• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Budidaya Bayam Untuk Meningkatkan Hasil Panen

N/A
N/A
21-044 Suranti Pratiwi

Academic year: 2024

Membagikan "Teknik Budidaya Bayam Untuk Meningkatkan Hasil Panen"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i BUDIDAYA BAYAM

PAPER OLEH : SURANTI PRATIWI

210301044 AGROTEKNOLOGI-1

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Agronomi Dosen Pengampu : Nini Rahmawati SP., M.Si.

NIP. 197202152001122004

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2022

T.A 2021/2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul “Budidaya Bayam”

ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Nini Rahmawati SP., M.Si. pada mata kuliah Dasar Agronomi. Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai budidaya bayam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nini Rahmawati SP., M.Si. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah khasanah pengetahuan dan wawasan saya terhadap budidaya bayam meliputi penanaman hingga panen. Tentu hal ini menjadi sebuah kebermanfaatan khususnya bagi diri saya pribadi dan masyarakat pada umumnya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan paper ini.

Saya menyadari paper yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya menantikan kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi kesempurnaan paper ini.

Medan, 18 April 2022

Suranti Pratiwi

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 4

1.1. Latar Belakang ... 4

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penulisan ... 5

1.4. Kegunaan Penulisan ... 5

BAB 2 PEMBAHASAN ... 6

2.1. Bayam dan Taksonominya ... 6

2.2. Jenis bayam ... 7

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bayam ... 8

2.4. Teknik Budidaya Bayam ... 8

2.4.1. Penyiapan Media Tanam ... 8

2.4.2. Penanaman Bayam ... 9

2.4.3. Pemupukan Bayam ... 11

2.4.4. Pemeliharaan Bayam ... 14

2.4.5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman ... 15

2.4.6. Panen Bayam ... 19

2.5. Photosintat bacteria ... 20

BAB 3 PENUTUP ... 23

3.1. Kesimpulan ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(4)

4 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman bayam merupakan salah satu menu sayur yang sangat di gemari oleh masyarakat karena bayam adalah tanaman yang banyak mengandung vitamin, mineral dan memiliki tekstur yang lembut dan lunak. Selain itu bila di komsumsi akan terasa perut dingin dan mampu untuk dapat mempelancar percernaan. Untuk menaman tanaman bayam tidak lah terlalu sulit asalkan lingkungan tempat tumbuh sesuai ada cahaya matahari penuh, tanah mengandung ketersedian air tinggi serta tanah mengandung unsur – hara yang cukup tersedia.

Tanaman bayam merupakan salah satu tanaman sayuran yang dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah. Tanaman bayam sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam tanah. Bayam termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya. Bayam yang kekurangan air akan terlihat layu dan terganggu pertumbuhannya. Penanaman bayam dianjurkan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau (Bandini, 2001).

Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi yang tinggi pada beragam ekosistem.Bayam memiliki siklus hidup yang relatif singkat, umur panen tanaman ini 3-4 minggu.Sistem perakarannya adalah akar tunggang dengan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah.

Umumnya perbanyakan tanaman bayam dilakukan secara generatif yaitu melalui biji.

Tanaman bayam biasanya tumbuh di daerah tropis dan menjadi tanaman sayur yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan tanaman yang berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun ataupun ladang (Palada dan Chang, 2003). Sebagai bahan pangan, bayam dipercaya dapat memperbaiki daya kerja ginjal dan melancarkan pencernaan (Sunarjono, 2008), akarnya dapat digunakan untuk mengobati penyakit disentri, mempercepat pertumbuhan sel, dan dapat mempercepat proses penyembuhan bagi orang yang sedang menjalani perawatan setelah sakit (Tafajani, 2011).

(5)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja syarat tumbuh bayam?

2. Secara garis besar, bagaimana mekanisme dalam melakukan budidaya bayam?

3. Bagaimana teknik yang digunakan dalam menanam bayam?

4. Apa saja tindakan yang dilakukan dalam pemeliharaan bayam?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui syarat syarat tumbuh bayam sebagai dasar pengetahuan sebelum melakukan budidaya

b. Untuk memaparkan mekanisme serta tahapan dalam melakukan budidaya bayam

c. Untuk menjelaskan teknik yang digunakan dalam menanam bayam d. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan dalam pemeliharaan

bayam

1.4. Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas Nini Rahmawati SP., M.Si. pada mata kuliah Dasar Agronomi, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(6)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Bayam dan Taksonominya

Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus sp. Kata “amarath” dalam bahasa yunani berarti “everlasting” (abadi).

Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Bayam merupakan salah satu tanaman pangan tertua di dunia yang berasal dari Amerika, yang telah dibudidayakan sekitar 6700 tahun SM (Departement Agriculture, Forestry and Fisheries, 2010).

Tanaman bayam merupakan tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dimasa yang akan datang.

Dikarenakan, masyarakat mengingat akan fungsi tanaman bayam sebagai pemenuh kebutuhan gizi masyarakat karena mengandung zat gizi antara lain: protein, karbohidrat, lemak, zat besi vitamin A, B, C serta serat (Rukmana et al, 2008). Tanaman ini tergolong sayuran daun sumber gizi bagi penduduk di negara sedang berkembang, karena kandungan vitamin dan mineralnya yang relatif tinggi. Dalam 100 g daun bayam (Amaranthus tricolor) terkandung 39.9 g protein, 358 mg kalsium, 2.4 mg besi, 0.8 mg seng, 18 mg vitamin A, 62 mg vitamin C (Yang dan Kedding 2009).

Bayam telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun Bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Bayam juga memiliki beberapa manfaat diantaranya dapat memperbaiki daya kerja ginjal dan melancarkan pencernaan (Sunarjono, 2006).

Tanaman bayam (Amarathus sp) sangat mudah dikenal, yaitu berupa perdu yang tumbuh tegak, batangnya tebal berserat dan sukulen pada beberapa jenis mempunyai duri. Daunya bias tebal dan tipis, besar atau kecil, berwarna hijau atau ungu kemerah- merahan ( pada jenis bayam merah ). Bunganya berbentuk pecut, muncul dipucuk tanaman atau pada ketiak daun. Bijinya berukuran sangat kecil berwarna hitam atau coklat dan mengkilap (Bandini, 2004).

(7)

Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

 Kingdom : Plantae

 Divisi : Magnoliophyta

 Kelas : Magnoliopsida

 Ordo : Caryophyllales

 Famili : Amaranthaceae

 UpaFamili : Amaranthoideae

 Genus : Amaranthus L.

 Species : Amaranthus hybridus L. , Amaranthus tricolor, Amaranthus blitum, Amaranthus spinosus (Anonima , 2012)

2.2. Jenis bayam

Ada berbagai banyak jenis atau varietas bayam. Bayam ada yang dibudidayakan, ada pula yang tidak dibudidayakan atau tumbuh liar. Bayam yang dibudidayakan meliputi :

a. Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L)

Bayam ini mempunyai batang berwarna hijau, ada yang kemerah-merahan serta ada yang keputihputihan, daunnya agak panjang dengan ujung rucing. Cara memanennya dengan jalan mencabut (Arief, 1990). Bayam cabut terbagi menjadi dua yaitu bayam varietas lokal (giji hijau dan giji merah) dan bayam varietasi impor .

b. Bayam Petik/ Bayam Tahunan (Amaranthus hybridus L)

Bayam ini biasanya disebut bayam kakap atau bayam Taiwan, mempunyai daun lebar-lebar dengan batang tegap, bergizi tinggi tetapi mempunyai rasa getir dan agak keras. Sedang bijinya berwarna putih dan daunnya bisa dipanen terus menerus sampai tahunan. Bayam ini mempunyai beberapa macam varietas diantaranya adalah Amaranthus hybridus var. Caudatus L., Amaranthus hybridus var. Paniculatus L., bayam petik lokal (bayam maksi, bayam raja, bayam skop, dan bayam betawi).

(8)

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Bayam

Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja pada waktu musim hujan atau kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya cukup banyak sehingga paling tepat ditanam saat awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Oktober-November. Bisa juga ditanam pada awal musim kemarau, sekitar bulan Maret-April. Bayam dapat ditanam pada setiap jenis tanah, yang terpenting tanah tersebut banyak mengandung bahan-bahan organik (Nazaruddin, 1998).

Tanaman bayam banyak tumbuh didaerah tropika dan sub tropika, didataran rendah dengan ketinggian mencapai 200 mdpl, pH tanah 6-7 tetapi juga bisa hidup pada pH tanah 8.5 maupun tanah masam. Sedangkan temperatur yang dikehendaki antara 35- 40° C dengan curah hujan antara 1.000-2.000 milimeter. Keistimewaan bayam adalah berproduksi tinggi dan cepat panen, mudah diusahakan sebagai tanaman perkarangan serta tidak mudah terserang penyakit. Disamping itu akan lebih baik jika dipanen sebelum berbunga (Arief, 1990).

2.4. Teknik Budidaya Bayam

Teknik budidaya bayam secara garis besar meliputi penyiapan benih bayam dan media tanam termasuk didalamnya pemupukan, perawatan dan pemeliharaan bayam dalam hal ini meliputi pemenuhan ketersediaan air dan nutrisi dan perlindungan terhadap organisme penganggu tanaman kemudian tahap pemanenan.

2.4.1. Penyiapan Media Tanam

Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Jenis-jenis media tanam sangat banyak dan beragam. Media tanam polybag menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mempermudah perawatan tanaman sayuran maupun jenis tanaman lainnya. Polybag dipilih karena harganya yang terjangkau dan mudah ditemukan.

Tanah yang baik untuk media tanam sebaiknya diambil dari lapisan bagian (top soil). Bayam memerlukan tanah yang gembur dan cukup longgar untuk

(9)

memudahkan akar tanaman tumbuh dengan baik dan memudahkan pencabutan saat panen.

Secara umum, media tanam yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut ( Saraswati, 2012)

a. Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus juga sanggup menopang tanaman.

b. Memiliki porositas yang baik, artinya bisa menyimpan air sekaligus juga mempunyai drainase (kemampuan mengalirkan air) dan aerasi (kemampuan mengalirkan oksigen) yang baik. Media tanam harus bisa mempertahankan kelembaban tanah namun harus bisa membuang kelebihan air.

c. Menyediakan unsur hara yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara ini bisa disediakan dari pupuk atau aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam media tanam.

d. Tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih dari hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang terkandung dalam media tanam dapat menyerang tanaman dan menyebabkan kematian pada tanaman.

Pada polibag organik, media tanam dibuat dengan mencampurkan media tanah dengan pupuk kompos berbanding 2:1. Setelah media tercampur rata dimasukan ke dalam polibag ukuran 8 kg. Penambahan bahan-bahan organik seperti kompos atau humus pada media tanam bisa memperbaiki struktur fisik tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Sedangkan pada polibag kimia, media tanam dibuat dengan menanamkan 1,5 gram pupuk npk ke dalam 7,5 kg tanah.

2.4.2. Penanaman Bayam

Secara fisik, benih bermutu menampakkan ciri-ciri berikut:

(a). Benih bersih dan terbebas dari kotoran, seperti potongan tangkai, biji- bijian lain, debu dan kerikil.

(b). Benih murni, tidak tercampur dengan varietas lain. (c). Warna benih terang dan tidak kusam.

(10)

(d). Benih mulus, tidak berbercak, kulit tidak terkelupas.

(e). Sehat, bernas, tidak keriput, ukurannya normal dan seragam

Secara umum, komponen mutu benih dibedakan menjadi tiga, yaitu komponen mutu fisik, fisiologis, dan genetik. Sekarang pasar sudah mendesak dimasukkannya komponen mutu pathologis. Komponen mutu fisik adalah kondisi fisik benih yang menyangkut warna, bentuk, ukuran, bobot, tekstur permukaan, tingkat kerusakan fisik, kebersihan, dan keseragaman. Komponen mutu fisiologis adalah hal yang berkaitan dengan daya hidup benih jika ditumbuhkan (dikecambahkan), baik pada kondisi yang menguntungkan (optimum) maupun kurang menguntungkan (suboptimum). Komponen mutu genetik adalah hal yang berkaitan dengan kebenaran dari varietas benih, baik secara fenotip (fisik) maupun genetiknya. Adapun mutu pathologis berkaitan dengan ada tidaknya serangan penyakit pada benih serta tingkat serangan yang terjadi.

Selain itu, benih dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh (daya berkecambah) lebih dari 80% (tergantung jenis dan kelas benih) dan nilai kadar air di bawah 13% (tergantung jenis benihnya, untuk benih kedelai tingkat kadar airnya harus lebih rendah).

Benih bayam memang sangat kecil, didalam budidaya bayam biasanya benih bisa ditebar dengan cara menggunakan tangan atau bahkan menggunakan saringan sekalipun. Usahakan benih bayam menyebar dengan baik dan merata. Kepadatan ketika menebar benih ialah sekitar kurang lebih 0,5-1 gram untuk satu meter persegi. Jadi dalam menanam bayam, biasanya petani menggunakan metode Broad Casting atau ditebar karena dengan benih berukuran kecil seperti ini tentu tidak efisien jika kita menanam satu persatu.

Petani sering mencampurkan benih bayam dengan abu sekam kemudian di tebar, hal itu bertujuan agar benih tidak menumpuk. Hal ini merupakan salah satu teknik tanam langsung, karena bayam cenderung tidak tahan terhadap proses transplanting atau penyemaian. Namun tetap diperhatikan agar tidak terlalu banyak menaruh benihnya supaya tumbuhnya tidak terlalu padat atau berdesak- desakkan. Sebenarnya bayam sendiri tidak terpaku dengan jarak tanam, karena dengan umur yang singkat, bayam tidak sempat untuk berkompetisi. Pastikan juga untuk meletakkan polibag dengan penyinaran matahari yang sempurna. Bayam

(11)

menyukai kondisi tanah yang memiliki tingkat kelembaban tinggi. Oleh karena itu, sebelum mulai memasukan benih, disarnkan harus menyiram dulu media tanam sampai terlihat lembap.

2.4.3. Pemupukan Bayam

Salah satu usaha budidaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman adalah penambahan unsur hara ke dalam tanah. Pemupukan perlu dilakukan disebabkan sering terjadinya kehilangan unsur hara dalam tanah melalui pencucian.

Pemupukan hendaknya dilakukan dengan pedoman 5 tepat, yaitu tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempat. Pemupukan perlu dilakukan disebabkan sering terjadinya kehilangan unsur hara dalam tanah melalui pencucian (Susila et al., 2010 dalam Mashud et al., 2013).

Berikut cara pemupukan yang tepat dengan 5 Tepat, yaitu Tepat jenis, Tepat dosis, Tepat waktu, Tepat tempat, dan Tepat cara.

1. Tepat jenis ; Tepat jenis yaitu pada saat pemupukan haruslah tepat dalam menentukan jenis pupuk apa yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur Urea jika tanaman kekurangan unsur N, SP 36 jika tanaman kekurangan unsur P. Jika pupuk yang digunakan salah, tanaman yang kita pupuk tidak akan bagus.

2. Tepat dosis ; Tepat dosis yaitu pada saat pemupukan dosis yang diberikan harus tepat atau sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tepat dosis disini dimaksudkan agar dosis yang kita berikan ke tanaman tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit jika pemberian pupuk sedikit tanaman masih kekurangan unsur yang dibutuhkan, terlalu banyak tentu tanaman akan over dosis dan bisa menjadi toksic.

3. Tepat waktu ; Tepat waktu disini yaitu pada saat pemberian pupuk yang baik dan benar hendaknya disesuaikan kapan tanaman tersebut membutuhkan asupan lebih unsur hara atau pada waktu yang tepat. Hal ini agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal .

4. Tepat tempat ; Tepat tempat maksudnya pada saat pemupukan harus memperhatikan tempat atau lokasi tanaman sehingga dapat mengaplikasikan pemupukan secara tepat. Misal lokasi pemupukan berada

(12)

pada ketinggian dan kecepatan angin besar, maka tidak disarankan menggunakan pupuk yang berbentuk cair dan disemprotkan. Pemupukan juga memperhatikan cara peletakan pupuk pada tanaman. Hal ini mempengaruhi hasil penyerapan tanaman akan asupan pupuk .

5. Tepat cara ; Tepat cara yaitu pada saat pemupukan cara kita harus benar.

Cara pemberian pupuk yang salah akan membuat pupuk terbuang sia-sia ataupun tercuci oleh air dan terdenitrifikasi sehingga tidak dapat diserap atau ditangkap langsung oleh tanaman. Untuk itu cara pemupukan harus benar dan tepat sasaran.

Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk hasil dan kualitas dari tanaman budidaya seperti sayuran. Pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa mahkluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan atau dekomposisi oleh bakteri pengurai. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan-bahan kimia sehingga memiliki presentasi kandungan hara yang tinggi (Novizan, 2002).

Pupuk sintetik yang dapat diberikan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman bayam, antara lain yang mengandung nitrogen dan kalium. Pada polibag kimia digunakan pupuk dasar dan pupuk susulan berupa pupuk npk mutiara 16- 16-16. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang kandungan unsur utamanya terdiri dari tiga unsur hara sekaligus. Pupuk ini merupakan unsur makro yang sangat mutlak dibutuhkan tanaman. Sesuai dengan namanya, unsur- unsur tersebut terdiri dari unsur N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium).

Nitrogen berperan menyusun asam amino, protein, enzim, merupakan komponen utama klorofil, sehingga amat penting dalam fotosintesis, bagian penting beberapa vitamin dan memperbaiki kualitas dan produksi sayuran daun (Uchida 2000). Kalium berfungsi untuk mengaktifkan enzim, berperan dalam fotosintesis, pembentukan protein dan transport gula (McCauley 2011). Selain itu kalium berperan penting dalam proses bukatutup stomata, dan perbaikan kualitas buah dan sayur. Konsentrasi K tinggi dapat memperbaiki kualitas fisik, resistensi penyakit, dan masa simpan buah dan sayur (Prajapati dan Modi 2012).

(13)

Dari hasil penelitian berjudul “PENGARUH NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BAYAM HIJAU (Amaranthus Tricolor)” oleh Mahrus Ali, nurlina dan Yeni Ika Pratiwi menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan NPK pada bayam hijau tidak menunjukkan perbedaan nyata pada umur delapan hari 10 hari setelah tanam, jumlah daun tidak menunjukkan perbedaan nyata pada umur 30 hari setelah tanam.

Tinggi nyata muncul pada umur 20 dan 30 hari setelah tanam.

Sedangkan efektivitas penggunaan pupuk kompos bagi bayam dari hasil penelitian yang dikutip dari Jurnal Biology Education Volume 9 Nomor 2 November 2021 memberikan kesimpulan bahwa:

1. Secara keseluruhan ada pengaruh pemberian pupuk komposdengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan tinggi batang, dan jumlah lembaran daun.

2. Pemberian pupuk kompos dengan dosis 0.6 kg/polybag dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam secara maksimum namun secara statistik dosis 0.2 kg sampai 0.8 kg/polybag memberi pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi batang tanaman bayam, dan pengaruh nyata terhadap jumlah daun.

3. Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan kriteria bahwa tanpa pemberian pupuk dan dengan pemberian pupuk dengan dosis tinggi (0.8 kg) menunjukkan penurun tingkat pertumbuhan tanaman bayam.

Sedangkan dengan dosis 0.2 kg sampai 0.6 kg menunjukkan peningkatkan pertumbuhan, sedangkan tingkat pertumbuhan yang paling tinggi terjadi pada dosis 0.6 kg/polybag (P3). Dengan demikian dosis 0.6 kg/polybag merupakan dosis optimum untuk pemupukan tanaman bayam dengan pupuk kompos, guna memperoleh pertumbuhan maksimum

Cara pemupukan yang sebaiknya dilakukan pada tanaman bayam adalah dengan cara memberikan dan memasukkan pupuk kedalam lubang media penanaman. Selain itu, kita dapat pula melakukan pemberian pupuk dengan cara menyebarkannya secara langsung pada media tanam yang digunakan untuk penanaman terhadap tanaman bayam. Kemudian, setelah dilakukannya

(14)

pemupukan, sebaiknya dilakukan penyiraman agar tanah dan pupuk yang baru saja diberikan menjadi lembab.

2.4.4. Pemeliharaan Bayam

Pemeliharaan merupakan tindakan merawat tanaman yang dibudidayakan mulai dari pemupukan, penyiraman, penyiangan, pendaringan, sampai pengendalian terhadap hama dan penyakit. Pemeliharaan yang buruk akan memberikan hasil yang buruk pula.

Umur tanaman yang singkat, daerah yang relatif dangkal, banyaknya hama penyakit yang mengganggu, dan tingginya kebutuhan kadar air adalah beberapa hal yang memperjelas pentingnya pemeliharaan (Nazaruddin, 1998).

a. Penyiraman

Pengairan merupakan syarat mutlak kebehasilan usaha tani bayam. Tanaman bayam tidak menyukai keadaan tanah yang becek dan tergenang. Hal ini menyebabkan kondisi tanah menjadi lembab sehingga akan merangsang tumbuhnya cendawa yang akan menyebabkan akar menjadi busuk. Selain itu, sirkulasi udara didalam tanah menjadi kurang baik. Tanaman muda harus disiram secara teratur, saat hujan jarang turun penyiraman harus diperhatikan. Senantiasa gunakan gembor halus untuk penyiraman karena air siraman yang terlalu deras atau kuat bisa merubuhkan tanaman bayam yang batangnya memang tak begitu kokoh.

b. Penyiangan

Penyiangan dapat dilakukan dua minggu sekali, atau tergantung banyaknya gulma yang tumbuh. Rumput-rumput yang tumbuh dicabut. Penyiangan dengan kored pada lahan bayam kebanyakan diluar areal pertanaman atau pada parit/tepi bedengan.

Sedangkan rumput yang tumbuh disela-sela tanaman lebih baik dicabut dengan tangan karena tidak akan terlalu merusak tanaman bayam.

c. Penjarangan

Penjarangan tanaman bertujuan untuk menjaga vigor (sosok) tanaman agar kekar dengan daun-daun yang lebar, sehingga lebih menarik dan daya tahan kesegarannya relatif lebih lama. Penjarangan pada tanaman bayam dilakukan

(15)

apabila tanaman terlalu rapat, tanaman akan cenderung tumbuh etiolasi atau tumbuh tinggi, tetapi dengan diameter batang dan lebar daun yang terlalu kecil. Penjarangan tanaman dilakukan jika pertumbuhannya terlalu rapat, usahakan kerapatan tanaman sekitar 1-2 tanaman per 1 cm panjang alur penanaman. Jika harus dilakukan penjarangan tanaman, lakukan sebelum pemupukan. Caranya cabut tanaman yang paling kecil diantara rumput tanaman di alur-alur yang tampak terlalu rapat ( Wahyudi, 2010).

2.4.5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Hama dan Penyakit adalah organisme pengganggu tanaman yang menjadi salah satu faktor penyebab rusaknya pertumbuhan dan produksi tanaman. Bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman sehingga menimbulkan kerugian yang besar pada petani. Hama tanaman sayuran terdiri atas berupa-rupa golongan binatang yang menyusui hingga melata dari yang dapat dilihat dengan mata hingga yang sekecil- kecilnya yang hanya dapat dilihat dengan loupe.

Hama dan penyakit dapat terjangkit disemua bagian tanaman sayuran, tetapi tiap-tiap jenis hama dan penyakit lazimnya mulai dengan menyerang bagian-bagian tertentu pada tanaman (Rismunandar, 1983). Berikut hama dan penyakit yang menyerang tanaman bayam dan pengendaliannya secara organik diantaranya :

1. Hama

a. Ulat daun, gejalanya serangan terlihat pada daun yang tampak hijau segar berupa lubang-lubang bekas gigitan pada bagian tengah dan tepi daun.

Bila serangan berat maka hanya tersisa tulang daunnya saja. Pengendalian ulat daun dilakukan dengan cara memotong daun yang terserang ulat. Bila serangan hebat, dapat digunakan insektisida biologi Basillus thuringiensis atau Dipel WP) dengan dosis 1 g/l air atau insektisida Diazinon, dosis 1-2 cc/l air. Pemberian di hentikan setelah 14 hari sebelum panen.

b. Ulat penggulung daun (Hymenia recurvalis [Fabricus]), gejalanya daun tanaman bayam berlubang dan kemudian menggulung. Pengendaliannya dilakukan dengan cara secara manual membuang daun yang terserang.

Secara biologi dengan menggunakan musuh alami yang berasal dari ordo

(16)

Hymenoptera dari jenis Trathala flavoorbitalis (Cameron) yang menyerang pada stardia larva.

c. Belalang (Sexava spp), gejalanya daun yang masih muda terdapat gigitan dibagian tepi daun dan serangannya hampir menyerupai serangan ulat daun. Pengendaliannya sangat mudah, dengan cara mekanik belalang dapat dikurangi yaitu dengan menggoyanggoyangkan daun bayam ke kiri dan kekanan dengan ujung sapu lidi agar belalang berterbangan.

d. Kutu daun (Myzus persicae), gejala pertama yang disebabkan adalah menghisap cairan daun yang menyebabkan daun bayam melengkung dan berpilin. Bila serangan sudah berat maka daun bayam akan rontok dan pertumbuhan tanaman akar terhambat dan kerdil. Pengendaliannya secara mekanik dengan mencabut dan membakar tanaman yang terserang kutu daun.

e. Bekicot atau siput, gejalanya hama ini menyerang dengan memakan benih dipersemaian sehingga tanaman tidak tumbuh. Pada daun, batang, dan akar bayam terlihat bekas gigitan berlubang-lubang. Hal ini akan menurunkan kualitas hasil panen. Pada areal sekitar tanaman yang terserang terdapat kotoran hama yang berwarna hitam. Pengendaliannya secara mekanik dengan mencari bekicot atau siput dan membunuhnya. Dapat juga dengan perangkap dari tempurung kelapa berpintu. Didalamnya diletakkan umpan berupa tanaman beracun, yaitu campuran antara 1 kg dedak basah dengan 50 gr metaldehyde. Untuk 1 ha, dibutuhkan 50-60 kg.

2. Penyakit

a. Dumping off (rebah kecambah). Gejalanya menyerang tanaman bayam muda pada saat benih mulai berkecambah. Gejala serangan menunjukan pertumbuhan kecambah yang tidak normal, batang lemah dan mudah rebah karena akar dan batangnya busuk. Gejala yang khas adalah busuk pada lapisan korteks akar utama dan pangkal batang yang berwarna kecoklatan hingga akar dan batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman menjadi mati. Pengendaliannya dan pemberantasannya dengan memperbaiki saluran drainase sehingga permukaan tanah tidak terlalu

(17)

lembab, peremajaan kembali tanaman dengan mencabut tanaman yang terserang parah dan penggunaan pupuk yang berimbang.

b. Penyakit karat putih, gejalanya terbentuk bercak-bercak putih yang agak melepuh pada daun, terutama pada sisi bawah. Bila populasi karat meningkat dapat terjadi kerusakan daun sehingga mengakibatkan hasil dan mutu daun menurun. Pengendalianya cukup dilakukan pembongkaran tanaman dan melakukan peremajaan kembali bila serangan sudah parah.

c. Penyakit virus keriting (spinach blight), gejalanya serangan virus menyebabkan daun menyempit, mengkerut, menggulung dan mengecil.

Pada daun timbul bercak-bercak. Permukaan daun berwarna kuning belang-belang (mosaik) Penyakit ini paling banyak menyerang daun muda.

Sedangkan pengendalian dan pencegahan dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang sakit dan membakar tanaman yang sudah terinfeksi agar tidak menyebar, kemudian melakukan peremajaan kembali. Dilakukan penggiliran tanaman (rotasi) dengan tanaman yang tidak sefamili dengan bayam sebagai tindakan pencegahan. Selain itu lahan harus bersih dari tanaman-tanaman yang mungkin merupakan inang bagi penyakit ini. d.

Penyakit kekurangan mangan (Mn), gejalanya ditandai dengan timbulnya bintik-bintik kuning pada tulang daun. Tepi daun menjadi keriting, pertumbuhan daun menjadi terhambat. Pengendalian dan pencegahan dilakukan dengan pemberian kapur pada saat pengolahan tanah, terutama pada tanah yang diduga kekurangan Mn(Bandini, 2004).

Pestisida merupakan substansi kimia dan bahan lain yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama (Munarso, 2006). Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan pestisida kimia dapat menimbulkan masalah ekologi yang rawan. Keadaan ini mengakibatkan pencemaran tanah dan air, adanya resiko yang tinggi keracunan bagi manusia yang memperlakukan pestisida dan tanaman, kemungkinan adanya residu pestisida yang tinggi pada produk-produk yang dipasarkan dan biaya produksi yang tinggi (Arifin dan Lubis, 2003).

Dewasa ini kasus mengenai residu atau pencemaran pestisida pada hasil pertanian menjadi sorotan tajam. Hal ini disebabkan karena residu pestisida yang

(18)

terkandung pada tanaman yang dikonsumsi dapat mengganggu kesehatan manusia bahkan membahayakan manusia. Dalam kaitan ini, pengujian analisis residu pestisida di laboratorium selalu digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah hasil pertanian ada pada tingkat yang aman atau tidak untuk dikonsumsi (Bethlee, dan Cloyd, 2000).

Dampak negatif penggunaan pestisida selain disebut di atas, yaitu:

 Menimbulkan resistensi pada hama pertanian.

 Menurunkan populasi predator baik dari golongan serangga, burung maupun ikan yang sebenarnya bukan sasaran.

 Menurunkan populasi organisme yang berperan penting dalam menjaga kesuburan tanah (cacing tanah, jamur, dan serangga tanah).

 Menghambat aktivitas fiksasi nitrogen pada tanaman kacang-kacangan (bakteri nitrat dan nitrit).

 Tidak terdegradasi di lingkungan sehingga residunya akan terdistribusi melalui rantai makanan.

 Menimbulkan keracunan pada hewan ternak dan manusia.

 Racun pestisida dapat terakumulasi melalui rantai makanan dan dapat terkonsentrasi pada organisme tertentu.

 Karena peristiwa akumulasi tersebut (bioakumulasi) melalui rantai makanan, pestisida cenderung untuk lebih terkonsentrasi pada organisme yang menempati piramida makanan yang lebih tinggi.

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan (daun, buah, biji atau akar) berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. dapat untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang (Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, 2012, hlm. 1)

Dalam hal itu penggunan pestisida kimia akan menyebabkan dampak negatif terhadap komponen ekosistem pembunuh alami lainnya serta pencemaran lingkungan karena residu yang ditinggalkan, jika penggunaan dosis serta waktu yang tidak tepat (Ratna, 2009). Hal ini bisa menjadi pertimbangan bagi petani

(19)

untuk menggunakan bahan alami dengan memanfaat bahan organik sebagai penganti pestisida kimia menggunakan pestisida nabati.

Pemanfaatan pestisida nabati miliki prospek yang menjanjikan karena tanaman nabati tersedia dengan bermacam macam kandungan yang bersifat racun terhadap pathogen, bahan bakunya melimpah di alam, proses pembuatan tidak membutuhkan teknologi (Wiratno, 2018). Pestisida nabati berfungsi sebagai pengendali hama tanaman selain itu juga ramah terhadap lingkungan karena bahan aktif yang mudah terurai di alam. Senyawa yang terkandung di dalam bahan alami tersebut menghasilkan senyawa metabolik sekunder yang bersifat penolak atau penghambat makan, penghambat perkembangan, penghambat peneluran dan sebagai bahan kimia yang mematikan serangga dengan cepat (Setiawati, 2008).

Salah satu insektisida yang berpotensi sebagai tanaman pengendalian hama yaitu bawang putih , (Yenie et al., 2013). Pembuatan pestisida organik menggunakan umbi bawang putih menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak umbi bawang putih semakin tinggi tingkat kematian hama uji, dimana konsentrasi yang paling banyak membunuh larva nyamuk pada konsentrasi dengan presentase kematian hewan uji sebesar 95% untuk ekstrak etanol dan 97,5% untuk ekstrak metanol.

Penggunaan bawang putih sebagai pestisida nabati ternyata juga dapat menyehatkan tanaman karena ekstrak bawang putih mengandung senyawa allisin, aliin, minyak atsiri, saltivine, scordinin, dan menteilalin trisilfida ( Soetomo, 1987) senyawa ini bersifat insektisida dan dapat berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga (Nuriyatul hasanah, 2017) Karena umbi bawang putih mengandung bahan insektisida dan aman bagi lingkungan, maka dilakukan penelitian untuk menguji ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) terhadap hama ulat grayak (Spodoptera litura F.)

2.4.6. Panen Bayam

Bayam dapat dipanen pada waktu yang relatif singkat, Selain itu panen dapat dilakukan beberapa kali dengan selang waktu beberapa hari. Sesuai dengan caranya umur bayam petik dan cabut dipanen umur 3-4 minggu setelah tanam yaitu saat tinggi tanaman sekitar 20 cm. Pegang batang bagian bawah dan cabut

(20)

bayam hingga keakarnya. Bila ditarik pada bagian atas sering batang patah menjadi dua.

Bila tekstur tanah kurang gembur atau tak ingin menyertai akarnya, bayam cabut dapat dipotong menggunakan pisau. Potonglah batang diatas permukaan tanah, bila tanaman telah tinggi boleh dipotong 2 cm dari permukaan tanah dan bila belum terlalu tinggi bisa dipotong dari mulai batang muncul. Bayam petik dipanen berkali-kali.

Setelah 1-1,5 bulan setelah tanam pemetikan awal boleh dimulai. Selanjutnya tanaman dibiarkan tumbuh kembali. Seminggu kemudian bisa dipanen lagi (Nazaruddin, 1998).

2.5. Photosintat bacteria

Bakteri fotosintetik atau Photosyntetic Bacteri (PSB) merupakan jenis bakteri yang mampu melakukan fotosintesis sendiri. Bakteri ini sangat berguna bagi tanaman dikarenakan tanaman hanya bisa mengambil energi matahari hanya pagi dan sore hari.

Pada siang hari energi matahari sangat besar sekali sehingga tanaman tidak menyerap dengan baik. Tingkat respirasi tanaman menjadi lebih tinggi. Penyerapan energi matahari yang kurang lebih hanya 6 jam perhari dapat mengakibatkan penurunan hasil buah dan sayur karena fotosintesisnya tidak optimal. Solusinya yaitu dengan bantuan dari luar.

Rhodobacter spaeroides atau bakteri ungu adalah salah satu jenis bakteri yang tergolong pada bakteri fotosintetik. Bakteri ini apabila dilihat melalui miksroskopis mempunyai bentuk basil (batang) memiliki diameter 0,5 – 1,2mm dan bergerak dengan bantuan flagellate. Bakteri ini bersifat fotoautotrof, pigmen yang berperan dalam menangkap cahaya untuk fotosintesis adalah bakterioklorofil atau b serta beragam karotenoid yang memberi rentang warna antara ungu, merah, coklat, dan orange (Hirasi dan Ikeda, 1994; Ramana et al., 2009).

Bakteri Synechococcus sp. merupakan salah satu dari kelompok Cyanobacteria.

Cyanobacteria juga disebut dengan ganggang biru hijau merupakan bakteri yang mandapatkan energi melalui fotosintesis. Dalam rangka mencari alternatif yang dapat menggantikan pupuk, dicoba dikembangkan pemakaian MSG (Monosodium glutamat).

MSG atau yang dikenal dengan vetsin

(21)

digunakan sebagai masyarakat untuk menyuburkan tanaman suplir (Adiantum sp). MSG ini ternyata mengandung 7,5 % nitrogen (Pearson, 2007).

Monosodium glutamate (MSG) terdiri 78% glutamate, 12% natrium dan 10%

air. Senyawa larut dalam air. Kandungan kimia berperan menyuburkan tanaman. Tanpa natrium, tanaman tidak dapat meningkatkan kandungan air pada jaringan daun. Selain kandungan natrium, MSG juga mengandung asam amino. Peran asam amino untuk tanaman membantu pertumbuhan tanaman waktu muda (tunas) untuk merangsang agar daun lebih banyak, selain itu memberikan daya tahan terhadap hama dan penyakit. MSG juga mengandung unsur ion hydrogen apabila tercampur air menghasilkan gas yang dibutuhkan pertumbuhan akar dan batang (Pujiansyah et al., 2018).

Berikut adalah beberapa bahan yang dibutuhkan untuk membuat bakteri fotosintesis.

1. Telur ayam 1 butir. Fetsin (penyedap rasa) satu sendok makan.

2. Air kolam 3 liter.

3. Botol Penyimpanan

4. Mangkus sebagai media untuk mencampur Cara Pembuatan Bakteri Fotosintesis yaitu:

1. Kocok telur dengan MSG sampai tercampur rata 2. Masukkan air bersih sebanyak 1 liter ke dalam botol 3. Masukkan 1,5 sendok makan campuran telur dan MSG

4. Campuran telur dan MSG sisa bisa digunakan untuk beberapa botol 5. Tutup rapat botol, kemudian kocok sampai berwarna keruh

6. Jemur di tempat yang terkena sinar matahari langsung selama 15 s.d 30 hari dan usahakan sekali dalam sehari mengocok botol. Bakteri berhasil dibiakkan, jika cairan berubah menjadi berwarna merah.

7. Diaplikasikan dengan mengencerkan larutan dengan perbandingan 1:20 L, pemakaian pada siang hari karena bakteri ini aktif pada siang hari.

Manfaat dari bakteri fotosintetik/PSB untuk tanaman antara lain :

a. Membantu menstimulasi kekebalan tanaman dengan baik, membuat kulit kayu atau batang lebih kuat;

(22)

b. Membantu menstimulasi pertumbuhan akar tanaman untuk berkembang dan bercabang dengan baik, sehingga menghasilkan jumlah serat yang bai;

c. Mengurangi penggunaan pupuk hingga 50% apabila digunakan secara teratur;

d. Apabila dikombinasikan dengan pupuk hasil fermentasi akan meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kualitas pupuk;

e. Mempercepat tanaman berbunga.

(23)

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan paper dengan judul “Budidaya bayam” dapat diberikan kesimpulan bahwa:

1. Syarat agar bayam dapat tumbuh dengan baik adalah dengan temperatur yang dikehendaki antara 35-40° C dengan curah hujan antara 1.000-2.000 milimeter, berada didaerah tropika dan sub tropika, didataran rendah dengan ketinggian mencapai 200 mdpl, pH tanah 6-7 tetapi juga bisa hidup pada pH tanah 8.5 maupun tanah masam.

2. Teknik budidaya bayam secara garis besar meliputi penyiapan benih bayam dan media tanam termasuk didalamnya pemupukan, perawatan dan pemeliharaan bayam dalam hal ini meliputi pemenuhan ketersediaan air dan nutrisi dan perlindungan terhadap organisme penganggu tanaman kemudian tahap pemanenan.

3. Dalam menanam bayam, biasanya petani menggunakan metode Broad Casting atau ditebar dengan mencampurkan benih bayam dengan abu sekam yang bertujuan bertujuan agar benih tidak menumpuk. Hal ini merupakan salah satu teknik tanam langsung, karena bayam cenderung tidak tahan terhadap proses transplanting atau penyemaian.

4. Pemeliharaan bayam meliputi tindakan merawat tanaman yang dibudidayakan mulai dari pemupukan, penyiraman, penyiangan, pendaringan, sampai pengendalian terhadap hama dan penyakit.

Pemeliharaan yang buruk akan memberikan hasil yang buruk pula.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Pratiwi, Y. I. (2021). PENGARUH NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BAYAM HIJAU (Amaranthus Tricolor). JURNAL ILMIAH AGRINECA, 21(2), 119-124.

Gresinta, E. (2015). Pengaruh pemberian monosodium glutamat (MSG) terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.). Faktor Exacta, 8(3), 208-219.

Hafid, A., Puspitasari, A., Lestari, A. I., Kamrida, A., Marsuki, A., & Hasjulianti, W. (2021). Pemanfaatan Pekarangan Rumah. Journal Lepa- Lepa Open, 1(1), 68-77.

Handayani, R. (2012). Teknik Budidaya Bayam Organik (Amarathus Spp) Sebagai Jaminan Mutu Dan Gizi Untuk Konsumen Di Lembah Hijau Multifarm Dukuh Joho Lor, Triyagan, Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah.

Jailani, J., Almukarramah, A., & Surya, E. (2021). PENGARUH PEMBERIAN PEMBERIAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM (Amaranthus tricolor. L)”. Jurnal

Biology Education, 9(2).

Khair, H., Hariani, F., & Rusnadi, M. (2018). Pengaruh Aplikasi Dan Interval Pemberian Monosodium Glutamat (Msg) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 21(2), 195-201.

Khairia, W. (2009). Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Keanekaragaman Arthropoda Tanah dan Kadar Residu Pestisida pada Buah Jeruk (Kasus Petani Hortikultura di Kabupaten Karo).

Putra, S., & Samah, E. (2019). Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam Hijau (Amaranthus SP.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pemberian Urine Sapi. Ready Star, 2(1), 375-388.

Sabaruddin, S. (2020). Aplikasi Pestisida Nabati Bawang putih (Allium sativumL) Untuk Pengendalian hama ulat grayak (Spodopteralitura) pada tanaman cabai (Capsicum annumL). Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab, 3(2), 121-126.

Saputro, A. S. H. (2011). Pengaruh Aplikasi Bakteri Fotosintetik Synechococcus Sp. Terhadap Laju Fotosintesis Tanaman Kedelai.

Setiawati, T., Rahmawati, F., & Supriatun, T. (2018). Pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor l.) dengan aplikasi pupuk organik kascing dan mulsa serasah daun bambu. Jurnal Ilmu Dasar, 19(1), 37-44.

(25)

Zuryanti, D., Rahayu, A., & Rochman, N. (2016). PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS BAYAM (Amaranthus tricolor L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN KALIUM NIITRAT (KNO3). Jurnal Agronida, 2(2).

Referensi

Dokumen terkait

Kadar bahan aktif pada tanaman sangat mungkin untuk dapat diinduksi, dimanipulasi, dirubah atau ditingkatkan baik melalui cara budidaya maupun penanganan pasca panen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan uji organoleptik tanaman Bayam (Amaranthus gangeticus) hasil biofortifikasi dengan kalsium (Ca) yang dibudidayakan

Parameter- parameter yang perlu diperhatikan diantaranya kondisi mikromat, lokasi budidaya bayam hijau, kualitas larutan nutrisi, pertumbuhan tanaman, jumlah

Skripsi dengan judul “Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus sp) Pada Berbagai Komposisi Nutrisi Alternatif Pengganti AB Mix dengan Sistem Hidroponik Deep

Tujuan dari observasi lapang pada lahan kopi yaitu untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kopi khususnya dalam teknik pemangkasan pada cabang tanaman kopi dan

Dokumen ini membahas tentang budidaya dan pengolahan temulawak, tanaman yang dikenal dengan sifat

Dokumen ini membahas tentang pengembangan e-modul Bahasa Inggris untuk meningkatkan hasil belajar bahasa

Makalah ini membahas teknik budidaya padi di lahan rawa pasang surut sebagai studi