditinggalkan.

(31)

e. Stagnation (kestabilan), kapasitas berbagai faktor sudah terlampaui (diatas daya dukung, carrying capasity), sehingga menimbulkan masalah ekonomi, social dan lingkungan.17

3. Teori Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategeia (stratos

= militer, dan ag = memimpin), yang artinya sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Definisi tersebut juga dikemukakan oleh seorang ahli yang bernama Clausewitz., ia menyatakan bahwa strategi merupakan seni pertempuran untuk memenangkan perang. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila istilah strategi sering digunakan dalam kancah peperangan. Istilah strategi ini juga pertama kali digunakan di dunia militer.

Kata strategi merupakan kata sifat yang menjelaskan implementasi strategi. Secara umum, kita mendefinisikan strategi sebagai cara mencapai tujuan serta memuat suatu rencana jangka panjang dalam mencapai tujuan. Menurut George Steiner strategi juga terdiri atas aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Andrews, strategi digunakan oleh para eksekutif senior untuk mengevaluasi keunggulan dan kelemahan sehubungan dengan peluang dan ancaman yang ada dilingkungan kemudian memutuskan strategi yang

17 Ibid.10

(32)

menyesuaikan antara kompetensi inti perusahaan dan peluang lingkungan.18

Strategi dapat didefinisikan sebagai formulasi misi dan tujuan organisasi, termasuk di dalamnya adalah rencana aksi (action plans) untuk mencapai tujuan tersebut dengan secara eksplisit mempertimbangkan kondisi persaingan dan pengaruh-pengaruh kekuatan diluar organisasi yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi. Menurut Stephanie K. Marrus, strategi merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka Panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.19

Dalam pengembangan suatu objek wisata maka diperlukan suatu strategi yang dimana dapat digunakan untuk memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya Tarik wisata sehingga dapat menarik perhatian para wisatawan untuk dapat berkunjung dan mempunyai tujuan untuk memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat di sekitar daerah tersebut maupun bagi pemerintah.20

18 Rachmat. Manajemen Strategik, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), Hlm. 2

19Fred David, Manajemen Strategi, Konsep dan Teori, (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2006). Hlm. 23

20 Ibid.11

(33)

Adapun beberrapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan perencan aan dan pengembangan pariwisata:

a. Konsep Pariwisata

Berkaian dengan pengembangan kepariwisaa, Pemerinah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan. Pada pasal 2 dinyatakan penyelenggaraan kepariwisataan berasaskan manfaat, keseimbangan, kemandirian, parisipatif, kelestarian, dan berkelanjutan. Lebih lanjut pada pasal 4 dinayakan tujuan kepariwisaaan adalah : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan lingkungan sumber daya alam, serta memajukan kebudayaan.

Dengan prinsip penyelenggaraan kepariwisataan menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan, memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup, memberdayakan masyarakat setempat.

Cakupan pembangunan kepariwisaan meliputi : indusri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan.

Diamanahkan dalam UU 10 tahun 2009, bahwa pembangunan kepariwisaaan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan

(34)

provinsi dan rencana induk pembangunan kepariwisataan kanbupaten/kota. Mengacu pada amanah tersebut, untuk kepentingan nasional, pemerintah menetapkan peraturan pemerinah nomor 50 tahun 2011 tenang rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional (RIPPARNAS) ahun 2010-2015. PP 50 tahun 2011 pada pasal 2 memuat bahwa pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang berorientasi upaya peningkatan pertumbuhan, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian lingkungan.

Dalam rangka memahami peran kelembagaan pada pengembangan pariwisata, UNWTO (2002) mengembangkan pilar segitiga meliputi environment, community dan industry, kehadiran pemerintah dalam melaksanakan pendampingan, pemberdayaan dan regulasi untuk mengatur dan mengendalikan dampak atas kehadiran wisatawan manca negara, serta fungsi pemerintahan dalam mengembangkan akses wisata, infrastruktur dan marketing tourism destination (DMOs). Kedua, adalah peranan community atau tourism society yaitu komunitas selaku obyek dan pelaku pariwisata yang terlibat langsung dalam keseharian bertransaksi melaksanakan fungsi pelayanan, membangun komunikasi yang memungkinkan terwujudnya kondisi bahwa wisatawan mancanegara yang hadir merasakan seperti berada di rumah mereka sendiri. Lingkungan destinasi wisata yang

(35)

aman, dan membuat wisatawan menikmati perjalanan mereka yang menyenangkan. Ketiga, adalah peran sektor industri penunjang yang berkembang berdasarkan kebutuhan yang diinginkan wisatawan termasuk akomodasi sarana perhotelan, penginapan, restaurant, kebutuhan fasilitas air bersih, jaringan komunikasi, atraksi dan entertainment, serta atraksi lainnya yang bersifat live attraction, seperti budaya masyarakat dalam bercocok tanam, upacara yadnya, dan lain-lain. Semua event dan atraksi menjadi bagian penting dari komponen industri wisata dalam rangka pelayanan wisata yang dapat memuaskan wisatawan di satu pihak, dan kemudian berproses menciptakan nilai tambah pada proses produksi masyarakat lokal.

b. Potensi wisata

Potensi wisata adalah sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi suatu objek wisata berupa keajaiban atau keindahan alam, keragaman flora, keragaman fauna, kehidupan satwa liar, vegetasi alam, ekosistem yang belum disentuh oleh manusia, tempat rekreasi, lintas alam, objek megalitik, cuaca dan keadaan geografikal yang mendukung untuk wisatawan.

c. Pengembangan Potensi Pariwisata

Pengembangan sektor pariwisata selain untuk menata kawasan juga diharapkan membawa dampak yang luas terhadap perekonomian di suatu daerah. Kementrian pariwisata (2015) memberikan arahan dalam pengembangan pariwisata ditujukan untuk: 1) meningkatkan

(36)

jumlah kunjungan wisatawan domestik dan manca Negara; 2) meningkatkan devisa atau pemasukan bagi Negara; 3) meningkatkan ekonomi masyarakat melalui industri jasa dan industri kreatif; dan 4) membuka lapangan kerja.21

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan suatu daerah.Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata suatu daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk ke arah yang lebih baik dan maju, pembangunan ini meliputi upaya dalam perencanaan, pengimplementasian dan pengendalian dalam rangka menciptakan nilai tambah yang sesuai dengan yang dikehendaki22

Terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah obyek wisata, yaitu: Attraction (Daya Tarik), Accessibility (Aksessibilitas), Amenity (Fasilitas) dan Ancilliary (Pelayanan Tambahan): 23

21Adib Munawar dan Nawir, Potensi Wisata Alam Dalam Kawasan Hutan, Pemanfaatan dan Pengembangan (Studi Kasus di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan), (Makassar, Inti Mediatama, 2019), hlm. 1-2.

22 Peraturan..Pemerintah..Republik..Indonesia Nomor 50 Tahun 2011, Pasal 1 Butir 2 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2015. hlm.2.

23Yohanes Sulistyadi, dkk., Pariwisata Berkelanjutan Dalam Perspektif Pariwisata Budaya di Taman Hutan Raya Banten, (Sidoharjo: Uwais Inspirasi Indonesi, 2019), hlm. 20.

(37)

1) Attraction (Daya tarik / Atraksi)

Atraksi Merupakan suatu komponenn yang signifikan dalam menarik wisatawan. Suatu daerah dapat menjadi tujuan wisata jika kondisinya mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata.Apa yang dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan.

Untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah, orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang dapat menarik kedatangan wisatawan itu ada 3, yaitu: 1) Atraksi Wisata Alam, 2) Atraksi Wisata Budaya, dan 3) Atraksi Wisata buatan manusia itu sendiri. Modal kepariwisataan itu dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata di tempat dimana modal tersebut ditemukan. Modal pariwisata tersebut dapat dikembangkan dan diolah lagi menjadi lebih baik supaya keberadaan atraksi tersebut dapat menjadi alasan dan motivasi wisatawan untuk tetap mengunjungi suatu daerah tujuan wisata tersebut.

2) Amenity (Fasilitas/amenitas)

Amenity atau amenitas merupakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti: penginapan, rumah makan, transportasi, agen perjalanan, toilet, dan musolla. Dengan menggunakan prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana pariwisata

(38)

seperti hotel, atraksi wisata, gedung pertunjukan, dan sebagainya.Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan sarana-sarana pariwisata ialah jalan raya, persediaan air, tenaga listrik, tempat pembuangan sampah, bandara, pelabuhan, telepon, dan lain-lain.

3) Accessibility (Aksesibilitas)

Accessibility /aksesessibilitas adalah hal yang sangat penting dalam kelancaran kegiatan pariwisata. Aksessibilitas yang baik akan memberikan yaitu kemudahan..untuk para wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata. Apabila suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka tidak akan ada wisatawan yang mempengaruhi perkembangan aksesibilitas di daerah tersebut.

Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai agar daerah tersebut dapat dikunjung.

4) Ancilliary (Pelayanan Tambahan)

Pelayanan tambahan harus disedikan oleh Pemda (Pemerintah Daerah) dari suatu daerahtujuan wisata baik untuk wisatawan ataupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang disediakan termasuk pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon, dan lain-lain) serta mengkoordinir berbagai macam aktivitas dan dengan berbagai

(39)

macam undang-undangbaik di jalan raya maupun di obyek wisata tersebut. Ancilliary/pelayanan tambahan ini juga merupakan hal- hal yang mendukung sebuah kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, Touris Information/Informasi turis, Travel Agent/Biro perjalanan dan Stakeholder/ pemangku kepentingan yang berperan dalam kepariwisataan.

d. Destinasi wisata

Destinasi wisata adalah sebuah area yang dimana terdapat potensi yang sangat kuat untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata yang didalamnya terdapat unsurunsur pendukung yaitu: daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, adanya ketertarikan antara wisatawan dan masyarakat untuk dapat berinteraksi antara satu dengan yang lain untuk dapat mewujudkan adanya kegiatan kepariwisataan.24 e. Jenis-jenis Pariwisata

Dalam hal ini pembangunan serta pengembangan obyek wisata harus dipahami terlebih dahulu wisata jenis apa yang terdapat di daerah tersebut dan baik di terapkan di daerah tersebut, oleh karnanya beberapa jenis wisata dijelaskan sebagai berikut:

1. Wisata Budaya

Seorang melakukan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau keluar

24 Isa Wahyudi. Konsep Pengembangan Pariwista. Dalam http://cvinspireconsulting.com/konsep-pengembangan-pariwisata/ diakses tanggal 14 Juni 2019, pukul 02:25.

(40)

negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan kegiatan budaya.

2. Wisata pertanian

Wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan sebagainya.25

3. Wisata maritim atau bahari

Wisata maritime atau bisa di sebut wisata bahari yaitu wisata air yang dimana wisatawan melakukan wisata di permukaan air maupun di dalam air, contoh wisata bahari yaitu Memancing, Snorkeling, Diving dan masih banyak lagi.

4. Wisata cagar alam

Wisata cagar alam yaitu wisata yang lebihh terfokus terhadap wisata yang dilindungi salah satu contohnya yaitu hutan lindung dan lainya yang termasuk sebagai cagar alam.26

25I Nyoman Ariana, Pedoman Identifikasi Potensi Daya Tarik Wisata, (Jakarta : PT Slamat Trisila, 2015), Cetakan Pertama, hlm 5-7.

26 Nyoman Pendit, Ilmu Pariwisata, (Bandung: PT. Pradnya Paramita, 1990), Hlm. 57

(41)

F. Telah Pustaka

1. Rani Puspita Anggraeni Mahasiswi Universitas Lampung tentang Dampak Pengembangan Industri Pariwisata Terhadap Kondisi Masyarakat Ekonomi Sekitar. 27

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yang dimana kesimpulannya adalah pengembangan obyek wisata pantai Embe memberikan dampak positif terhadap aktivitas perekonomian masyarakat. Sebelum terjadinya pengembangan wisata pantai Embe sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani dan nelayan akan tetapi sesudah terjadinya pengembangan obyek wisata pantai Embe aktivitas ekonomi masyarakat meningkat. Masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata mendapat pekerjaan tambahan sebagai pedagang makanan dan minuman serta penyedia jasa yang di sewakan untuk wisatawan seperti pondok, perahu, ban pelampung, dan juru parkir.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ini yaitu sama-sama membahas tentang obyek pariwisata. Akan tetapi permasalahan yang diteliti berbeda. Permasalahan yang dikaji pada penelitian relevan di atas adalah perihal Dampak Pengembangan Industri Pariwisata Terhadap Kondisi Masyarakat Ekonomi Sekitar pada pantai Embe desa Merak Belantung Kalianda Lampung Selatan. Sedangkan pada penelitian ini yang dibahas mengenai Strategi Pengembangan Bukit Elen

27 Rani Puspita Anggraeni,. Dampak Pengembangan Industri Pariwisata Terhadap Kondisi Masyarakat Ekonomi Sekitar.( Skripsi, Universitas Lampung, 2013), hlm.60

(42)

menjadi obyek tujuan wisata di Dusun Gripak, Desa Glangsar, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

2. Novie Istoria Hidayah mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta tentang Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta28.

Penelitian ini mengarah kepada upaya-upaya yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Jatimulyo dan mengetahui potensi dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Jatimulyo membutuhkan Bantuan modal, bantuan dari PNPM Mandiri Pariwisata, Bantuan pembangunan prasarana, Bantuan pendampingan, Penguatan kelembagaan, dan Penguatan kemitraan.

Persamaan penelitian relevan di atas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ini yaitu sama-sama membahas tentang obyek pariwisata.

Akan tetapi permasalahan yang diteliti berbeda. Permasalahan yang dikaji pada penelitian relevan di atas adalah Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan pada penelitian, ini yang dibahas mengenai Strategi Pengembangan Bukit Elen menjadi obyek tujuan wisata

28 Novie Istoria Hidayah Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata JatimulyoGirimulyoKulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta.( Skripsi, UNY, 2017 ), hlm.45

(43)

di Dusun Gripak, Desa Glangsar, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

3. Penelitian Ria Dwi Putri, Ardiansyah, Abdurrachman Arief dengan judul

“Identifikasi Potensi Pengembangan Obyek Wisata Alam Danau Picung Ditinjau Dari Aspek Produk Wisata di Muara Ama Provinsi Bengkulu”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi yang bisa dikembangkan di danau Picung adalah sebagai wisata alam dan rekreasi yang memiliki perbedaan keindahan dan keunikan dari objek wisata lainnya. Strategi pengembangan kawasan wisata alam danau Picung dengan peningkatan atraksi budaya, atraksi buatan dan atraksi alam serta amenitas yang memiliki potensi keaslian dan keunikan yang menarik serta peningkatan SDM di daerah sekitar kawasan objek wisata dengan memberikan pembinaan dan pelatihan sehingga bisa meningkatkan kompetensi.29

Adapun masalah dari penelitian ini adalah Objek wisata alam danau Picung dilihat dari produk wisata ( atraksi, amenitas, aksesibilitas ) masih belum berkembang dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari pola penataan fasilitas sarana dan prasarana belum tertata dengan baik serta jumlah nya masih sangat sedikit sehingga kunjungan wisatawan belum maksimal.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

29Ria Dwi Putri, dkk., “Identifikasi Potensi Pengembangan Obyek Wisata Alam Danau Picung Ditinjau Dari Aspek Produk Wisata di Muara Aman Provinsi Bengkulu” Jurnal Arsitektur, Universitas Sriwijaya, Vol. 18, Nomor 2, Juli 2019, hlm. 93-98.

(44)

Persamaan dari hasil yang di teliti ini dengan apa yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti dan membahas tentang identifikasi potensi pengembangan suatu obyek wisata dan juga metode penelitian yang digunakan sama yaitu deskriptif kualitatif, sementara itu yang membedakan penelitian yang ditulis oleh Ria Dwi Putri, Ardiansyah, Abdurrachman Arief dengan penelitian yang saya tulis adalah lokasi penelitian yang berbeda.

4. Penelitian Deddy Prasetya Maha Rani dengan judul “Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lombang)”.

Hasil dari penelitiannya yaitu Daerah Kabupaten Sumenep sudah mengembangkan potensi pariwisata yang ada. Dampak yang diberikan cukup efektif salah satunya yaitu adanya peningkatan APBD setiap tahunnya. Akan tetapi dengan peningkatan pemasukan daerah ini masih banyak masyarakat yang belum merasakan hasil dari pengembangan sektor pariwisata ini. Hal dimaksud disini yaitu pemerintah masih belum sepenuhnya menyediakan infrastruktur yang memadai.30

Metode dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah siapa saja yang terlibat dalam pengembangan potensi pariwisata Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa timur (studi kasus: Pantai Lombang).

30Deddy Prasetya Maha Rani, “Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lombang)” Jurnal Politik Muda, Universitas Airlangga, Vol. 3, Nomor 3, Desember 2014, hlm. 412-421.

(45)

Persamaan dari penlitian ini dengan yang peneliti teliti yaitu sama- sama meneliti tentang potensi, metode yang digunakan juga sama.

semantara itu yang membedakan penelitian yang ditulis oleh Deddy Prasetya Maha Rani ini yaitu membahas tentang pengembangan potensi wisatanya saja sedangkan yang saya teliti membahas mengenai potensi pengembangan wisata yang dapat menarik minat kunjungan wisata.

5. Penelitian Muhammad Arif Budiman, M. Kholid Mawardi, Luchman Hakim dengan judul “Identifikasi Potensi dan Pengembangan Produk Wisata serta Kepuasan Wisatawan Terhadap Produk Wisata (studi kasus di Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi)”.

Hasil dari penelitian tersebut adalah pengembangan produk yang ada di Pantai Bangsring bertujuan untuk menambah omset nelayan dan masyarakat sekitar. Selain itu pengembangan produk dilakukan untuk melakukan versifikasi usaha nelayan dan masyarakat sekitr. Salah satu dampak yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan di Pantai Bangsring yaitu pendapatan masyarakat meningkat, dan tingkat pengangguran berkurang.31

Adapun masalah dari penelitian ini adalah tingkat kepuasan pengunjung di Pantai Bangsring terhadap produk wisata adalah puas, namun masih ada beberapa faktor yang perlu diperbaiki seperti kebersihan

31Muhammad Arif Budiman, dkk., “Identifikasi Potensi dan Pengembangan Produk Wisata serta Kepuasan Wisatawan Terhadap Produk Wisata (Studi Kasus di Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi)” Jurnal Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya, Vol. 50, Nomor 4, September 2017, hlm.58.

(46)

Pantai Bangsring dan kebersihan fasilitas di Pantai Bangsring. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Persamaan dari hasil yang diteliti dengan apa yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang potensi pengembangan obyek wisata, sementara itu yang membedakan penelitian yang ditulis Penelitian Muhammad Arif Budiman, M. Kholid Mawardi, Luchman Hakim ini dengan penelitian yang saya tulis yaitu Lokasi penelitian.

G.Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain untuk mendiskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan. Tentang hal ini jujun S.Soerya Sumantri mengatakan Pada hakekatnya memecahkan masalah adalah dengan menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumen dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Dalam hal ini kita mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai alat bantu kita dalam memecahkan permasalahan.32

Untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu model penelitian yang merupakan abstraksi atau sintesi dari kajian pustaka dalam bentuk gambar atau bagan. Penelitian ini diawali dengan pemanfaatan Potensi objek wisata di Bukit Elen untuk menjadi salah satu obyek wisata yang ada di Lombok Barat Khusunya di

32 Jujun S.Soeryasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, 1978, hlm. 316

(47)

Dusun Gripak, Desa Glangsar, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Bukit Elen adalah bukit yang memiliki potensi wisata yang dimana perlu dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata bagi wisatawan local maupun mancanegara.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk mengetahui pendapat dari para ahli untuk pembangunan pariwisata dalam menjalankan pariwisata di Lombok Barat. Para ahli yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan sebagian kecil dari masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat secara berkelanjutan, memiliki finansial yang cukup untuk melaksanakan aktifitas kepariwisataan dan mempunyai pengetahuan tentang pariwisata di Dusun Gripak, Desa Glangsar, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Dalam penelitian ini perlu diketahui permasalahan yang ada di Bukit Elen yang menjadi factor pendukung untuk kelancaran penelitian ini yaitu Apa saja potensi wisata yang terdapat di lingkungan internal Bukit Elen untuk dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata, wisata apasaja yang baik untuk dikembangkan atau di bangun di Bukit Elen, bagaimana upaya Pemerintah Desa dalam pembangunan pariwisata untuk pengembangan Bukit Elen sebagai obyek tujuan wisata di Dusun Gripak, Desa Glangsar, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

(48)

H.Metodologi Penelitian

1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Yang dimana bertujuan untuk memahami makna yang disampaikan oleh perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri.33 Penelitian kualitatif adalah salah satu metode untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai penelitian ilmiah yang dibangun atas dasar teori-teori yang berkembang dari penelitian dan terkontrol atas dasar empirik. Bahwasanya penelitian deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang yang sementara berlangsung.34

kesimpulannya jenis penelitian ini tidak sekedar meberikan informasi atau data apa adanya melainkan juga memberikan arahan sudut pandang atau proses yang sedang berlangsung. Dalam hal ini penelitian yang digunakan bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terjadi dilapangan. Oleh karnanya dengan menggunakan jenis penelitian ini maka akan terlihat mengenai potensi apasaja yang ada di Bukit Elen untuk di jadikan obyek wisata yang nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan prekonomian masyarakat sekitar

33 Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial Agam, (Bandung: Remaja Rodaskarya, 2001), Cetakan peratama, hlm. 81

34 Convelo G. Cevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, ( Jakarta: Universitas Indonesia,1993), hlm 71

(49)

obyek wisata tersbut, khususnya di Dusun Gripak, Desa Glangsar, Gunung Sari, Lombok Barat.

b. Pendektan Penelitian

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriktif dan cendrung menggunakan analisis. Prosess dan makna lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.35

Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dikarenakan terkait dengan potensi apasaja yang ada di Bukit Elen untuk di jadikan Obyek tujuan Wisata kurang tepat atau optimal jika penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan yang berupa angket sebagai instrumennya, oleh karnanya peneliti menngunakan pendekatan Kualitatif. Adapun ciri yang dimiliki pada penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh berupa data secara langsung dari lapangan, bukan dari laboratorium atau penelitian yang terkontrol.

2. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada situasi-situasi alamiah subyek.

35 Idm.wikepedia.org. di akses pada tanggal 01 desember 2020, pukul 20:36 PM

(50)

3. Memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori jawaban.36

2. Waktu Dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan yaitu bulan November 2019 sampai Januari 2020.

b. Tempat penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), yaitu di Bukit Elen, Dusun Gripak Desa Gelangsar Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat. Alasan peneliti memilih Bukit Elen menjadi tempat penelitian adalah lokasi penelitian yang berada di desa gelangsar memiliki potensi wisata yang baik untuk di lakukan penelitian yang dimana salah satunya yaitu Bukit elen yang nantinya akan menjadi wisata unggulan Desa Glangsar, karnanya hal ini menjadi salah satu pendorong peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Glangsar.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni yang asli, informasi dari tangan pertama atau

36. Subana, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Cv Pustaka Setia 2001), Cet I, hlm 25.

(51)

responden.37Dalam penelitian data yang diterima berasal dari lokasi tempat penelitian, yang dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ketempat lokasi penelitian dan melakukan wawancara kepada informan. Yang dimana dalam hal ini peneliti menggunakan teknik Expert Sampling (sampel ahli) dalam menentukan informan. Teknik Expert Sampling sendiri adalah teknik pemilihan informan sebagai sampel yang menguasai objek penelitian. 38

Adapun infoman yang akan diwawancarai adalah:

a. Kepala Dusun Gripak,Desa Gelangsar, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat.

b. Kepala Desa Gelangsar, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat.

c. POKDARWIS (Kelompok Sadar Pariwisata) Dusun Gripak, Desa Gelangsar, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat.

d. Masyarakat sekitar kawasan Bukit Elen Dusun Gripak, Desa Gelangsar, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari responden tetapi dari pihak ketiga.39 Penelitian ini memerlukan data pendukung atau bisa disebut data sekunder yang bertujuan untuk memberikan informasi yang valid dan sebenar- benarnya dan juga untuk menguji kebenaran dari data primer. Data

37 Wardiyanta, Metode Penelitian Pariwisata (Yogyakarta: Cv Andi Offset, 2010), Cet II. hlm 28

38 Muchamad Fauzi. Metode Penelitian Kuantitatif. (Semarang: Walisongo Pers. 2009).

Hlm. 165.

39 Ibid37

(52)

sekunder yang dimaksud adalah berupa naskah, dokumen resmi, literatur, artikel, koran dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian berkaitan dengan pengumpulan dan pengelolaan data, sebab instrument penelitin merupakan alat bantu pengumpulan dan pengelolaan data tentang variable-variabel yang di teliti.40 Dalam penelitian ini peneliti berperan sekaligus menjadi instrument pengumpulan data (Human Instrument).41

Berlandaskan teori dari Nasution yang menyatakan keserasiannya dalam penelitian kulitatif yang dimana manusi (peneliti) menjadi instrument penelitian yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat breaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakanya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

40 M. Subana, Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Cv Pustaka Setia 2001), Cet I, hlm 127.

41 Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jafray, 2018), hlm. 53

(53)

4. Situasi yang melibatkan intraksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotetsis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan untuk mengtes hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau penolakan.

7. Dengan manusia sebagai instrument respon yang aneh, yang menyimpang, bertentangan justru diberi perhatian untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.42

Untuk memandu atau memudahkan peneliti sebagai instrument dalam pengumpulan data maka ada beberapa hal yang peneliti lakukan yaitu:

a. Peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan sesuai permasalahan dan tujuan penelitian yang hendak di capai.

b. Mengidentifikasi subyek atau informan yang hendak di wawancarai.

42 Emprints.ums.ac.id. diakses pada tanggal 01 desember 2020 pukul 00:43 Am.

(54)

c. Mempersiapkan alat-alat kelengkapan untuk menulis atau merekam hasil wawancara.

d. Mencari alamat atau nomor kontak dan menghubungi informan untuk diminta kesediaan waktu wawancara.

e. Mewawancarai informan.

f. Meminta kesedian informan untuk memberikan data atau dokumen yang di perlukan sesuai dengan bidangnnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dalam penelitian ini peneliti membutuhkan alat bantu untuk mengumpulkan data sebagai berikut:

1. GPS yang digunakan untuk menentukan kordinat spot potensi wisata yang akan di bangun di Bukit Elen.

2. Kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan gambar dan video potensi wisata yang ada di Bukit Elen

3. Alat Rekam yang digunakan untuk merekam hasil wawancara dengan penanggung jawab serta masyarakat kawasan Bukit Elen untuk mengetahui potensi wisata yang cocok untuk di kembangkan di Bukit Elen

4. Laptop yang digunakan untuk menyatukan dan memilah data yang akan dijadikan sebagai laporan akhir penelitian

(55)

5. Buku Panduan yang digunakan untuk mengetahui langkah- langkah dalam pembangunan Bukit Elen menjadi obyek tujuan wisata.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dipandang sangat penting, bahkan mutlak diperlukan dalam rangka memperoleh data yang diharapkan.

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Metode Observasi

Secara umum metode Observasi terbagi menjadi 4 bagian yaitu:

1. Observasi Partisipatoris

Metode ini adalah metode yang mana peneliti menempatkan dirinya sebagai partisipan yang dimana peneliti benar-benar merasakan langsung apa yang terjadi di lapangan.

Akan tetapi dalam metodi ini memiliki kekurangan yang dimana metode ini tidak bisa melakukan pencatatan ketika observasi berlangsung.

2. Observasi Non- Partisipatoris

Metode ini adalah metode yang dimana peneliti tidak ikut berpartisipasi secara langsung dengan kata lain peneliti menjadi penonton dalam keadaan yang ada dilapangan. Kekurangan dari metode ini adalah subyek yang diteliti akan mengetahui

(56)

bahwasaanya subyek tersebut sedang diteliti dan melihat semua aktifitas yang di lakukan peneliti selama penelitian berlangsung.

3. Observasi Sistematik

Metode ini adalah metode yang memerlukan persiapan dan perencanaan terlebih dahulu. Konsep metode ini memiliki pedoman, yaitu: tujuan observasi, lokasi, waktu, dan subyek yang di teliti,serta pernyataan yang memuat rumusan masalah kegiatan yang akan diteliti.

4. Observasi Non- Sistematik

Metode ini adalah metode yang sama seperti metode observasi sitematik akan tetapi yang menjadi pembeda adalah metode ini tidak dibatasi atau dikategorikan yang mana peneliti lebih luas dalam menilai subyek yang di teliti dan metode ini juga akan mencatat semua yang dianggap penting selama penelitian berlangsung, akan tetapi metode ini memiliki kekurangan yang dimana metode ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan penelitian dikarenakan harus menganalisis tempat yang diteliti dan mana yang perlu di catat dalam penelitian Selama penelitian berlangsung.43

Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan Observasi Non- Partisipatoris yang dimana peneliti tidak ikut berpartisipasi secara langsung dengan kata lain peneliti hanya

43 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2019), Cet I, hlm 195.

(57)

melihat keadaan yang ada dilapangan dikarenakan jika peneliti ikut serta dalam pembangunan dan juga pengembangan obyek yang diteliti maka waktu penelitian akan berlangsung lebih lama olehkarnanya peneliti menggunakan metode Observasi Non- Partisipatoris ini untuk mempersingkat waktu penelitian dan peneliti memberi tahu terlebih dahulu kepada narasumber bahwas

Gambar

Gambar 2.1   Master Plan pembangunan obyek wisata Bukit Elen, 48
Gambar 4.1 Master plan wisata Bukit Elen  Sumber: Pemerintah Desa Glangsar

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara guru yang bersangkutan bahwa pembelajaran dimasa Pandemi Covid-19 ini yaitu menggunakan daring atau luring. Pada masa pandemi ini juga ada

Analisis Situasi saat ini akses internet relative susah dan sangatlah mahal, sedangkan kebutuhan akan akses internet sekarang ini meingkat dikarenakan pandemi Covid-19

Dalam rangka mencegah dan memutus rantai penyebaran COVID-19 yang berpotensi meningkat dikarenakan perjalanan/mobiltas orang dalam masa pandemi COVID-19 serta

Prosiding Seminar Regional Pengabdian Kepada Masyarakat Unmas Denpasar di Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2020 78 pengabdian masyarakat hadir untuk membantu meningkatkan penjualan pupuk

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: Kebijakan Pemerintah Desa terhadap pembagian bantuan sosial di masa pandemi covid 19 kepada masyarakat Desa Kebangsaan Wonorejo,

Keywords: Strategic Management, Pricing-Strategies, Covid-19,Supply and Demand,Economic PENDAHULUAN Pada masa pandemi Covid-19 saat ini tidak hanya menyerang kesehatan,akan tetapi

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, menunjukan bahwa strategi yang dibuat oleh Pemerintah kota Tanjungpinang dalam meningkatkan ekonomi lemah semasa pandemi covid-19 melalui

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui strategi Pemerintah Daerah dalam mempersiapkan Travel Bubble untuk meningkatkan pariwisata nasional di masa Pandemi