i STRATEGI UNTUK MENSINKRONKAN KEGIATAN PABRIKASI
Mata kuliah: Manajemen Operasi Internasional Dosen Pengampu: Dr. Ari Dwi Astono. Spd.,MM.,MH
Di susun oleh kelompok 1 : 1. Via Nur Maria : E2A022434 2. Arum Indarti : E2A022509 3. Irfan Effendi : E2A022547
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2024
ii KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dengan segenap kemampuan dan pengetahuan dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “strategi untuk mensinkronkan kegiatan pabrikasi”. Berbagai hambatan dan kesulitan yang ditemui dalam penyelesaian makalah ini, namun dengan kesabaran, semangat, dan kerja keras kami akhirnya kendala- kendala tersebut dapat diselesaikan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dr. Ari Dwi Astono. Spd.,MM.,MH pada mata kuliah Manajemen Operasi Internasional.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang paradigma islam tentang ilmu manajemen bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ari Dwi Astono.
Spd.,MM.,MH, selaku Dosen mata kuliah Manajemen Operasi Internasional yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 06 Juni 2024
Penulis
iii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
2.1 Konsep Pabrikasi Terpadu ... 3
2.2 Konsep Penilaian Kinerja Pabrikasi ... 7
2.3 Mengatasi Ketidakseimbangan Kapasitas ... 8
2.4 Membangun Mata Rantai Supply Yang Efektif ... 9
BAB III PENUTUP ... 10
3.1 Kesimpulan ... 10
3.2 Saran ... 11
DAFTAR PUSTAKA ... 12
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di tengah persaingan global yang semakin ketat, industri manufaktur harus menghadapi berbagai tantangan kompleks untuk tetap kompetitif. Perubahan cepat dalam permintaan pasar, perkembangan teknologi, dan kebutuhan untuk efisiensi operasional tinggi menjadi faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan manufaktur.
Salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah melalui sinkronisasi kegiatan pabrikasi yang efektif.
Sinkronisasi kegiatan pabrikasi bukanlah konsep baru, tetapi penerapannya menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya kompleksitas rantai pasokan global dan kebutuhan untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan permintaan pasar. Ini memerlukan koordinasi yang baik antara berbagai elemen dalam proses produksi, mulai dari perencanaan hingga pengiriman produk akhir. Untuk mencapai hal ini, perusahaan perlu mengintegrasikan berbagai sistem dan teknologi, serta mengadopsi praktik terbaik dalam manajemen operasi.
Pabrikasi yang tidak terkoordinasi dengan baik dapat menyebabkan berbagai masalah seperti penundaan produksi, pemborosan sumber daya, peningkatan biaya, dan penurunan kualitas produk. Oleh karena itu, sinkronisasi yang baik dalam kegiatan pabrikasi sangat penting untuk Mengurangi Pemborosan, Meningkatkan Kualitas Produk, Mempercepat Time-to-Market, Meningkatkan Kepuasan Pelanggan.
Implementasi sinkronisasi kegiatan pabrikasi menghadapi beberapa tantangan utama seperti Kompleksitas Rantai Pasokan, Permintaan Pasar yang Berfluktuasi, Keterbatasan Teknologi, Resistensi terhadap Perubahan.
2 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pabrikasi terpadu dapat diimplementasikan secara efektif dalam industri manufaktur?
2. Apa saja indikator kinerja utama dalam pabrikasi yang perlu dievaluasi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi?
3. Strategi apa yang dapat digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan kapasitas dalam kegiatan pabrikasi?
4. Bagaimana cara membangun mata rantai supply yang efektif untuk mendukung sinkronisasi kegiatan pabrikasi?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan konsep pabrikasi terpadu dan bagaimana implementasinya dapat meningkatkan efisiensi operasional dalam industri manufaktur.
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan indikator kinerja utama dalam pabrikasi yang penting untuk evaluasi dan peningkatan proses produksi.
3. Menguraikan strategi-strategi efektif untuk mengatasi ketidakseimbangan kapasitas dalam kegiatan pabrikasi.
4. Mengembangkan pendekatan untuk membangun mata rantai supply yang efektif guna mendukung sinkronisasi kegiatan pabrikasi.
3 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP PABRIKASI TERPADU
Pabrikasi terpadu adalah pendekatan di mana seluruh proses produksi, mulai dari perencanaan hingga pengiriman produk akhir, dikoordinasikan secara harmonis. Ini melibatkan integrasi sistem dan proses untuk memastikan aliran informasi dan material yang efisien. Pabrikasi terpadu adalah konsep yang berfokus pada koordinasi dan integrasi semua elemen dalam proses manufaktur untuk mencapai efisiensi dan efektivitas maksimum.
Michael Hammer dan James Champy dalam buku mereka "Reengineering the Corporation: A Manifesto for Business Revolution" (1993) menekankan pentingnya reengineering proses bisnis untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Mereka mengusulkan bahwa pabrikasi terpadu harus melibatkan redesign proses produksi dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengintegrasikan dan merampingkan aliran kerja. Menurut mereka, pabrikasi terpadu memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan cepat terhadap perubahan permintaan pasar dan meningkatkan fleksibilitas operasional.
Jay Heizer dan Barry Render dalam buku mereka "Operations Management:
Sustainability and Supply Chain Management" (2016) membahas pentingnya pabrikasi terpadu dalam konteks manajemen rantai pasokan. Mereka menekankan bahwa pabrikasi terpadu memerlukan koordinasi yang efektif antara pemasok, pabrik, dan distributor untuk memastikan aliran material dan informasi yang lancar. Mereka juga menyoroti peran teknologi informasi dalam memfasilitasi komunikasi real-time dan transparansi dalam seluruh proses produksi.
4 Elemen Pabrikasi Terpadu
a. Sistem ERP (Enterprise Resource Planning)
Enterprise Resource Planning System (ERP) adalah sistem perangkat lunak yang dirancang untuk menyambungkan beberapa kegiatan fungsional dan teknis dalam sebuah perusahaan, serta memadukan aspek sumber daya manusia di dalamnya atau ERP mengintegrasikan data dari berbagai departemen (seperti produksi, penjualan, keuangan) ke dalam satu sistem tunggal, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik dan responsif terhadap perubahan.
Fungsi ERP adalah untuk memberikan standarisasi, menyederhanakan, dan mengintegrasi proses bisnis dengan beragam sumber daya manusia, sumber keuangan, hingga distribusinya. Teknologi ini pada awalnya diciptakan oleh Gartner pada tahun 1990 bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan kebutuhan material dan perencanaan sumber daya manufaktur. ERP berkembang dari Manufacturing Resouces Planning (MRP II) yang memungkinkan terjadinya kemajuan yang sangat besar dalam manajemen proses-proses manufaktur. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi persediaan (inventory), invoice, termasuk kegiatan yang berhubungan dengan akuntansi perusahaan.
b. MES (Manufacturing Execution System)
Manufacturing Execution System (MES) adalah sistem informasi yang menghubungkan, memantau, dan mengontrol operasi produksi di lantai pabrik. Tujuan utama dari MES adalah untuk memastikan bahwa proses manufaktur dijalankan secara efisien dan produktif, dengan memaksimalkan utilisasi sumber daya dan mengoptimalkan kinerja produksi atau MES mengelola dan mengendalikan operasi produksi secara real- time, dari penerimaan bahan baku hingga produk jadi, meningkatkan visibilitas dan kontrol proses.
Fungsi Utama MES
MES mencakup berbagai fungsi penting yang membantu dalam mengelola operasi produksi, termasuk:
5
Manajemen Produksi: MES membantu dalam perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian produksi untuk memastikan bahwa semua proses berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pengumpulan Data Produksi: Sistem ini mengumpulkan data real-time dari mesin dan operator, yang mencakup informasi tentang waktu siklus, kualitas produk, dan status mesin.
Pelacakan dan Penelusuran (Traceability): MES memungkinkan pelacakan bahan baku, komponen, dan produk jadi sepanjang rantai produksi, yang penting untuk memastikan kualitas dan kepatuhan terhadap standar regulasi.
Manajemen Kualitas: Sistem ini memantau parameter kualitas selama proses produksi dan memungkinkan deteksi serta pengelolaan masalah kualitas secara proaktif.
Manajemen Bahan: MES mengelola inventaris bahan baku, komponen, dan produk setengah jadi, memastikan bahwa bahan yang tepat tersedia pada waktu yang tepat.
Manajemen Tenaga Kerja: MES membantu dalam pengelolaan tenaga kerja, termasuk penugasan pekerjaan, pelacakan waktu kerja, dan analisis kinerja.
Keuntungan Implementasi MES
Implementasi MES memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan manufaktur, antara lain:
Peningkatan Efisiensi Operasional: Dengan menyediakan visibilitas real-time ke dalam operasi produksi, MES membantu mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan produksi, mengurangi waktu siklus, dan meningkatkan throughput.
Kualitas Produk yang Lebih Baik: Dengan pemantauan kualitas secara real-time dan pelacakan setiap langkah dalam proses produksi, MES membantu memastikan bahwa produk memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
Pengurangan Pemborosan: MES mendukung praktik lean manufacturing dengan mengidentifikasi pemborosan dalam proses produksi dan mengurangi inventaris berlebih.
6
Peningkatan Kepatuhan: MES memfasilitasi kepatuhan terhadap standar regulasi dan industri dengan menyediakan dokumentasi dan jejak audit yang komprehensif.
Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: Data real-time dan analitik yang disediakan oleh MES mendukung pengambilan keputusan yang lebih cepat dan lebih informatif.
Komponen Utama MES
Modul Perencanaan dan Penjadwalan: Membantu dalam merencanakan dan menjadwalkan pekerjaan produksi untuk memastikan aliran kerja yang efisien dan menghindari bottleneck.
Modul Pengumpulan Data: Mengumpulkan data dari mesin, operator, dan sistem lain secara real-time untuk memantau status produksi dan kinerja.
Modul Pelaporan dan Analitik: Menyediakan laporan dan analisis data untuk mendukung pengambilan keputusan dan perbaikan proses berkelanjutan.
Modul Manajemen Kualitas: Memantau dan mengelola parameter kualitas untuk memastikan bahwa produk memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
Modul Manajemen Inventaris: Mengelola inventaris bahan baku, komponen, dan produk setengah jadi untuk memastikan ketersediaan bahan yang tepat pada waktu yang tepat.
Implementasi MES dalam Industri
Implementasi MES memerlukan perencanaan dan koordinasi yang matang untuk memastikan integrasi yang baik dengan sistem lain, seperti ERP (Enterprise Resource Planning) dan SCM (Supply Chain Management). Langkah-langkah penting dalam implementasi MES meliputi:
Analisis Kebutuhan: Mengidentifikasi kebutuhan spesifik perusahaan dan menentukan fitur serta fungsi yang diperlukan dari sistem MES.
Pemilihan Vendor: Memilih vendor MES yang dapat memenuhi kebutuhan spesifik perusahaan dan menyediakan dukungan yang diperlukan.
Integrasi Sistem: Mengintegrasikan MES dengan sistem lain yang ada di perusahaan untuk memastikan aliran data yang mulus dan koordinasi yang efektif.
7
Pelatihan Karyawan: Melatih karyawan dalam penggunaan MES untuk memastikan bahwa mereka dapat memanfaatkan sistem secara efektif.
Monitoring dan Evaluasi: Memantau kinerja sistem setelah implementasi dan melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk mengoptimalkan kinerjanya.
c. IoT (Internet of Things)
Internet of Things (IoT) adalah jaringan perangkat fisik yang terhubung ke internet, yang dapat mengumpulkan, berbagi, dan menganalisis data tanpa memerlukan interaksi manusia secara langsung. Dalam konteks manufaktur, IoT menghubungkan berbagai perangkat, sensor, mesin, dan sistem untuk meningkatkan visibilitas, kontrol, dan efisiensi proses produksi. Sensor dan perangkat IoT digunakan untuk pemantauan real-time kondisi mesin dan proses, memungkinkan deteksi dini masalah dan pengambilan tindakan preventif.
d. Lean Manufacturing
Lean Manufacturing adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) dalam proses produksi. Tujuan utama dari lean manufacturing adalah untuk menciptakan lebih banyak nilai bagi pelanggan dengan menggunakan lebih sedikit sumber daya. Prinsip lean manufacturing, seperti eliminasi pemborosan dan perbaikan berkelanjutan, diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas.
2.2 KONSEP PENILAIAN KINERJA PABRIKASI
Penilaian kinerja pabrikasi adalah proses mengevaluasi seberapa baik pabrikasi atau produksi memenuhi tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Ini melibatkan pengukuran berbagai aspek dari operasi pabrikasi untuk memastikan efisiensi, efektivitas, kualitas, dan keselamatan. Penilaian kinerja pabrikasi adalah proses evaluasi efektivitas dan efisiensi operasi manufaktur. Ini mencakup berbagai metrik dan indikator kinerja utama (KPI) yang membantu dalam mengukur dan meningkatkan proses produksi.
8 Indikator Kinerja Utama (KPI)
Overall Equipment Effectiveness (OEE): Mengukur efektivitas penggunaan peralatan, mencakup ketersediaan, kinerja, dan kualitas.
Cycle Time: Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus produksi.
Pengurangan cycle time meningkatkan throughput.
Yield: Persentase produk yang memenuhi standar kualitas dari total produksi.
Yield yang tinggi menunjukkan efisiensi proses.
Lead Time: Waktu dari pesanan diterima hingga produk dikirim. Lead time yang pendek meningkatkan responsivitas terhadap permintaan pelanggan.
2.3 KIAT-KIAT MENGATASI KETIDAKSEIMBANGAN KAPASITAS
Ketidakseimbangan kapasitas adalah salah satu tantangan utama dalam pabrikasi.
Ini terjadi ketika ada perbedaan antara kapasitas produksi yang tersedia dan permintaan pasar.
Strategi Mengatasi Ketidakseimbangan Kapasitas
Flexible Manufacturing Systems (FMS): Menggunakan peralatan dan proses yang dapat dengan mudah diubah untuk menangani berbagai produk dan volume produksi.
Cross-Training Karyawan: Melatih karyawan untuk dapat melakukan berbagai tugas, sehingga dapat dialokasikan ke area yang membutuhkan tambahan kapasitas.
Capacity Planning and Forecasting: Menggunakan data historis dan analisis tren untuk memprediksi permintaan masa depan dan menyesuaikan kapasitas produksi secara proaktif.
Outsourcing: Mengalihdayakan sebagian produksi ke pihak ketiga untuk mengatasi lonjakan permintaan sementara.
9 1.4 MEMBANGUN MATA RANTAI SUPPLY YANG EFEKTIF
Rantai pasokan yang efektif adalah yang terkoordinasi dengan baik, memungkinkan aliran material dan informasi yang lancar dari pemasok ke pabrik hingga pelanggan akhir.
Strategi Membangun Mata Rantai Supply yang Efektif
Supplier Integration: Mengintegrasikan sistem informasi dengan pemasok untuk memastikan visibilitas dan komunikasi yang baik. Ini mencakup penggunaan EDI (Electronic Data Interchange) untuk pertukaran informasi otomatis.
Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment (CPFR): Melibatkan pemasok dalam perencanaan dan peramalan bersama untuk mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan koordinasi.
Just-in-Time (JIT) Delivery: Mengadopsi strategi JIT untuk mengurangi persediaan yang berlebihan dan memastikan bahan baku tiba tepat waktu saat dibutuhkan dalam produksi.
Risk Management: Mengidentifikasi dan mengelola risiko dalam rantai pasokan, seperti gangguan pemasok atau bencana alam, melalui strategi diversifikasi pemasok dan penyimpanan buffer stock.
10 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam lingkungan manufaktur yang semakin kompetitif, mensinkronkan kegiatan pabrikasi menjadi esensial untuk mencapai efisiensi operasional, kualitas produk yang tinggi, dan responsivitas yang cepat terhadap permintaan pasar. Dalam makalah ini, kami mengeksplorasi beberapa strategi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.
Pertama, konsep pabrikasi terpadu menyoroti pentingnya integrasi sistem dan proses dari perencanaan hingga pengiriman produk akhir. Dengan menggunakan sistem ERP, MES, IoT, dan prinsip lean manufacturing, perusahaan dapat memastikan aliran informasi dan material yang efisien, meningkatkan visibilitas, dan kontrol atas proses produksi.
Kedua, penilaian kinerja pabrikasi memberikan pandangan mendalam tentang efektivitas dan efisiensi operasi manufaktur melalui KPI seperti OEE, cycle time, yield, dan lead time. Dengan memantau dan meningkatkan KPI ini, perusahaan dapat terus memperbaiki proses produksi mereka.
Ketiga, mengatasi ketidakseimbangan kapasitas menjadi tantangan penting.
Melalui strategi seperti FMS, cross-training karyawan, capacity planning, dan outsourcing, perusahaan dapat mengelola fluktuasi dalam permintaan pasar dengan lebih baik, meminimalkan risiko over-capacity atau under-capacity.
Keempat, membangun mata rantai supply yang efektif membutuhkan kolaborasi yang kuat dengan pemasok, strategi JIT delivery, dan manajemen risiko yang baik.
Dengan mengintegrasikan sistem dengan pemasok, melakukan perencanaan dan peramalan bersama, serta mengadopsi strategi JIT, perusahaan dapat memastikan aliran material yang lancar dan responsivitas terhadap perubahan permintaan.
Secara keseluruhan, sinkronisasi kegiatan pabrikasi membutuhkan pendekatan holistik yang mencakup teknologi, evaluasi kinerja, manajemen kapasitas yang fleksibel, dan pengelolaan rantai pasokan yang efektif.
11 3.2 Saran
perusahaan manufaktur harus mengadopsi pendekatan pabrikasi terpadu yang mencakup integrasi sistem, penerapan prinsip lean manufacturing, dan pemanfaatan teknologi seperti IoT untuk meningkatkan efisiensi dan kontrol proses produksi. Selain itu, perusahaan juga perlu terus melakukan evaluasi kinerja dengan menggunakan indikator kinerja utama (KPI) untuk mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan.
Manajemen kapasitas yang fleksibel juga menjadi kunci, dengan menerapkan strategi seperti penggunaan FMS, cross-training karyawan, dan perencanaan kapasitas yang berbasis pada data historis dan analisis tren. Terakhir, perusahaan perlu membangun rantai pasokan yang efektif dengan mengintegrasikan pemasok, melakukan perencanaan dan peramalan bersama, menerapkan pengiriman Just-in-Time, dan mengelola risiko secara proaktif.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, perusahaan dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global dan mencapai tujuan-tujuan operasional yang lebih efisien dan responsif.
12 DAFTAR PUSTAKA
Slack, N., Chambers, S., & Johnston, R. (2010). Operations Management. Pearson Education.
Womack, J. P., & Jones, D. T. (2003). Lean Thinking: Banish Waste and Create Wealth in Your Corporation. Free Press.
https://www.jurnal.id/id/blog/apa-itu-pengertian-dan-contoh-sistem-enterprise-resource- planning-erp/
Heizer, J., Render, B., & Munson, C. (2016). Operations Management: Sustainability and Supply Chain Management. Pearson.
Gunasekaran, A., & Ngai, E. W. T. (2004). Information systems in supply chain integration and management. European Journal of Operational Research, 159(2), 269-295.
Christopher, M. (2016). Logistics & Supply Chain Management. Pearson.
Hammer, M., & Champy, J. (1993). Reengineering the Corporation: A Manifesto for Business Revolution. Harper Business.
Schroeder, R. G. (2007). Operations Management: Contemporary Concepts and Cases.
McGraw-Hill/Irwin
Heizer, J., & Render, B. (2016). Operations Management: Sustainability and Supply Chain Management. Pearson.