• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus pada Kelompok Tani Makmur

N/A
N/A
Amrina Rosada Rahmawati

Academic year: 2024

Membagikan " Studi Kasus pada Kelompok Tani Makmur"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

i

KELEMBAGAAN DAN KORPORASI PETANI

Studi Kasus : Pada Kelompok Tani Makmur

MAGANG DAN STUDI INDEPENDEN BERSERTIFIKAT (MSIB)

AMRINA ROSADA RAHMAWATI NIM : 54521121004

FAKULTAS SAINS TERAPAN UNIVERSITAS SURYAKANCANA

2024

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHA

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, karena atas hidayah dan karunia-Nya penulis diberikan kemudahan dalam melaksanakan segala sesuatu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Dengan kemudahan yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul : “Kelembagaan dan Korporasi Petani”. Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan magang ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna penyempurnaan laporan magang ini.

Dalam penyelesaian laporan magang ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan baik secara moril maupun material dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang dimana atas kuasanya penulis selalu diberi kelancaran dan kemudahan dalam melakukan setiap kegiatan termasuk magang dan menyelesaikan laporan ini.

2. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan semangat, motivasi, dan dukungan baik moril maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini

3. Seluruh karyawan Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Panimbang 4. Bapak Adi Lukman Hakim S.E., M.M. selaku Dosen Pembimbing Program 5. Para metor yang telah membantu dalam melaksanakan setiap tugas dan kompetensi

yang ada

Penulis berharap semoga laporan magang ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca.

Panimbang, 21 November 2024

Penulis

(4)

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 1

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TEORI ... 3

2.1 Kelembagaan Petani ... 3

2.2 Korporasi Petani ... 3

2.3 Penumbuhan Kelembagaan Petani ... 4

2.4 Gabungan Kelompok Tani ... 4

2.5 Manajemen Organisasi ... 5

2.6 Kepemimpinan Organisasi ... 6

BAB III PROSEDUR KERJA ... 7

3.1 Materi 1 ... 7

3.2 Materi 2 ... 8

3.3 Materi 3 ... 9

3.4 Materi 4 ... 10

3.5 Materi 5 ... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

4.1 Identifikasi Potensi dan Permsalahan Terkait Kelembagaan ... 12

4.2 Analisis Potensi dan Permasalahan Terkait Kelembagaan ... 13

4.3 Identifikasi Potensi dan Permasalahan dengan Benchmarking ... 15

4.4 Perancangan dan Pengembangan Korporasi Petani Berbasis Komoditas Padi 17 4.5 Implementasi Rancangan Korporasi Petani Berbasis Komoditas Padi ... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Saran ... 21

(5)

iv

Daftar Pustaka ... 22 Lampiran ... 24

(6)

iii

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi ... 8

Table 3.2 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi ... 9

Table 3.3 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi ... 10

Table 3. 4 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi ... 10

Table 3. 5 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi ... 11

Table 4.1 Pelaksanaan Kegiatan FGD ...Error! Bookmark not defined. Table 4.2 Pelaksanaan Kegiatan FGD ... 16

(7)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petani yang kini menjadi suatu pekerjaan mayoritas para masyarakat khususnya masyarakat desa menjadi fockus utamanya terciptanya suatu kelembagaan. Dimana dalam prakteknya kelembagaan petani ini harus mampu menaung para petani didalam lingkup sederhana, untuk meningkatkan kerjasam dalam kegiatan pertanian. Kelembagaan itu sendiri terdiri dari kelompok tani (poktan) dan gabungan kelompok tani (gapoktan) yang memiliki fungsi untuk menjadi wadah bagi para petani untuk berbagi pengetahuan, sumber daya, dan pengalaman. Namun dalam prakteknya dilapangan kelembagaan ini sering kali memiliki keterbatasan dalam hal manajemen dan akses terhadap modal yang memadai. Sehingga tidak beroperasi secara efisien (Pujiharto, 2010).

Kelembagaan petani yang awalnya hanya dibentuk hanya agar adanya struktur organisasi sederhana bagi para petani untuk saling bertukar ilmu pengetahuan dan wadah Kerjasama kini bertransformasi menjadi struktur organisasi yang lebih professional, dimana didalamnya tidak hanya sekedar sebagai wadah Kerjasama dan saling bertukar pengetahuan saja namun juga memiliki jejaring usaha, mitra bisnis, usaha agribisnis, menggunakan alat mekanik (mesin) dan lain sebagainya (distan, 2021).

Transormasi ini tertuang dalam Permentan No 18 tahun 2018 yang mengatur tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani. Dimana peraturan ini ada untuk mempercepat transformasi pembangunan pertanian melalui keawasan pertanian yang berfokus pada kelembagaan ekonomi pertanian (Permentan, 2018).

1.2 Tujuan

a. Mempelajari dan mengidentifikasi perkembangan suatu kelompok tani apakah sudah berbasis korporasi atau belum

b. Mempelajari dan membantu kelompok tani binaan menuju transformasi kelembagaan berbasis korporasi

c. Mempelajari permasalahan dalam kelembagaan petani

(8)

2

1.3 Manfaat

a. Mahasiswa mampu mengidentiikasi perkembangan suatu kelompok tani apakah sudah berbasis korporasi atau belum

b. Mahasiswa mampu membantu kelompok tani binaan menuju transformasi kelembagaan berbasis korporasi

c. Mahasiswa mampu membantu menyelesaikan permasalahan kelembagaan petani

(9)

3

BAB II TEORI

2.1 Kelembagaan Petani

Kelembagaan petani yang dimaksud di sini merujuk pada institusi petani di tingkat lokal (local institution), yang dapat berupa organisasi berbasis keanggotaan (membership organization) atau bentuk kerja sama seperti koperasi.

Institusi ini terdiri dari petani-petani yang bergabung dalam kelompok kerja sama.

Pengertian kelembagaan ini mencakup aspek yang luas, tidak hanya sekadar organisasi petani, tetapi juga mencakup "aturan main" (rules of the game) atau norma-norma perilaku yang mengatur pola tindakan dan hubungan sosial. Selain itu, kelembagaan ini juga mencakup kesatuan sosial yang menjadi bentuk nyata dari institusi tersebut. Kelembagaan petani dibentuk pada dasarnya mempunyai beberapa peran, yaitu: (a) tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk memediasi masyarakat dan negara, (b) tugas sumberdaya (resource tasks) mencakup mobilisasi sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material, informasi) dan pengelolaannya dalam pencapaian tujuan masyarakat, (c) tugas pelayanan (service tasks) mungkin mencakup permintaan pelayanan yang menggambarkan tujuan pembangunan atau koordinasi permintaan masyarakat lokal, dan (d) tugas antar organisasi (extra-organizational task) memerlukan adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau organisasi luar masyarakat terhadap campur tangan oleh agen-agen luar. Kelembagaan merupakan keseluruhan pola-pola ideal, organisasi, dan aktivitas yang berpusat di sekeliling kebutuhan dasar. Suatu kelembagaan pertanian dibentuk selalu bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan petani sehingga lembaga mempunyai fungsi kelembagaan merupakan konsep yang berpadu dengan struktur, artinya tidak saja melibatkan pola aktivitas yang lahir dari segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga pola organisasi untuk melaksanakannya.(Anantanyu, 2011).

2.2 Korporasi Petani

Koperasi Pertanian adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para petani pemilik tanah, atau buruh tani dan orang yang berkepentingan serta bermata pencaharian yang berhubungan dengan usaha-usaha pertanian.Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi pertanian. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan Koperasi Pertanian antara lain memberikan pinjaman modal, menyediakan pupuk,

(10)

4

obat pemberantas hama tanaman, benih, alat pertanian, memberi penyuluhan teknis pertanian, dan membantu penjualan hasil pertanian anggotanya (Santoso, 2005).

Koperasi pertanian dalam hal ini terutama “Koperasi Unit Desa (KUD)”

merupakan koperasi pertanian terbanyak di Indonesia, yang mencerminkan sosok koperasi di Indonesia. KUD dalam prakteknya dibatasi pada kegiatan yang tingkat keuntungannya (nilai tambah) terendah yaitu pada sub-sistem usaha tani.

Sementara kegiatan ekonomi yang memiliki tingkat keuntungan relatif tinggi yakni pada subsistem agribisnis hilir (pengolahan dan perdagangan) diserahkan pada pengusaha atau pemerintah. Posisi KUD yang demikian jelas hanya perpanjangan tangan dari penguasa dan pengusahasehinggamanfaat ekonomi dari economies of scale dapat dinikmati oleh penguasa dan pengusaha bukan kepada petani. Itulah sebabnya , mengapa pembangunan pertanian yang sudah berlangsung lebih 30 tahun, kehidupan ekonomi petani tidak banyak berubah, bahkan sebagian masih hidup di bawah garis kemiskinan.(Widjajani & Hidayati, 2014).

2.3 Penumbuhan Kelembagaan Petani

Penumbuhan kelembagaan petani mengacu pada upaya memperkuat struktur organisasi kelompok tani, membangun aturan, norma, dan fungsi kelembagaan yang efektif untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini melibatkan penguatan keanggotaan, perencanaan kegiatan, pengembangan usaha bersama, serta fasilitasi teknologi dan modal usaha (Anantanyu, 2011).

Kelembagaan petani yang kuat dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing petani melalui kolaborasi yang terorganisir dalam mengembangkan agribisnis. Strategi pengembangan mencakup penguatan struktur dan fungsi kelembagaan, peningkatan karakteristik anggota, dan pengintegrasian kelembagaan menuju bentuk yang lebih berorientasi pasar, seperti badan usaha koperasi (Effendy, 2020).

Penumbuhan dilakukan dengan cara melibatkan anggota secara aktif, memperkuat solidaritas sosial, dan memastikan pertemuan kelompok dilakukan secara terstruktur. Penguatan ini juga harus fokus pada pengembangan kemampuan analitis anggota dalam mengidentifikasi potensi pasar dan peluang usaha (Khairunnisa et al., 2019).

2.4 Gabungan Kelompok Tani

Gabungan kelompok tani adalah kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk untuk secara langsung mengorganisir para petani dalam berusaha tani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan

(11)

5

(sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Dimana Gapoktan itu terdiri dari beberapa orang petani atau peternak yang menghimpun diri dalam suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam tujuan, motif, dan minat. Sedangkan Kelompok tani sayur merupakan kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan yang memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya. Dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, petani terutama petani sayur mempunyai peran yang sangat penting bagi sektor perekonomian, karena petani sayur merupakan pemasok utama sebagian besar kebutuhan masyarakat Indonesia, dengan semakin bertambahnya penduduk maka konsumsi pangan juga akan meningkat. maka konsumsi pangan juga akan meningkat. Perkembangan kelompok tani di Indonesia telah lama ada sebagai lembaga komunikasi antar petani dalam menjalankana aktivitasnya. Secara toristis gabungan kelompok tani diartikan sebagai pemula sebagai kumpulan petani dengan kepentingan dan keserasian bersama dalam usaha tani. Idealnya kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani, guna mengatasi masalah bersama dalam usaha tani (Nawati et al., 2023).

2.5 Manajemen Organisasi

Manajemen adalah aspek vital dari kehidupan ekonomi manusia, yang merupakan suatu kegiatan kelompok yang terorganisir. Ini dianggap sebagai lembaga yang sangat diperlukan dalam organisasi sosial modern yang ditandai oleh pemikiran ilmiah dan inovasi teknologi. Salah satu bentuk lain dari manajemen yang penting adalah ketika upaya manusia harus dilakukan secara kolektif untuk memenuhi tujuan melalui beberapa kegiatan, pekerjaan atau profesi yang produktif. Organisasi merupakan gatra yang meliputi individu-individu yang bekerjasama dengan tujuan mencapai sasaran tertentu. Organisasi merupakan suatu sarana bagi sekelompok individu yang bekerjasama menurut aturan yang lazim dan terstruktur yang tertangani dan terarah guna memperoleh sasaran tertentu, mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki didalamnya (Afrahul Fadhila Daulay, 2016).

Dalam bidang pertanian sendiri manajem yakni bagaimana cara kita merencanakan kegiatan pertanian, mengorganisasikan, mengomando, mengoordinasi, megawasi tenaga kerja sehingga hasil dari produksi pertanian mengalami meningkatan baik kualitas maupun kuantitas (Ummah, 2019).

(12)

6

2.6 Kepemimpinan Organisasi

Kepemimpinan (leadership) sebagai suatu keahlian dalam memberikan pengaruh pada individu atau sekelompok orang untuk memperoleh visi atau tujuan.

Seperti halnya pada organisasi formal, dampak ini dapat menjadi bersifat formal yang diberikan oleh pimpinan yang memegang sebuah jabatan pada organisasi sehingga harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh bawahannya (Suherman, n.d.).

Kepemimpinan adalah proses yang berkelanjutan, dengan pencapaian satu tujuan menjadi awal dari tujuan baru. Seorang pemimpin dalam organisasi atau kelompok mempunyai tugas menarik kekuasaan dan pengaruh mereka dari sumbersumber luar kelompok, dan kebanyakan kasus, telah diberikan beberapa kekuatan untuk melaksanakan tugas, dan memberikan penghargaan dan hukuman berdasarkan pada kinerja (Latifah, 2021).

Untuk mencapai tujuan organisasi dan meningkatkan kinerjanya, kepemimpinan sangat penting. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan dan mendorong orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

Sifat, teori gaya perilaku, teori situasional, dan teori transformasional adalah beberapa teori kepemimpinan yang telah dikembangkan. Kinerja organisasi dapat dipengaruhi oleh pendekatan kepemimpinan yang berbeda (Hefi Rusnita Dewi

& Rosyid, 2023).

(13)

7

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Materi 1

Materi : Kelembagaan dan Korporasi Petani Alokasi Waktu : 120 Menit

Tujuan Pembelajaran : Agar peserta mampu melakukan identifikasi potensi dan permasalahan terkait dengan kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani di lapangan

Alat yang dibutuhkan : Kertas, pulpen, alat perekam, kamera

Kegiatan Pembelajaran : Wawancara dan Observasi kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani

Subyek : Penyuluh, Ketua Kelompok Tani, Tokoh Masyarakat

Kegiatan Langkah Kegiatan Waktu PIC

Kegiatan Pembuka

Salam Perkenalan Maksud dan tujuan wawancara

10 Menit Kegiatan

Inti

Pada penyuluh:

Melaksanakan wawancara terkait dengan potensi dan permasalahan kelembagaan:

Apakah sudah ada kelembagaan yang terbentuk?

Bagaimana kondisinya?

Dari semua poktan tersebut ada berapa yg aktif, dan yang tdk aktif Apa kendalanya?

Apa peran penyuluh terhadap lembaga yang sudah aktif, apakah ada upaya untuk

mengembangkannya menjadi lebih baik?

Apa peran penyuluh terhadap lembaga yang belum/tidak aktif, apakah ada upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut?

Pada ketua kelompok/tokoh masyarakat Melaksanakan wawancara terkait dengan potensi dan permasalahan kelembagaan:

Apakah sudah ada kelembagaan yang terbentuk?

Bagaimana kondisinya Dari semua poktan tersebut ada berapa yg aktif, dan yang tdk aktif Apa kendalanya?

Mengumpulkan data-data sekunder:

Struktur kepengurusan RDK/RDKK Buku-buku admnistrasi kelompok lainnya dan dokumen terkait

100 Menit

Peserta

(14)

8 Kegiatan

Penutup

Evaluasi Kesimpulan

RTL dan Pembahasan persiapan selanjutnya

Dokumentasi Penutup

10 Menit

Total Waktu 120

Menit

Table 3.1 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi

3.2 Materi 2

Materi : Kelembagaan dan Korporasi Petani

Alokasi Waktu : 120 Menit

Tujuan Pembelajaran : Agar peserta mampu melakukan analisis

permasalahan dan potensi kelembagaan pertanian Pra Kondisi : Peserta melakukan identifikasi manajemen organisasi

dan kepemimpinan dalam kelembagaan petani Peserta telah mendapatkan data yang komprehensif sehingga mampu mempresentasikan potensi dan permasalahan kelembagaan petani di lapangan Alat yang dibutuhkan : Kertas, pulpen, alat perekam, kamera, laptop,

LCD, mic

Kegiatan Pembelajaran : FGD berdasarkan hasil wawancara sebelumnya Subyek : Penyuluh Ketua kelompok tani

Tokoh masyarakat

Perwakilan kelompok tani (2 orang tiap kelompok)

Kegiatan Langkah Kerja Waktu PIC

Kegiatan Pembuka

Salam Perkenalan

Maksud dan Tujuan FGD

10 Menit Kegiatan

Inti

Presentasi data hasil wawancara dan observasi

Melaksanakan presentasi yang meliputi potensi dan permasalahan kelembagaan petani dengan menampilkan data-data yang rinci berdasarkan wawancara, observasi, dan data sekunder pendukung lainnya. Rincian yang dapat dijadikan bahan presentasi Kondisi umum desa Kondisi persebaran kelembagaan petani dan keragaanya (potensi dna masalahnya) Dinamika kelembagaan dan manajemen organisasi serta kepemimpinan organisasi FGD terkait masukan berdasarkan presentasi peserta: Masukan terkait hasil

100 Menit

Peserta

(15)

9

presentasi sesuai dengan peran masing- masing peserta Harapan terkait kelembagaan kelompok yang dapat membantu petani dalam meningkatkan kapasitas usahataninya

Memperkuat kelembagaan petani Kegiatan

Penutup

Evaluasi Kesimpulan

Menyusun rencana tindak lanjut hasil FGD Dokumentasi

Penutup

Total Waktu 120

menit

Table 3.2 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi

3.3 Materi 3

Materi : Identifikasi manajemen organisasi dan kepemimpinan dalam kelembagaan petani melalui benchmarking pada kelembagaan petani yang sukses

Alokasi Waktu : 120 Menit

Tujuan Pembelajaran : Melakukan analisis manajemen organisasi dan kepemimpinan dalam kelembagaan petani melalui studi banding pada kelompok tani yang sukses Alat yang dibutuhkan : Kertas, pulpen, alat perekam, kamera

Kegiatan Pembelajaran

: Bechmarking terkait kelompok tani/korporasi yang sukses

Subyek : Penyuluh

Ketua kelompok tani Tokoh masyarakat

Perwakilan kelompok tani (2 orang tiap kelompok)

Kegiatan Langkah Kegiatan Waktu PIC

Kegiatan Pembuka

Salam Perkenalan

Maksud dan tujuan bechmarking

10 menit Kegiatan

Inti

Studi banding terkait dengan:

Melaksanakan presentasi yang meliputi potensi dan permasalahan kelembagaan petani dihubungkan dengan hasil

benchmarking dengan menampilkan data-data yang rinci berdasarkan wawancara, observasi, dan data sekunder pendukung lainnya FGD terkait masukan berdasarkan presentasi peserta:

Masukan terkait hasil presentasi sesuai dengan peran masing-masing peserta Harapan

100 menit

Peserta

(16)

10

terkait kelembagaan kelompok yang dapat membantu petani dalam meningkatkan kapasitas usahataninya

Kegiatan Penutup

Evaluasi Kesimpulan

Menyusun rencana tindak lanjut hasil FGD

Dokumentasi Penutup

10 menit

Total Waktu 120

menit

Table 3.3 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi

3.4 Materi 4

Materi : Merancang penumbuhan dan pengembangan korporasi petani berbasis komoditas padi

Alokasi Waktu : 120 Menit

Tujuan Pembelajaran : Merancang penumbuhan dan pengembangan korporasi petani berbasis komoditas padi studi banding pada kelompok tani yang sukses

Alat yang dibutuhkan : Kertas, pulpen, alat perekam, kamera Kegiatan

Pembelajaran

: Menyusun rancangan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani berbasis komoditas padi

Subyek : Penyuluh

Poktan/gapoktan/Korporasi petani yang sukses Perwakilan kelompok tani (2 orang tiap kelompok)

Kegiatan Langkah Kegiatan Waktu PIC

Kegiatan Menyusun desain rancangan pengembangan kelembagaan:

Rencana bentuk kelembagaan Fungsi-fungsi manajemen (POAC) Perijinaan (bentuk kelembagaan:

koperasi, PT, dll) Sektor yang akan digarap seperti pemasaran dengan mencari off taker, kontrak yang jelas, target keuntungan, dl

120 menit Peserta

Total Waktu 120 menit

Table 3. 4 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi

(17)

11

3.5 Materi 5

Materi : Implementasi perancangan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani berbasis komoditas padi

Alokasi Waktu : 3x120 Menit

Tujuan Pembelajaran : Mengimplementasikan hasil rancangan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani berbasis

komoditas padi

Alat yang dibutuhkan : Kertas, pulpen, alat perekam, kamera Kegiatan

Pembelajaran

: Implementasi perancangan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani berbasis komoditas padi (pengolahan (processing,pemasaran)

Subyek : Kelompok tani yang didampingi

Kegiatan Langkah Kegiatan Waktu PIC

Kegiatan Inti Mengimplementasikan hasil

rancangan kelembagaan berdasarkan kondisi kelompok dampingan.

Melakukan komunikasi,

pendampingan, pemberdayaan secara kontinyu semua aspek, baik teknis dan manajerial Mencatat setiap dinamika lapangan yang terjadi

3x120 menit

Peserta

Total Waktu 360

menit

Table 3. 5 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi

(18)

12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Potensi dan Permsalahan Terkait Kelembagaan

4.1.1 Hasil Identifikasi Potensi dan Permasalahan dengan Penyuluh Pertanian

Kami melakukan wawacara dengan bapak Agus selaku penyuluh BPP Panimbang yang ditempatkan untuk memegang kelompok tani di desa Mekarjaya. Dari hasil yang kami dapat diketahui bahwa kelembagaan petani di desa Mekarjaya sendiri sudah terbentuk, hal ini dapat dilihat dengan adanya Gabungan kelompok tani desa Mekarjaya yang membawahi 13 kelompok tani didalamnya. Kondisi kelembagaan itu sendiri masih aktif mau itu gabungan kelompok taninya ataupun ke 13 kelompok tani di desa Mekarjaya. Adapun kendala yang didapat petani adalah sumber daya manusia yang kurang dalam kontribusi mengembangkan kelembagaan pertanian yang telah dibentuk, dimana dalam hal ini minset petani yang masih sulit di ubah terkait kebermanfaatan dan kemajuan kelompok tani.

Penyuluh berperan sebagai pihak konsultan saat petani mengalami kendala dalam hal budidaya, dan juga penyuluh berperan dalam memastikan daftar keanggotaan petani dalam kelompok tani salah satunyanya adalah penginputan rutinan yang dilakukan oleh penyuluh di website simluhtan untuk mengecek keanggotaan petani dalam kelompok tani (Hermawan, Retno. n.d.).

4.1.2 Hasil Identifikasi Potensi dan Permasalahan dengan Ketua Kelompok Setelah dilakukannya wawancara bersama bapak Sobirin selaku ketua gabungan kelompok tani desa Mekarjaya dan sekaligus ketua kelompok tani didapatkan hasil bahwasannya di desa mekarjaya sendiri terdapat 13 poktan yakni poktan makmur, subur, sampurna tani, sukatani, karya tani, taruna, setia kawan 1, setia kawan 2, srijaya, srimaju, idaman 1, dan idaman 2. Dari ke 13 poktan tersebut semua poktan termasuk kedalam poktan yang aktif.

Wawancara selanjutnya kami terfokus kepada 1 poktan saja yakni poktan Makmur yang diketuai oleh pak sobirin sendiri, beliau

(19)

13

menjelaskan bahwasannya poktan Makmur merupakan poktan yang cukup aktif hanya saja untuk membuat kegiatan rutinan itu jarang dilakukan, poktan Makmur sendiri sebelumnya memang memiliki buku buku administrasi seperti buku keanggotaan, buku daftar hadir, buku tamu, dan lain sebagainya. Namun karena satu dan lain hal menyebabkan buku buku administrasi tersebut hilang.

Dijelaskan dalam Permentan No.82 Tahun 2013 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani bahwasannya pengelolaan administrasi yang baik adalah salah satu aspek penting dalam pengembangan poktan.(Permentan, 2013).

Pak sobirin juga menjelaskan mengapa poktan Makmur jarang sekali melakukan kegiatan kegiatan rutinan karena saat diadakannya kegiatan dalam hal keuangan selalu minus, itulah yang menyebabkan anggota anggota poktan merasa kurang diuntungkan dengan adanya kegiatan kegiatan dalam poktan. Hal ini juga disebabkan karena minat sumber daya manusianya yang kurang menyebabkan sulitnya dilakukan kegiatan kegiatan yang dapat membuat poktan semakin aktif.

Yang menjadi kendala utama tidak berkembangnya kelompok tani Makmur selain karena keinginan sdmnya yang kurang,menyebabkan pemeliharaan poktanpun jadi kurang baik.

4.2 Analisis Potensi dan Permasalahan Terkait Kelembagaan

4.2.1 Rencana Kegiatan FGD/Penyuluhan

Program pemberdayaan petani dilaksanakan pada 20 November 2024 dengan tempat di kampung untuk kelompok tani Makmur yang berada di Desa Mekarjaya, Kecamatan Panimbang. Kegiatan ini terdiri penyampaian materi, yaitu terkait kelengkapan administrasi keompok tani. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 35 peserta, dengan kelompok tani Makmur sebagai sasaran utama program ini.

Kelompok tani Makmur di Desa Mekarjaya merupakan kelompok petani yang sudah memiliki struktur organisasi lengkap namun terkait administrasi masih minim. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran petani mengenai kelengkapan administrasi kelompok tani. Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan petani tentang kelengkapan administrasi kelompk tani.

(20)

14 4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan FGD

Tanggal FGD

Materi FGD Media FGD

Metode FGD

Sasaran

20

November 2024

Kelengkapan Administrasi Kelompok Tani

Leaflet Diskusi dan Ceramah

Seluruh

anggota dan penurus

kelompok tani Makmur

Table 4.6 Pelaksanaan Kegiatan FGD

Berdasarkan tabel 4.1 kegiatan FGD dilaksanakan pada tanggal 20 November 2024 di desa Mekarjaya, dengan sasaran kelompok tani Makmur.

Materi yang disampaikan selama FGD mencangkup penjelasan terkait administrasi kelompok tani, jenis jenis pembukuan kelompok tani dan betapa pentingnya kelengkapan kelompok tani bagi kemajuan kelompok tani itu sendiri. Pemilihan media dan metode FGD disesuikan dengan target audiens dan kondisi lokasi pelaksanaan.

Media penyuluhan yang digunakan adalah leaflet yang berisi informasi tentang penjelasan terkait administrasi kelompok tani, jenis jenis pembukuan kelompok tani dan betapa pentingnya kelengkapan kelompok tani bagi kemajuan kelompok tani itu sendiri.

Leaflet ini dirancang agar materi penyuluhan mudah diingat dan dapat dipelajari kembali oleh petani setelah kegiatan selesai. Leaflet dibagikan setelah penyuluhan untuk memastikan peserta tetap fokus mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pemateri. FGD mengenai kelengkapan administrasi kelompok tani ini dilakukan dengan metode ceramah dan ceramah.

4.2.3 Analisis Hasil Kegiatan dan Dampak

Anggota kelompok tani dengan antusias menyambut program FGD terkait kelengkapan administrasi kelompok tani dan partisifasi aktif ditunjukkan oleh peserta FGD kelompok tani Makmur. Acara ini dihadiri oleh banyak peserta, mereka mendengarkan pemaparan materi oleh mahasiswa dengan jelas dan antusias. Kegiatan ini diakhiri dengan sesi foto Bersama. Diharapkan melaui program FGD ini, petani khususnya anggota kelompok tani Makmur memahami manfaat serta cara penerapan dari pertanian semi modern ini.

4.2.4 Kendala Yang Dihadapi

Pelaksanaan kegiatan FGD menghadapi kendala dalam pemahaman peserta. Saat penyamaian materi terlihat bahwasannya para peserta tidak

(21)

15

terlalu memahami terkait kelengkapan administrasi kelompok tani dan apa fungsinya dan seperti apa bentuk fisik dari contoh administrasi pembukuan kelompok tani. Untuk mengatasi hal ini kami menyediakan leaflet yang berisi informasi terkait apa itu administrasi kelompok tani, jenis jenis administrasi pembukuan kelompok tain yang harus dimiliki suatu kelomok tani, selain itu kami juga membawa contoh fisik dari administrasi kelomppok tani berupa buku buku administrasi antara lain buku tamu, buku daftar hadir, buku iuran kelompok, buku inventaris, dan buku luas lahan Garapan..

4.2.5 Upaya Keberhasilan Program

Keberlanjutan program FGD kelengkapan administrasi kelompok tani membutuhkan peran ketua dan anggota keompok tani Makmur. Penyebaran serta pengetahuan akan pentingnya kelengkapan administrasi kelompok tani ini perlu segera dilaksanakan demi keberlanjutan kelompok tani itu sendiri.

Kegiatan yang dapat dilakukan kedepannya yakni perlu dibuatnya pembukuan lain yang memang belum dibuat oleh kelompok tani.

4.3 Identifikasi Potensi dan Permasalahan dengan Benchmarking

4.3.1 Hasil Identifikasi Potensi dan Permasalahan

Setelah dilakukannya studi banding ke kelompok tani sri melati yang diketuai oleh bapak Darsum ditemukan bahwasannya ternyata pada kelompok tani sri melati banyak anggota poktan yang telah menerapkan system pertanian semi organic, hal ini menjadi salah satu indikator kesadaran petani terkait pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Hal ini bisa terjadi karena pengelolaan dan komunikasi antar semua anggota kelompok tani yang terjalin sangat baik menyebabkan informasi terkait sebab akibat di terapkannya sistem pertanian semi modern dapat dilaksankan oleh sebagian besar anggota kelompok tani sri melati.

Peran komunikasi kelompok merupakan kegiatan komunikasi adalah sebuah cara untuk mencapai tujuan untuk saling mengenal satu sama lainnya, saling bertukar informasi serta menganggap setiap pihak yang berada pada kelompok tersebut menjadi satu bagian utuh (Aron et al., 2024).

4.3.2 Rencana Kegiatan FGD

Program kegiatan FGD dilaksanakan pada 20 November 2024 dengan tempat di kampung salam untuk kelompok tani Makmur yang

(22)

16

berada di Desa Mekarjaya, Kecamatan Panimbang. Kegiatan ini terdiri dari penyampaian materi terkait pertanian semi organik Pertemuan tersebut dihadiri oleh 35 peserta, dengan kelompok tani Makmur sebagai sasaran utama program ini.

Kelompok tani Makmur di Desa Mekarjaya merupakan kelompok petani yang bersifat independen, tetapi memiliki ketergantungan pada penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Ketergantungan ini dapat mengakibatkan kerusakan tanah dan lingkungan jika terus dilakukan tanpa diimbangi penggunaan bahan organik dan nabati. Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan petani tentang penerapan bahan-bahan organik dalam pertanian

4.3.3 Pelaksanaan Kegiatan FGD Tanggal

FGD

Materi FGD

Media FGD

Metode FGD

Sasaran

20

November 2024

Pertanian Semi Organik

Leaflet Ceramah dan Diskusi

Seluruh anggota dan pengurus poktan makmur

Table 4.7 Pelaksanaan Kegiatan FGD

Berdasarkan tabel 4.2 kegiatan FGD dilaksanakan pada tanggal 20 November 2024 di desa Mekarjaya, dengan sasaran kelompok tani Makmur.

Materi yang disampaikan selama FGD mencangkup penjelasan pertanian semi organic, manfaat pertanian semi organic, keuntungan pertanian semi organic, cara penerapan pertanian semi organic, dan contoh praktik pertanian semi organic. Pemilihan media dan metode FGD disesuikan dengan target audiens dan kondisi lokasi pelaksanaan.

Media penyuluhan yang digunakan adalah leaflet yang berisi informasi tentang penjelasan terkait penjelasan pertanian semi organic, manfaat pertanian semi organic, keuntungan pertanian semi organic, cara penerapan pertanian semi organic, dan contoh praktik pertanian semi organic.

Leaflet ini dirancang agar materi penyuluhan mudah diingat dan dapat dipelajari kembali oleh petani setelah kegiatan selesai. Leaflet dibagikan setelah penyuluhan untuk memastikan peserta tetap fokus mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pemateri. FGD mengenai kelengkapan administrasi kelompok tani ini dilakukan dengan metode ceramah dan ceramah.

(23)

17

4.3.4 Analisis Hasil Kegiatan dan Dampak

Anggota kelompok tani dengan antusias menyambut program FGD terkait Pertanian Semi Organik. Dukungan dan partisifasi aktif ditunjukkan oleh peserta FGD kelompok tani Makmur. Acara ini dihadiri oleh banyak peserta, mereka mendengarkan pemaparan materi oleh mahasiswa dengan jelas dan antusias. Kegiatan ini diakhiri dengan sesi foto Bersama. Diharapkan melaui program FGD ini, petani khususnya anggota kelompok tani Makmur memahami manfaat serta cara penerapan dari pertanian semi modern ini.

4.3.5 Kendala yang Dihadapi

Pelaksaan kegiatan FGD terkait pertanian semi organic ini mengahdapi kendala dalam cara pembuatan. Dimana dalam penyampaiannya kami tidak menyertai cara pembuatan pestisida nabati dan pupuk oganik sebagai contoh praktek menuju pertanian semi organic.

Hal ini menyebabkan para anggota kelompok tani Makmur yang hadir dalam FGD kurang memahami cara pembuatan dari pestisda nabati dan pupuk organic ini. Untuk mengatasi hal tersebut kami menyediakan sesi tanya jawab dan penyampaian materi tambahan untuk menjelaskan terkait cara pembuata dan pengaplikasi dari pestisida nabati dan pupuk organic ini sebagai salah satu langkah untuk mencapai pertanian semi organic.

4.3.6 Upaya Keberlanjutan Program

Keberlanjutan program FGD dengan materi pertanian semi organic di kelompok tani Makmur sendiri membutuhkan peran ketua, anggota kelompok, dan penyuluh pertanian setempat. Penyebaran akan pengetahuan tentang pertanian semi organic ini perlu dilakukan kepada para petani yang menyebar luas di desa. Kegiatan yang dapat dilakukan kedepannya yakni demontrasi cara pembuatan serta cara pengaplikasian dari pertanian semi organic ini.

4.4 Perancangan dan Pengembangan Korporasi Petani Berbasis Komoditas Padi

4.4.1 Rencana Bentuk Kelembagaan : Koperasi

Koperasi petani untuk komoditas padi akan dibentuk sebagai koperasi yang memiliki status hukum. Koperasi iniakan menjadi tempat bagi petani untuk bekerja sama dalam mengelola usaha tani, mulai dari produksi sampai pemasaran. Struktur koperasi akan terdiri dari :

(24)

18

a. Rapat Anggota : Tempat untuk mengambil keputusan penting b. Pengurus Koperasi : Bertanggung jawab atas kegiatan sehari hari

koperasi

c. Pengawasan Koperasi : Memastkan pengelolaan keuangan dan kegiatan koperasi dilakukan dengan transparan

Koperasi juga akan berfungsi sebagai lembaga keuangan yang memberikan pinjaman kepada anggotanya untuk mendukug usaha tani mereka.

4.4.2 Strategi Pengembangan Kelembagaan

Strategi untuk mengembangkan koperasi petani berbasis komoditas padi meliputi :

a. Konsolidasi Anggota : Mengajak petani dari berbagai kelompok untuk bergabung dalam koperasi, sehingga dapat mencapai skala lebih besar

b. Pendidikan dan Pelatihan : Menyelenggarakan pelatihan tentang manajemen usaha, teknologi pertanian, dan cara memasarkan produk

c. Penerapan Teknologi Modern : Menggunakan teknologi pertanian terbaru untuk meningkatkan hasil dan efisiensi

4.4.3 Tugas dan Tanggung Jawab a. Pengurus Koperasi

1) Mengelola kegiatan sehari hari koperasi 2) Menyusun rencana kerja tahunan

3) Mengatur keuangan dan membuat laporan b. Anggota Koperasi

1) Aktif berpartisipasi dalam rapat

2) Mengikuti pelatihan yang diadakan oleh koperasi

3) Memberikan informasi tentang produksi dan usaha tani mereka

c. Pengawas Koperasi

1) Memeriksa laporan keuangan secara berkala

2) Menyusun laporan hasil pengawasan untuk rapat anggota 4.4.4 Indikator Keberhasilan Program

Adapun indicator keberhasilan program pengembangan korporasi petani berbasis padi ini meliputi :

(25)

19

a. Kenaikan Pendapatan Anggota : Pendapatan anggota meningkat setelah sistem koperasi diterapkan

b. Partisipasi Anggota : Tingkat kehadiran anggota dalam kegiatan koperasi, seperti rapat dan pelatihan, memenuhi target yang ditentukan

c. Akses Terhadap Modal : Anggota koperasi dapat dengan mudah mendaatkan pinjaman untuk usaha tani mereka

4.5 Implementasi Rancangan Korporasi Petani Berbasis Komoditas Padi

4.5.1 Hambatan dan Kendala yang Dihadapi

Dalam menjalankan korporasi petani berbasis padi, ada beberapa masalah yang dihadapi :

a. Kurangnya Pemahaman Anggota : Banyak petai yang belum mengerti ap aitu koroprasi dan manfaatnya, sehingga mereka kurang aktif berpartisipasi

b. Keterbatasan Modal : Petani sering kesulitan mendapatkan uang untuk membiayai usaha tani mereka, yang menghambat peningkatan produksi

c. Infrastruktur yang Tidak Memadai : Kurangnya fasilitas penyimpanan membuat distribusi dan penjualan hasil pertanian menjadi sulit

4.5.2 Solusi dalam Mengatasi Hambatan dan Kendala

Untuk mengatasi masalah masalah tersebut, berikut merupakan beberapa solusi yang dapat diterapkan :

a. Pendidikan dan Pelatihan : Menadakan pelatihan untuk membantu petani memahami manfaat korporasi dan cara bertani yang lebih baik

b. Program Pembiayaan Bersama : Membantu skema pinjaman dengan bbunga rendah agar petani bisa mendapatkan modal untuk usaha tani mereka

c. Pengembangan Infrastruktur : Beerjasama dengan pemerintah untuk fasilitas penyimpanan agar distribusi hasil pertanian lebih lancer 4.5.3 Rekomendasi Pengembangan Lebih Lanjut

Untuk pengembangan korporasi petani ke depan, beberapa saran yang bisa dipertimbangkan yakni:

(26)

20

a. Penerapan Teknologi Modern : Mengajak petani untuk menggunakan teknologi baru dalam proses bertani agar hasilnya lebih baik dan efisien

b. Penguatan Jaringan Kerjasama : Membangun Kerjasama dengan Lembaga lain, seperti pemerintah dan perusahaan swasta, untuk mendapatkan dukungan teknis dan dana

c. Evaluasi Berkala : Melakukan penilaian rutin terhadap kinerja korporasi untuk melihat apa yang sudah berhasil dan apa yang perlu diperbaiki

(27)

21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan bahwasannya betapa pentingnya kelembagaann kelompok tani bagi kemajuan para petani. Kelengkapan administrasi suatu kelompok tani menjadi langkah awal berkembangnya suatu kelembagaan petani. Selain itu kelembagaan kelompok tani berbasis korporasi menjadi tujuan di buatnya suatu kelembagaan petani, karena dengan adanya korporasi petani menyatakan kelompok tani merupakan kelembagaan yang maju dan berkembang untuk membantu petani.

5.2 Saran

Perlu adanya penyuluhan lebih lanjut terkait korporasi petani maupun terkait administrasi kelompok tani untuk meningkatkan minat SDM pertanian dalam pengembangan dan kemajuan kelembagaan petani.

(28)

22

Daftar Pustaka

Afrahul Fadhila Daulay. (2016). Dasar-dasar manajemen organisasi. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 6(2), 34–48.

Anantanyu, S. (2011). Kelembagaan Petani: Peran Dan Strategi Pengembangan Kapasitasnya. 7(2), 102–109.

Aron, M., Wunawarsih, I. A., & Lasinta, M. (2024). Peran Komunikasi Kelompok Tani Padi Sawah Dalam Peningkatan Kapasitas Anggota Di Kelurahan Barguga Kecamatan Baruga Kota Kendari. Jurnal Ilmiah Inovasi Dan Komunikasi Pembangunan Pertanian, 3(2), 106. https://doi.org/10.56189/jiikpp.v3i2.48028 Effendy, L. (2020). MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETANI

MENUJU KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI di KECAMATAN

SINDANGKASIH CIAMIS. Jurnal Ekonomi Pembangunan STIE Muhammadiyah Palopo, 6(1), 38–47. https://doi.org/10.35906/jep01.v6i1.492

Hefi Rusnita Dewi, & Rosyid, A. (2023). Pelatihan Kepemimpinan Dalam Organisasi.

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ceria (JPKMC), 1(2), 85–87.

https://doi.org/10.61674/jpkmc.v1i2.128

Khairunnisa, K., Saleh, A., & Anwas, O. M. (2019). Penguatan Kelembagaan Petani Padi Dalam Pengambilan Keputusan Adopsi Teknologi Ipb Prima. Jurnal Penyuluhan, 15(1). https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v15i1.23460

Latifah, Z. (2021). Pentingnya Kepemimpinan. Seminar Nasional, Vol 01, No, 103–111.

Nawati, I., Suryati, & Muzaiyanah. (2023). Peran Gabungan Kelompok Tani ( Gapoktan ) Dalam Pemberdayaan Petani Kebun Sayur Desa Beruge Darat Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Pali. Jurnal Ilmu Sosial, Humaniora Dan Seni (JISHS), 1(4), 735–

738.

Permentan, 2013. (2013). PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 82/Permentan/OT.140/8/2013. 1–55.

Pujiharto. (2010). Kajian Pengembangan Gabungan Kelompok Tani(Gapoktan) Sebagai Kelembagaan PembangunanPertanian Di Pedesaan. Agritech, XII(1), 64–80.

Santoso, D. (2005). Makalah Koperasi Pertanian.

Suherman, U. D. (n.d.). PENTINGNYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (pp. 1–

16).

Ummah, M. S. (2019). Manajemen Pertanian. Sustainability (Switzerland), 11(1), 1–14.

http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-

(29)

23

8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2 008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PE MBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI

Widjajani, S., & Hidayati, S. N. (2014). Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota di Era Globalisasi. Jurnal Maksipreneur: Manajemen, Koperasi, Dan Entrepreneurship, 4(1), 98. https://doi.org/10.30588/jmp.v4i1.97

Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. (n.d.). Korporasi Petani sebagai Transformasi Kelembagaan Tani Menjadi Kelembagaan Ekonomi Petani. Diakses dari https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/89-orporasi-petani- sebagai-transformasi-kelembagaan-tani-menjadi-kelembagaan-ekonomi-petani Hermawan, Retno. (n.d.). Peran Penyuluh Pertanian sebagai Intermediari Inovasi

Pertanian. BBPP Binuang. Diakses dari https://bbpp-binuang- ppid.pertanian.go.id/index.php/news/view/3050/portal.

(30)

24

Lampiran

1. Dokumentasi Kegiatan

NO Foto Keterangan

1 Wawancara terkait kelembagaan

petani di desa mekarjaya epada bapak sobirin

2 Konfirmasi pelakasanaan FGD

pertama dengan materi kelengkapan administrasi kelompok tani

3 Kegiatan FGD di kelompok tani

Makmur terkait kelengkapan administrasi kelompok tani sekaligus penyerahan administrasi pembukuan kelompok tani dari mahasiswa untuk kelompok tani makmur

(31)

25

4 Studi banding ke kelompok tani

sri melati

5 FGD kedua di kelompok tani

Makmur materi mengenai hasil studi banding di kelompok tani sri melati yakni penerapan pertanian semi organik

2. Dokumentasi File Pendukung

NO Foto Keterangan

1 Daftar hadir pelaksanaan FGD

(32)

26

2 Leaflet FGD kelengkapan

administrasi kelompok tani

3 Leaflet FGD pertanian semi

organik

Gambar

Table 3.1 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi
Table 3.2 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi
Table 3. 4 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi
Table 3.3 Kelembagaan Petani Berbasis Korporasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Wa nita Tani “Sari Makmur” dalam pemberdayaan wanita pada kelompok melakukan pemanfaatan sumber daya alam dengan kelompok dan anggota melakukan kegiatan berupa

Dokumen angkutan hasil hutan yang sah Not Applicable Kelompok Tani Karya Makmur dalam 3 bulan terakhir tidak melakukan penebangan dan pengangkutan kayu..

Pertemuan Anggota Kelompok Tani Makmur Jaya Permasalahan prioritas mitra yang telah disepakati bersama yaitu mengenai pencatatan data kelompok tani masih dilakukan secara manual

Alta selaku Sekretaris Kelompok Tani Tani Mukti mengungkapkan bahwa akibat dari banyaknya petani tua di Desa Sukajadi membuat petani tidak mau untuk mencoba-coba hal baru seperti

Laporan akhir studi independen bersertifikat web development di PT Kinema Systrans Multimedia, Batam, yang disusun sebagai persyaratan kelulusan program MSIB

Laporan akhir magang dan studi independen bersertifikat oleh Petrus Mangihut

Laporan terakhir tentang magang dan studi independen bersertifikat sebagai pengembang pemasaran

Laporan akhir dari magang dan studi independen bersertifikat di PT Len