TUGAS FARMAKOTERAPI 2 STUDI KASUS
Disusun oleh :
Rada Br. Doloksaribu 22334762
Dosen Pengampu:
Apt. Teodhora, s.Farm, M.Farm., Apt.
Kasus 1
Tn. B usia 59 thn telah dirawat 2 hari yg lalu di RS setelah nonton pertandingan sepak bola bersama putranya. Pd hasil pemeriksaan awal mnunjukkan memar pd lengan kiri dan paha atas. Pasien telah diresepkan parasetamol 4 x sehari&sesuai kebutuhan serta ibuprofen 400 mg 3xsehari.
Dilihat dari riwayat medis pasien → kelihatannya sehat-sehat saja. Pd waktu pemeriksaan terlihat kelebihan BB yaitu 81 kg, perokok aktif yaitu 20 batang/hari&minum sekitar 30 unit alkohol/minggu. TD saat masuk a/ 165/80 mmHg dgn denyut jantung 90 detik/menit. TD dan detak jantung yang meningkat telah terjadi selama 48 jam terakhir.
Dokter kemudian mendiagnosis pasien mengalami hipertensi.
1. Apa itu HT ?
HT adalah yang sering disapa silent kiler merupakah suatu kondisi Dimana tekanan darah tinggi lebih dari keadaan normal.
Dalam kasus ini Tn. B memiliki tekanan darah saat masuk ke rumah sakit sebesar 165/80 mmHg, yang menunjukkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Tekanan darah yang normal biasanya adalah kurang dari 120/80 mmHg.
Selain itu, Tn. B juga memiliki riwayat kelebihan berat badan, merokok, dan mengonsumsi alkohol dalam jumlah tinggi, yang merupakan faktor risiko untuk hipertensi.
Peningkatan tekanan darah yang terjadi selama 48 jam terakhir juga merupakan tanda yang mengkhawatirkan. Penggunaan ibuprofen dalam kondisi tertentu juga bisa mempengaruhi tekanan darah.
2. TARGET TD?
Dalam kasus pasien tersebut, target terapi yang tepat untuk tekanan darah (TD) adalah mencapai nilai <140/90 mmHg, berdasarkan panduan The Eighth Joint National Committee (JNC 8) dan National Institute for Health and Care Excellence (NICE). Tetapi Pada pasien berusia 59 tahun dengan riwayat medis sehat-sehat, target terapi TD yang lebih rendah seperti
<130/80 mmHg dapat dipertimbangkan, berdasarkan panduan American College of Cardiology dan American Heart Association (ACC/AHA).
Dokter harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dan melakukan evaluasi terus-menerus untuk menyesuaikan target terapi TD dengan kebutuhan pasien.
165/80 mmHg---MENJADI--- <130/80 mmHg
NOTE : sesuai pertimbangan medis.
Terapi dan obat golongan pertama
Non farmakologi : diet(pola makan hidup yang sehat ),tidak stress, dan berolahraga (kardio dan otot )
Farmakologi : -
Diberikan obat Ht lini pertama ACE Inhibitor supaya tensinya dapat
terkontrol
.- Jika keadaan tidak membaik ,EKG
Golongan utama obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi termasuk:
1. ACE inhibitors (ACEI): Inhibitor konversi angiotensin (ACEI) seperti enalapril, lisinopril, dan ramipril bekerja dengan menghambat enzim yang memproduksi angiotensin II, suatu zat yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Ini membantu melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
2. Angiotensin II receptor blockers (ARBs): Bloker reseptor angiotensin II (ARBs) seperti losartan, valsartan, dan candesartan bekerja dengan menghambat efek angiotensin II pada pembuluh darah, membantu melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
3. Beta-blockers: Beta-blockers seperti metoprolol, atenolol, dan propranolol bekerja dengan
menghambat aksi hormon adrenalin dan noradrenalin, yang dapat menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
4. Calcium channel blockers (CCBs): Calcium channel blockers seperti amlodipine, nifedipine, dan diltiazem bekerja dengan menghambat aliran kalsium ke dalam sel-sel otot jantung dan pembuluh darah, yang membantu melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
5. Diuretics: Diuretik seperti hidroklorotiazid, furosemid, dan spironolakton membantu mengeluarkan kelebihan garam dan air dari tubuh, yang dapat menurunkan volume darah dan tekanan darah.
6. Alpha-blockers: Alpha-blockers seperti prazosin dan doxazosin bekerja dengan menghambat reseptor alpha-adrenergik, yang dapat melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
7. Direct renin inhibitors: Inhibitor renin langsung seperti aliskiren bekerja dengan menghambat enzim renin, yang merupakan langkah awal dalam produksi angiotensin II, untuk menurunkan tekanan darah.
Golongan obat mana yang sesuai u/ menghobati hipertensi?
Dalam kasus pasien Tn. B, dapat direkomendasikan salah satu dari golongan obat di atas, tergantung pada kondisi kesehatan pasien dan hasil pemeriksaan lanjutan. Dalam kasus pasien Tn. B, yang telah dirawat 2 hari di RS setelah mengalami memar pada lengan kiri dan paha atas, serta memiliki riwayat medis sehat-sehat, namun memiliki kelebihan berat badan, merokok aktif, dan minum alkohol, dapat direkomendasikan obat antihipertensi lini pertama yang efektif dan memiliki efek samping minimal.
Dalam panduan terbaru, seperti JNC VIII, ACC/AHA, ESC, dan ESH, terapi lini pertama untuk pengobatan hipertensi dapat menggunakan antihipertensi golongan ACE inhibitor (ACEI) seperti captopril, lisinopril, atau ARB seperti candesartan, valsartan. Golongan ACEI dan ARB dapat bekerja dengan cara menghambat produksi hormon angiotensin yang dapat menyempitkan pembuluh darah, sehingga otot dinding pembuluh darah menjadi lebih rileks dan sedikit melebar, sehingga tekanan darah dapat menurun.
Namun, dalam kasus pasien Tn. B, yang memiliki riwayat merokok aktif dan minum alkohol, mungkin dapat lebih memilih obat antihipertensi yang dapat mengurangi risiko komplikasi yang terkait dengan merokok dan alkohol, seperti obat golongan beta blocker seperti bisoprolol, atenolol, atau propranolol, yang dapat menghambat kerja hormon norepinefrin yang berperan dalam mengencangkan otot-otot.
Selanjutnya akan dipantau dalam 1 bulan jika tidak berkurang akan dilakukan kombinasi obat.
Sebutkan salah satu golongan obat yang anda sebukan pada pertanyaan 4 dan jelaskan?
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI): Obat ini bekerja dengan menghambat produksi hormon angiotensin atau hormon yang dapat menyempitkan pembuluh darah. Dengan demikian, otot dinding pembuluh darah akan menjadi lebih rileks dan sedikit melebar sehingga tekanan dapat menurun.
b. Contoh obat ini adalah Benazepril, Captopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Perindopril, Quinapril, Ramipril, Trandolapril, and Moexipril. c. Dosis awal dan frekuensi yang tepat untuk ACE inhibitor biasanya 12,5 mg hingga 25 mg sekali atau dua kali sehari, dengan penyesuaian dosis berdasarkan respons masing-masing pasien.
d. Dosis maksimum ACE inhibitor untuk hipertensi biasanya 40 mg setiap hari.
e. Kontra indikasi ACEI (Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor) meliputi:
∙ Hipotensi (penurunan tekanan darah yang berlebihan)
∙ Batuk kering (efek samping yang umum terjadi, berkisar 5-20%) ∙ Pusing, sakit kepala, kantuk, lemas, kehilangan kemampuan indra pengecap, lidah terasa asin atau muncul rasa seperti logam, ruam, nyeri sendi, dan lebih sensitif terhadap cahaya matahari
∙ Alergi obat
∙ Gangguan fungsi ginjal
∙ Penurunan berat badan secara tiba-tiba
∙ Disfungsi ereksi
∙ Mual atau muntah
f. Efek samping ACEI dapat berupa batuk kering, hipotensi, penurunan fungsi ginjal, angioedema, dan lain-lain. Oleh karena itu, penggunaan ACEI harus dilakukan dengan hati-hati dan diawasi oleh dokter, serta pasien harus segera ke dokter jika mengalami efek samping yang tidak kunjung mereda atau semakin berat.
Kasus 2
Ny. F 53 thn seorang guru dtg ke RS YYY dgn keluhan
nafasnya susah trasa di leher, sesak seperti tercekik pd pagi hr sblm msuk RS, pasien dtg sebelumnya rujukan dari RS XXX, & mengeluh sperti serangan jantung trasa keringat dingin&berdebar-debar namun skrg sudah menghilang.
Keluhan sebelumnya dimulai sejak pukul 10:00 WIB. Pasien mngatakan sblmnya mmiliki riwayat pnyakit jantung&pernah dirawat di RS YYY.
Pasien mngatakan sdh dilakukan pemasangan Ring, Hipertensi, DM. Diagonis utama UAP
Pertanyaan :: Identifikasi tujuan pengobatan pasien
?? Apakah sdh tepat berdasarkan diagnosis
Pengobatan di RS
1. Dilakukan rawat inap&pmeriksaan enzim jantung,
GDS, H2tl (Hemoglobin, Hematokrit,
Leukosit, Trombosit)
2. Pasang infus RL
3. Bisoprolol 1 x 5 mg
4. Simvastatin 1 x 10 mg
5. ISDN 3 x 5 mg
6. Valsartan 1 x 80 mg
7. Aspilet 1 x 80 mg
8. Klopidogrel 1 x 75 mg
9. Alprazolam 1x0,5 mg
Hari kedua→ sesak berkurang namun tdk bs tidur, TD 130/80 mmHg, nadi 82 x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36,3oC
Hasil Enzim jantung normal
Hasil Pemeriksaan Lab :
HB 10,6 L g/dL (turun)
Leukosit 5,6 ribu/uL (normal)
Ht 33 L % (turun)
Trombosit 183 ribu/uL (normal) GDS 95 mg/dL (normal)
Hr ketiga → TD 120/80 mmHg, Nadi 72 x/menit, suhu tubuh 36,4oC, pernafasan 20x/menit, tdk udem, sesak nafas berkurang, pola nafas tlah efektif, &penurunan curah jantung→ diberi posisi aman & nyaman,
mngatur agar ttp mmprtahan kan tehnik relaksasi→ hr keempat diizinkan pulang
jawab :
Tujuan pengobatan uap
1. Subjective (Subyektif): Pasien mengalami sesak nafas, keluhan seperti tercekik di leher, serta gejala mirip serangan jantung seperti keringat dingin dan berdebar-debar.
2. Objective (Objektif): Pasien memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes melitus. Pemeriksaan fisik menunjukkan penurunan Hb dan Ht, tetapi masih dalam batas normal untuk leukosit dan trombosit.
Parameter vital dalam kondisi normal.
3. Assessment (Penilaian): Pasien didiagnosis dengan UAP berdasarkan riwayat, gejala, dan temuan pemeriksaan. Hasil enzim jantung normal menunjukkan tidak adanya infark miokard.
4. Plan (Rencana): Pengobatan dilakukan dengan pemasangan infus Ringer Laktat, Bisoprolol, Simvastatin, ISDN, Valsartan, Aspilet, Klopidogrel, dan Alprazolam. Pasien dimonitor secara ketat untuk memantau perkembangan kondisinya. Pasien diizinkan pulang pada hari keempat dengan kondisi yang stabil. Disarankan untuk mengikuti kontrol secara rutin dan menjaga pola hidup sehat.
Kasus 2
Nama Pasien : Tn. S, usia 64 thn masuk ke RS 3
september 2019, riwayat hipertensi dgn keluhan sesak nafas, nyeri dada, & perut kembung, kaki bengkak ± 1 hari sblm masuk RS.
Diagnosa utama : Hipertensi Stage II & komplikasi
Angina pektoris (yg dilihat dr hasil EKG)
Pertanyaan :: Identifikasi tujuan pengobatan pasien ?? Apakah sudah tepat berdasarkan diagnosis ?
Pemeriksaan laboratorium
Parameter Hasil Satuan Normal Keterangan
Hb 9,0 g/dl 14,0 – 18,0 Rendah
Leukosit 7.900 /µL 4.800–10.800 Normal
Hematokrit 29 % 42,0 – 52,0 Rendah
Eritrosit 3,8 106/µl 4,7 - 6,1 Rendah Trombosit 494 Ribu / µl 150 - 450 Tinggi Glukosa
sewaktu 170 mg/dl ≤200 Normal
Natrium 135 mEq/L 136 - 145 Rendah
Pengobatan di rs
Nama
Obat Dosis Tanggal 3/9/19 4/9/19 5/9/19 6/9/19 7/9/19 Furosemid
e Inj 2 x 1 (IV) √ √
Rantin Inj 2 x 1 (IV) √ √ √ √
Kaptopril
Tab 2 x 25 mg √ √ √ √ √
Spironolak
ton 1 x 25 mg √ √
Digoksin
0,25 mg 1 x ½ √ √ √ √ √
ISDN 3x 5 mg √ √ √ √ √
Alprazola
m0,5mg 0 – 0 – 1 √ √
Mikardis 1 – 0 – 0 √ √ √
RL √ √ √ √ √
Keluhan dan data klinis pasien
Keluhan Tanggal 3/9/19 4/9/19 5/9/19 6/9/19 7/9/19 Sesak
Nafas ++++ +++ ++ ++ ++
Kaki
Bengkak ++++ ++ + - -
Kembung ++++ +++ + - -
Nyeri
Dada +++ ++ ++ + +
Susah
Tidur +++ +++ +++ + +
Vital Sign Tanggal 3/9/19 4/9/19 5/9/19 6/9/19 7/9/19
TD 180/100 150/100 130/90 130/90 130/80
HR 80x/ min 82x/ min 82x/min 80x/min 80x/min RR 28 x / min 29x/min 28x/min 25x/min 25x/min Suhu 38oC 37,6oC 36,2oC 36oC 36,2oC
1. Subjective (Subyektif): Pasien mengalami keluhan sesak nafas, nyeri dada, perut kembung, dan kaki bengkak sebelum masuk RS.
2. Objective (Objektif): Pasien didiagnosis dengan hipertensi Stadium II dan angina pektoris (dilihat dari hasil EKG). Pengobatan yang diberikan meliputi berbagai jenis obat untuk mengatasi gejala dan komplikasi yang terkait.
3. Assessment (Penilaian): Pasien membutuhkan pengelolaan yang komprehensif untuk mengatasi hipertensi dan angina pektoris, serta mengurangi risiko komplikasi lainnya.
4. Plan (Rencana): Rencana perawatan mencakup pemberian obat-obatan seperti Injeksi Furosemide (Lasix), Injeksi Ranitidine (Rantin), Tablet
Captopril, Spironolakton, Digoxin, Isosorbide dinitrate (ISDN), Alprazolam, dan Mikardis. Tujuan perawatan ini adalah untuk mengelola gejala
hipertensi dan angina pektoris pasien. Dan secara non farmakologi diet dan olahraga
Kasus 3
Tn. SD 55 thn, BB 85 kg. Mengalami sesak di dada saat bekerja. SD mengalami sesak pd bgian tulang dada pd jam 20.30 yg kmudian menjalar ke bag lengan kiri, keadaan itu trjadi di dlm toilet stelah adu argumen dgn seseorang.
SD bernafas terengah-tengah&keringat brlebihan, oleh Pusat Layanan Kesehatan SD diberi terapi 0,4 mg mikrogliseril
sublingual, aspirin 325 mg dan metoprolol 5 mg IV namun ttp merasa sakit pd dada. SD diantar ke RS pd jam 21.15.
RS tsb tdk memiliki lab. Cardiac catheter&waktu u/
trasportasi 1,5 jam melalui trasportasi udara.
Pertanyaan :: Identifikasi tujuan pengobatan dan
apa tambahan farmakoterapi yang harus dimasukkan
?
RIWAYAT PENYAKIT
Hipertensi 10 th, dislipidemia 6 bln, sindrom koroner akut (60 % kanan dan 80% yg kiri)
Riwayat keluarga :
• Ayah memiliki infark miokard pd umur 65 th,
ibunya sehat, punya 1 saudara kandung
mngalami hipertensi
Riwayat khusus• Perokok 1 pack sehari slama 30th
• Baru brhenti 10 minggu yg lalu
• Alergi tdk diketahui Pengobatan di RS
1. Metoprolol 25 mg 2 x 1 2. Aspirin 35 mg 1 x 1
3. Lovastatin 20 mg 1 x 1 sblm tidur 4. Enalapril 5 mg 1 x1
Tanda vital: TD 110/70 mmHg; denyut jantung 98 x/menit, suhu 37°C.
Foto toraks: gagal jantung kongestif, ukuran jantung yg normal batas atas.
Echocardiogram: hipocontractile ventrikel kiri
1. Subjective (Subyektif): Tn. SD mengalami sesak di dada yang menjalar ke lengan kiri, disertai bernafas terengah-engah dan keringat berlebihan setelah adu argumen dengan seseorang di toilet.
2. Objective (Objektif): Riwayat penyakit Tn. SD mencakup hipertensi selama 10 tahun, dislipidemia selama 6 bulan, dan sindrom koroner akut dengan penyumbatan pembuluh darah koroner kanan sebesar 60% dan kiri sebesar 80%. Riwayat keluarga menunjukkan ayahnya memiliki infark miokard pada usia 65 tahun, sementara ibunya sehat dan memiliki saudara kandung yang mengalami hipertensi. Tn. SD adalah mantan perokok selama 30 tahun dan baru berhenti 10 minggu yang lalu. Tidak ada riwayat alergi yang diketahui.
3. Assessment (Penilaian): Tn. SD didiagnosis dengan sindrom koroner akut, yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah koroner.
Hasil foto toraks menunjukkan gagal jantung kongestif, sedangkan echocardiogram menunjukkan ventrikel kiri yang hipocontractile.
4. Plan (Rencana): FARMAKOLOGI:
1. Metoprolol 25 mg 2 x 1 untuk mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan gejala iskemik.
2. Aspirin 35 mg 1 x 1 untuk mencegah pembekuan darah dan mengurangi risiko trombosis.
3. Lovastatin 20 mg 1 x 1 sebelum tidur untuk mengontrol kadar kolesterol.
4. Enalapril 5 mg 1 x 1 untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi kerja jantung.
5. Diberikan tambahan metoprolol, aspirin, lovastatin, dan enalapril untuk mengelola gejala dan komplikasi sindrom koroner akut serta untuk mengontrol faktor risiko seperti tekanan darah dan kolesterol.
6. Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi gejala sindrom koroner akut, mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung, mengurangi risiko komplikasi, dan memperbaiki fungsi jantung.
NON FARMAKOLOGI : OLAHRAGA DAN DIET, GAYA HIDUP SEHAT, berhenti merokok.