• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi pengembangan agribisnis kentang di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "strategi pengembangan agribisnis kentang di"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bonto Lojong, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan selama 2 bulan yaitu bulan Juni sampai dengan Juli 2015. Populasi penelitian adalah 210 orang petani kentang. Rata-rata biaya yang digunakan dan pendapatan per hektar yang diperoleh dari budidaya kentang di desa Bonto Lojong kecamatan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fluktuasi luas panen komoditas kentang di Kabupaten Bantaeng pada tahun 2009 dan 2010 antara lain disebabkan oleh serangan hama dan penyakit khususnya penyakit hawar daun, penyakit bercak kuning dan layu fusarium, serta hama thrips. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa terdorong untuk meneliti “Strategi Pengembangan Pertanian Kentang di Kabupaten Bantaeng”.

Rumusan Masalah

Pengembangan produksi sayuran introduksi, khususnya kentang, hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan potensi sumber daya lahan dan agroekosistem melalui pendekatan berbasis sumber daya dan perencanaan wilayah terpadu. Oleh karena itu, perlu disusun strategi yang tepat dan terencana agar pengembangan agribisnis kentang di Bantaeng benar-benar berkontribusi terhadap pembangunan perekonomian nasional.

Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Menurut Barmin (2010), ke depan agribisnis sayuran harus berorientasi pasar, khususnya kentang, karena konsumen semakin mencari atribut yang lebih detail dan lengkap pada produk pertanian. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah/instansi dalam pengambilan kebijakan mengenai pengembangan Agribisnis Kentang di Kabupaten Bantaeng.

TINJAUAN PUSTAKA

Sayuran Dataran Tinggi

Strategi pengembangan

Hal itulah yang dilakukan petani responden di Desa Bonto Lojong, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng. Berikut ini diuraikan berbagai ancaman yang dihadapi petani kentang di Kabupaten Bantaeng dalam mengembangkan komoditas kentang.

Gambar  1.  Kerangka  Penelitian  Strategi  Pengembangan  Agribisnis  Sayuran  Dataran Tinggi Di kabupaten Bantaeng
Gambar 1. Kerangka Penelitian Strategi Pengembangan Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi Di kabupaten Bantaeng

Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

  • Tempat dan Waktu
  • Penentuan Populasi dan Sampel
  • Sumber Data
  • Analisis Data
  • Definisi Operasional

Analisis kualitatif yang digunakan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah analisis situasi perkembangan agribisnis komoditas Kentang di Kabupaten Bantaeng yang terdiri dari. Analisis faktor internal untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang dimiliki Petani Kentang di Kabupaten Bantaeng yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan Agribisnis Kentang, serta untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi Petani Kentang yang akan menghambat pengembangan Komoditas Kentang. Produksi kentang adalah banyaknya hasil yang diperoleh dari kegiatan budidaya kentang yang dihitung dalam bentuk fisik (kg).

Keunggulan merupakan hal-hal positif yang dimiliki dan dimiliki oleh para petani kentang dalam bentuk badan pengendali yang dapat mendukung pengembangan kentang mentah. Kerugian merupakan hal-hal negatif yang dimiliki dan dikendalikan oleh petani kentang yang dapat menghambat perkembangan suatu produk kentang. Strategi W – O merupakan strategi yang diciptakan dengan memanfaatkan berbagai kekuatan petani kentang di wilayah Bantaeng untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada.

Strategi S – O merupakan strategi yang diciptakan dengan cara memperbaiki berbagai kelemahan (weakness) yang dimiliki petani kentang di wilayah Bantaeng agar dapat memanfaatkan berbagai peluang (opportunity). Strategi W – T merupakan strategi yang dibuat dengan menggunakan berbagai kekuatan (strengths) yang dimiliki petani kentang mentah di wilayah Bantaeng untuk menekan berbagai ancaman (treats). Strategi S – T merupakan strategi yang diciptakan dengan cara memperbaiki berbagai kelemahan (weakness) petani kentang di wilayah Bantaeng untuk menekan berbagai ancaman (treats).

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

  • Letak Geografis
  • Keadaan Tanah dan Iklim
  • Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
  • Penduduk Menurut Usia
  • Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
  • Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
  • Keadaan Penggunaan Lahan
  • Keadaan Sarana dan Prasarana
  • Kelembagaan

Menurut Schmide Ferguson, iklim di Desa Bonto Lojong merupakan iklim tipe C dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1.503 mm/tahun, dimana jumlah hari hujan setiap tahunnya sebanyak 108 hari hujan. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut gender di Desa Bonto Lojong dapat dilihat pada Tabel 3. Desa Bonto Lojong berpenduduk 2.966 jiwa dan diklasifikasikan dalam beberapa kelompok umur.

Penduduk desa Bonto Lojong tidak hanya berprofesi sebagai petani, namun mata pencaharian masyarakat disana beragam. Untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Bonto Lojong dapat dilihat pada Tabel 6. Dan masyarakat yang mata pencahariannya paling banyak di Desa Bonto Lojong adalah petani yaitu sebanyak 569 orang (9,5%).

Desa Bonto Lojong memiliki luas 4.038 ha dengan penggunaan lahan untuk kebun/kebun, pekarangan dan hutan. Oleh karena itu, Desa Bonto Lojong merupakan salah satu kawasan pengembangan tanaman hortikultura yang menjadi andalan Kabupaten Bantaeng. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (CPI), secara struktural Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Bonto Lojong dipimpin oleh seorang ketua, seorang sekretaris dan dibantu oleh seorang bendahara dan beberapa bagian.

Tabel  di  3  menunjukkan  bahwa  jumlah  penduduk  Desa  Bonto  Lojong  adalah sebanyak 2966 jiwa
Tabel di 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Bonto Lojong adalah sebanyak 2966 jiwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identitas Responden

  • Umur Responden
  • Tingkat Pendidikan Responden
  • Pengalaman Berusahatani Responden

Wulandari (dalam Ekawati, 2009) menjelaskan bahwa menurut teori kependudukan, usia produktif berada pada rentang 15-60 tahun dan usia non-produktif berada pada rentang 0-14 tahun. Artinya petani yang diwawancarai di Desa Bonto Lojong masih relatif produktif. Dengan tingginya tingkat usia produktif para petani yang disurvei, diharapkan mereka dapat mengembangkan pertanian di desa ini.

Sebab, petani pada usia produktif mempunyai potensi untuk menjalankan aktivitas pertaniannya dengan baik. Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa tingkat pendidikan tertinggi responden adalah SD/sederajat sebanyak 19 orang dengan persentase 63,33%, dan SMA/sederajat sebanyak 9 orang dengan persentase 63,33%. persentase 30,00%. SLTA/sederajat sebanyak 2 orang dengan persentase 6,67%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penerimaan inovasi oleh petani responden rendah sehingga mempengaruhi hasil produksi dan pendapatan yang diperoleh.

Pengalaman bertani yang dimaksud adalah sejak Anda berpisah dari keluarga dan memulai usaha bertani sendiri. Karena sudah cukup lama melakukan farming, hal ini menandakan pengalaman dan skill yang dimiliki sudah cukup matang. Jadi bila berhati-hati, ingat bahwa mereka sudah mempunyai pengalaman yang cukup panjang, dan juga melalui hasil wawancara dengan responden, terlihat bahwa para petani sudah mulai mengembangkan kentang minimal 5 – 20 tahun dan a maksimal 20-35 tahun.

Tabel 10. Identitas Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bonto  Lojong, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng
Tabel 10. Identitas Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bonto Lojong, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng

Gambaran Umum Usaha Tani Kentang

  • Sumberdaya Usahatani
  • Kenerja Usahatani

39 Produksi memerlukan tenaga kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu, agar jumlahnya optimal (Soekarwati, 2003). Dari hasil wawancara dengan petani yang diwawancarai, diperoleh informasi bahwa pekerjaan yang dilakukan petani dalam menanam kentang, mulai dari menyiapkan lahan hingga memanen, merupakan pekerjaan keluarga. Dalam melakukan kegiatan produksi kentang, petani mengeluarkan biaya dan mengharapkan pendapatan dari menanam kentang.

Biaya yang dikeluarkan petani antara lain biaya sarana produksi, upah/biaya tenaga kerja. Jenis biaya yang digunakan petani dan besarnya pendapatan yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 18. Rata-rata biaya yang digunakan dan pendapatan per hektar yang diperoleh dari budidaya kentang di Desa Bonto Lojong Kec.

43 Cara penanaman yang dilakukan petani di Desa Bonto Lojong adalah umbi bibit diletakkan secara horizontal dengan pucuk menghadap ke atas. Kegiatan penyiangan yang dilakukan petani terdakwa ini dilakukan bersamaan dengan perbaikan parit dan penambalan permukaan bedengan sehingga membawa banyak manfaat. Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani kentang di desa Bonto Lojong adalah dengan menyemprot hama kentang dengan racun kontak seperti Matador, Curacron, dll.

Strategi Pengembangan Kentang

Tujuan dari analisis faktor internal adalah untuk mengetahui berbagai keunggulan (kelebihan) yang dimiliki Kabupaten Bantaeng khususnya Kecamatan Ulu Ere Desa Bonto Lojong dalam berbagai aspek terkait dengan strategi pengembangan bahan baku kentang untuk kepentingan. Selain itu, kami menemukan kelemahan yang dimiliki Kabupaten Bantaeng dalam berbagai aspek terkait pengembangan bahan baku kentang, terutama yang perlu segera diatasi. Keunggulan yang disebutkan disini adalah potensi sumber daya dan kondisi yang dimiliki Kabupaten Bantaeng terkait dengan strategi pengembangan bahan baku kentang.

Kelemahan yang dimaksud disini adalah terbatasnya sumber daya dan kondisi komoditas kentang dan juga Desa Bonto Lojong Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng terkait dengan pengembangan komoditas kentang sehingga dapat menghambat pengembangan komoditas kentang di Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan dengan menggunakan matriks seperti pada tabel 14, diperoleh strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kentang di Kabupaten Bantaeng. Memanfaatkan usia petani yang masih produktif dan pengalamannya untuk mengembangkan kentang dengan potensi alam dan infrastruktur pendukung.

61 Kelemahan produk kentang yang dihasilkan petani di Kabupaten Bantaeng adalah rendahnya kualitas yang terutama disebabkan oleh penanganan pasca panen yang tidak tepat. Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam memperoleh pendapatan yang cukup adalah rendahnya tingkat harga. SO-4: Memanfaatkan usia petani yang masih produktif dan pengalamannya untuk mengembangkan kentang dengan potensi alam dan infrastruktur pendukungnya (S3, S4: O1, O2).

Tabel  15.  Perkembangan  Luas  Panen  dan  Produksi  Tanaman  Kentang  di  Kabupaten Bantaeng Tahun 2010– 2014
Tabel 15. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Tanaman Kentang di Kabupaten Bantaeng Tahun 2010– 2014

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

66 berfluktuasi, manfaatkan banyaknya petani produktif yang terlibat dalam usahatani kentang agar ada edukasi mengenai standar mutu ketat yang ditetapkan oleh industri/pedagang, dan pengendalian harga dari pemerintah untuk mencegah permainan harga agar petani tidak mengalami hal tersebut. kerugian. Meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petani dalam penerapan teknologi budidaya untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh industri dan pedagang, serta menambah jumlah sarana produksi (benih) dan sarana teknologi pengolahan produk untuk memenuhi mutu. standar yang ditetapkan oleh ditetapkan. oleh pedagang/industri dan juga mampu mengurangi risiko yang timbul akibat fluktuasi harga.

Saran

Petani harus menentukan teknik pengolahan tanah yang tepat untuk meningkatkannya. produksi dan produktivitas usahatani dengan tetap memperhatikan konservasi tanah, serta meningkatkan kualitas kentang yang dihasilkan melalui penerapan teknik budidaya dan pasca panen sesuai anjuran. Diakui penelitian ini belum bisa mengungkap seluruh aspek terkait strategi pengembangan kentang di Kabupaten Bantaeng, oleh karena itu kelanjutan dan penyempurnaan pembahasan masih memerlukan penelitian lebih lanjut dengan pembahasan yang tentunya lebih komprehensif. Lampiran I Kajian Penyusunan RPJP Kabupaten Aceh Tambang Http://Bappedatamiang.go.id/uploadfiles/RPJP2007/Lampiran. 1_Metodolgi_Penelitian_Analisa_SWOT.pdf, diakses pada 06 April 2015).

Analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman) http://www.smeru.or.id/report/training/menjembatani. penelitian dan kebijakan/untuk cso/file/82.pdf. Http://Agus Wibisono.com/2010/Analysis- SWOT-Strength-Weakness-Opportunity-Threat/,= Diakses pada 06 April 2015). Metode transaksi apa yang Anda gunakan dalam sistem penjualan produksi yang Anda hasilkan?

14  Abba  45  Laki-laki  SD  18  1,2
14 Abba 45 Laki-laki SD 18 1,2

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  Penelitian  Strategi  Pengembangan  Agribisnis  Sayuran  Dataran Tinggi Di kabupaten Bantaeng
Tabel  di  3  menunjukkan  bahwa  jumlah  penduduk  Desa  Bonto  Lojong  adalah sebanyak 2966 jiwa
Tabel  4  menunjukkan  bahwa  jumlah  penduduk  terbesar  berada  pada  kelompok  umur  22  –  45  tahun  sebanyak  995  orang,  dari  jumlah  penduduk  yang  ada  di  Desa  Bonto  Lojong
Tabel  5  Jumlah  Penduduk  Menurut  Tingkat  Pendidikan  di  Desa  Bonto  Lojong,  Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten Bantaeng, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Danilo Dayag, De La Salle University Shirley Dita, De La Salle University Alex Fang, City University of Hong Kong Maria Flouraki, School of Oriental and African Studies, University of